“ETHICS EXPECTATIONS”
Oleh:
Kelompok 1
2.9 Hasil
Secara garis besar, harapan publik telah berubah untuk menunjukkan kurang toleransi,
kesadaran moral tinggi, dan harapan yang lebih tinggi dari perilaku bisnis. Menanggapi tingginya
harapan, sejumlah pengawas dan penasehat telah muncul untuk membantu publik dan bisnis.
Organisasi seperti Greenpeace, Polusi Probe, dan Koalisi untuk Lingkungan Ekonomi
Bertanggung Jawab sekarang mempertahankan antarmuka lingkungan bisnis. Konsultan tersedia
untuk menasihati perusahaan dan disebut investor etika tentang bagaimana untuk menangkap
kegiatan dan investasi untuk profitabilitas dan integritas etis. Reksa dana yang mengkhususkan
diri dalam investasi etis bermunculan untuk melayani kebutuhan investor kecil.
Gambar 1.1
4.2 Manajemen Berdasarkan Nilai, Reputasi & Risiko
Reputasi perusahaan dan tingkat dukungan yang dikumpulkan dari para stakeholder
tergantung pada pemahaman akan nilai-nilai yang mendasari kepentingan stakeholder dan
kemampuan perusahaan untuk mengelola risiko yang dihadapi perusahaan secara langsung,
maupun yang berdampak pada para stakeholder.
Nilai dasar adalah nilai yang secara umum dihormati oleh sekelompok stakeholder. Jika
suatu perusahaan menghormati nilai-nilai dasar ini, maka perusahaan akan dihargai oleh kelompok
stakeholder dan akan mendorong dukungan stakeholder untuk aktivitas perusahaan. Nilai dasar
yang mendasari kepentingan stakeholder melibatkan nilai-nilai berikut: Kejujuran, Kasih sayang,
Kemampuan Prediksi, Keadilan, Integritas, dan Tanggung Jawab. Relevansi keenam nilai dasar
ini sangat signifikan untuk kesuksesan perusahaan di masa depan.
Reputasi perusahaan akan menghasilkan dukungan yang maksimal dari para stakeholder.
Terdapat empat factor penting penentu reputasi seperti yang dikemukakan oleh Charles Fombrun
pada Figure 1.3 yaitu kredibilitas, kepercayaan, keandalan, dan tanggung jawab.
Kredibilitas Reliabilitas
Reputasi
Perusahaan
Kepercayaan Responsibilitas
Gambar 1.3
Risiko adalah kemungkinan terjadinya sesuatu yang akan berdampak pada tujuan.
Manajemen risiko meliputi budaya, proses, dan struktur yang diarahkan menuju pengelolaan yang
efektif dari kesempatan potensial dan efek samping. Proses manajemen risiko meliputi aplikasi
yang sistematis dari kebijakan manajemen, prosedur dan praktek untuk menyusun konteks,
mengidentifikasi, menganalisis, menilai, mengelola, memantau, dan mengomunikasikan risiko.
Sejak tahun 1990-an, manajemen dan auditor telah berorientasi ke arah manajemen risiko.
Teknik manajemen risiko telah berkembang dalam mengenali nilai dalam mengidentifikasi risiko
awal dan perencanaan untuk menghindari atau mengurangi konsekuensi yang melekat dalam
resiko tersebut. Akuntan profesional juga telah mengubah pendekatan audit mereka menjadi
beberapa tindakan seperti, pemeriksaan risiko perusahaan, upaya perusahaan dalam mengatasi
risiko secara operasional, dan tindakan pertanggungjawab yang diungkapkan dalam catatan atas
laporan keuangan.
Meskipun telah banyak perusahaan besar yang mempertimbangkan akibat yang timbul dari
proses manajemen risiko, namun masih terdapat beberapa perusahaan yang tidak berfokus secara
khusus untuk mempertimbangkan risiko etika. Namun, karena risiko etika ini telah terbukti sangat
penting bagi reputasi dan keberlanjutan perusahaan maka beberapa perusahaan seperti: Martha
Stewart, Firestone, enron, Arthur Andersen, world com telah memasukkan proses manajemen
risiko.
4.3 Akuntabilitas
Munculnya kasus-kasus keuangan seperti Enron, Arthur Andersen, dan WorldCom,
mengakibatkan tuntutan akan laporan yang lebih relevan, lebih transparan, dan lebih akurat bagi
para stakeholder. Secara umum, diakui bahwa laporan keuangan seringkali tidak memiliki
integritas karena tidak mencakup beberapa masalah, juga tidak adanya penyajian yang berimbang
tentang bagaimana kepentingan stakeholder akan dipengaruhi. Hal ini menyebabkan dibutuhkan
prinsip-prinsip yang berdasar pada integritas, transparansi, dan akurasi untuk memberikan
pedoman yang lebih kuat.
Sam, aku benar-benar dalam kesulitan. Saya selalu ingin menjadi seorang akuntan. Tapi di sini
saya baru saja akan melamar ke kantor akuntan untuk pekerjaan setelah lulus dari universitas baru,
dan saya tidak yakin saya ingin menjadi akuntan setelah semua
"Mengapa. Norm? Dalam semua kursus akuntansi yang kami ambil bersama, Anda bekerja sangat
keras karena Anda benar-benar tertarik. Apa masalah Anda sekarang? " "Yah, saya telah membaca
koran bisnis, laporan, dan jurnal akuntansi belakangan ini, dan hal-hal tidak bertambah. Misalnya,
Anda tahu bagaimana kita selalu diberi tahu bahwa akuntan memiliki keahlian dalam pengukuran
dan pengungkapan, bahwa mereka seharusnya menyiapkan laporan dengan integritas, dan bahwa
mereka harus membasmi penipuan jika mereka mencurigainya? Yah, sepertinya mereka tidak
melakukan pekerjaan dengan baik. Setidaknya, mereka belum melakukan apa pun. Asumsi saya.
"Ingat, Norm, kita masih siswa dengan banyak hal untuk dipelajari. Mungkin kamu kehilangan
sesuatu. Apa yang telah kamu baca?" "Oke, Sam, ini ada beberapa cerita untuk Anda pikirkan:
1. Dalam artikel ini, Akuntan dan S&L Crisis, 'yang ada dalam Akuntansi Manajemen pada
Februari 1993, saya menemukan argumen bahwa $ 200 juta - kegagalan disebabkan oleh
regulator dan penurunan di pasar real estat, bukan karena kecurangan akuntansi, tetapi saya
tidak membelinya sepenuhnya. Menurut artikel ini, kenaikan suku bunga dan suku bunga
pinjaman tetap menghasilkan aliran uang yang negatif pada saat yang sama. Waktu sebagai
penurunan nilai pasar real estat mengurangi nilai yang mendasari aset pinjaman S&L.
Akibatnya, kekayaan bersih S&L turun, dan regulator memutuskan untuk mengubah beberapa
praktik akuntansi untuk membuatnya menjadi selalu muncul bahwa S&L masih di atas
persyaratan modal minimum yang diamanatkan untuk melindungi dana deposan. Lihat saja
daftar ini dari tujuh praktik akuntansi atau masalah yang dikutip:
a. write-off penghapusan pinjaman yang dijual selama masa pinjaman pada saat kerugian
terjadi
b. penggunaan Sertifikat Net Worth yang dikeluarkan pemerintah untuk dihitung sebagai
modal bagi S&L
c. penggunaan transaksi yang melibatkan uang muka dan arus kas jangka pendek, yang akan
meningkatkan pendapatan saat ini dengan mengorbankan pendapatan kedepannya
d. ketentuan kerugian pinjaman yang tidak memadai karena untuk pemantauan pinjaman
yang buruk.
e. penghapusan goodwill yang timbul atas penggabungan S&L yang sehat dengan S&L bank
selama lebih dari empat puluh tahun,.
f. Write dari properti yang dimiliki berdasarkan nilai penilaian, dan
g. Kurangnya pelaporan berbasis pasar untuk mencerminkan realitas ekonomi.
Masalahnya, bagi saya, adalah bahwa banyak dari praktik ini tidak sesuai dengan prinsip-
prinsip akuntansi yang diterima secara umum [GAAP] namun para akuntan berjalan -
setidaknya mereka tidak keberatan. Kenapa tidak? Di mana para akuntan?
2. Saya juga prihatin dengan keahlian yang dimiliki oleh profesi akuntansi dalam hal pengukuran
dan pengungkapan. Misalnya, baru-baru ini ada banyak artikel tentang biaya kesehatan yang
diciptakan oleh merokok, namun tidak ada akuntan yang terlibat. Misalnya, laporan Mei 1994
oleh Pusat Kecanduan dan Penyalahgunaan Zat di Universitas Columbia memperkirakan hal
itu pada tahun 1994 dolar AS, penyalahgunaan obat biayanya akan membebani Medicare $ 20
miliar hanya untuk biaya rawat inap di rumah sakit 'dan bahwa tembakau tidak mencapai 80
persen dari tisasi yang dirawat di rumah sakit. Selama dua puluh tahun ke depan,
penyalahgunaan narkoba akan menelan biaya program Medicare $ 1 triliun. Tidak heran jika
wali amanat dari Dana Perwalian Medicare merilis sebuah laporan pada 21 April yang
meramalkan bahwa Dana tersebut akan kehabisan uang dalam tujuh tahun. Ini adalah masalah
penting. Mengapa kita harus menunggu para ekonom dan kelompok khusus untuk membuat
perhitungan ini? Bukankah akuntan dapat membuatnya dan memberikan kredibilitas dan
keseimbangan dalam prosesnya? Bukankah masyarakat akan mendapat manfaat? Di mana para
akuntan?
3. Bagaimana dengan penemuan kecurangan? Apakah auditor melakukan cukup banyak untuk
mencegah dan menangkap perilaku penipuan? Saya tahu apa yang dikatakan oleh profesor
kami: auditor tidak dapat diharapkan untuk menangkap semuanya; pekerjaan mereka bukan
untuk mencari kecurangan kecuali dugaan dibangkitkan selama ada aktivitas lainnya; dan tugas
utama mereka adalah mengaudit laporan keuangan. Tetapi bukankah auditor hanya bereaksi
terhadap masalah yang ditemukan, ketika mereka bisa bertahun-tahun, proaktif? Tidak bisakah
mereka menekankan pentingnya menggunakan kode etik dan dorongan karyawan untuk
mengedepankan keprihatinan mereka atas tindakan yang tidak etis? Mengapa manajemen
proaktif di beberapa area lain, seperti membereskan masalah personel, tetapi perilaku reaktif
tepat dilakukan ketika berhadapan dengan penipuan? Perilaku reaktif hanya akan menutup
pintu gudang setelah kuda dicuri. Dalam kasus Bank of Credit & Commerce bene-Internationai
(BCCI), misalnya, setidaknya $ 1,7 miliar hilang
"Saya kira saya memiliki pemikiran kedua tentang menjadi seorang akuntan profesional.
Bisakah Anda membantu saya, Sam?"
Pertanyaan
1. Apa yang akan Anda sampaikan kepada Norm?
Jawaban
Berdasarkan analisa yang kami, maka dapat diberikan jawaban atau pendapat atas kasus-kasus
di atas sebagai berikut:
Kasus 1:
Dalam kasus tersebut, banyak praktik akuntansi telah dilanggar oleh para akuntan yang
disebabkan oleh beberapa alasan, yaitu sebagai berikut:
a. Tidak adanya suatu gagasan dan konsep dasar yang benar dari para akuntan tentang praktik
akuntansi.
b. Kebiasaan para akuntan yang terbiasa melakukan praktik akuntansi yang keliru.
c. Kurangnya kemampuan praktis yang baik dan benar dari para akuntan dalam
menyelesaikan masalah sehingga menimbulkan banyak pelanggaran.
d. Tidak adanya pemahaman akan kode etik akuntansi dalam melakukan praktik akuntansi.
e. Lingkungan sekitar dan komunitas yang turut mendukung penggunaan praktik akuntansi
yang keliru.
Menurut kami, Norm tetap harus melangkah untuk menjadi seorang akuntan walaupun
pengamatannya memunculkan pandangan yang buruk akan profesi akuntan. Namun, ia juga
harus mengakui bahwa prinsip akuntansi dan prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP)
untuk menciptakan kerangka kerja yang seragam untuk presentasi, analisis, dan diskusi
keuangan. Terkait dengan contoh tabungan dan pinjaman, ada kemungkinan bahwa para
akuntan dan auditor tahu tentang risiko keuangan pada S&L, tetapi, dalam penilaian dan
standar profesional mereka pada saat itu, ekspektasi (atau harapan) itu adalah risiko jangka
pendek. Selain itu jika auditor atau manajemen mengibarkan bendera peringatan tentang
ketidakmampuan S&L, itu akan memiliki implikasi yang signifikan tidak hanya untuk
kepentingan auditor dan manajemen diri tetapi juga berpotensi bagian yang signifikan dari
sistem perbankan A.S. Sayangnya, auditor dan manajemen membuat keputusan yang salah
dengan beralih ke praktik akuntansi yang lebih agresif (untuk menyembunyikan pelanggaran
peraturan) dan hasilnya adalah pelajaran bahwa auditor harus bertindak dengan intergritas dan
independensi dan di interset publik sebelum kepentingan mereka sendiri atau kepentingan klien
mereka.
Kasus 2:
Akuntan profesional melakukan pengukuran dan pengungkapan atas informasi laporan
keuangan yang hanya berfokus pada laporan keuangan tahun berjalan, hal ini disebabkan
karena para akuntan seringkali lupa untuk melakukan pengukuran dan pengungkapan untuk
periode masa yang akan datang. Selain itu jika berbasis pada keahlian dari seorang akuntan,
bahwa tidak semua akuntan dapat melakukan pengukuran dan pengungkapan yang pasti atas
unsur-unsur laporan keuangan. Rutinitas pekerjaan yang monoton, tidak jelasnya job-
description masing-masing unit kerja, internal control yang lemah, tingkat kepentingan
tertentu merupakan beberapa hal yang dapat menyebabkan lemahnya pengukuran dan
pengungkapan informasi pada laporan keuangan.
Kasus 3:
Sebaiknya Norm tetap menjadi seorang akuntan profesional. Hal ini juga didukung oleh
kemampuan dasar dan semangat kerja Norm yang tinggi. Selain itu, tugas utama auditor adalah
untuk menganalisis tingkat kewajaran laporan keuangan yang disusun oleh pihak perusahaan
atau auditee atau klien. Apabila timbul praduga atau kecurigaan atas kewajaran laporan
keuangan, tentu saja auditor harus lebih proaktif dan memperluas ruang lingkup pemeriksaan
untuk membuktikan praduganya sampai pada tingkat keyakinan yang memadai.
Hal yang telah ditentukan di awal saat survei pendahuluan yaitu mempertimbangkan risiko
audit yang muncul dalam setiap pemeriksaan, dimana bisa saja kesalahan laporan audit (kerta
kerja pemeriksaan) terjadi karena auditor tidak menemukan adanya salah saji material dalam
laporan keuangan. Ketika auditor tidak melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik
dan benar, tentunya akan ada sanksi bagi para akuntan profesional sesuai dengan kode etik
profesi akuntan, baik itu sanksi sosial maupun sanksi hukum. Tanggung jawab auditor adalah
menyatakan pendapat tentang atas kewajaran penyajian suatu laporan keuangan. Apabila suatu
tindakan melanggar hukum, auditor harus mendesak manajemen melakukan revisi atas
laporan keuangan. Apabila revisi atas laporan keunangan tersebut ternyata kurang tepat,
auditor bertanggung jawab untuk menginformasikannya kepada para pengguna laporan
keuangan melalui suatu pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar bahwa
laporan keungan tidak sesuai dengan GAAP. Hal positif lainnya yang dapat Norm dapatkan
dari kasus-kasus tersebut adalah Norm akan memiliki pengetahuan yang lebih luas mengenai
praktik-praktik akuntansi dan bagaimana penyelesaiannya, sehingga dapat menjadi referensi
ketika ingin menjadi seorang akuntan yang professional dengan berpegang teguh pada kode
etik profesi.
REVIEW ARTIKEL INTERNASIONAL
Judul Artikel : Accountants’ ethical perceptions from several perspectives: evidence from
Slovenia
Penulis : Marjan Odar, Mateja Jerman, Anton Jamnik, dan Slavka Kavcic
Publikasi : Dipublikasikan oleh Journal of Management Research and Analysis
Vol. 4 Issue 2, pp. 74 – 83, 2017
1. General Review
1) Pendahuluan
Pengambilan keputusan bersadarkan laporan keuangan adalah cara yang dilakukan
pemangku kepentingan untuk mempertimbagkan suatu informasi. Di Slovenia, manajemen
bertanggung jawab atas persiapan dan penyajian laporan keuangan yang adil sesuai dengan
standar akuntansi, dan sesuai dengan persyaratan Undang-Undang Perusahaan Slovenia,
atau Undang-undang Akuntansi. Namun, laporan keuangan disusun oleh akuntan.
Sistem akuntansi Slovenia untuk perusahaan komersial diterapkan berdasarkan
Undang-Undang Perusahaan dan didefinisikan secara rinci oleh standar akuntansi.
Perusahaan yang sekuritasnya terdaftar di pasar yang diatur di Negara Anggota Komunitas
Eropa dan yang tunduk pada konsolidasi harus menyiapkan laporan keuangan
konsolidasian sesuai dengan Standar Pelaporan Keuangan Internasional (IFRS). Jumlah
perusahaan di Slovenia yang menggunakan IFRS relatif kecil dan tidak sepenuhnya data
yang tepat tersedia). Berbeda dengan perusahaan lainnya yang harus menggunakan Standar
Akuntansi Slovenia (SAS).
2) Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji akuntan yang bekerja di perusahaan jasa akuntansi
eksternal lebih toleran atau tidak terhadap skenario yang sensitif secara etika dan untuk
persepsi etis terdapat perbedaan atau tidak antara akuntan yang memiliki sertifikat
profesional dengan akuntan yang tidak memiliki sertifikat profesional.
3) Tinjauan Literatur
Beberapa tinjauan literatur untuk konstruksi portofolio optimal yang berdasarkan teori dan
penelitian-peneitian terdahulu, sebagai berikut.
(1) Teori akuntansi positif
(2) Merchant dan Rockness (1994)
(3) Marques dan Azevedo-Pereira (2009)
(4) Pflugrath, Martinov-Bennie, dan Chen (2007)
(5) Usia dan jenis kelamin (yang terakhir pada tingkat lebih rendah) ditemukan menjadi
prediktor yang paling kuat dari persepsi etis (Conroy, et al., 2010).
(6) Elias (2002)
4) Objek Penelitian
Penelitian ini menggunakan objek penelitian yaitu skenario etis sensitif akuntan di
Slovenia.
5) Metodelogi Penelitian
(1) Sumber data primer yang diperoleh menggunakan kuesioner yang dikirim ke akuntan
Slovenia, meliputi: profesional akuntansi (yaitu, pemegang buku, mereka yang
menyiapkan catatan keuangan dan pajak) dan alamat e-mail mereka diperoleh dari
daftar Asosiasi Akuntan, Bendahara dan Auditor dari Slovenia (selanjutnya Asosiasi).
Penelitian ini tidak menggunakan auditor karena profesi ini adalah satu-satunya profesi
dari bidang akuntansi yang diatur. Asosiasi menyimpan daftar akuntan terbesar di
Slovenia yang terdiri dari 2824 akuntan aktif. Ini tidak termasuk seluruh populasi,
tetapi hanya akuntan yang terdaftar. Kuesioner dikirim ke akuntan dari register melalui
e-mail pada Januari 2015. Hasil responden yang diterima sebanyak 546 kuesioner atau
19,3% tingkat respons. Kuesioner lainnya dikeluarkan dari kuesioner analisis lebih
lanjut dengan tanggapan hilang. Sampel akhir terdiri dari 451 responden. Data
sekunder bersumber dari buku teks, jurnal dan makalah. Kuesioner yang digunakan
untuk survei tentang persepsi etis akuntan profesional dalam skenario manajemen laba
yang berbeda pada dasarnya dikembangkan oleh Merchant (1989). Kuesioner terdiri
dari 10 skenario manajemen laba umum yang relevan untuk lingkungan bisnis
Slovenia dan fokus pada skenario yang mencerminkan manipulasi akuntansi.
Kuesioner ini didasarkan pada beberapa pendekatan sketsa yang sudah digunakan oleh
beberapa penulis (Conroy, et al., 2010; Emerson, et al., 2006; Elias, 2002). Sikap etis
mengukur tingkat penerimaan suatu sketsa yang sensitif secara etika (Emerson, et al.,
2006:74). Kuesioner mencakup skenario yang sensitif secara etika yang mencakup
situasi yang berdampak pada redistribusi pendapatan antara periode akuntansi tahunan
(misalnya, biaya penundaan, peningkatan atau penurunan penghapusan, antisipasi
pendapatan dari penjualan, dan lain-lain).
(2) Definisi Operasional Variabel
(2.1) Variabel dependen: tingkat penerimaan sketsa. Pengukuran dilakukan dengan
mengambil nilai integer dari 1 hingga 5 (skala Likert 5 poin). 1 digunakan untuk
menunjukkan praktik etis, sementara 5 menunjukkan praktik yang benar-benar
tidak etis.
(2.2) Variabel dependen, meliputi: 1) jenis kelamin diberi nilai 0 jika responden adalah
laki-laki, dan 1 jika responden adalah perempuan; 2) usia yang terdiri dari 4
kategori. Kategori 1 diwakili oleh akuntan mereka yang sampai dan termasuk 30
tahun. Kategori 2 terdiri dari mereka yang berusia di atas 30 tahun dan hingga
dan termasuk 40 tahun. Kategori 3 termasuk yang berusia di atas 40 tahun dan
hingga dan termasuk 50 tahun. Kategori 4 termasuk yang lebih dari 50 tahun; 3)
pendidikan yang terdiri dari 4 kategori. Kategori 1 termasuk akuntan yang
memiliki tingkat pendidikan III, IV, atau V. Kategori 2 termasuk mereka yang
memiliki tingkat pendidikan VI. Kategori 3 mencakup mereka dengan tingkat
pendidikan VII., kategori 4 mewakili mereka dengan tingkat pendidikan VIII; 4)
variabel biner dikodekan dengan nilai 0, jika akuntan bekerja sebagai akuntan
internal dan nilai 1, jika akuntan bekerja di perusahaan yang menyediakan jasa
akuntansi eksternal; dan 5) variabel biner dengan nilai 0, jika dia tidak memiliki
sertifikat dan nilai 1, jika akuntan memiliki sertifikat profesional.
(3) Alat yang digunakan untuk Analisis: probit regression.
6) Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian menemukan perbedaan yang signifikan secara statistik pada
tingkat etika antara akuntan internal dan akuntan yang bekerja di perusahaan yang
menyediakan jasa akuntansi eksternal. Dalam hasil penelitian menunjukkan bahwa akuntan
yang bekerja di perusahaan yang menyediakan jasa akuntansi eksternal lebih mungkin
untuk mengevaluasi skenario etis sensitif sebagai praktek etis. Hasil penelitian juga
menunjukkan bahwa akuntan dari perusahaan-perusahaan kecil lebih lunak mengenai
skenario etis-sensitif. Hasil juga menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan
secara statistik antara tingkat akseptabilitas dari etika skenario sensitif dan jenis kelamin,
usia, dan tingkat pendidikan. Hasil statistic yang signifikan ditemukan untuk tempat kerja
akuntan dan sertifikat profesional. Akuntan dari perusahaan-perusahaan yang
menyediakan jasa akuntansi di Slovenia memiliki pendapat yang berbeda tentang skenario
etis-sensitif. Dalam semua pengukuran yang memiliki hasil yang signifikan, akuntan yang
memiliki sertifikat cenderung untuk mengevaluasi sebagai bagian dari praktek etis
akuntan. Jenis kelamin ditemukan tidak signifikan dalam penelitian.
7) Keterbatasan dan Arah untuk Penelitian Masa Depan
Penelitian yang di harapkan untuk dimasa yang akan datang dapat menganalisis
pasca-transisi atau negara berkembang dengan peraturan terbatas profesi akuntansi.
Dengan demikian, penelitian masa depan dapat memberikan lebih banyak bukti mengenai
konsekuensi dari pasar yang tidak diatur pada kualitas layanan dan kualitas laba. Studi
masa depan bisa menentukan apakah profesi harus lebih diatur secara ketat.
REVIEW ARTIKEL NASIONAL
Judul Artikel : Dilema Etika pada Akuntan – Sebuah Study Persepsi Mahasiswa Akuntansi
Penulis : Dwi Marlina Wijayanti, Frisky Jeremi Kasingku & Risa Rukmana
Publikasi : Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis Vol. 4(2) ,2017, pp. 159-172
Latar Belakang
Pengaruh sosial dan konflik agen membuat individu mengalami dilema etika. Hal ini terjadi
karena adanya konflik kepentingan dan adanya ketidaksesuaian antara keputusan dengan prinsip
individu. Oleh karena itu, Melalui pendidikan etika, mahasiswa dapat menyadari bahwa sikap etis
dan potensi dilema etika merupaka aspek kunsi untuk memahami proses pengambilan keputusan.
Pendidikan yang semakin tinggi memberikan calon akuntan profesional bekal mengenai
pengetahuan etika yang semakin banyak. Individu dengan usia yang lebih tua memiliki etika yang
lebih tinggi dibandingkan dengan individu dengan usia yang lebih muda.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui perilaku etis individu dilihat dari gender, usia dan tingkat pendidikan individu.
Metodelogi Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian survei, mengambil sampel dari satu populasi dengan
menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Penelitian ini menggunakan teknik
pengumpulan yang dilakukan dengan kuesioner yang disebarkan pada mahasiswa strata satu dan
strata dua jurusan akuntansi. Penggunaan teknik kuesioner untuk mendapatkan data dari responden
sebagai subjek penelitian yaitu mengenai variabel yang akan diukur mengenai variabel gender,
usia dan tingkat pendidikan. Data yang dikumpulkan bersifat cross sectional, data yang diperoleh
berupa variabel gender, usia dan tingkat pendidikan.Populasi penelitian ini adalah mahasiswa yang
mengambil jurusan akuntansi baik pada strata satu maupun yang strata dua yang menempuh studi
di universitas negeri yang ada di Yogyakarta. Survei dilakukan secara manual, dengan metode
purposive sampling. Kuesioner disebarkan sebanya 106 lembar. Yang mana dari 106 sampel, 87
responden dari strata satu dan 19 responden dari mahasiswa strata dua. Dari 106 responden, hanya
104 responden yang memenuhi kriteria.
Kesimpulan
Pada penelitian ini berdasarkan pengujian yang telah dilakukan sebelumnya, maka dapat ditarik
kesimpulan, sebagai berikut.
(1) Gender berpengaruh pada dilema etika, sehingga hipotesis pertama diterima
(2) Usia tidak berpengaruh pada dilema etika, sehingga hipotesis kedua ditolak.
(3) Tingkat pendidikan tidak berpengaruh pada dilemma etika, sehingga hipotesis ketiga
ditolak