Anda di halaman 1dari 14

NAMA : ZULKARNAIM DG.

MADJID
NIM : A031211009
MATKUL : PENGAUDITAN 1

Etika Profesional

A. Definisi Etika

Etika dapat didefinisikan secara luas sebagai seperangkat prinsip atau nilai moral. Masing-
masingdari kita memiliki seperangkat nilai, meskipun kita mungkin atau mungkin tidak
mempertimbangkannya secara eksplisit. Filsuf, organisasi keagamaan, dan kelompok lain
telah mendefinisikan dalam berbagai cara seperangkat ideal prinsip atau nilai moral. Contoh
seperangkat prinsip atau nilai moral yang ditentukan termasuk undang-undang dan peraturan,
doktrin gereja, kode etik bisnis untuk professional kelompok seperti CPA, dan kode etik
dalam organisasi.

Pengertian Etika Auditor Menurut Sukrisno Agoes (2009:26) pengertian etika yaitu : “Etika
berasal dari kata Yunani ethos (bentuk tunggal) yang berarti: tempat tinggal, padang rumput,
kandang, kebiasaan, adat, watak, perasaan, sikap, cara berpikir. Bentuk jamaknya adalah ta
etha, yang berarti adat istiadat. Dalam hal ini, kata etika sama pengertiannya dengan moral.
Moral berasal dari kata Latin: mos (bentuk tunggal), atau mores (bentuk jamak) yang berarti
adat istiadat, kebiasaan, kelakukan, watak, tabiat, akhlak, cara hidup (Kanter, 2001)”.
Menurut Irham Fahmi (2013:2) menjelaskan pengertian etika yaitu : “Etika berasal dari kata
Yunani
“ethos”, yang dalam bentuk jamaknya (ta etha) berarti “adat isitiadat” atau “kebiasaan.
Perpanjangan dari adat membangun suatu aturan kuat dimasyarakat, yaitu bagaimana setiap
tindak dan tanduk mengikuti aturan-aturan, dan aturanaturan tersebut. telah membentuk
moral masyarakat dalam menghargai adat istiadat yang berlaku”. Selain itu menurut Arens,
Elder, Beasley yang dialihbahasakan oleh
Herman Wibowo (2008:98) pengertian Etika yaitu : “Etika (ethics) secara garis besar dapat
didefinisikan sebagai serangkaian prinsip atau nilai moral”.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa etika merupakan prinsip moral
yang menjadi dasar landasan bagi setiap orang dalam menjalankan tugas dan tanggung
jawabnya.
B. Dilema Etika

Dilema etika merupakan situasi yang dihadapi oleh seseorang dimana ia harus mengambil
keputusan tentang perilaku yang tepat (Arens, 2011:100). Sehubungan dengan keadaan
tersebut, seorang akuntan dalam melaksanakan tugasnya harus berlandaskan pada standar
moral dan etika profesi yang telah ditetapkan.

Kerangka kerja formal telah dikembangkan untuk membantu orang menyelesaikan dilema
etika. Tujuan dari kerangka kerja tersebut adalah untuk membantu mengidentifikasi masalah
etika dan memutuskan suatu tindakan yang tepat dengan menggunakan nilai-nilai orang itu
sendiri. Pendekatan enam langkah yang berikut ini dimaksudkan sebagai pendekatan yang
relatif sederhana untuk menyelesaikan dilema etika:

1. Dapatkan fakta-fakta yang relevan.


2. Identifikasi masalah etika dari fakta.
3. Tentukan siapa yang terpengaruh oleh hasil dilema dan bagaimana masingmasing
seseorang atau kelompok terpengaruh.
4. Identifikasi alternatif yang tersedia bagi orang yang harus menyelesaikan dilema.
5. Identifikasi kemungkinan konsekuensi dari setiap alternatif.
6. Putuskan tindakan yang tepat.

C. Kebutuhan Khusus akan Perilaku Etis Dalam Profesi

Profesional adalah tanggung jawab untuk bertindak lebih dari sekadar memenuhi tanggung
jawab diri sendiri maupun ketentuan hukum dan peraturan masyarakat.Akuntan publik,
sebagai profesional, mengakui adanya tanggung jawab kepada masyarakat, klien, serta rekan
praktisi, termasuk perilaku yang terhormat, meskipun ituberarti pengorbanan diri. Alasan
utama mengharapkan tingkat perilaku profesional yangtinggi oleh setiap profesi adalah
kebutuhan akan kepercayaan publik atas kualitas jasayang diberikan oleh profesi, tanpa
memandang individu yang menyediakan jasa tertentu.Bagi akuntanpublik, kepercyaan klien
dan pemakai laporan keuangan eksternal ataskualitas audit dan jasa lainnya sangatlah
penting.

1. Perbedaan Antara Kantor Akuntan Publik dan Profesional LainnyaK antor akuntan
publik (KAP) memiliki hubungan khusus dengan parapemakai laporan keuangan yang
berbeda dengan bentuk hubungan antaraprofesional lain dengan para pemakai
jasanya. Auditor tidak mengetahui atau tidakmempunyai hubungan dengan para
pemakai laporan keuangan tetapi seringmelakukan pertemuan dan mengadakan
hubungan yang berkesinambungan denganpersonil klien. Sangat penting bahwa
pemakailaporan memandang kantor akuntanpublik sebagai pihak yang kompeten dan
objektif. Jika pemakai laporan yakin bawakantor akuntan publik tidak memberikan
jasa yang bernilai (mengurangi risiko informasi), maka nilai laporan audit serta
laporan jasa atestasi lainnya dari kantorakuntan publik tersebut akan berkurang dan
karenanya, permintaan akan jasa audit juga berkurang. Maka, akan ada insentif yang
cukup banyak bagi kantor akuntanpublik untuk berperilau pada tingkat
profesionalisme yang tinggi.
2. Cara-Cara Akuntan Publik Didorong untuk Memperlakukan Diri Mereka
SecaraProfesionalDua faktor yang paling berpengaruh ditunjukkan dalam warna gelap
padagambar diatas. Kode PerilakuProfesional berarti memberikan standar
perilakukepada semua anggota AICPA. PCAOB berwenang untukmenetapkan standar
etikadan independensi bagi auditor perusahaan publik, dan SEC juga
memainkanperanyang penting dalam menetapkan standar independensi bagi auditor
perusahaan publik.

D. Kode Perilaku Profesional

AICPA menyediakan baik standar umum perilaku yangideal maupun peraturan perilaku
khusus yang harus diberlakukan. Kode etik ini terdiridari empat bagian, yaitu prinsip-prinsip,
peraturan perilaku, interprestasi atas peraturanperilaku, dan kaidah etika. Bagian-bagian ini
disusun dalam urutan spesifisitas yangsemakin meningkat; prinsip-prinsip menyediakan
standar perilau yang ideal, sementarakaidah etika bersiat sangat spesifik.

Beberapa deinisi, yang diambil dari Kode Perilaku Profesional AICPA, harusdipahami agar
dapatmenginterpretasikan aturan-aturannya.
a. Klien.
Setiap orang atau entitas, selaun dari atasan anggota, yang menugaskan anggota atau
kantornya untuk melaksanakan jasa profesional.
b. Kantor akuntan.
Bentuk organisasi yang dizinkan oleh hukum atau peraturan yang karakteristiknya
sesuai dengan resolusi Dewan American Institute of Certified PublicAccountants yang
bertugas dalam praktik akuntansi publik. Kecuali untuk tujuanmenerapkan Rule 101,
Independensi, kantor mencakup setiap partner.
c. Anggota.
Seorang anggota, anggota asosiasi internasional dari American Institute of Certfiied
Publick Accountants.

1. Prinsip-Prinsip Profesional Bagian


Kode Etik AICPA yang membahas prinsip-prinsip perilaku profesionalmencakup diskusi
umum tentang karakteristik sebagai akuntan publik. Bagian prinsipini terdiri dari dua bagian
utama yaitu enam prinsip etis dan dikusi tentang prinsip-prinsip tersebut. Prinsip-prinsip etis
tersebut adalah:
a. Tanggung jawab.
Dalam mengemban tanggung jawabnya sebagai profesional,para anggota harus
melasanakan pertimbangan profesional dan moral yangsensitif semua aktivitas
mereka.
b. Kepentingan publik.
Para anggota harus menerima kewajiban untuk bertindaksedemikian rupa agar dapat
melayani kepentingan publik, menghargaikepercayaan publik, serta menunjukkan
komitmennya pada profesionalisme.
c. Integritas.
Untuk mempertahankan dan memperluas kepercayaan publik paraanggota harus
melaksanakan seluruh tanggung jawab profesionalnya dengantingkat integritas
tertinggi.
d. Objektivitas dan independensi.
Anggota harus mempertahankan objektivitas danbebas dari konflik kepentingan
dalam melaksanakan tanggung jawabprofesionalnya.
e. Keseksamaan.
Anggota harus memperhatikan standar teknis dan etis profesi,terus berusaha keras
meningkatkan kompetensi dan mutu jasa yangdiberikannya, serta melaksanakan
tanggung jawab profesional sesuai dengankemapuan terbaiknya
f. Ruang lingkup dan sifat jasa.
Anggota yang berpraktik bagi publik harus memperhatikan prinsipprinsipkode
perilaku profesional dalam menentukan lingkup dan sifat jasa yang akan
disediakannya.
2. Peraturan Perilaku
Bagian dari Kode ini mencakup peraturan khusus yang yang harus dipatuhioleh setiap
akuntan publik dalam praktik akuntansi publik. Mereka yang memegangsetifikat akuntan
publik tetapi tidak berpraktik sebagai akuntan publik harusmematuhi sebagian besar, tetapi
tidak semua ketentuan tersebut. banyak praktisimerujuk peraturan ini sebagai Kode Perilaku
Profesional AICPA.

3. Interpretasi Peraturan Perilaku


Kebutuhan akan interpretasi peraturan perilaku yang dipublikasikan timbulketika terdapat
beragam pertanyaan dari para praktisi tentang peraturan yang spesifik. Komite Eksekutif
Profesional AICPA menyiapkan setiap interpretasiberdasarkan konsensus komite yang terdiri
dari para akuntan publik.

4. Kaidah Etika
Kaidah (ruling ) adalah penjelasan oleh komite eksekutif dari divisi etikaprofesional tentang
situasi faktual khusus. Sejumlah besar kaidah etikadipublikasikan dalam versi yang diperluas
dari Kode Perilaku Profesional AICPA.

5. Aplikabilitas Peraturan Perilaku


Peraturan perilaku yang terdapat dalam Kode Perilaku Profesional AICPA diterapkan pada
semua anggotaAICPA atas semua jasa yang diberikan, apakah anggota tersebut berpraktik
atau tidak berpraktik sebagai akuntan publik, kecualidinyatakan secara khusus dalam kode
etik tersebut. Setiap peraturan diterapkan pada jasa atestasi, dan kecuali dinyatakan
sebaliknya, juga diterapkan ke semua jenis jasa yang disediakan oleh akuntan publik seperti
jasa perpajakan dan manajemen.

E. Independensi

Kaidah (ruling ) adalah penjelasan oleh komite eksekutif dari divisi etikaprofesional tentang
situasi faktual khusus. Sejumlah besar kaidah etikadipublikasikan dalam versi yang diperluas
dari Kode Perilaku Profesional AICPA.5. Aplikabilitas Peraturan PerilakuPeraturan perilaku
yang terdapat dalam Kode Perilaku Profesional AICPA diterapkan pada semua
anggotaAICPA atas semua jasa yang diberikan, apakah anggota tersebut berpraktik atau tidak
berpraktik sebagai akuntan publik, kecualidinyatakan secara khusus dalam kode etik tersebut.
Setiap peraturan diterapkan pada jasa atestasi, dan kecuali dinyatakan sebaliknya, juga
diterapkan ke semua jenis jasa yang disediakan oleh akuntan publik seperti jasa perpajakan
dan manajemen.

Independence Standards Board (ISB)

Sebuah badan sektor swasta yang dibentuk pada tahun 2017 guna memberikan kerangka
kerja konseptual bagi masalah independensi yang berhubungan dengan audit perusahaan
publik. ISB dibubarkan pada tahun 2001 setelah mengadopsi aturan independensi auditor
SEC yang baru atau direvisi,karena telah memenuhi sebagian besar misinya. ISB Standard
No.1, Independence Discussions with Audit Committees, mengharuskan auditor perusahaan
yang melapor ke SEC untuk secara tertulis mengungkapkan kepada komite audit atau dewan
direksi semua hubungan antara kantor akuntan publik (KAP) dan perusahaan, yang menurut
penilaian profesional auditor mungkin dianggap dapat mempengaruhi independensi. ISB
Standars No. 3 merekomendasikan perlindungan yang harus di implementasikan kantor
akuntan publik ketika profesional mereka mempertimbangkan atau menerima pekerjaan dari
klien audit. Profesional yang terlibat dalam negoisasi pekerjaan dengan klien harus
dipindahkan dari tim penugasan audit dan pekerjaannya direview untuk menilai apakah
mereka menerapkan skeptisisme yang sepantasnya.

F. Peraturan Perilaku dan Interpretasi Independesi

Peraturan 101-Independensi, Seorang anggota yang berpraktik untuk perusahaan publik


harus independen dalam pelaksanaan jasa profesionalnyasebagaimana disyaratkan oleh
standar yang dirumuskan lembaga yang dibentuk olehDewan. Frase terakhir dalam Peraturan
101, “sebagaimana disyaratkan oleh standar yang dirumuskan lembaga yang dibentuk o leh
Dewan” adalah cara yang tepat bagi AICPA untuk mencantumkan atau tidak mencantumkan
persyaratan independesi atasberbagai jenis jasa. Peraturan 101 berlaku untuk jasa audit.

Ada beberapa masalah dan interpretasi penting yang melibatkan independensi akan
dibahas dalam bagianberikut ini :

a. Kepentingan Keuangan
Interpretasi peraturan 101 melarang anggota yang terlibat untuk memiliki saham atau
investasi langsung lainnya dengan klien audit karena hal itu berpotensi merusak independensi
audit aktual (independensi dalam fakta), dan pasti akan mempengaruhi persepsi klien atas
independensi auditor (Independensi dalampenampilan). Investasi tdiak langsung, contohnya
kepemilikan saham dalam perusahaan klien oleh kakak auditor pun dilarang, diperbolehkan
akan tetapi jika jumlahnya material bagi auditor.

b. Masalah Kepentingan Keuangan yang Berkaitan

Beberapa interpretasi atas peraturan 101 berkaitan dengan aspek aspek khusus dari hubungan
keuangan antara karyawan kantor akuntan publik dan kliennya. Hal ini diikhtisarkan dalam
bagian berikut ini :

1. Mantan Praktisi
Dalam sebagian besar situasi, interpretasi memungkinkan para mantan partner atau
pemegang saham yang meninggalkan perusahaan dengan cara seperti mengundurkan
diri atau menjual kepemilikan sahamnya untuk memiliki hubungan dengan klien
perushaan, yang lazimnya merupakan jenis kepemilikan yang melanggar Peraturan
101, tanpa mempengaruhi independensi kantor akuntan publik.
2. Prosedur Pemberian Pinjaman yang Normal
Umumnya, tidak diperkenankan adanya perjanjian kredit antara kantor akuntan publik
atau karyawannya dengan klien audit karena hal itu meruoakan hubungan keuangan.
Namun, terdapat beberapa pengecualian atas peraturan tersebut termasuk kredit
mobil, kredit yang sepenuhnya dijamin dengan simpanan tunai pada lembaga
keuangan tersebut, serta saldo kartu kredit yang nilai totalnya tidak melebihi $10.000.
3. Kepentingan Keuangan dan Penerimaan Bekerja Anggota Keluarga Inti serta
Keluarga Terdekat
Kepentingan keuangan dari anggota keluarga inti, yang didefinisikan sebagai
pasangan suami istri, anak anak, atau anggota keluarga lain yg di tanggung oleh
seorang anggota perusahaan, umumnya diperlakukan seolah olah merupakan
kepentingan keuagan dari anggota itu sendiri.Sebagai contoh, jika pasangan hidup
(suami dan istri) profesional pada tim penugasan audit memiliki sejumlah saham pada
klien audit, maka ini merupakan pelanggaran terhadap Peraturan 101.
4. Investasi Bersama dengan Klien
Sebagai contoh, asumsikan bahwa seorang akuntan publik memiliki saham pada klien
non audit, yaitu Jackson Company. Frank Company, yang merupakan klien audit juga
memiliki sejumlah saham pada Jackson Company. Hal ini mungkin merupakan
pelanggaran atas Peraturan 101.
5. Direktur, Pejabat, Manajemen, atau Karyawan Perusahaan
Jika seseorang akuntan publik adalah anggota dari dewan direksi atau pejabat
perusahaan klien, maka kemampuannya untuk melakukan evaluasi yang independen
atas kewajaran penyajian laporan keuangan akan terpengaruh. Meskipun menduduki
jabatan tersebut tidak benar benar mempengaruhi independensinya sebagai auditor,
keterlibatan yang cukup sering dengan manajemen dan keputusan uang dibuatnya
cenderung mempengaruhi pandangan para pemakai laporan terhadap independensinya
sebagai akuntan publik.

c. Perkara Hukm Antara Kantor Akuntan dan Klien

Interpretasi menganggap perkara hukum sebagai pelanggaran atasPeraturan 101 selama audit
masa berjalan. Gugatan oleh klien sehubungandengan jasa perpajakan atau jasa nonaudit
lainnya atau gugatan terhadap klienmaupun kantor akuntan publik oleh pihak lain, biasanya
tidak menganggu independensi. Pertimbangan penting dalam semua tuntutan hukum itu
adalahsejauh mana pengaruhnya terhadap kemampuan klien, manajemen dankaryawan kantor
akuntan publik untuk tetap objektif serta berkomentar secara bebas.

d. Jasa Pembukuan dan Jasa Lainnya

Interpretasi mengizinkan kantor akuntan publik untuk meberikan baik jasa pembukuan
maupun audit kepada klien audit perusahaan swasta. Kesimpulan AICPA mungkin
didasarkan pada perbandingan dampak dari memberikan jasapembukuan dan audit oleh
kantor akuntan publik yang sama terhadapindependensi dengan biaya tambahan bila
menggunakan kantor akuntan publiklain untuk melakukan audit. Ada tiga persyaratan penting
yang harus dipenuhiauditor sebelum dapat diterima untuk memberikan jasa pembukuan dan
auditkepada klien :

1. Klien harus menerima tanggung jawab penuh atas laporan keuangan.


2. Akuntan publik tidak boleh berperan sebagai karyawan atau manajemen
yangmengoperasikan perusahaan.
3. Akuntan publik dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan yangdisusun dari
pembukuan dan catatan yang telah disiapkan sepenuhnya atausebagian oleh akuntan
publik, harus sesuai dengan GAAS.
e. Konsultasi dan Jasa Nonaudit Lainnya

Aktivitas membantu klien yang secara potensial dapat mengangguindependensi dapat


diizinkan sepanjanganggotanya tidak menjalankan fungsimanajemen atau membuat
keputusan manajemen. Banyak kantor akuntanmemberikan jasa auditing internal dan jasa
auditing lainnya yang diperluaskepada para kliennya. Kantor akuntan publik harus menilai
kesediaan dankemampuan klien untuk melaksanakan semua fungsi manajemen yang
berkaitandengan penugasan serta harus mendokumentasikan pemahaman tersebutdengan
klien. Memberikan jasa nonaudit yang dilarang oleh SEC kepada klien audit perusahaan
publik merupakan pelanggaran terhadap aturan AICPA sertaperaturan PCAOB dan SEC.5.

f. Fee yang Belum Dibayar

Menurut Peraturan 101 dan aturan serta interpretasinya independensidianggap terganggu bila
fee yang ditagih atau belum ditagih atas jasa profesionalyang diberikan masih belum dibayar
lebih dari 1 tahun sebelum tanggal laporan. Fee yang belum dibayar dianggap sebagai
pinjaman dari auditor kepada kliendan melanggar Peraturan 101.Fee yang belum dibayar dari
klien yangmengalami kebangkrutan tidak melanggar Peraturan 101.
G. Peraturan Perilaku Lainnya

1. Integritas dan ObjektivitasPeraturan 102-Integritas dan Objektivitas Dalam


pelaksanaan setiap jasa profesional, seorang anggota harus dapat mempertahankan
objektivitas dan integritas, harus bebas dari konflik, kepentingan,dan tidak boleh dengan
sengaja mebuat kesalahan penyajian atau menyerahkanpenilainnya kepada orang
lain.Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnyapengakuan profesional.
Integritas merupakan kualitas yang mendasari kepercayaanpublik serta merupakan patokan
(benchmark ) bagi anggota dalam menguji semua keputusan yang diambil (Mulyadi, 2002).
Anggota yang memenuhi tanggung jawabprofesionalnya dengan integritas tinggi dapat
memelihara dan meningkatkankepercayaan publik. Anggota yang berintegritas seharusnya
bersikap jujur dan tidakmementingkan keuntungan pribadi. Sedangkan objektivitas adalah
suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Anggota harus
bersikap adil, tidak memihak, jujursecara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta
bebas daru benturankepentingan atau berada dibawah pengaruh pihak lain. Meskipun prinsip
ini tidakdapat diukur secara tepat, namun wajib untuk dipegang oleh semua
anggota.Objektivitas berarti tidak memihak dan tidak berat sebelah dalam semua hal
yangberkaitan dengan penugasan.

2. Standar Teknis Peraturan 201-Standar Umum

Seorang anggota harus mematuhi standar berikut dan interpretasinya yangditetapkan oleh
lembaga yang ditunjuk oleh Dewan.

a. Kompetensi Profesional. Hanya melaksanakan jasa profesional yang dimanaanggota


atau kantor anggota menganggap secara wajar dapat diselesaikandengan kompetensi
professional .
b. Keseksamaan Profesional. Mempergunakan kemahiran profesional
dalammelaksanakan jasa profesional.
c. Perencanaan dan Supervisi. Merencanakan dan mengawasi secara
mencukupipelaksanaan jasa profesional.
d. Data Relevan yang Mencakupi. Memperoleh data relevan yang mencukupisebagai
dasar yang layak untuk membuat kesimpulan atau memberirekomendasi dalam
hubungannya dengan jasa profesional yang dilaksanakan.

Peraturan 202-Ketaatan pada Standar

Seorang anggota yang melaksanakan jasa audit, review, kompilasi, konsultasimanajemen,


perpajakan, atau jasa profesional lainnya harus mematuhi standar yangditetapkan oleh
lembagayang ditunjuk oleh Dewan.

Peraturan 203-Prinsip-prinsip Akuntansi

Seorang anggota tidak dibenarkan untuk(1) Memberikan pendapat atau menyatakan secara
tegas bahwa laporan keuanganatau data keuangan lainnya dari setiap entitas telah disajikan
sesuai denganprinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum atau(2) Menyatakan bahwa ia
tidak menyadari adanya modifikasi yang material yangharus dibuat pada laporan atau data
tersebut agar sesuai dengan prinsip-prinsipakuntansi yang berlaku umum, jika laporan atau
data tersebut mengandungpenyimpangan dari prinsip akuntansi yang telah dirumuskan oleh
badanberwenang yang ditunjuk oleh Dewan untuk menetapkan prinsip semacam itu,yang
mempunyai dampak material terhadap laporan atau data yang diambilsecara keseluruhan.
Namun, jika laporan atau data tersebut mengandungpenyimpangan dan anggota dapat
memperlihatkan bahwa akibat keadaan yangtidak biasa, maka penyimpangan tersebut,
laporan atau data itu justru akanmenyesatkan, anggota dapat mamatuhi peraturan dengan
menjelaskanpenyimpangannya, dampaknya bila dapat diperkirakan, dan alasan
mengapakepatuhan terhadap prinsip-prinsip tersebut diatas akan menghasilkan laporanyang
menyesatkan.

Peraturan ini bertujuan untuk memberikan dukungan kepada ASB, PCAOB,FASB, dan
badan penyusun standar teknis lainnya. Peraturan 201 dinyatak dalampengertian yang berlaku
bagi semua jenis jasa, sedangkan standar auditing hanyaberlaku untuk audit. Peraturan 202
menjelaskan bahwa jika seorang praktisimelanggar standar auditing, secara otomatis
peraturan perilaku juga dilanggar.

3. Kerahasiaan Peraturan 301-Informasi Rahasia Klien

Seorang anggota dalam praktik publik tidak boleh mengungkapkan setiap informasirahasia
klien tanpa persetujuan klien.Peraturan ini tidak boleh diartikan:

1. Untuk membebaskan seorang anggota dari kewajiban profesionalnya


menurutperaturan 202 dan 203,
2. Untuk memengaruhi dengan cara apapun kewajiban anggota anggota
memenuhipanggilan pengadilan yang dibuat secara sah dan dapat diberlakukan,
3. Untuk menghambat review atas praktik profesional anggota menurut AICPA
atauperkumpulan akuntan publik negara bagian atau otorisasi Dewan Akuntansi, atau
4. Untuk menghalangi seorang anggota mengajukan keluhan dengan, atau menaggapi
suatu penyelidikan yang dilakukan oleh divisi etika profesional ataudewan pengadilan
institut atau badan investigatif atau disipliner dan perkumpulanakuntan publik negara
bagian atau Dewan Akuntansi.Anggota dari setiap badan yang diidentifikasi dalam
butir (4) diatas dan anggotayang terlibat dengan review praktik profesional yang
diidentifikasi dalam butir (3)diatastidak boleh menggunakan keunggulan posisi
mereka atau mengungkapkansetiap informasi rahasia klien milik anggota manapun
yang datang kepada merekadalam menjalankan aktivitas tersebut. Larangan ini tidak
akan membatasi pertukaninformasi para anggota yang berhubungan dengan hasil
investigasi atau indisiplineryang dijelaskan dalam butir (4) diatas, atau review praktik
profesional yangdijelaskan dalam butir (3) diatas.

Kewajiban anggota yang melakukan praktik publik untuk merahasiakansemua informasi


tentang masalh bisnis klien merupakan hal yang sangat mendasar.Kerahasiaan merupakan hal
yang sangat dibutuhkan dalam membangun dasarkepercayaan bersama antara anggota dan
klien. Ada beberapa kondisipeengecualian atas kerahasiaan, yaitu kewajiban yang
berhubungan denganstandarteknis, penggilan pengadilan dan ketaatan pada hukum serta
peraturan,peer review ,dan respons terhadap divisi etika.

4. Fee Kontinjen

Fee kontinjen adalah Fee yang ditetapkan untuk pelaksanaan suatu jasaprofesional tanpa
adanya Fee yang akan dibebankan, kecuali ada hasil tertentusehingga jumlah Fee tergantung
pada temuan yang dihasilkan tersebut. Anggota tidak diperkenankan untuk menetapkan fee
kontinjen jika penetapan tersebut dapat mengurangi independens.

5. Tindakan yang Dapat Didiskreditkan

Peraturan 501-Tindakan yang Dapat Didiskreditkan

Seorang anggota tidak bolehh melakukan tindakan yang dapat didiskreditkan


bagiprofesinya.

Tindakan yang mendiskreditkan profesi antara lain penahanan catatan klien;diskriminasi dan
gangguan dalam praktik karyawan; standar tentang auditpemerintah dan persyaratan badan
serta agen pemerintah; kelalaian dalampenyiapan laporan atau catatan keuangan; kelalaian
mengikuti persyaratan daribadan pemerintah, komisi, atau lembaga pengatur lainnya;
permohinan atau pengungkapan pertanyaan dan jawaban ujian akuntan publk; serta kelalaian
mengisi SPT pajak atau membayar kewajiban pajak.

6. Iklan dan Permohonan Peraturan 502-Iklan dan Bentuk Permohonan Lainnya

Seorang anggota dalam praktik publik tidak boleh berusaha memperoleh kliendengan iklan
atau bentuk permohonan lainnya dengan cara yang palsu, menyesatan,atau menipu.
Permohonan dengan menggunakan paksaan, melampaui batas, ataumengganggu sangat
dilarang.
Anggota diperbolehkan mencari klien melaui pemasangan iklan, melakukanpromosi
pemasaran , dan kegiatan lainnya sepanjang tidak merendahkan citraprofesi. Sekarang banyak
kantor akuntan publik yang telah mengembangkanperiklanan yang canggih pada jurnal
nasional yang dibaca oleh pelaku bisnis danpada surat kabar. Saat ini,. Beberapa perusahaan
lebih sering mengganti auditoruntuk mengurangi biaya audit. Meskipun demikian, dengan
adanya persyaratan peerreview dan campur tangan SEC serta pemerintah telah membuat
mutu audit tetap tinggi.
7. Komisi dan Fee Referal (Rujukan)

Peraturan 503-Komisi dan Fee Referal

Komisi adalah imbalan dalam bentuk uang atau barang atau bentuk lainnyayang diberikan
kepada atau diterima dari klien/pihak lan untuk memperoleh perikatandari klien/pihak lain.
Anggota tidak diperkenankan untuk memberikan/menerimakomisi jika
pemberian/penerimaan komisi tersebut dapat mengurangi independensi.Akuntan publik
dilarang menerima komisi dari klien yang menerima jasa atestasi darikantor akuntan publik
tersebut. Komisi diizinkan untuk klien lain tetapi harus diungkapkan.

Fee referal adalah imbalan yang dibayarkan/diterima kepada/dari sesamapenyedia jasa


profesional akuntan publik. Fee referal hanya diperkenankan bagisesama profesi. Setiap fee
referal untuk jasa akuntan publik juga harus diungkapkan.

8. Bentuk dan Nama Organisasi Peraturan 505-Bentuk dan Nama Organisasi

Anggota hanya dapat berpraktik akuntan publik dalam bentuk organisasi yangdiizinkan oleh
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan/atau yang tidakmenyesatkan dan
merendahkan citra profesi. Peraturan 505 mengizinkan para praktisi untuk membentuk
organisasisesuai dengan salah satu dari enam bentuk inisepanjang diizinkan oleh pemerintah
yaitu perusahaan perseorangan, persekutuanumum, korporasi umum, korporasi profesional,
perusahaan dengan kewajibanterbatas, atau persekutuan dengan kewajiban terbatas.

H. Mekanisme Pemberlakuan Peraturan Perilaku

Kelalaian untuk mematuhi peraturan perilaku dapat mengkibatkan pemecatandari


AICPA.Anggaran rumah tangga AICPA juga memberikan skors otomatis atau dikeluarkan
dari AICPA atas tuduhan tindak kejahatan yang bisa dihukum penjara lebihdari 1 tahun dan
untuk berbagai kejahatan yang berhubungan dengan pajak.

1. Tindakan oleh Divisi Etika Profesional AICPA


Divisi Etika Profesional AICPA bertanggung jawab untuk menyelidikipelanggaran atas kode
dan menentukan tindakan disipliner. Penyelidikan oleh divisiini timbul akibat informasi yang
diperoleh terutama dari keluhan praktisi atau oranglain, perkumpulan akuntan publiik lain,
atau agen pemerintahan. Ada dua tingkatanutama dari tindakan disiplin atau hukuman. Untuk
yang tidak terlalu serius danmungkin pelanggaran yang tidak disengaja, divisi ini membatasi
hukuman hinggapersyaratan untuk mengmbil tindakan perbaikan atau korektif. Tingkat kedua
daritindakan disipliner adalah tindakan di hadapan Dewan Pengadilan Gabungan.Dewan ini
memillik otoritas untuk menskors atau mengeluarkan anggota dari AICPAkarena berbagai
pelanggaran atas etika profesional.

2. Tindakan oleh Dewan Akuntansi Negara Bagian


Mayoritas negara mengadopsi peraturan perilaku AICPA, tetapi beberapabahkan memiliki
kode yang lebih restriktif. Beberapa negara tetapp membatasiperiklanan dan promosi maupun
permohonan terhadap jasa akuntan publik. Dalamperkembangannya, semakin banyak negara
yang bagian yang mengadopsiperaturan perilaku yang lebih restriktif daripada AICPA.

Anda mungkin juga menyukai