Anda di halaman 1dari 16

Kelompok 6

(Anggota)

ETIKA PROFESIONAL

A. Apakah itu Etika?


Etika merupakan pengetahuan tentang asas-asas, akhlak ataupun moral secra
terminologi kemudiaj berkembang menjadi batasan-batasan, baik atau buruk, benar
atau salah, bisa atau tidak bisa akan suatu hal untuk dilakukan dalam suatu
pekerjaan tertentu.

B. Etika dalam Profesi Auditor


Profesi auditor membutuhkan pengabdian yang besar pada masyarakat dan
komitmen moral yang tinggi. Masyarakat menuntut untuk memperoleh jasa para
auditor publik dengan standar kualitas yang tinggi dan menuntut auditor bersedia
untuk mengorbankan diri. Oleh karena itu, profesi auditor menetapkan standar
teknik dan standar etika yang harus dijadikan panduan oleh para auditor dalam
melaksanakan audit. Standar etika diperlukan bagi profesi auditor karena auditor
memiliki posisi sebagai orang kepercayaan dan menghadapi kemungkinan
benturan-benturan kepentingan.

C. Enam Nilai Inti Etis Mengenai Perilaku Etis


Terdapat enam nilai inti etis mengenai perilaku etis, antara lain:
1. Dapat dipercaya (trustworthiness) mencakup kejujuran, integritas,
reliabilitas, dan loyalitas. Kejujuran menuntut itikad baik untuk
mengemukakan kebenaran. Integritas berarti bahwa seseorang bertindak
sesuai dengan kesadaran yang tinggi, dalam situasi apapun. Reliabilitas
berarti melakukan semua usaha yang masuk akal untuk memenuhi
komitmennya. Loyalitas adalah tanggung jawab untuk mengutamakan dan
melindungi berbagai kepentingan masyarakat dan organisasi tertentu.
2. Penghargaan (respect) mencakup gagasan seperti kepantasan (civility),
kesopansantunan (courtesy), kehormatan, toleransi, dan penerimaan.
Seseorang yang terhormat akan memperlakukan pihak lainnya dengan penuh
pertimbangan dan menerima perbedaan serta keyakinan pribadi tanpa
berprasangka buruk.
3. Pertanggungjawaban (responsibility) berarti bertanggung jawab atas
tindakan seseorang serta dapat menahan diri. Pertanggungjawaban juga
berarti berusaha sebaik mungkin dan memberi teladan dengan contoh,
mencakup juga ketekunan serta upaya untuk terus melakukan perbaikan.
4. Kelayakan (fairness) dan keadilan mencakup isu-isu tentang kesamaan
penilaian, sikap tidak memihak, proporsionalitas, keterbukuan dan
keseksamaan. Perlakuan yang layak berarti bahwa situasi yang serupa akan
ditangani dengan cara yang konsisten.
5. Perhatikan (caring) berarti sungguh-sungguh memperhatikan kesejahteraan
pihak lain dan mencakup tindakan yang memperhatikan sesama serta
melakukan perbuatan baik.
6. Kewarganegaraan (citizenship) termasuk kepatuhan pada undang-undang
serta saya melaksanakan kewajibannya sebagai warga negara agar proses
dalam masyarakat berjalan dengan baik, antara lain pemungutan suara,
bertindak sebagai juri pengadilan di AS, dan melindungi sumber daya alam
yang ada.

D. Dilema Etika dan Solusi


a. Dilema Etika
Dilema merupakan hal yang dihadapi oleh seseorang dimana ia harus
membuat keputusan mengenai perilaku yang patut. Dua faktor utama yang
menyebabkan orang berperilaku tidak etis, yaitu:
1. Standar etika seseorang berbeda dengan masyarakat umum, dan
2. Orang memilih bertindak mementingkan diri sendiri.

b. Solusi
Beberapa solusi untuk dilema etika, antara lain:
1. Memperoleh fakta yang relevan,
2. Mengidentifikasi isu-isu etis berdasarkan fakta tersebut,
3. Menentukan siapa yang akan terpengaruh oleh akibat dari dilema
tersebut dan bagaimana setiap orang atau kelompok itu terpengaruhi,
4. Mengidentifikasi berbagai alternatif yang tersedia bagi orang yang harus
menyelesaikan dilema tersebut,
5. Mengidentifikasi konsekuensi yang mungkin terjadi dari setiap alternatif,
6. Memutuskan tindakan yang tepat.

E. Kebutuhan Khusus akan Perilaku Etis dalam Profesi


Masyarakat kita telah memberikan pengertian khusus atau istilah profesional.
Seorang profesional diharapkan dapat berperilaku pada tingkat yang lebih tinggi
dari yang dilakukan oleh sebagian besar anggota masyarakat lain. Sebagai contoh,
ketika pers memberitakan bahwa seorang dokter, biarawan, atau akuntan publik
telah didakwa melakukan suatu kejahatan, mayoritas masyarakat akan merasa lebih
kecewa ketimbang jika hal yang sama terjadi pada seseorang yang bukan
profesional.
Arti istilah profesional adalah tanggung jawab untuk bertindak lebih dari
sekedar memenuhi tanggung jawab diri sendiri maupun ketentuan hukum dan
peraturan masyarakat. Akuntan publik, sebagai profesional, mengakui adanya
tanggung jawab kepada masyarakat, klien, serta rekan praktisi, termasuk perilaku
yang terhormat meskipun itu berarti pengorbanan diri. Sebagian besar pemakai jasa
tidak memiliki kompetensi maupun waktu untuk melakukan evaluasi semacam itu.
Kepercayaan masyarakat atas kualitas jasa profesional akan semakin besar bila
profesi mendorong standar kinerja dan perilaku yang tinggi kepada seluruh praktisi.
Kantor Akuntan Publik memiliki hubungan khusus dengan para pemakai laporan
keuangan yang berbeda dengan bentuk hubungan antara profesional lain dengan
para pemakai jasanya. Sebagai contoh, pengacara biasanya bertugas dan dibayar
oleh klien dan mempunyai tanggung jawab utama menjadi pembela bagi klien
tersebut. Kantor Akuntan Publik bertugas dan dibayar oleh perusahaan yang
menerbitkan laporan keuangan, tetapi yang mendapat manfaat utama dari audit ini
adalah para pemakai laporan keuangan.
Kewajiban hukum kantor akuntan publik juga sangat berpengaruh terhadap cara
praktisi memperlakukan diri mereka dan melaksanakan audit. Dua faktor yang
paling berpengaruh adalah kode perilaku profesional AICPA serta PCAOB dan SEC.
Kode perilaku profesional berarti memberikan standar perilaku kepada semua
anggota AICPA. PCAOB berwenang untuk menetapkan standar etika dan
independensi bagi auditor perusahaan publik, dan SEC juga memainkan peran yang
penting dalam menetapkan standar independensi bagi auditor perusahaan publik.

F. Kode Perilaku Profesional


Kode Perilaku Profesional AICPA menyediakan baik standar umum perilaku yang
ideal maupun peraturan perilaku khusus yang harus diberlakukan. Keempat bagian
tersebut diikhtisarkan dan dibahas dalam bagian berikut ini.
1. Prinsip; standar perilaku etis yang ideal yang dinyatakan dalam istilah
filosofis. Ini tidak dapat diberlakukan.
2. Peraturan perilaku; standar minimum dari perilaku etis yang dinyatakan
sebagai peraturan spesifik. Ini dapat diberlakukan
3. Interpretasi peraturan perilaku; interpretasi atas peraturan perilaku oleh
divisi etika profesional dari AICPA. Ini tidak dapat diberlakukan, tetapi para
praktisi harus memberikan alasan jika terjadi penyimpangan.
4. Kaidah etika; penjelasan yang diterbitkan dan jawaban atas pertanyaan
tentang peraturan perilaku yang diserahkan kepada AICPA oleh para praktisi
dan pihak lain yang berkepentingan dengan persyaratan etis. Ini tidak dapat
diberlakukan, tetapi para praktisi harus memberikan alasan jika terjadi
penyimpangan.

Beberapa definisi yang diambil dari kode perilaku profesional AICPA harus
dipahami agar dapat menginterpretasikan aturan–aturannya.
1. Klien; setiap orang atau entitas, selain dari atasan anggota yang menugaskan
anggota atau kantornya untuk melaksanakan jasa profesional.
2. Kantor akuntan; bentuk organisasi yang diizinkan oleh hukum atau
peraturan yang karakteristiknya sesuai dengan resolusi Dewan American
Institute of Certified Public Accountants yang bertugas dalam praktik
akuntansi publik kecuali untuk tujuan menerapkan rule 101. Independensi
kantor mencakup setiap partner.
3. Institut; Institut Akuntan Publik Bersertifikat Amerika.
4. Anggota; seorang anggota, anggota asosiasi, atau asosiasi internasional dan
American Institute of Certified Public Accountants.
5. Praktik akuntansi publik; praktik akuntansi publik terdiri dari pelaksanaan
kerja untuk klien oleh seorang anggota atau kantor akuntan anggota, yang
bertindak sebagai akuntan publik, atas jasa profesional akuntansi,
perpajakan, perencanaan keuangan pribadi, jasa pendukung litigasi, dan
jasa–jasa profesional dimana standar telah ditetapkan oleh lembaga yang
ditunjuk oleh dewan.

Bagian kode etik AICPA yang membahas prinsip–prinsip perilaku profesional


mencakup diskusi umum tentang karakteristik sebagai akuntan publik. Bagian
prinsip ini terdiri dari dua bagian utama, enam prinsip etis dan diskusi tentang
prinsip–prinsip tersebut. Prinsip–prinsip etis itu terdiri dari:
1. Tanggung jawab dalam mengemban tanggung jawabnya sebagai profesional,
para anggota harus melaksanakan pertimbangan profesional dan moral yang
sensitif dalam semua aktivitas mereka.
2. Kepentingan publik para anggota harus menerima kewajiban untuk
bertindak sedemekian rupa agar dapat melayani kepentingan publik,
menghargai kepercayaan publik, serta menunjukkan komitmennya pada
profesionalisme.
3. Integritas untuk mempertahankan dan memperluas kepercayaan publik, para
anggota harus melaksanakan seluruh tanggung jawab profesionalnya dengan
tingkat integritas tertinggi.
4. Objektivitas dan independensi anggota harus mempertahankan objektivitas
dan bebas dari konflik kepentingan dalam melaksanakan tanggung jawab
profesionalnya. Anggota yang berpraktik bagi publik harus independen baik
dalam fakta maupun dalam penampilan ketika menyediakan jasa audit dan
jasa atestasi izinnya.
5. Keseksamaan anggota harus memperhatikan standar teknis dan etis profesi,
terus berusaha keras meningkatkan kompetensi dan mutu jasa yang
diberikannya, serta melaksanakan tanggung jawab profesional sesuai dengan
kemampuan terbaiknya.
6. Ruang lingkup dan sifat jasa anggota yang berpraktik bagi publik harus
memperhatikan prinsip–prinsip kode perilaku profesional dalam
menentukan lingkup dan sifat jasa yang akan disediakannya.

G. Peraturan Perilaku dan Interpretasi Independensi


Kantor akuntan publik harus independen ketika memberikan jasa tertentu tetapi
tidak untuk jasa lainnya, fase terakhir dalam peraturan 101, sebagaimana
dinyatakan oleh setandar yang dirumuskan lembaga yang dibentuk oleh dewan
adalah cara yang tepat bagi AICPA untuk meentukan atau tidak menyantumkan
persyaratan independensi atas sebagai jenis jasa sebagai contoh. Auditing Standarts
Board (ASB) menyaratkan bahwa para auditor yang mengaudit laporan keuangan
historis harus bersikap independen. Karena itu, peraturan 101 berlaku untuk jasa
audit independensi juga di wajibkan dalam jenis jasa atestasi lainnya, seperti review
dan audit atas laporan keuangan prospektif. Akan tetapi sebuah kantor akuntan
publik dapat memberikan jasa SPT pajak dan jasa manajemen tanpa harus berlaku
independen peraturan 101 tidak berlaku bagi jenis jasa tersebut. Ada lebih banyak
interpretasi untuk independensi ketimbang untuk setiap peraturan prilaku lainnya
beberapa masalah dan interpretasi penting yang melibatkan independensi akan di
bahas dalam bagian berikut.
Interpretasi Peraturan 101 melarang anggota yang terlibat untuk memiliki
saham atvestas langsung lainnya dalam klien andit karena hal itu berpotensi
merusak independensi audit aktual (independensi dalam fakta), dan pasti akan
mempengaruhi persepsi pemakai atas independensi auditor (independensi dalam
perampilan Investasi tidak langsung, contohnya kepemilikan saham dalam
perusahaan klien oleh kakek auditor, juga diarang, tetapi hanya jika jumlahnya al
bags auditor. Peraturan kepemilikan saham lebih rumit ketimbang saat pertama kali
terlihat. Penelaahan yang lebih rinci atas persyaratan itu disertakan guna
membantu, memahami, dan memperlihatkan kompleksitas dari salah satu peraturan
ini.
Anggota yang tercakup Peraturan 101 berlaku untuk anggota yang terlibat
angota dapat mempengaruhi penugasan atestasi. Anggota yang tercakup meliputi
yang berikut ini:
1. Orang-orang pada tim penugasan atestasi,
2. Orang-orang yang dapat mempengaruhi penugasan atestasi, seperti orang
yang mengawasi atau mengevaluasi partner penugasan,
3. Partner atau manajer yang memberikan jasa nonatestasi kepada klien,
4. Partner di kantor partner yang bertanggung jawab atas penugasan atestasi,
5. Kantor akuntan dan program tunjangan karyawannya,
6. Entitas yang dapat dikendalikan oleh setiap anggota yang terlibat tersebut di
atas atau oleh dua orang atau lebih anggota yang terlibat atau entitas yang
beroperasi bersama.

PERATURAN PERILAKU LAINNYA

Integritas artinya tidak memihak dalam melakukan semua jasa. Peraturan 102 tentang
integritas dan objektivitas disajikan berikut ini:

Peraturan 102-tentang integritas dan objektivitas. Dalam pelaksanaan setiap jasa


profesional, seorang anggota harus dapat mempertahankan objektivitas dan
integritas, harus bebas dari konflik kepentingan, dan tidak boleh dengan sengaja
membuat kesalahan penyajian atas fekta atau menyerahkan penilaiannya kepada
orang lain.

Untuk menggambarkan arti integritas dan objektivitas, asumsikan auditor percaya


bahwa piutang usaha mungkin tidak dapat ditagih tetapi menerima pendapat
manajemen tanpa evaluasi independen atas kolektibilitas atau ketertagihan piutang itu.
Auditor telah menyerahkan penilaiannya sehingga kurang memiliki objektivitas.
Sekarang asumsikan akuntan publik sedang menyiapkan SPT pajak untuk klien dan
sebagai penasihat klien, mendorong klien untuk mengambil potongan pajak yang
menurutnya adalah sah, tetapi tidak memberikan dukungan sepenuhnya. Ini bukan
merupakan pelanggaran atas objektivitas ataupun integritas, karena dapat diterima
bagi seorang akuntan publik untuk menjadi penasihat klien dalam urusan perpajakan
dan manajemen. Jika akuntan publik itu mendorong klien untuk mengambil potongan
pajak yang tidak sah tetapi kecil kemungkinannya ditemukan oleh Dinas Pajak (IRS),
pelanggaran telah terjadi. Ini merupakan kesalahan penyajian fakta; karenanya,
integritas akuntan publik terancam.

Anggota staf audit tidak boleh menyerahkan penilaiannya kepada penyelia dalam suatu
penugasan audit. Auditor staf bertanggung jawab atas penilaian mereka sendiri yang
didokumentasikan dalam arsip audit, dan tidak boleh mengubah kesimpulan tersebut
atas permintaan penyelia kecuali auditor staf itu setuju dengan kesimpulan penyelia.
Dalam contoh yang jarang terjadi di mana anggota staf tidak setuju dengan kesimpulan
yang melibatkan masalah penting, mereka harus mendokumentasikan alasannya.

Bebas dari konflik kepentingan berarti tidak ada hubungan yang dapat mencampuri
objektivitas atau integritas. Sebagai contoh, tidak tepat bagi auditor yang juga
pengacara untuk mewakili klien dalam masalah hukum. Pengacara adalah seorang
penasihat bagi klien, sedangkan auditor harus tidak memihak.

Interpretasi atas Peraturan 102 menyatakan bahwa konflik kepentingan yang terlihat
mungkin tidak melanggar peraturan perilaku jika informasinya diungkapkan kepada
klien anggota atau yang mempekerjakan. Sebagai contoh, jika partner dari sebuah
kantor akuntan publik merekomendasikan kepada klien agar keamanan Web site
Internetnya dievaluasi oleh perusahaan konsultan teknologi yang dimiliki oleh
pasangan hidup dari partner tersebut, maka ada konflik kepentingan. Tidak ada
pelanggaran atas Peraturan 102 jika partner itu memberi tahu manajemen klien tentang
hubungan itu dan manajemen melanjutkan evaluasinya dengan pengetahuan tersebut.
Interpretasi menjelaskan bahwa persyaratan independensi menurut Peraturan 101
tidak dapat dihilangkan oleh pengungkapan tersebut. Peraturan 102 juga berlaku bagi
akuntan publik yang tidak berkecimpung dalam praktek publik. Sebagai contoh,
akuntan publik yang, seperti karyawan entitas, membuat ayat jurnal atau representasi
yang salah atau menyesatkan dalam laporan keuangan adalah melanggar Peraturan
102.

Ketiga Kode standar berikutnya berhubungan dengan kepatuhan auditor pada


persyaratan standar teknis. Berikut ini adalah persyaratan dari standar teknis:

Peraturan 201-Standar Umum. Seorang anggota harus mematuhi standar berikut


dan interpretasinya yang ditetapkan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Dewan

A. Kompetensi profesional. Hanya mengerjakan jasa profesional di mana anggota


atau kantor anggota menganggap secara wajar dapat diselesaikan dengan
kompetensi professional
B. Keseksamaan professional (due professional care). Menggunakan kemahiran
professional dalam pelaksanaan jasa professional.
C. Perencanaan dan supervisi. Merencanakan dan mengawasi secara mencukupi
pelaksanaan jasa professional.
D. Data relevan yang mencukupi. Memperoleh data relevan yang mencukupi
sebagai dasar yang layak untuk membuat kesimpulan atau rekomendasi dalam
hubungannya dengen jasa profesional yang dilaksanakan.
Peraturan 202-Ketaatan pada Standar. Seorang anggota yang melaksanakan jasa
audit, review, kompilasi, konsultasi manajemen, perpajakan, atau jasa profesional
lainnya harus mematuhi standar yang ditetapkan oleh lembaga yang ditunjuk oleh
Dewan.

Peraturan 203-Prinsip-prinsip Akuntansi. Seorang anggota tidak boleh (1)


memberikan pendapat atau menyatakan secara tegas bahwa laporan keuangan atau
data keuangan lainnya milik suatu entitas telah disajikan sesuai dengan prinsip-
prinsip akuntansi yang berlaku umum atau (2) menyatakan bahwa ia tidak
menyadari adanya modifikasi yang material yang harus dibuat pada laporan atau
data tersebut agar sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum, jika
laporan atau data tersebut mengandung penyimpangan dari prinsip akuntansi yang
dirumuskan oleh badan yang ditunjuk oleh Dewan untuk menetapkan prinsip
semacam itu, yang mempunyai dampak material terhadap laporan atau data yang
diambil secara keseluruhan. Namun, jika laporan atau data tersebut mengandung
penyimpangan dan anggota dapat memperlihatkan bahwa hal itu adalah akibat
keadaan yang tidak biasa sehingga laporan keuangan atau data itu justru akan
menyesatkan, anggota dapat mematuhi peraturan dengan menjelaskan
penyimpangannya, dampaknya bila dapat diperkiratan, dan alasan mengapa
kepatuhan terhadap prinsip-prinsip tersebut akan menghasilkan laporan yang
menyesatkan.

Tujuan utama persyaratan dari Peraturan 201 hingga 203 adalah untuk memberikan
dukungan kepada ASB, PCAOB, FASB, dan badan penyusun-penyusun teknis lainnya.
Pada tahun 2008 AICPA menunjuk IASB sebagai badan yang menetapkan standar
profesional menyangkut akuntansi keuangan internasional dan prins prinsip pelaporan
menurut Peraturan 202 dari Kode.

Kerahasiaan

Para praktisi dilarang keras mengungkapkan informasi rahasia yang diperoleh dari
setiap jenis penugasan tanpa persetujuan klien. Persyaratan spesifik dari Peraturan 301
yang berkaitan dengan informasi rahasia klien (confidential client information) adalah
sebagai berikut:

Peraturan 301-Informasi Rahasia Klien. Seorang anggota dalam praktik publik


tidak bol mengungkapkan setiap informasi rahasia klien tanpa persetujuan klien.

Peraturan ini tidak boleh diartikan (1) untuk membebaskan seorang anggota dari
kewajiban profesionalnya menurut Peraturan 202 dan 203, (2) untuk mempengaruhi
dengan cara apapun kewajban anggota memenuhi panggilan pengadilan yang dibuat
secara sah dan dapat diberlakukan, (3) untuk menghambat review atas praktik
profesional anggota menurut AICPA atau perkumpulan akuntan publik negara bagian
atau otorisasi Dewan Akuntansi, atau (4) untuk menghalangi seorang anggota
mengajukan keluhan dengan, atau menanggapi suatu peryelidikan yang dilakukan
oleh, divisi etika profesional atau dewan pengadilan institut atau baden investigatif
atau disipliner dari perkumpulan akuntan publik negara bagian atau Dewan
Akuntansi.

Anggota dari setiap badan yang diidentifikasi dalam butir (4) dan anggota yang
terlibat dengan review politik professional yang diidentifikasi dalam butir (3) tidak
boleh menggunakan keunggulan posisinya atau mengungkapkan setiap informasi
rahasia klien milik anggota manapun yang datang kepada mereka dalam
menjalankan aktivitas tersebut. Larangan ini tidak akan membatasi pertukaran
informasi para anggota yang berhubungan dengan hasil investigatif atau disipliner
yang dijelaskan dalam butir (4), atau review praktik profesional yang dijelaskan
dalam butir (3)

Kebutuhan akan Kerahasiaan. Selama melakukan audit dan sebagian besar jenis
penugasan lainnya, para praktisi memperoleh sejumlah informasi rahasia, termasuk gaji
pejabat perusahaan, rencana penetapan harga produk dan periklanan, serta data biaya
produk. Jika auditor membocorkan informasi ini ke pihak luar atau kepada karyawan
klien yang tidak mempunyai akses ke informasi itu, hubungan mereka dengan
manajemen bisa sangat tegang, dan dalam kasus ekstrem, dapat membahayakan klien.
Persyaratan kerahasiaan berlaku untuk semua jasa yang diberikan oleh akuntan publik,
termasuk jasa perpajakan dan manajemen.

Biasanya, file audit akuntan publik dapat diberikan kepada orang lain hanya atas seizin
klien. Ini juga berlaku meskipun seorang akuntan publik menjual praktiknya kepada
kantor akuntan publik lain atau mengizinkan auditor penerus menguji dokumentasi
audit yang disiapkan untuk mantan kliennya.

Pengecualian atas Kerahasiaan. Seperti yang dinyatakan dalam paragraf kedua


Peraturan 301, ada empat pengecualian atas persyaratan kerahasiaan. Keempat
pengecualian itu berkenaan dengan tanggung jawab yang lebih penting ketimbang
mempertahankan hubungan rahasia dengan klien.
1. Kewajiban yang berhubungan dengan standar teknis. Peraturan 301
menjelaskan bahwa tanggung jawab auditor untuk berpegang pada standar
profesional lebih besar daripada kerahasiaan.
2. Panggilan pengadilan dan ketaatan pada hukum serta peraturan. Secara hukum,
informasi ini disebut informasi istimewa (priveleged information) bila tuntutan
hukum tidak dapat mewajibkan seseorang untuk memberikan informasi,
meskipun ada surat panggilan pengadilan. Informasi yang dikomunikasikan oleh
klien kepada pengacara atau oleh seorang pasien kepada dokter adalah hak
istimewa. Informasi yang diperoleh oleh sebuah kantor akuntan publik dari
seorang klien umumnya bukan merupakan hak istimewa. Karena itu,
pengecualian (2) dari Peraturan 301 dibutuhkan agar akuntan publik taat pada
hukum yang berlaku.
3. Peer review. Apabila akuntan publik atau kantor akuntan publik melakukan peer
review atas pengendalian mutu kantor akuntan publik lainnya, sudah menjadi
praktik yang biasa untuk memeriksa beberapa file atau arsip audit Jika peer
review tersebut disetujui oleh AICPA, masyarakat akuntan publik negara bagian,
atau Dewan Akuntansi negara bagian, izin dari klien untuk menguji dokumentasi
audit tidak diperlukan. Meminta izin dari setiap klien dapat membatasi akses
pihak yang melakukan peer review dan akan menjadi beban waktu bagi semua
pihak yang terlibat. Umumnya, para pelaku peer review harus merahasiakan
informasi yang diperoleh dan tidak dapat menggunakan informasi itu untuk
tujuan lain. Perhatikan bahwa akses ke file-file untuk pemeriksaan PCAOB juga
diperkenankan agar sesuai dengan persyaratan Sarbanes-Oxley Act.
4. Respons terhadap divisi etika. Jika seorang praktisi digugat karena menampilkan
kinerja teknis yang tidak memadai oleh dewan pengadilan Divisi Etika AICPA
menurut salah satu dari Peraturan 201 hingga 203 kemungkinan besar anggota
dewan ingin memeriksa dokumentasi a Pengecualian (4) dalam Peraturan 301
mencegah kantor akuntan menolak akses penyelidik ke dokumentasi audit
dengan mengatakan bahwa itu merupakan informasi rahasia. Demikian pula,
kantor akuntan publik yang mereview dokumentasi audit substandar dari kantor
akustan publik lain tidak dapat menggunakan kerahasiaan sebagai alasan untuk
tidak mengajukan keberatan atas kinerja sub standar terhadap perusahaan itu.
Fee Kontinjen

Untuk membantu akuntan publik mempertahankan objektivitas dalam melaksanakan


audit atau jasa atestasi lainnya, dilarang mendasarkan fee pada hasil penugasan.
Persyaratan Peraturan 302 yang berhubungan dengan fee kontinjen diperlihatkan
berikut ini:

Peraturan 302-Fee Kontinjen. Seorang anggota dalam praktik publik tidak boleh

1) Melaksanakan jasa profesional apapun dengan fee kontinjen atau menerima


semacam itu, dari klien di mana anggota atau kantor akuntan anggota
melakukan:
a. Audit atau review atas laporan keuangan, atau
b. Kompilasi laporan keuangan ketika anggota menduga, atau secara wajar
dapat menduga, bahwa pihak ketiga akan menggunakan laporan keuangan
itu dan laporan kompilasi anggota tidak mengungkapkan kurangnya
independensi; atau
c. pemeriksaan atas informasi keuangan prospektif:
atau,

2) Menyiapkan SPT pajak yang asli atau yang telah diperbaiki atau klaim atas
restitusi pajak agar mendapatkan fee kontinjen dari klien.
Larangan (1) di atas berlaku selama periode di mana angg ta atau kantor anggota
ditugaskan untuk memberikan salah satu jasa di atas, dan periode yang dicakup oleh
setiap laporan keuangan historis yang terlibat pada salah satu jasa di atas.

Kecuali seperti dinyatakan dalam kalimat berikut, fee kontinjen adalah fee yang
diperoleh dari pelaksanaan suatu jasa sesuai dengan peerjanjian di mana tidak ada
fee yang dibebankan kecuali temuan atau hasil spesifik dicapai, atau jumlah fee
bergantung pada temuan atau hasil dan jasa seperti itu. Hanya untuk tujuan
peraturan ini, fee tidak dianggap sebagai kontinjen bila ditetapkan oleh pengadilan
atau otoritas publik lainnya, atau dalam masalah pajak, bila ditentukan berdasarkan
hasil dari proses hukum atau temuan institut pemerintahan. Fee anggota dapat
bervariasi tergantung pada, misalnya, kerumitan jasa yang diberikan.

Untuk mengilustrasikan kebutuhan akan peraturan menyangkut fee kontijen, andaikan


sebuah kantor akuntan publik (KAP) diperbolehkan untuk membebankan fee sebesar
$50.000 jika diberikan pendapat wajar tanpa pengecualian, tetapi hanya $25.000 bila
pendapatnya dengan pengecualian. Penugasan semacam itu dapat menggoda praktisi
untuk mengeluarkan pendapat yang salah dan melang Peraturan 302. Juga taerupakan
pelanggaran atas Peraturan 302 bagi anggota yang menyiapkan SPT pajak asli atau yang
telah diperbaiki atau klaim restitusi pajak untuk mendapatkan fee kontinjen.

Kantor akuntan publik diperkenankan untuk membebankan fee kontijen atas jasa
nonatestasi, kecuali kantor akuntan publik tersebut juga melaksanakan jasa atestasi
pada klien yang sama. Sebagai contoh, bukan merupakan pelanggaran bagi akuntan
publik untuk membebankan fee sebagai saksi ahli yang ditentukan oleh jumlah yang
diberikan kepada penggugat atau mendasarkan fee konsultasi pada persentase obligasi
yang diterbitkan jika kantor akuntan publik tidak juga melakukan audit atau atestasi
lain pada klien yang sama.

Melarang fee kontinjen untuk jasa atestasi dan penyiapan SPT pajak sangat dianjurkan
karena pentingnya independensi dan objektivitas. Ketika menyediakan jasa lain,
akuntan publik bersaing dengan profesi lain yang tidak mempunyai pembatasan fee
kontinjen, maka tidak adil melarang akuntan publik memberikan jasa-jasa ini atas dasar
yang sama. Jika jasa nonatestasi ini diberikan kepada klien yang menerima jasa atestasi,
kebutuhan akan independensi serta objektivitas menjadi lebih penting dan auditor
tidak diperkenankan memberikan jasa-jasa itu atas dasar fee kontinjen

Tindakan yang dapat didiskreditkan

Karena kebutuhan khusus bagi kantor akuntan untuk berperilaku dengan cara yang
profesional. Kode Etika mempunyai aturan khusus yang melarang tindakan yang dapat
didiskreditkan bagi profesi. Meskipun tindakan yang dapat didiskreditkan belum
didefinisikan dengan baik dalam peraturan atau interpretasi, berikut ini adalah
beberapa dari persyaratan tersebut:
Peraturan 501-Tindakan yang Dapat Didiskreditkan. Seorang anggota tidak
boleh melakukan tindakan yang dapat didiskreditkan bagi profesinya.

Apakah bermabuk-mabukan, atau tindakan lain yang dianggap orang awam sebagai
tidak profesional merupakan tindakan yang dapat didiskreditkan? Mungkin tidak.
Menentukan apa yang merupakan perilaku profesional akan terus menjadi tanggung
jawab setiap profesional.

Sebagai pedoman atas apa yang dianggap sebagai tindakan yang dapat didiskreditkan,
anggaran rumah tangga AICPA memberikan pedoman yang lebih jelas daripada Kode
Perilaku Profesional AICPA. Dalam anggaran rumah tangga itu dinyatakan bahwa
keanggotaan pada AICPA dapat dihentikan tanpa mempertimbangkan sanksi atas salah
satu dari empat kejahatan berikut: (1) kejahatan yang bisa dihukum penjara selama
lebih dari 1 tahun; (2) kelalaian yang disengaja dalam menyerahkan SPT pajak
penghasilan di mana akuntan publik, sebagai wajib pajak perorangan, diwajibkan
menurut hukum untuk menyerahkannya; (3) menyerahkan SPT pajak penghasilan yang
salah atau curang atas nama akuntan publik itu atau atas nama kliennya: atau (4)
sengaja membantu klien dalam menyiapkan dan menyajikan SPT pajak penghasilan
yang salah atau curang. Amatilah bahwa tiga di antaranya berhubungan dengan
masalah pajak penghasilan dari anggota atau klien.

Interpretasi Peraturan 501 mengidentifikasi beberapa tindakan yang dapat dianggap


sebagai dapat didiskreditkan. Sebagai contoh, menahan catatan klien setelah
permintaan dilakukan atas catatan itu merupakan tindakan yang dapat didiskreditkan
atau seorang anggota dianggap telah melanggar hukum antidiskriminasi federal, negara
bagian, atau lokal. Solisitasi atau membocorkan pertanyaan ujian Uniform CPA dan
jawabannya tanpa izin AICPA juga tidak diperkenankan.

Peraturan 501 berlaku bagi semua akuntan publik, bahkan yang tidak berkecimpung
dalam praktek publik. Sebagai contoh, seorang anggota dianggap telah melakukan
tindakan yang dapat didiskreditkan bila akibat kelalaiannya, orang lain membuat atau
diizinkan atau diarahkan untuk membuat ayat jurnal yang salah dan menyesatkan
secara material dalam laporan keuangan serta catatan sebuah entitas, anggota tersebut
lalai memperbaiki laporan keuangan yang secara material salah dan menyesatkan, atau
anggota itu menandatangani atau mengizinkan atau mengarahkan orang lain untuk
menandatangani suatu dokumen yang berisi informasi yang salah dan menyesatkan
secara material. Selain itu, jika anggota itu menyusun laporan keuangan atau informasi
terkait untuk pelaporan kepada lembaga pemerintah, komisi, atau agen regulatori,
anggota itu juga harus menge persyaratan organisasi bersangkutan selain persyaratan
standar akuntansi.

Interpretasi lain dari Peraturan 501 menguraikan tindakan lainnya yang dianggap
sebagai dapat didiskreditkan. Sebagai contoh, auditor yang melakukan audit entitas
pemerintahan harus mengikuti standar audit pemerintah. Demikian juga, ketika
seorang anggota menerima penugasan yang melibatkan pelaporan kepada sebuah
lembaga pengatur seperti SEC, anggota tersebut harus mengikuti persyaratan tambahan
dari lembaga pengatur itu.

Iklan dan Pemohonan


Untuk mendorong akuntan publik berperilaku secara profesional, peraturan ini juga
melarang iklan, atau permohonan yang palsu, menyesatkan, atau menipu.

Peraturan 502-iklan dan Bentuk Permohonan Lainnya. Seorang anggota delam


prak publik tidak boleh berusaha memperoleh klien dengan iklan atau bentuk
permohonan lainnya dengan cara yang palsu, menyesatkan, atau menipu.
Permohonan dengan menggunakan paksaan, melampaui batas, atau mengganggu
sangat dilarang.

Permohonan terdiri dari berbagai cara yang dapat digunakan kantor akme publik untuk
mendapatkan klien baru selain klien yang meminta sendiri. Contohnya mencakup
mengajak calon klien untuk makan siang dan menjelaskan jasa-jasa akuntan publik,
menawarkaran seminar tentang perubahan hukum pajak baru kepada klien potensial,
dan iklan di Halaman Kuning buku telepon. Contoh terakhir ada iklan, yang hanya
merupakan salah satu bentuk dari permohonan.

Banyak kantor akuntan publik telah mengembangkan periklanan yang canggih pada
jurnal nasional yang dibaca oleh para pelaku bisnis dan pada surat kabar local. Sudah
umum bagi kantor akuntan publik untuk mengidentifikasi calon klien yang saat itu
menggunakan jasa kantor akuntan publik lain, dan membuat presentsi formal serta
informal guna meyakinkan manajemen agar mengganti kantor akuntan publik.
Penawaran harga untuk audit dan jasa lainnya sekarang sudah umum dan sering kali
sangat kompetitif. Akibat dari perubahan-perubahan tersebut, beberapa perusahaan
sekarang lebih sering mengganti auditor daripada sebelumnya unttuk mengurangi
biaya audit.

Apakah mutu audit terancam oleh perubahan ini? Meskipun ada beberapa kasus tingkat
tinggi yang melibatkan kelalaian audit, adanya exposure hukum bagi kantor akuntan
publik, persyaratan peer review, dan potensi campur tangan SEC serta pemerintah telah
membuat mutu audit tetap tinggi.

Komisi dan Fee Referal

Komisi adalah kompensasi yang dibayarkan untuk merekomendasikan atau


mereferensikan produk atau jasa pihak ketiga kepada klien atau merekomendasikan
atau merefensikan produk atau jasa klien kepada pihak ketiga. Pembatasan komisi
serupa dengan peraturan tentang fee kontinjen. Akuntan publik dilarang menerima
komisi dari klien yang menerima jasa atestasi dari kantor akuntan publik tersebut.
Komisi diizinkan untuk klien lain, tetapi harus diungkapkan. Fee referal untuk
merekomendasikan atau mereferensikan jasa akuntan publik lain tidak dianggap
sebagai komisi dan tidak dibatasi. Naman, setiap fee referal untuk akuntan publik juga
harus diungkapkan.

Peraturan 503-Kemisi dan Fee Referal

A. Komisi yang dilarang Seorang anggota dalam praktik publik tidak boleh
menerima komuntik merekomendasikan atau mereferensikan produk atau jasa
kepada klien, atau menerima komisi untuk merekomendasikan atau
mereferensikan suatu produk atau jasa yang dipasok oleh klien, atau menerima
komisi, apabila anggota atau kantor anggota tersebut juga melakukan untuk
klien tersebut
(a) audit atau review atas laporan keuangan, atau
(b) kompilasi laporan keuangan bila anggota itu menduga, atau bila secara wajar
dapat diduga bahwa pihak ketiga akan menggunakan laporan keuangan itu dan
laporan kompilasi anggota tidak mengungkapkan kurangnya independensi, atau
(c) pemeriksaan atas informasi keuangan prospektif.

Larangan ini berlaku selama penode di mana anggota ditugaskan untuk


melaksanakan setiap jasa di atas dan periode yang tercakup oleh laporan keuangan
historia yang terlibat dalam jasa tersebut di atas.

B. Pengungkapan komisi yeng dizinkan. Anggota dalam praktik publik yang tidak
dilarang oleh peraturan ini untuk melaksanakan jasa atau menerima komisi dan
bayaran, atau berharap mendapat komisi, harus mengungkapkan fakta tersebut
kepada orang atau entites di mana anggota itu merekomendasikan atau
mereferensikan suatu produk atau jasa yang berkaitan dengan komisi ini
C. Fee referal. Setiap anggota yang menerima fee referal untuk merekomendasikan
atau mereferensikan jasa akuntan publik kepada orang atau entitas atau yang
membayar fee referal untuk memperoleh klien harus mengungkapkan
penerimaan atau pembayaran semacam itu kepada klien.
Dengan adanya aturan untuk komisi dan fee referal ini berarti bahwa kantor akuntan
publik tidak melanggar peraturan perilaku AICPA bila menjual sesuatu seperti real
estat, sekuritas, dan kantor secara keseluruhan atas dasar komisi jika transaksi itu tidak
melibatkan klien yang menerima jasa atestasi dari kantor akuntan publik tersebut.
Peraturan ini memungkinkan kantor akuntan publik meraih keuntungan dengan
memberikan banyak jasa kepada klien nonatestasi yang sebelumnya dilarang.

Alasan bagi AICPA terus melarang komisi untuk klien jasa atestasi adalah kebutuhan
guna memastikan bahwa kantor akuntan publik tetap independen. Persyaratan ini dan
alasannya sama seperti yang dibahas untuk fee kontinjen.

Dewan Akuntansi di negara bagian tempat perusahaan terdaftar mungkin mempunyai


peraturan yang lebih membatasi ketimbang AICPA. Kantor akuntan publik harus
mengikuti persyaratan yang lebih membatasi jika ada peraturan yang berbeda.

Bentuk dan Nama Organisasi

Peraturan 505 mengizinkan para praktisi untuk membentuk organisasi sesuai dengan
salah satu dari enam bentuk ini, selama hal itu diizinkan oleh hukum negara bagian:
perusahaan perorangan, persekutuan umum, korporasi umum (general corporations),
korporasi profesional (professional corporation/PC), perusahaan dengan kewajiban
terbatas (limited liability company/LLC), atau persekutuan dengan kewajiban terbatas
(limited liability partnership/LLP).

Peraturan 505-Bentuk dan Nama Organisasi. Anggota dapat berpraktik dalam


bidang akuntan publik hanya dalam bentuk organisasi yang dizinkan oleh hukum
atau peraturan negara bagian yang karakteristiknya sesuai dengan resolusi Dewan.

Seorang anggota tidak boleh berpraktik dalam bidang akuntansi publik dengan nama
kantor yang menyesatkan. Nama dari satu atau lebih pemilik lama bisa disertakan
dalam nama kantor organisasi penerus.
Sebuah kantor akuntan tidak boleh menunjuk dirinya sendiri sebagai "Anggota dari
AIC” kecuali semua pemilik kantor akuntan publiknya adalah anggota dari Institute
itu.

Kepemilikan kantor akuntan publik oleh bukan akuntan publik sekarang dizinkan
menurut kondisi berikut:

1. Akuntan publik harus mempunyai mayoritas kepentingan keuangan dan hak


pengambilan suara pada kantor itu.
2. Seorang akuntan publik harus mempunyai tanggung jawab akhir atas semua
atestasi laporan keuangan, kompilasi, dan jasa lain yang diberikan oleh kantor
itu yang diatur oleh Statements on Auditing Standards atau Statements on
Standards for Accounting and Review Services.
3. Pemilik harus selalu mempunyai ekuitas dalam hak mereka sendiri.
4. Peraturan berikut berlaku bagi semua pemilik yang bukan akuntan public:
a. Mereka secara aktif harus memberikan jasa kepada klien kantor akuntan
sebagai pekerjaan utamanya.
b. Mereka tidak dapat menyebut dirinya sebagai akuntan publik tetapi dapat
menggunakan gelar yang diizinkan oleh hukum negara bagian seperti ketua,
pemilik, pejabat, anggota, atau pemegang saham.
c. Mereka tidak dapat memikul tanggung jawab akhir atas setiap atestasi
laporan keuangan atau penugasan kompilasi.
d. Mereka tidak memenuhi syarat dalam keanggotaan AICPA tetapi harus
mematuhi Kode Perilaku Profesional AICPA.
Sebuah perkembangan terbaru adalah akuisisi kantor akuntan publik oleh entitas
perusahaan. Dalam contoh seperti ini, kantor akuntan publik dapat membentuk anak
perusahaan untuk memberikan jasa atestasi kepada klien. Struktur praktik alternatif ini
diizinkan, tetapi resolusi Dewan AICPA menegaskan bahwa untuk melindung
kepentingan publik, akuntan publik memiliki tanggung jawab yang sama untuk
melakukan pekerjaan atestasi seperti yang mereka emban dalam struktur praktik
tradisional.

Kantor akuntan publik dapat menggunakan nama apapun sepanjang tidak


menyesatkan. Kebanyakan perusahaan menggunakan nama dari satu atau lebih
pemiliknya. Namun bukan merupakan hal yang umum bagi perusahaan untuk
menggunakan nama dari lima atau lebih pemiliknya. Kantor akuntan publik da
menggunakan nama dagang, walaupun ini tidak biasa dalam praktik. Nama seperti
Marshall Audit Co. atau Chicago Tax Specialist juga diizinkan bila hal itu tidak
menyesatkan.

PEMBERLAKUAN

Kelalaian untuk mengikuti peraturan perilaku dapat mengakibatkan pemecatan AICPA.


Hal ini tidak mencegah seorang akuntan publik untuk melakukan praktik akuntansi
publik, tetapi merupakan sanksi sosial yang berat. Selain peraturan perilaku, anggaran
rumah tangga AICPA juga memberikan skors otomatis atau dikeluarkan dari AICPA atas
tuduhan tindak kejahatan yang bisa dihukum penjara lebih dari 1 tahun dan untuk
berbagai kejahatan yang berhubungan dengan pajak.

Tindakan oleh Divisi Etika Profesional AICPA


Divisi Etika Profesional AICPA bertanggung jawab untuk menyelidiki pelanggaran atas
Kode dan menentukan tindakan disipiiner. Penyelidikan oleh divisi ini timbul akibat
informasi yang diperoleh terutama dari keluhan praktisi atau orang lain, perkumpulan
akuntan publik negara bagian, atau agen pemerintah. Seorang anggota dapat secara
otomatis dikenai sanksi tanpa penyelidikan jika anggota itu mendapat tindakan disiplin
atau hukuman dari instansi pemerintah atau organisasi lain yang mempunyai
wewenang untuk mengatur akuntan, seperti SEC dan PCAOB

Ada dua tingkatan utama dari tindakan disiplin atau hukuman. Untuk yang terlalu
serius, dan mungkin pelanggaran yang tidak disengaja, divisi ini membatasi hukuman
hingga persyaratan untuk mengambil tindakan perbaikan atau korektif. Tingkat kedua
dari tindakan disipliner adalah tindakan di hadapan Dewan Pengadilan Gabungan (Joint
Tra Board). Dewan ini memiliki otoritas untuk menskors atau mengeluarkan anggota d
AICPA karena berbagai pelanggaran atas etika profesional. Biasanya, hasil Tindakan
oleh dewan juga dipublikasikan dalam CPA Newsletter lengkap dengan nama dan alamat
orang yang diskors atau dikeluarkan serta alasan tindakan tersebut.

Tindakan oleh Dewan Akuntansi Negara Bagian

Karena setiap negara bagian memberikan lisensi kepada para praktisi untuk berpraktik
sebagai akuntan publik, pelanggaran serius atas kode perilaku Dewan Akuntansi negara
bagian dapat mengakibatkan hilangnya sertifikat akuntan publik dan lisensi praktiknya.
Walaupun jarang terjadi, hilangnya kedua hal itu akan menyingkirkan praktisi tersebut
dari akuntansi publik. Sebagian besar negara bagian mengadopsi peraturan penilaian
AICPA, tetapi beberapa bahkan mempunyai kode yang lebih restriktif. Seperti contoh,
beberapa negara bagian tetap mempertahankan pembatasan atas periklanan dan
bentuk permohonan lain. Dalam tahun-tahun terakhir, semakin banyak negara bagian
yang mengadopsi peraturan perilaku yang lebih restriktif daripada AICPA.

Tindakan Pemberlakuan oleh PCAOB

Selain tindakan pemberlakuan oleh AICPA dan dewan akuntansi negara bagian auditor
perusahaan publik juga menjadi subjek sanksi PCAOB. PCAOB memiliki kewenangan
untuk menyelidiki dan mendisiplinkan kantor akuntan publik yang terdaftar serta
orang-orang yang terkait dengan kantor akuntan karena ketidaktaatan dengan
Sarbanes-Oxley Act tahun 2002, termasuk peraturan PCAOB dan sekuritas and
Exchange Commission yang mengatur audit perusahaan publik. Ketika ditemukan
pelanggaran, PCAOB dapat menjatuhkan sanksi yang sesuai, penangguhan atau
pencabutan terhadap registrasi perusahaan, penangguhan atau pembatasan individu
dari pergaulan dengan kantor akuntan publik terdaftar, dan denda uang. PCAOB juga
mungkin mensyaratkan perbaikan pengendalian mutu perusahaa, pelatihan tambahan,
atau langkah-langkah perbaikan lainnya.

IKHTISAR
Permintaan akan audit dan jasa assurance lainnya yang diberikan oleh kantor akuntan publik
tergantung pada kepercayaan publik pada profesi itu. Bab ini membahas peran etika dalam
masyarakat dan tanggung jawab etis yang unik dari akuntan publik.
Aktivitas profesional akuntan publik diatur oleh Kode Perilaku Profesional AICPA, dan para
auditor perusahaan publik juga mendapat pengawasan dari PCAOB serta SEC. Hal terpenting
dari semua tanggung jawab etis akuntan publik adalah kebutuhan akan independensi.
Peraturan perilaku dan interpretasinya memberikan pedoman tentang kepentingan keuangan
yang diizinkan dan kepentingan lainnya guna membantu akuntan publik mempertahankan
independensi. Peraturan perilaku lainnya juga dirancang untuk mempertahankan kepercayaan
publik atas profesi akuntan publik. Tanggung jawab etis akuntan publik diberlakukan oleh
AICPA untuk para anggotanya dan oleh dewan akuntansi negara bagian bagi akuntan publik
yang memiliki lisensi.

STANDAR AUDITING

A. Pengertian standar auditing


Audit adalah proses pemeriksaan, penilaian dan evaluasi hasil laporan
keuangan sebuah perusahaan/entitas.
Auditor adalah orang yang melaksanakan berbagai jenis audit, dari pihak manajemen
perusahaan sendiri (internal) atau pihak luar perusahaan (eksternal).
Standar Auditing adalah sepuluh standar yang ditetapkan dan disahkan oleh Institut
Akuntan Publik Indonesia (IAPI), yang terdiri dari standar umum, standar pekerjaan
lapangan, dan standar pelaporan beserta interpretasinya. Standar auditing merupakan
pedoman audit atas laporan keuangan historis. Standar auditing terdiri atas sepuluh
standar dan dirinci dalam bentuk Standar Perikatan Audit (SPA). Dengan demikian
SPA merupakan penjabaran lebih lanjut masing-masing standar yang tercantum di
dalam standar auditing.

B. Pernyataan Standar Auditing (SPA)


SPA merupakan penjabaran lebih lanjut dari masing-masing standar yang tercantum
di dalam standar auditing. SPA berisi ketentuan-ketentuan dan pedoman utama yang
harus diikuti oleh Akuntan Publik dalam melaksanakan penugasan audit. Kepatuhan
terhadap SPA yang diterbitkan oleh IAPI ini bersifat wajib bagi seluruh anggota IAPI.
Termasuk di dalam SPA adalah Interpretasi Standar Perikatan Audit (ISPA), yang
merupakan interpretasi resmi yang dikeluarkan oleh IAPI terhadap ketentuan-
ketentuan yang diterbitkan oleh IAPI dalam SPA. Dengan demikian, ISPA
memberikan jawaban atas pernyataan atau keraguan dalam penafsiran ketentuan-
ketentuan yang dimuat dalam SPA sehingga merupakan perlausan lebih lanjut
berbagai ketentuan dalam SPA.

C. Daftar standar auditing


1. Standar umum
 Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan
pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
 Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam
sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
 Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan saksama.
2. Standar pekerjaan lapangan
 Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus
disupervisi dengan semestinya.
 Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang
akan dilakukan.
 Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai
untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.
3. Standar pelaporan
 Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
 Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada,
ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan
keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi
tersebut dalam periode sebelumnya.
 Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai,
kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
 Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan
keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian
tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan,
maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan
laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas
mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat
tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.

Anda mungkin juga menyukai