Anda di halaman 1dari 22

Governance Failures & Risk Assessment

 Semenjak Kasus Enron dan World Com, orang mulai menyadari bahwa regulasi dan proses

pelaporan masih belum cukup kuat untuk mencegah perusahaan melakukan praktek fraud

Board of directors Enron tidak memperdulikan kesalahan atau fraud yang dilakukan

karyawannya selama mereka menghasilkan uang

Increased Accountability & Transparancy Desired

Kurangnya kepercayaan pada proses korporasi menimbulkan keinginan yang sangat kuat akan

akuntabilitas dan transparansi untuk kepentingan investor dan stakeholder lainnya.

Perusahaan merespons keinginan stakeholder ini dengan cukup baik, yaitu menampilkan lebih

banyak informasi di website perusahaan mereka, dan membuat laporan tersendiri untuk kegiatan

CSR yang dilakukan.

Public sudah muak dengan perilaku beberapa oknum direksi yang serakah dan memperkaya diri

mereka dengan taruhan stakeholdernya.

Pada akhirnya publik mendesak regulator untuk memperketat regulasi di pasar modal dan

membuat peraturan baru untuk menjamin keamanan para investor dan stakeholder lainnya.

New Expectation for Business

New Mandate for Business

– Accountant tidak harus membuat profit terus tumbuh secara konstan

– Profit tidak menjadi dasar dari segala galanya dalam laporan keuangan
– Harapan bahwa sebuah laporan keuangan dibuat mengikuti hukum yang berlaku

dan mengikuti etika yang berlaku

New Governance & Accountability Framework

– Adanya peraturan2 yang melarang auditor menjalankan pekerjaan non audit di

perusahaan yang sedang di audit seperti:

• Pembukuan dan jasa lain yang berkaitan.

• Desain dan implementasi sistem informasi keuangan.

• Jasa appraisal dan valuation

• Opini fairness

• Fungsi-fungsi berkaitan dengan jasa manajemen

• Broker, dealer, dan penasihat investasi

– Membutuhkan persetujuan dari audit committee perusahaan

sebelum melakukan audit. Setiap perusahaan memiliki audit committee ini karena

definisinya diperluas, yaitu jika tidak ada, maka seluruh dewan komisaris menjadi

audit committee.

– Melarang KAP memberikan jasa audit jika audit partnernya telah memberikan

jasa audit tersebut selama lima tahun berturut-turut kepada klien tersebut.

– KAP harus segera membuat laporan kepada audit committee yang menunjukkan

kebijakan akuntansi yang penting yang digunakan, alternatif perlakuan-perlakuan

akuntansi yang sesuai standar dan telah dibicarakan dengan manajemen

perusahaan, pemilihannya oleh manajemen dan preferensi auditor.


– KAP dilarang memberikan jasa audit jika CEO, CFO, chief accounting officer,

controller klien sebelumnya bekerja di KAP tersebut dan mengaudit klien tersebut

setahun sebelumnya.

– SOX melarang pemusnahan atau manipulasi dokumen yang dapat menghalangi

investigasi pemerintah kepada perusahaan yang menyatakan bangkrut. Selain itu,

kini CEO dan CFO harus membuat surat pernyataan bahwa laporan keuangan

yang mereka laporkan adalah sesuai dengan peraturan SEC dan semua informasi

yang dilaporkan adalah wajar dan tidak ada kesalahan material. Sebagai

tambahan, menjadi semakin banyak ancaman pidana bagi mereka yang

melakukan pelanggaran ini.

– International Federation Accountants (IFAC), pada akhir tahun 2001 merevisi

kode etik bagi para akuntan yang bekerja agar menjadi whitstleblower sebagai

berikut “ para profesional dituntut bukan hanya bersikap profesional dalam

kaidah-kaidah aturan profesi saja tetapi profesional juga dalam menyatakan

kebenaran pada saat masyarakat akan dirugikan atau ada tindakan-tindakan

perusahaan yang tidak sesuai dengan hukum yang berlaku”.

– AICPA dan The Big Five KAP di Amerika mendukung inisiatif Reform yang

melarang KAP untuk menawarkan jasa internal audit dan jasa konsultasi lainnya

kepada perusahaan yang menjadi klien audit KAP yang bersangkutan.

– Jhon Whitehead dan Ira Millstein, ketua bersama Blue Ribbon Committe

SEC,mengeluarkan rekomendasi tentang perlunya kongres menyusun Undang-

Undang yang mengharuskan perusahaan Go Public melaksanakan dan

melaporkan ketaatanyan terhadap pedoman corporate governance.


– Securities Exchange Commission (SEC) dan New York Stock Exchange (NYSE),

menyerukan bahwa auditor internal harus lebih mempertajam peran dalam

pemeriksaan ketaatan, mengelola resiko, dan mengembangkan operasi bisnis, dan

setiap perusahaan diwajibkan untuk memiliki fungsi audit intern

Reinforced Fiduciary Role for Professional Accountants

– Auditor kini harus bekerja dengan mempertaruhkan reputasinya agar tidak

menyalahi etika yang ada dan merugikan stakeholder perusahaan.

Responses and Developments

Emerging Governance & Stakeholder Accountability Model

Sejak tahun 1990 dan seterusnya reaksi bisnis berevolusi yang tadinya berfokus

hanya pada profit hingga entitas bisnis menyadari bahwa entitas bisnis dan masyarakat saling

bergantung satu sama lain. Tren-tren lain juga bermunculan yang dihasilkan dari tekanan

ekonomi dan kompetisi yang berpengaruh terhadap etika bisnis. Tren-tren tersebut adalah:

- Memperluas liabilitas legal bagi direktur perusahaan (CEO dan CFO)

- Asersi manajemen terhadap pemegang saham terhadap cukupnya pengendalian internal

- Kemauan tertulis untuk mengelola risiko dan melindungi reputasi

Karena tren dan perubahan tersebut perusahaan mulai menaruh perhatian terhadap seberapa etis

aktivitas mereka dan bagaimana untuk meyakinkan tidak ada nya masalah etika.

Direksi dan manajemen menjadi lebih tertarik akan masalah etika, di satu sisi entitas bisnis yang

berkembang secara cepat dan bertambah kompleks nya perusahan membuat kemampuan entitas
untuk memeriksa satu persatu keputusan anggota perusahaan menjadi lebih sulit. Maka itu

penting bagi entitas untung memastikan bahwa setiap karyawan mempunyai nilai moral yang

sesuai dengan nilai perusahaan.

Untuk menciptakan pengarahan yang cukup perusahaan mulai mengembangkan dan

mengimplementasi standar etika komprehensif.

Walaupun standar etika tersebut memberikan kerangka kerja yang penting bagi pengendalian dan

pembuatan keputusan oleh karyawan, perusahaan berada di posisi yang rentan karena proses

operasional atau karena produk mereka, dikarenakan perusahaan memerlukan system informasi

yang dapat memberikan peringatan terhadap suatu pelanggaran supaya perusahaan dapat

mengambil keputusan dengan cepat untuk mengatasi masalah yang terjadi. Pemberitahuan ini

penting untuk memfasilitasi aktivitas pengelolaan krisis dan untuk mengalokasikan sumberdaya

dalam rangka meminimalisir dampak dari masalah tersebut terhadap lingkungan dan perusahaan.

Tidak cukup dengan adanya standar etika, perusahaan juga mencari cara untuk mengasimilasi

etika terhadap budaya perusahaan mereka. Suatu mekanisme dibentuk untuk memastikan bahwa

prinsip2 etika dimengerti didorong dan tidak dilupakan. Mekanisme ini didorong dengan cara

memberikan training untuk memberikan kemampuan untuk mengambil keputusan secara etis,

membuat checklist yang mengukur kepatuhan, adanya program whistleblowing dalam

perusahaan.

Sekarang, diketahui bahwa walaupun secara legal perusahaan bertanggung jawab terhadap

pemegang saham, mereka bertanggung jawab secara strategis terhadap pemangku kepentingan.
Pendekatan yang dilakukan manajemen harus mencerminkan pertanggungjawaban tidak hanya

kepada pemegang saham tapi juga pemangku kepentingan yang memiliki kepentingan terhadap

dampak atau aksi yang dilakukan perusahaan. Jika perusahaan ingin mencapai tujuan

strategisnya secara optimal, maka kepentingan stakeholders juga harus dipertimbangkan dalam

pembuatan keputusan perusahaan.

Kepentingan stakeholders tersebut dipertimbangkan dalamm perencanaan strategis dan juga area

fungsional lainnya

Meskipun perusahaan secara hukum bertanggung jawab kepada pemegang saham, mereka secara

strategis bertanggung jawab kepada pemangku kepentingan.

Map of Corporate Stakeholder Accountability

Corporate Governance Framework


Managements Based on Values, Reputation and Risks

Hypernorm (basic values) adalah nilai yang secara universal dihormati oleh kelompok pemangku

kepentingan.

Oleh karena itu, jika aktivitas perusahaan menghormati hypernorm, perusahaan tersebut

cenderung dihormati oleh kelompok pemangku kepentingan dan akan mendorong pemangku

kepentingan untuk mendukung aktivitas perusahaan.

Hypernorm melibatkan demonstrasi dari nilai-nilai dasar berikut:


 Honesty

 Compassion

 Predictability

 Fairness

 Integrity

 Responsibility

Determinants of Reputation
Risiko adalah peluang terjadinya sesuatu yang akan berdampak pada tujuan.

Manajemen risiko mencakup budaya, proses, dan struktur yang diarahkan pada manajemen yang

efektif dari peluang yang berpotensial dan efek merugikan.

Proses manajemen risiko mencakup penerapan sistematis kebijakan, prosedur, dan praktik

manajemen yang memiliki tugas menetapkan konteks, mengidentifikasi, menganalisis, menilai,

mengelola, memantau, dan mengkomunikasikan risiko.

Ethic Risks – A Representative List


Accountability

Secara umum, diakui bahwa laporan perusahaan seringkali kurang berintegritas karena tidak

mencakup beberapa masalah penting, juga tidak selalu ada presentasi yang jelas dan seimbang

tentang bagaimana kepentingan pemangku kepentingan akan terpengaruh. Kadang-kadang

masalah akan disebutkan tetapi dengan cara yang tumpul atau tidak jelas sehingga kurangnya

transparansi terhadap pemahaman pembaca.

integritas, transparansi, dan akurasi yang diperlukan telah memotivasi diskusi di antara para

akuntan tentang sifat pedoman yang harus mereka gunakan untuk penyusunan aturan atau prinsip

laporan keuangan. Laporan keuangan Enron jelas kurang memiliki integritas, transparansi, dan

akurasi, tetapi mereka mungkin sesuai dengan interpretasi berbasis aturan dari standar akuntansi

yang diterima secara umum dan definisi hukum. Fakta bahwa laporan tersebut mungkin secara

teknis sesuai dengan aturan dianggap memuaskan meskipun tidak menunjukkan keseluruhan
cerita secara transparan atau akurat dan banyak orang disesatkan. Penyalahgunaan aturan

memungkinkan niat penipuan Eksekutif Enron untuk mengambil keuntungan dari sistem

pelaporan, namun prinsip yang didasarkan pada integritas, transparansi dan akurasi dianggap

oleh banyak orang untuk memberikan panduan yang lebih kuat daripada aturan terhadap

penyalahgunaan tersebut.

Keinginan akan relevansi telah menghasilkan lonjakan laporan yang pada dasarnya bersifat

nonfinansial dan disesuaikan dengan kebutuhan pemangku kepentingan tertentu. Selain itu,

Organisasi Internasional untuk Standardisasi baru-baru ini memperkenalkan standar ISO 26000,1

yang dirancang untuk membantu perusahaan dalam menangani tanggung jawab sosial mereka.

Ethical Behavior & Developments in Business Ethics

Menanggapi perubahan yang dijelaskan sebelumnya, ada minat baru tentang bagaimana para

filsuf mendefinisikan perilaku etis dan pelajaran yang telah dipelajari selama beberapa abad.

Selain itu, pada tingkat yang lebih diterapkan, beberapa konsep dan istilah telah dikembangkan

yang memfasilitasi pemahaman tentang evolusi yang terjadi dalam akuntabilitas bisnis dan

dalam pengambilan keputusan etis.

Philosophical Approaches to Ethical Behavior

Perdagangan dan ekonomi sama tuanya dengan zaman prasejarah ketika bisnis didasarkan pada

perdagangan dan barter. Teori etika tentang perilaku bisnis yang dapat diterima dan tidak dapat

diterima sama tuanya, meskipun artikulasi mereka, dalam tradisi filosofis Barat, terutama berasal

dari era Socrates. Meskipun teori-teori ini dikembangkan sebelumnya, logika yang mendasari
teori-teori tersebut dan pelajaran yang terlibat langsung dapat diterapkan pada dilema bisnis saat

ini, seperti yang ditunjukkan oleh contoh berikut.

Filsuf Yunani Aristoteles berpendapat bahwa tujuan hidup adalah kebahagiaan, dan kebahagiaan

dicapai dengan menjalani hidup yang bajik sesuai dengan akal. Beberapa dari sifat ini mencakup

integritas, kehormatan, kesetiaan, keberanian, dan kejujuran. Dalam pengertian bisnis, ini berarti

bahwa direktur, eksekutif, dan akuntan harus menunjukkan integritas dalam semua urusan bisnis

mereka; mereka harus menghormati persyaratan kontrak daripada mencari celah; mereka harus

setia kepada karyawan, pelanggan, dan pemasok mereka; mereka harus memiliki keberanian

untuk jujur dan transparan dalam berurusan dengan pemangku kepentingan yang relevan; dan

mereka harus berterus terang saat memberikan penjelasan tentang perilaku bisnis yang baik dan

buruk.

Filsuf Jerman Immanuel Kant berpegang pada posisi bahwa orang beretika ketika mereka tidak

menggunakan orang lain secara oportunistik dan ketika mereka tidak bertindak dengan cara

hipokrit menuntut perilaku tingkat tinggi untuk orang lain sambil membuat pengecualian untuk

diri mereka sendiri. Sayangnya, ada banyak contoh organisasi yang tidak memenuhi standar ini.

Beberapa memperlakukan karyawan, pelanggan, dan pemasok hanya sebagai sarana,

mengeksploitasi mereka untuk tujuan jangka pendek. Seringkali bisnis dengan tepat dituduh

kemunafikan ketika mereka gagal untuk memenuhi kode etik yang dibuat secara internal.

Filsuf Inggris John Stuart Mill berpendapat bahwa tujuan hidup adalah untuk memaksimalkan

kebahagiaan dan / atau meminimalkan ketidakbahagiaan atau rasa sakit, dan tujuan masyarakat
adalah untuk memaksimalkan manfaat sosial bersih bagi semua orang. Derajat kebahagiaan

dapat berupa fisik dan psikologis. Jadi, teori ini menyiratkan bahwa tujuan bisnis adalah

memberikan kontribusi untuk meningkatkan manfaat fisik dan / atau psikologis masyarakat. Ini

tidak berarti bahwa tujuan bisnis adalah untuk memaksimalkan keuntungannya; sebaliknya,

tujuan bisnis adalah untuk memberikan kontribusi bagi kebaikan masyarakat secara keseluruhan.

Bisnis melakukannya dengan menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat.

Filsuf Amerika John Rawls berpendapat bahwa masyarakat harus terstruktur sehingga ada

distribusi hak dan keuntungan yang adil dan bahwa setiap ketidaksetaraan harus menguntungkan

semua orang. Ini menyiratkan bahwa bisnis bertindak dengan cara yang etis ketika mereka tidak

memiliki harga dan sistem perekrutan yang diskriminatif. Bisnis juga tidak boleh menyediakan

barang dan jasa kepada satu segmen masyarakat dengan mengorbankan segmen masyarakat

lainnya. Mencemari dan mengeksploitasi negara berkembang sehingga negara maju dapat

memiliki gaya hidup mewah tidak menguntungkan semua orang.

Ini hanyalah empat contoh pendekatan filosofis Barat terhadap etika bisnis. Semuanya dijelaskan

lebih lengkap di Bab 3. Cukuplah untuk mengatakan bahwa teori-teori ini menetapkan standar

tinggi untuk perilaku bisnis yang dapat diterima. Mempelajari teori-teori ini akan membantu

direktur, eksekutif, dan akuntan untuk lebih memahami dasar-dasar etika bisnis dan memberikan

dasar untuk menjalankan bisnis dalam masalah yang bertanggung jawab secara sosial.

Business Ethics Concepts & Terms


Dua perkembangan sangat berguna dalam memahami etika bisnis dan bagaimana bisnis dan

orang-orang dapat memperoleh manfaat dari penerapannya. Mereka adalah konsep stakeholder

dan konsep kontrak sosial perusahaan.

Karena lingkungan etika bisnis berubah, pengamat dan eksekutif menyadari bahwa lebih banyak

orang daripada sekadar pemangku kepentingan yang memiliki kepentingan dalam perusahaan

atau aktivitasnya. Seperti disebutkan sebelumnya, meskipun beberapa di antaranya tidak

memiliki klaim hukum atas coporation. Apalagi, seiring berjalannya waktu, tuntutan para pihak

yang berkepentingan tersebut menjadi terkodifikasi dalam undang-undang atau regulasi yang

sebenarnya. Menjadi jelas bahwa kepentingan kumpulan orang-orang yang memiliki kepentingan

dalam bisnis atau dampaknya- yang dipengaruhi oleh atau dapat mempengaruhi pencapaian

tujuan organisasi untuk dipertimbangkan dalam rencana dan keputusan perusahaan. Orang-orang

ini kemudian dikenal sebagai pemegang saham dan kepentingan mereka sebagai pemegang

saham, Contoh dari kelompok pemegang saham akan mencakup karyawan, pelanggan, pemasok.

Pemberi pinjaman, kreditor, peminjam, komunitas bost, pemerintah, ahli lingkungan, media, dan,

tentu saja, pemegang saham.

Hubungan antara korporasi dan para pemegang sahamnya perlahan tapi pasti meluas selama

bertahun-tahun. Awalnya, korporasi didirikan sebagai sarana untuk mengambil modal dalam

jumlah besar dari pemegang saham. Itu bertanggung jawab hanya kepada para pemegang saham,

dan tujuannya adalah untuk menghasilkan keuntungan. Namun, seperti yang telah dijelaskan

sebelumnya. akuntabilitas perusahaan telah meluas untuk merangkul realitas pemangku

kepentingan dan mandat perusahaan telah berkembang untuk menghormati kepentingan


pemangku kepentingan. Keuntungan harus dihasilkan tetapi tidak dengan biaya apapun untuk

masyarakat dan lebih disukai dengan cara yang mendukung masyarakat. Hubungan yang

berkembang antara perusahaan dan masyarakat ini kemudian dikenal, dalam konsepsi sebagai

kontrak sosial perusahaan.

Approaches to Ethical Decision Making

Akuntabilitas yang semakin meningkat kepada pemegang saham dalam versi terbaru dari kontrak

rahasia perusahaan telah membuatnya menjadi kewajiban para eksekutif untuk memastikan

bahwa keputusan mereka mencerminkan nilai-nilai etika yang ditetapkan untuk perusahaan dan

tidak mengabaikan pertimbangan hak pemangku kepentingan yang signifikan. Hal ini telah

menyebabkan untuk pengembangan pendekatan pengambilan keputusan etis yang

menggabungkan teknik filosofis dan praktis, seperti analisis dampak pemangku kepentingan

Prinsip etika yang dikembangkan oleh filsuf memberikan wawasan tentang dimensi kunci dari

penalaran etis Pembuat keputusan harus memahami tiga pendekatan filosofis dasar:

konsekuensialisme, deontologi, dan etika kebajikan. Konseensialisme mensyaratkan bahwa

keputusan etis memiliki konsekuensi yang baik atau deontologi berpendapat bahwa tindakan etis

bergantung pada tugas, hak dan keadilan yang terlibat; dan etika menganggap suatu tindakan etis

jika menunjukkan kebajikan yang diharapkan oleh pemegang saham.

Semua pendekatan dimulai dengan identifikasi pemangku kepentingan yang signifikan,

penyelidikan kepentingan mereka, dan peringkat kepentingan tersebut untuk memastikan bahwa
yang paling penting diberi perhatian yang memadai selama analisis yang tersisa dan

pertimbangan lebih lanjut pada tahap keputusan.

Macam-macam pendekatan :

 Modified five question approach (Tucker 1990)

 The modified moral standards approach (Velasquez 1992

 Modified pastin approach (Pastin 1986

Penggunaan analisis dampak pemangku kepentingan dalam pengambilan keputusan manajemen

dan dalam pengelolaan masalah yang diperdebatkan akan memberikan kontribusi yang signifikan

terhadap pengembangan budaya perusahaan yang etis (juga dikenal sebagai budaya integritas),

yang sekarang dianggap sebagai pendahulu untuk pengembangan budaya perusahaan. Posisi

yang dipertahankan secara etis yang diperlukan untuk pengembangan dan pemeliharaan

dukungan pemangku kepentingan untuk aktivitas perusahaan.

The Ethics Environment for Professional Accountants

Role and Conduct

Akhir dari kasus Enron, Arthur Andersen, dan WorldCom membawa perubahan mendasar dalam

peran dan perilaku akuntan profesional yang lupa di mana tugas utama mereka. Akuntan

profesional berhutang kesetiaan utama mereka pada kepentingan publik, tidak hanya untuk

kepentingan keuangan mereka sendiri, direktur atau manajemen perusahaan, atau pemegang

saham saat ini dengan mengorbankan pemegang saham masa depan. Reformasi, melalui

peraturan baru dan struktur pengawasan, dan standar pengungkapan yang diselaraskan secara

internasional dan kode etik yang direvisi yang mendedikasikan kembali profesi akuntansi ke akar
fidusia aslinya menjadi restoratif yang diperlukan yang telah mempengaruhi perilaku akuntansi

profesional di seluruh dunia.

Apresiasi perubahan besar yang terjadi di lingkungan etika untuk bisnis adalah penting untuk

pemahaman informasi tentang bagaimana akuntan profesional harus menafsirkan kode profesi

mereka sebagai karyawan perusahaan. Meskipun publik mengharapkan semua akuntan

profesional menghormati nilai-nilai profesional berupa objektivitas, integritas, dan kerahasiaan,

yang dirancang untuk melindungi hak-hak fundamental publik, seorang akuntan-pegawai harus

merespon arahan manajemen dan kebutuhan pemegang saham saat ini.

Governance

Globalisasi dan internasionalisasi telah memasuki dunia korporat, pasar modal, dan akuntabilitas

perusahaan. Perusahaan-perusahaan yang berurusan dengan seluruh dunia sadar bahwa mereka

semakin bertanggung jawab atas setiap operasi mereka dan mencari cara yang efektif untuk

mengelola, mempertanggungjawabkan, dan mengungkapkan aktivitas mereka.

Dalam profesi akuntansi, ada pergerakan ke seperangkat prinsip akuntansi dan audit yang

diterima secara umum (GAAP dan GAAS) yang diselaraskan secara global untuk memberikan

efisiensi analitis bagi penyedia modal ke pasar dunia dan efisiensi komputasi dan audit di seluruh

dunia. Ada rencana untuk menyelaraskan, jika memungkinkan, kumpulan GAAP yang

dikembangkan oleh IASB di London, Inggris, dan yang dikembangkan oleh Dewan Standar

Akuntansi Keuangan AS.


Secara bersamaan, IFAC telah mengembangkan Kode Etik Internasional untuk Akuntan

Profesional, '° dan semua negara anggota IFAC telah setuju untuk menstandarisasi kode negara

mereka pada dasar yang sama atau serupa dengan kode internasional baru.

Prinsip-prinsip yang melekat dalam kode internasional baru menjadi dasar untuk perilaku dan

pendidikan akuntan profesional di masa depan. Bidang perilaku profesional yang sulit, seperti

identifikasi dan pengelolaan konflik kepentingan, telah menerima serangkaian pedoman baru.

Globalisasi juga masuk ke firma audit. Mereka sedang mengembangkan standar audit global

untuk melayani klien utama mereka dan standar perilaku yang mendukung untuk memastikan

bahwa penilaian mereka independen, objektif, dan akurat. Keputusan SEC, dimotivasi oleh SOX

dan Enron, Arthur Andersen, dan fiascos WorldCom, akan menginformasikan standar global ini.

Akibatnya, niat IFAC-SOX-SEC untuk memperkuat fokus akuntan profesional pada kepentingan

publik akan diperluas ke seluruh dunia bahkan jika pengungkapan dan standar audit pada

akhirnya berbeda antara perusahaan yang diperdagangkan secara publik dan swasta.

Services Offered

Dalam lingkungan global yang didefinisikan ulang ini, penawaran layanan nonaudit

kepada klien audit, yang merupakan masalah kontroversial bagi Arthur Andersen dalam bencana

Enron, telah dibatasi sehingga ekspektasi konflik kepentingan yang lebih ketat dapat dipenuhi.

Muncul dan berkembangnya firma multidisiplin di akhir 1990-an, yang mencakup para

profesional seperti pengacara dan insinyur untuk memberikan jaminan yang lebih luas dan

layanan lain kepada klien audit mereka, juga telah dibatasi oleh SEC yang direvisi dan standar
lainnya. Beberapa firma audit besar pada awalnya menjual sebagian dari unit konsultasi mereka

tetapi kemudian mengembangkan kembali layanan konsultasi yang diarahkan secara khusus.

Akuntan profesional harus sangat waspada terhadap konflik di mana nilai dan kode profesional

lain dalam pekerjaan mereka berbeda dari profesi akuntansi.

Managing Ethics Risks & Opportunities

Developing a Culture of Integrity

Lynn Sharp Paine telah menyarankan lima elemen penting yang diperlukan untuk

mengembangkan budaya integritas dan perilaku etis organisasi, termasuk yang berikut ini:

 Komunikasi yang jelas. Nilai dan standar etika harus disebarluaskan dengan jelas dan tegas

kepada semua karyawan sehingga semua orang tahu bahwa perusahaan berkomitmen pada

integritas.

 Komitmen pribadi oleh manajemen senior. Perusahaan tidak bisa hanya mendukung

bahwa etika itu penting yang menyebabkan sinisme. Sebaliknya, manajemen senior harus

bersedia membuat keputusan etis yang sulit dan kemudian memikul tanggung jawab pribadi

atas keputusan mereka.

 Integrasi. Nilai, norma, dan standar etika harus menjadi bagian dari aktivitas dan rutinitas

normal sehari-hari perusahaan.

 Etika harus diperkuat. Sistem informasi dan struktur kompensasi harus dirancang untuk

memastikan bahwa perilaku etis menjadi norma daripada pengecualian pada aturan.

 Pendidikan. Program pembelajaran berkelanjutan, seperti pelatihan etika, membantu

karyawan mengembangkan kompetensi yang diperlukan untuk membuat keputusan etis

setiap hari.
Perusahaan dapat lebih mudah mengelola etika dan peluang ketika integritas menjadi

tertanam kuat ke dalam struktur pengambilan keputusan dan rutinitas perusahaan sehingga

menjadi dilembagakan sebagai bagian dari proses pengambilan keputusan normal. Dua dari

bahan dasar untuk budaya integritas yang berhasil yang diidentifikasi dalam studi terbaru adalah

kepemimpinan yang etis dan efektif program dorongan whistleblower. Tanpa pemimpin etis -

mereka yang secara aktif dan vokal mendukung budaya yang diinginkan - sangat sedikit

karyawan yang akan menganggap bahwa keuntungan diperoleh secara etis. Sebaliknya, mereka

akan berasumsi bahwa keuntungan diperoleh dengan biaya berapa pun. Demikian pula,

whistleblower - yang penting untuk mengungkap penyimpangan etika - tidak hanya memantau

kinerja etis tetapi juga, dengan cara laporan ditindaklanjuti dan dipublikasikan, memberi

karyawan perasaan bahwa manajemen serius atau tidak tentang pernyataan perusahaan. tujuan

etis dan tingkat integritas manajemen puncak.

Corporate Governance

Dampak dari meningkatnya ekspektasi untuk bisnis secara umum dan untuk direktur,

eksekutif, dan akuntan pada khususnya telah membawa tuntutan untuk reformasi tata kelola,

pengambilan keputusan etis, dan manajemen yang akan mendapatkan keuntungan dari pemikiran

terdepan tentang bagaimana mengelola risiko dan peluang etika. Panduan diberikan untuk proses

identifikasi risiko etika, disarankan untuk berhati-hati agar tidak terlalu bergantung pada auditor

eksternal untuk tujuan ini, dan wawasan ditawarkan untuk manajemen dan pelaporan risiko etika.

Selanjutnya, strategi dan mekanisme yang efektif untuk mempengaruhi pemangku kepentingan

dibahas dengan tujuan mengembangkan dan mempertahankan dukungan mereka. Hubungan


dibuat antara manajemen risiko etika dan pemindaian lingkungan tradisional atau manajemen

masalah dan juga ke bidang hubungan bisnis-pemerintah. keduanya dapat memperoleh manfaat

yang signifikan dari perspektif akuntabilitas pemangku kepentingan modern yang lebih luas.

Akuntansi bisnis dan profesional pasti bergantung pada orang-orang - baik sebagai

pemangku kepentingan eksternal dan, mungkin yang lebih penting, internal, seperti karyawan.

Memahami ekspektasi untuk etika tempat kerja sangat penting untuk kesuksesan semua

organisasi dan eksekutif mereka. Hak-hak karyawan berubah, begitu pula ekspektasi akan

privasi, martabat, perlakuan adil, kesehatan dan keselamatan, dan melatih hati nurani seseorang.

Pengembangan kepercayaan, yang bergantung pada nilai-nilai etika dan sangat penting untuk

komunikasi, kerja sama, berbagi ide, keunggulan inovasi, dan pelaksanaan kepemimpinan

modern, juga merupakan faktor penentu keberhasilan.

Begitu pentingnya dimensi etika tempat kerja ini sehingga pengamat ahli percaya bahwa

cara karyawan memandang perlakuan mereka sendiri oleh perusahaan menentukan apa yang

dipikirkan karyawan tentang program etika perusahaan mereka. Sebuah perusahaan tidak dapat

memiliki budaya perusahaan etis yang efektif tanpa etika tempat kerja yang terpuji. Demikian

pula, perusahaan tidak dapat mengembangkan budaya integritas yang efektif jika karyawannya

melakukan perilaku yang tidak pantas, seperti pelecehan seksual, penipuan, atau kejahatan kerah

putih, atau termasuk dalam kelompok yang dikenal sebagai psikopat perusahaan yang tidak

memiliki perasaan benar dan salah.

Sebagian besar perusahaan menghadapi budaya yang berbeda dalam perekrutan dan

pengelolaan personel, bahkan jika operasi mereka berada di satu negara. Perusahaan modern,

terutama yang berurusan secara internasional, harus memahami bagaimana dampaknya dianggap

serta kepekaan yang ditimbulkannya. Penanganan ini secara etis adalah harapan yang
berkembang dan akan berkontribusi secara signifikan terhadap pencapaian tujuan strategis.

Banyak perusahaan mengambil langkah untuk mengembangkan pola pikir global dalam

personelnya. Inti dari ini adalah pemahaman, penghormatan, dan perlakuan etis terhadap budaya

yang berbeda. Bagian dari pesona etis yang harus dipilah oleh perusahaan modern adalah

memberi dan menerima hadiah, suap, dan pembayaran fasilitasi. Semua ini menciptakan konflik

kepentingan, tetapi diharapkan terjadi dalam banyak budaya. Wawasan diberikan, termasuk

komentar tentang penggunaan imajinasi moral, tentang bagaimana menangani tantangan ini

secara etis, menghormati kepentingan budaya yang berbeda, dan melindungi korporasi.

CSR juga dikenal sebagai kewarganegaraan perusahaan, dan menceritakan kisah

perusahaan melalui CSR, keberlanjutan. atau pelaporan kewarganegaraan adalah bagian penting

dari perencanaan strategis dan pencapaian tujuan strategis. Mengembangkan jenis

kewarganegaraan perusahaan yang diinginkan oleh para pemimpin dan pemangku kepentingan

perusahaan merupakan perpanjangan dari nilai-nilai etika yang fundamental bagi budaya etika

organisasi.

Anda mungkin juga menyukai