Anda di halaman 1dari 9

Nama : Amar Muarif

Npm : 2101103010009
MK : Auditing 1
Etika (ethics) secara garis besar dapat didefinisikan sebagai serangkaian
prinsip atau nilai moral. Setiap orang memiliki rangkaian nilai seperti itu, meskipun
kita memperhatikan atau tidak memperhatikannya secara eksplisit. Para ahli
organisasi keagamaan, serta kelompok lainnya telah mendefinisikan serangkaian
prinsip dan nilai moral ini dengan berbagai cara. Contoh serangkaian prinsip atau
nilai moral yang telah ditentukan adalah UU dan peraturan, doktrin gereja, kode etik
bisnis bagi kelompok profesi seperti akuntan publik, serta kode perilaku dalam
organisasi.
Didalam jurnal Youseff dan Rachid (2015, P. 4 men Definisi etika \sebagai:
Disiplin filosofis yang bertujuan untuk menerapkan tindakan dan aturan sesuai
dengan konsep benar dan salah. Etika secara umum bertujuan untuk
mengartikulasikan kriteria yang menegaskan perilaku hormat dalam situasi praktis
dan ketika membuat pilihan yang bertanggung jawab.
Peran penting akuntan: perspektif pemangku kepentingan
pemangku kepentingan didasarkan pada klaim sah para pemangku
kepentingan untuk mendapat informasi tentang aktivitas perusahaan

DILEMA ETIKA

Para auditor, akuntan, serta pelaku bisnis Iainnya menghadapi banyak dilema
etika dalam karier bisnisnya. Auditor yang menghadapi klien yang mengancam akan
mencari auditor baru kecuali bersedia menerbitkan suatu pendapat wajar tanpa
pengecualian, akan mengalami dilema etika bila pendapat wajar tanpa pengecualian
itu tidak tepat. Memutuskan apakah akan berkonfrontasi dengan atasan Yang telah
menyatakan lebih saji pendapatan departemennya secara material agar dapat
menerima bonus lebih besar merupakan suatu dilema etika. Tetap menjadi bagian dari
manajemen sebuah perusahaan yang mempermalukan dan memperlakukan para
pegawainya secara tidak wajar atau tidak jujur melayani para pelanggan merupakan
suatu dilema etika, terutama jika karyawan tersebut mempunyai keluarga yang harus
ditanggung dan ketatnya persaingan mencari pekerjaan baru.
Hal ini juga dikatakan didalam artikel terkait, dimana dari hasil Survei global
yang dilakukan pada tahun 2015 menunjukkan bahwa dua pertiga dari 648 responden
telah ditekan “untuk bertindak bertentangan dengan (1) etika profesional mereka atau
(2) undang-undang perpajakan dan/atau akuntansi pada suatu saat dalam karir
profesional mereka,”
akuntan publik bersertifikat diharapkan menjadi pengawas kepentingan
publik, dan bahwa auditor adalah penjaga gerbang yang dipercayakan dengan
perlindungan investor dan kreditor dengan kenyataan bahwa tekanan lingkungan
internal dan eksternal mungkin cukup untuk menyebabkan perilaku etis akuntan
goyah atau gagal.
. Auditor tersebut juga perlu mengelola tujuan yang berpotensi menimbulkan
konflik dari berbagai pemangku kepentingan. meskipun tidak ada imbalan yang jelas
atas perilaku buruk profesional, terdapat “imbalan yang dirasakan dalam arti
hubungan yang berkelanjutan” antara auditor dan yang diaudit.
auditor mendapatkan tantangan berupa kesenjangan harapan investor, auditor
bertujuan melakukan pemeriksaan untuk memastikan bahwa laporan keuangan yang
disajikan adlaha wajar, namun investor menilai bahwa auditor bekerja untuk mencari
kesalahan dan kecurangan dibalik data klien yang di audit.
alasan akuntan bertindak dengan cara yang tidak etis: “kebanyakan alasan
terkait dengan alasan keuangan seperti pembayarannya, melalui harga saham atau
sesuatu yang langsung seperti mencuri uang tunai.” Lebih lanjut, artikel tersebut
mencatat bahwa banyak perusahaan ditekan untuk memberikan hasil jangka pendek
untuk menghindari retribusi pasar dan/atau kehilangan karyawan.
sebagai akibat dari kinerja yang buruk. Yang memperparah masalah tekanan
ini, akuntan juga dapat dipandang berada pada posisi yang lebih oportunis untuk
menciptakan dilema etika mereka sendiri dengan melakukan penipuan.
Dalam tahun•tahun terakhir, telah dikembangkan kerangka kerja formal untuk
membantu orang-orang menyelesaikan dilema etika. Tujuan dari kerangka
kerja seperti itu adalah membantu mengidentifikasi isu-isu etis dan memutuskan
serangkaian tindakan yang tepat dengan menggunakan nilai dari orang itu sendiri.
Pendekatan enam•langkah berikut ini dimaksudkan agar dapat menjadi pendekatan
yang relatif sederhana untuk menyelesaikan dilema etika:
l. Memperoleh fakta yang relevan.
2. Mengidentifikasi isu-isu etis berdasarkan fakta tersebut.
3. Menentukan siapa yang akan terpengaruh oleh akibat dari dilema
tersebut dan bagaimana sctiap orang atau kelompok itu terpengaruhi.
4. Mengidentifikasi berbagai alternatif yang tersedia bagi orang yang
harus menyelesaikan dilcma tersebut.
5. Mengidentifikasi konsekuensi yang mungkin terjadi dari setiap
alternatif.
6. Memutuskan tindakan yang tepat.
Suatu ilustrasi akan digunakan untuk menunjukkan bagaimana seseorang bisa
menggunakan pendekatan enam langkah ini guna menyelesaikan suatu dilema etika.

Kebutuhan khusus akan perilaku etis dalam profesi


Profesi akuntan juga diatur oleh kode etik, yang merupakan salah satu dari
tiga kriteria utama yang menandai sebuah profesi. Kriteria lainnya adalah pelatihan
dan pendidikan yang signifikan serta tinjauan dan lisensi pemerintah. [2]
Dalam beberapa tahun terakhir, etika profesional telah menjadi topik hangat,
terutama setelah skandal-skandal yang melibatkan profesional akuntansi. Hal ini telah
mendorong badan-badan profesional untuk memberikan lebih banyak penekanan
pada pelatihan profesional yang berorientasi etika.
Arti istilah profesional adalah tanggung jawab untuk bertindak lebih dari
sekadar memenuhi tanggung jawab diri sendiri maupun ketentuan hukum dan
peraturan masyarakat. Akuntan publik, sebagai profesional, mengakui adanya
tanggung jawab kepada masyarakat, klien, serta rekan praktisi, termasuk perilaku
yang terhormat, meskipun itu berarti pengorbanan diri.
Alasan utama mengharapkan tingkat perilaku profesional yang tinggi oleh
setiap profesi adalah kebutuhan akan kepercayaan publik atas kualitas jasa yang
diberikan oleh profesi, tanpa memandang individu yang menyediakan jasa tersebut.
Bagi akuntan publik, kepercayaan klien dan pemakai laporan keuangan eksternal atas
kualitas audit dan jasa lainnya sangatlah penting. Jika para pemakai jasa tidak
memiliki kepercayaan kepada para dokter, hakim, atau akuntan publik, maka
kemampuan para profesional itu untuk melayani klien serta masyarakat secara efektif
akan hilang.
penerapan dan kepatuhan terhadap kode etik dapat menjadi alat pencegah
yang paling efektif terhadap perilaku tidak bermoral dan ilegal yang dilakukan oleh
akuntan karena kode etik tersebut membuat tindakan penipuan secara internal tidak
dapat ditoleransi oleh akuntan.

Kantor akuntan publik (KAP) memiliki hubungan khusus dengan para


pemakai laporan keuangan yang berbeda dengan bentuk hubungan antara profesional
lain dengan para pemakai jasanya. Sebagai contoh, pengacara biasanya bertugas dan
dibayar oleh klien dan mempunyai tanggung jawab utama menjadi pembela bagi
klien tersebut. Kantor akuntan publik bertugas dan dibayar oleh perusahaan yang
menerbitkan laporan keuangan, tetapi yang mendapat manfaat utama dari audit ini
adalah para pemakal laporan keuąngan. Sering kali, auditor tidak mengetahui atau
tidak mempunyai hubungan dengan para pemakai laporan keuangan tctapi sering
melakukan pertemuan dan mengadakan hubungan yang berkesinambungan dengan
personil klien.
Sangat penting bahwa pemakai laporan memandang kantor akuntan publik
sebagai pihak yang kompeten dan objektif. Jika pemakai laporan yakin bahwa kantor
akuntan publik tidak memberikan jasa yang bernilai (mengurangi risiko informasi),
maka nilaı laporan audıt serta laporan jasa ateştasi lainnya dari kantor akuntan publik
tersebut akan berkurang dan karenanya, permintaan akan jasa audit juga berkurang.
Karena itu, ada insentif yang cukup banyak bagi kantor akuntan publlk untuk
berperilaku pada tingkat profesionalisme yang tinggi.

KODE PERILAKU PROFESIONAL


Kode Perilaku Profesional AICPA menyediakan baik standar umum perilaku
yang ideal maupun peraturan perilaku khusus yang harus diberlakukan. Kode etik ini
terdiri dari empat bagian: prinsip.prinsip, peraturan perilaku, interpretasi atas
peraturan perilaku, dan kaidah etika. Bagian•bagian ini disusun dalam urutan
spesifisitas yang semakin meningkat; prinsip•prinsip menyediakan standar perilaku
yang ideal, sementara kaidah etika bersifat sangat spesifik. Keempat bagian tersebut
diikhtisarkan dalam Gambar 4-3 dan dibahas dalam bagian berikut ini.

Frankel (1989, hal. 110-111) secara ringkas menawarkan bahwa ada tiga jenis
kode: aspirasional, pendidikan, dan peraturan. Kode aspirasi menyajikan perilaku
profesional yang ideal. Kode pendidikan “(berusaha) untuk mendukung pemahaman
ketentuan-ketentuannya dengan komentar dan interpretasi yang luas.” Kode peraturan
memberikan mandat profesional dan “berfungsi sebagai dasar untuk mengadili
keluhan.” Oleh karena itu, salah satu tujuan kode etik adalah untuk membantu
mencegah para profesional melakukan perilaku yang, secara individu atau kolektif,
akan mempermalukan profesinya dan menghalangi kemampuannya untuk melayani
publik, sehingga semakin mengurangi kepercayaan terhadap reputasi akuntan. Model
yang kami usulkan berkontribusi pada bidang ini dengan menawarkan struktur
aspirasional, pendidikan, dan peraturan bagi akuntan yang menghadapi dilema moral.
Prinsip-prinsip Etis
1. Tanggung Jawab Dalam mengemban tanggung jawabnya sebagai profesional, para
anggota harus melaksanakan penimbangan profesional dan moral yang sensitif
dalam semua aktMtas mereka.
2. Kepentingan Publik Para anggota harus menerima kewajiban untuk bertindak
sedemıTan rupa agar dapat melayani kepentingan publik, menghargai kepercayaan
publik, serta menunjukkan komitmennya pada profesionalisme.
3. Integitas Untuk mempertahankan dan memperluas kepercayaan publik para
anggota harus melaksanakan seluruh tanggung jawab profesionalnya dengan
tingkat integritas tertinggi.
4. Objektivitas dan Independensi Anggota harus mempertahankan objektivitas dan
bebas dari konflik kepentingan dalam melaksanakan tanggung jawab
profesionalnya. Anggota yang berpraktik bagi publik harus independen baik dalam
fakta maupun dalam penampilan ketika menyediakan jasa audit dan jasa atestasi
lainnya.
5. Keseksamaan Anggota harus memperhatikan standar teknis dan etis profesi, terus
bemsaha keras meningkatkan kompetensi dan mutu jasa yang diberikannya, serta
melaksanakan tanggung jawab profesional sesuai dengan kemampuan terbaiknya.
6. Ruang Lingkup dan Sifat Jasa Anggota yang berpraktik bagi publik harus
memperhatikan prinsip-prinsip Kode Periloku Profesionol dalam menentukan tingkup
dan sifat jasa yang akan öısediakannya.
INDEPEDENSI
Mintz (2016, P. 8) menyatakan bahwa dua nilai terpenting bagi akuntan adalah
integritas dan objektivitas, “dua nilai yang, bersama dengan independensi, menjadi
landasan aturan perilaku. Menyuarakan dan bertindak berdasarkan nilai-nilai tersebut
sangat penting untuk melaksanakan tanggung jawab profesional seseorang.”
Nilai auditing sangat bergantung pada persepsi publik atas independensi
auditor. Alasan bahwa banyak pemakai ingin mengandalkan laporan akuntan publik
adalah ekspektasinya atas sudut pandang yang tidak bias. Kode Perilaku Profesional
AICP,A dan Kode Etik bagi Perilaku Profesional [ESBA mendefinisikan
independensi sebagal hal yang terdiri dari dua komponen: independensi dalam
berpikir dan independensi dalam penampilan. Independensi dalam berpikir
(independence in mind) mcnccrminkan pikiran auditor yang memungkinkan audit
dilaksanakan dengan sikap yang tidak bias. Independensi dalam berpikir
mencerminkan persyaratan lama bahwa anggota harus independen dalam fakta.
Independensi dalam penampilan (indcpcndencc in appearance) adalah hasil dari
interpretasi Iain atas independensi ini. Bila auditor independen dalam fakta tetapi
pemakai yakin bahwa mereka menjadi penasihat untuk klicn, scbagian besar nilai dari
fungsi audit telah hilang.
Menurut peraturan SEC yang dikeluarkan sebelum Sarbanes•Oxley Act dan
masih berlaku hingga kini, kantor akuntan publik dianggap tidak independen
berkenaan dengan klien audit jika mantan partner, prinsipal, pemegang saham, atau
karyawan profesional dari kantor tersebut diterima bekerja pada klien dan
mempunyai kepentingan keuangan yang berkelanjutan dalam kantor akuntan
bersangkutan atau dałam posisi yang mempengaruhi kebijakan operasi atau keuangan
kantor akuntan tersebut.

PERATURAN PERILAKU DAN INTERPRETASI INDEPENDENSI

Standards Board (ASB) mensyaratkan bahwa para auditor yang mengaudit laporan
keuangan historis harus bersikap independen. Karena itu, Peraturan 101 berlaku
untuk jasa audit. Independensi juga diwa)ibkan dalam Jenis jasa atestasi lainnya,
seperti jasa review dan audit atas laporan keuangan prospektif. Akan tetapi, sebuah
kantor akuntan publik dapat memberikan jasa SPT pajak dan jasa manajemen tanpa
harus berlaku independen. Peraturan 101 tidak berlaku bagi jenis jasa tersebut.
Interpretasi Peraturan 101 melarang anggota yang tcrlibat untuk memiliki
saham Kepentingan atau investasi langsung lainnya dalam klien audit karcna hal itu
berpotensi me• Keuangan rusak independensi audit aktual (independensi dalam
fakta), dan pasti akan mempengaruhi persepsi pemakai atas independensi auditor
(independensi dalam penampilan). Investasi tidak langsung, contohnya kepemilikan
saham dalam perusahaan klien oleh kakek auditor, juga dilarang, tetapi hanya jika
jumlahnya material bagi auditor. Peraturan kepemilikan saham lebih rumit ketimbang
saat pertama kali terlihat. Penelaahan yang lebih rinci atas persyaratan itu disertakan
guna membantu memahami dan memperlihatkan kompleksitas dari salah satu
peraturan itu. Ada tiga perbedaan penting dalam peraturan itu manakala berkaitan
dengan independensi dan kepemilikan saham.
Anggota yang Tercakup Peraturan 101 berlaku untuk anggota yang terlibat yang
dapat mempengaruhi penugasan atestasi. Anggota yang tercakup meliputi yang
berikut ini:
I.Orang-orang pada tim penugasan atestasi
2.Orang-orang yang dapat mempengaruhi penugasan atestasi, seperti orang yang
mengawasi atau mengevaluasi partner penugasan
3.Partner atau manajer yang memberikan jasa nonatestasi kepada klien
4.Partner di kantor partner yang bertanggung jawab atas penugasan atestasi
5.Kantor akuntan dan program tunjangan karyawannya
6.Entitas yang dapat dikendalikan oleh setiap anggota yang terlibat tersebut di atas
atau oleh dua orang atau lebih anggota yang terlibat atau entitas yang beroperasi
bersama
Sebagai contoh, seorang anggota staf dalam kantor akuntan publik nasional dapat
memiliki saham dalam perusahaan klien dan tidak melanggar Peraturan 101 bila
anggota staf itu tidak terlibat dalam penugasan. Namun, bila anggota staf itu terlibat
dalam penugasan tersebut atau menjadi partner di kantor partner yang bertanggung
jawab atas penugasan atestasi, dia harus melepaskan saham itu atau kantor akuntan
publik tersebut tidak Iagi independen tcrhadap klien.
l. Klien harus menerima tanggung jawab penuh atas laporan keuangan. Klien harus
mempunyai pengetahuan yang cukup tentang aktivitas dan kondisi keuangan
perusahaan serta prinsip•prinsip akuntansi yang dapat diterapkan sehingga klien dapat
menerima dengan wajar tanggung jawab itu, termasuk kewajaran penilaian,
penyajian, dan memadainya pengungkapan. Apabila diperlukan, akuntan publik harus
mendiskusikan masalah akuntansi dengan klien untuk memastikan bahwa klien
memiliki tingkat pemahaman yang dibutuhkan,
2. Akuntan publik tidak boleh berperan sebagai karyawan atau manajemen yang
mengoperasikan perusahaan. Sebagai contoh, akuntan publik tidak dapat melakukan
transaksi, memiliki tanggung jawab atas aset, atau menjalankan wewenang atas nama
klien. Klicn harus menyiapkan dokumen sumber tentang semua transaksi dengan
rincian yang cukup untuk mengidentifikasi sifat dan jumlah transaksi tersebut serta
me. nyelenggarakan pengendalian akuntansi atas data yang diproses Oleh akuntan
publik, seperti pengendalian total dan perhitungan dokumen.
3. Akuntan publik, dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan yang disusun
dari pembukuan dan catatan yang telah disiapkan sepenuhnya atau sebagian oleh
akuntan publik, harus sesuai dengan GAAS. Fakta bahwa akuntan publik telah
memroses atau mempertahankan catatan tertentu tidak menghilangkan kebutuhan
untuk melakukan pengujian audit yang mencukupi.

PERATURAN PERLAKU LAINNYA

Integritas berarti tidak memihak dalanı melakukan senıua jasa. Pcraturan 102 tentang
integritas dan objektivitas disajikan berikut ini:
Peraturan 102—1ntcgtitas dan Objektivitas Dalam pelaksanaan setiap jasa
prolesional, seorang anggota harus dapat mempertahankan objektivitas dan inteuitas,
horus bebas dari konflik kepentingan, dan tidak boleh dengan sengaja membuat
kesalahan penyajian ataç fakta atau menycrahkan penilaiannya kepada orang lain.
Ketiga Kode standar berikutnya berhubungan dengan kepatuhan auditor pada Standar
Teknis persyaratan standar teknis. Berikut ini adalah persyaratan dari standar teknis:
Petaturan 201—Standar Umum Seorang anggota harus mematuhi standar berikut dan
interpretasinya yang ditetapkan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Dewan.
A Kompetensi profesional. Hanya mengerjakan jasa profesional di mana anggota atau
kantor anggota menganggap secara wajar dopat diselesaikan dengan kompetensi
profesional.
B.Keseksamoon profesional (due professional core), Menggunakan kemahiran
profesional dalam pelaksanaan jasa profesional.
C.Perenconoon dan supervisi, Merencanakan dan mengawasi secara mencukupi
pelaksanaan jasa profesional.
D.Dota relevan yang mencukupi, Memperoleh data relevan yang mencukupi sebagai
dasar yang layak untuk membuat kesimpulan atau rekomendasi dalam hubungannya
dengan jasa profesional yang dilaksanakan.
Kebutuhan akan Kerahasiaan Selama melakukan audit dan sebagian besar jenis
penugasan lainnya, para praktisi memperoleh sejumlah informasi rahasia, termasuk
gaji pejabat perusahaan, rencana penetapan harga produk dan periklanan, serta data
biaya produk. Jika auditor membocorkan informasi ini ke pihak luar atau kepada
karyawan klien yang tidak mempunyai akses ke informasi itu, hubungan mereka
dengan manajemen bisa sangat tegang, dan dalam kasus ekstrem, dapat
membahayakan klien. Persyaratan kerahasiaan berlaku untuk semua jasa yang
diberikan oleh akuntan publik, termasuk jasa perpajakan dan manajemen.
Biasanya, file audit akuntan publik dapat diberikan kepada orang lain hanya atas
seizin klien. Ini juga berlaku meskipun seorang akuntan publik menjual praktiknya
kepada kantor akuntan publik lain atau mengizinkan auditor penerus menguji
dokumentasi audit yang disiapkan untuk mantan kliennya.
PEMBERLAKUAN
Kelalaian untuk mengikuti peraturan perilaku dapat mengakibatkan pemecatan dari
AICPA. Hal ini tidak mencegah seorang akuntan publik untuk melakukan praktik
akuntansi publik, tetapi merupakan sanksi sosial yang berat. Selain peraturan
perilaku. anggaran rumah tangga AICPA juga memberikan skors otomatis atau
dikeluarkan dari AICPA atas tuduhan tindak kejahatan yang bisa dihukum penjara
lebih dari I tahun dan untuk berbagai kejahatan yang berhubungan dengan pajak.
Divisi Etika Profesional AICPA bertanggung jawab untuk mcnyclidiki pelanggaran
atas Kode dan mencntukan tindakan disipliner. Penyelidikan Olch divisi ini timbul
akibat informasi yang diperoleh terutama dari keluhan praktisi atau orang Jain,
pcrkumpulan akuntan publik negara bagian, atau agen pemerintah. Seorang anggota
dapat secara otomatis dikenai sanksi tanpa penyelidikan jika anggota itu mendapat
tindakan disiplin atau hukuman dari instansi pemerintah atau organisasi lain yang
mempunyai wewenang untuk mengatur akuntan, seperti SEC dan PCAOB.
Ada dua tingkatan utama dari tindakan disiplin atau hukuman. Untuk yang tidak
terlalu scrius, dan mungkin pelanggaran yang tidak disengaja, divisi ini membatasi
hukuman hingga persyaratan untuk mengambil tindakan perbaikan atau korektif.

Anda mungkin juga menyukai