Anda di halaman 1dari 16

NAMA : ZULKARNAIM DG.

MADJID

NIM : A031211009

MATKUL : PENGAUDITAN 1

RANGKUMAN MATERI

1. ETIKA DAN MORALITAS

Etika (Ethics) berasal dari bahasa Yunani Ethos, yang memiliki arti Karakter. Sedangkan,
kata lain untuk etika adalah Moralitas (Morality) yang berasal dari bahasa Latin Mores, yang
memiliki arti Kebiasaan. Moralitas berpusat pada pembahasan Benar atau Salah dalam
perilaku individu. Oleh karena itu, etika berkaitan dengan pertanyaan bagaimana orang
berperilaku kepada sesama ?.

a) Etika Umum

Seringkali dilema etika (Ethical Dilemma) melanda setiap profesi atau kegiatan yang
dikerjakan oleh seseorang. Dilema etika berasal dari pilihan yang membawa kebaikan pada
satu pihak namun, tidak membawa kebaikan bagi pihak yang lainnya. Dilema etika adalah
situasi yang dihadapi oleh seseorang dimana seseorang harus mengambil keputusan tentang
perilaku yang tepat.

Sebagai seorang auditor, dilema etika terkadang melanda contohnya, auditor yang
menghadapi klien yang mengancam akan mencari auditor baru kecuali auditor bersedia untuk
mengeluarkan pendapat wajar tanpa pengecualian, tentu saja terkadang auditor akan
mengalami dilema etika bila pendapat wajar tanpa pengecualian itu tidak tepat.

Beberapa ahli telah mengembangkan kerangka kerja etika umum untuk pengambilan
keputusan ketika auditor dilanda dilema etika. Kerangka tersebut biasa disebut dengan
kerangka kerja enam langkah. Adapun, langkah-langkah yang terdapat dalam kerangka kerja
tersebut adalah :

1. Mendapatkan fakta yang relevan untuk pengambilan keputusan.

2. Mengidentifikasi masalah-masalah etika dari fakta relevan tersebut.

3. Menentukan siapa saja yang dapat dipengaruhi oleh keputusan tersebut dan
bagaimana masing-masing dapat dipengaruhi

1
4. Mengidentifikasi alternatif pengambilan keputusan

5. Mengidentifikasi konsekuensi setiap alternatif

6. Membuat pilihan yang beretika

b) Etika Profesional

Etika profesional harus lebih sekadar prinsip-prinsip moral. Etika ini meliputi standar
perilaku bagi seorang profesional yang dirancang untuk tujuan praktis dan ideal. Sedangkan,
kode etik profesional dapat dirancang sebagian untuk mendorong perilaku yang ideal,
sehinngga harus bersifat realistis dan dapat ditegakkan.

c) Peranan Etika dalam Profesi Auditor

Audit membutuhkan pengabdian yang besar pada masyarakat dan komitmen moral yang
tinggi. Masyarakat menuntut untuk memperoleh jasa para auditor publik dengan standar
kualitas yang tinggi, dan menuntut mereka untuk bersedia mengorbankan diri. Oleh karena
itu, profesi auditor menetapkan standar teknis dan standar etika yang harus dijadikan panduan
oleh para auditor dalam melaksanakan audit. Standar etika diperlukan bagi profesi audit
karena auditor memiliki posisi sebagai orang kepercayaan dan menghadapi kemungkinan
benturan-benturan kepentingan.

2. KODE ETIK PROFESIONAL AICPA

Kode etik profesi di definisikan sebagai pegangan umum yang mengikat setiap anggota,
serta suatu pola bertindak yang berlaku bagi setiap anggota profesinya. Alasan utama
diperlukannya tingkat tindakan profesional yang tinggi oleh setiap profesi adalah kebutuhan
akan keyakinan publik atas kualitas layanan yang diberikan oleh profesi, tanpa memandang
masing – masing individu yang menyediakan layanan tersebut.
a) Tim Etika Profesional AICPA

Etika professional menjadi penting bagi profesi akuntan, sehingga pertauran AICPA
menetapkan perlunya dibentuk tim etika professional. Misi dari dibentuknya tim ini
adalah (a) mengembangkan dan menjaga standar etika dan secara efektif menegakkan
standar-standar tersebut sehingga dapat dipastikan bahwa kepentingan masyarakat dapat
dilindungi ; (b) meningkatkan kesadaran masyarakat akan nilai-nilai CPA ; dan (c)
menyediakan pedoman yang mutakhir dan berkualitas sehingga para anggota mampu

2
menjadi penyedia nilai utama dalam bidangnya. Tim ini teridiri dari beberapa staf penuh
waktu, anggota sukarela aktif, dan investigator sementara yang juga bersifat sukarela
sesuai kebutuhan. Tim tersebut melaksanakan tiga fungsi utama untuk menyelesaikan
misinya sebagai berikut :
• Menetapkan standar

Komite Eksekutif Etika Profesional melakukan interpretasi atas Kode Perilaku


Profesional AICPA serta mengusulkan perubahan pada kode perilaku.

• Penegakan Etika
Tim etika professional melakukan investigasi atas potensi masalah-masalah
disiplin yang melibatkan anggota AICPA serta masyarakat CPA Negara bagian
dan program penegakan etika bersama.

• Jasa permintaan Bantuan Teknis


Tim etika professional melakukan pendidikan bagi anggota serta mempromosikan
pemahaman atas standar etika yang ada dalam kode perilaku professional AICPA,
dengan cara menanggapi permintaan bantuan anggota dalam rangka penerapan kode
perilaku professional AICPA pada bidang praktik yang spesifik.

b) Komposisi Kode Etik AICPA

Kode Perilaku Profesional AICPA terdiri atas dua bagian:

• Prinsip-prinsip Perilaku Profesional (Principles of Profesionnal Conduct); menyatakan


tindakan dan perilaku ideal serta memberikan kerangka kerja bagi peraturan-peraturan
• Aturan Perilaku (Rules of Conduct); menentukan standar umum perilaku yang dapat
diterima dalam pelaksanaan layanan professional

Sebagai suatu pernyataan ideal perilaku professional, maka prinsip-prinsip perilaku


professional tidak digolongkan sebagai standar yang dapat ditegakkan. Sebaliknya, aturan
perilaku menetapkan standar umum perilaku yang dapat diterima serta ditegakkan atau
dengan kata lain sebagai sesuatu hal yang harus dicapai.

Sebagai tambahan dari kedua bagian yang telah disebutkan diatas, maka komite eksekutif
divisi etika professional mengeluarkan pengumuman sebagai berikut :
• Interpretasi Peraturan Perilaku (Interpretations of The Rules of Conduct) yang
menyediakan pedoman tentang lingkup dan penerapan peraturan yang spesifik.

3
• Ketetapan Etika (Ethics Rulings) yang menunjukkan penerapan peraturan perilaku dan
interpretasi pada kondisi nyata tertentu

Para anggota yang menyimpang dari interpretasi atau ketetapan etika harus memberikan
penjelasan dan alasan penyimpangan tersebut pada rapat dengar pendapat tentang disiplin.

DEFINISI KODE ETIK

Kode etik ditulis dalam bahasa teknis. Oleh karena itu penting sekali untuk mengetahui
definisi kode etik berikut ini guna memahami penerapan prinsip-prinsip kode dan peraturan :

• Klien (Client). Setiap orang atau entitas, selain pegawai anggota CPA, yang
menugaskan anggota atau kantor anggota CPA untuk melaksanakan jasa
professional bagi perorangan atau entitas yang akan menerima jasa professional
tersebut.
• Dewan (Council). Dewan yang berada dalam lembaga AICPA

• Kantor Akuntan Publik (Firm). Bentuk organisasi yang diizinkan oleh


undangundang Negara bagian atau peraturan yang memiliki karakteristik sesuai
dengan keputusan dewan, untuk melaksanakan praktik akuntan public, termasuk
untuk perorangannya sebagai pemilik.
• Status Keanggotaan (Holding Out). Setiap tindakan yang dilakukan oleh seorang
anggota yang menginformasikan statusnya sebagai CPA atau spesialis AICPA
yang terakreditasi.
• Institut (Institute). Lembaga AICPA

• Anggota (Member). Seorang anggota, anggota asosiasi, atau asosiasi international


dari AICPA.
• Praktik Akuntan Publik (Practice of Public Accounting). Pemberian jasa
professional berupa jasa akuntansi, perpajakan, perencanaan keuangan pribadi, jasa
dukungan litigasi, serta jasa professional lainnya oleh seorang anggota atau kantor
akuntan public yang terdaftar sebagai pemegang CPA atau sepesialis AICPA yang
terakreditas, sesuai dengan standar yang diumumkan oleh badanbadan yang
ditunjuk oleh dewan. Namun, seoarang anggota pemegang CPA atau KAP, tidak
diperkenankan untuk melakukan praktik akuntansi public, apabila seorang anggota
atau KAP tidak memberikan jasa professional seperti yang telah disebutkan.
• Jasa professional (Professional Services). Semua jasa yang dilaksanakan oleh
seorang CPA yang berstatus pemegang CPA.

4
PRINSIP-PRINSIP

Profesi akuntan memegang peranan yang penting dimasyarakat, sehingga menimbulkan


ketergantungan dalam hal tanggung-jawab akuntan terhadap kepentingan publik. Kepentingan
Publik merupakan kepentingan masyarkat dan institusi yang dilayani oleh anggota pemegang
CPA secara keseluruhan. Ketergantungan ini menyebabkan sikap dan tingkah laku akuntan
dalam menyediakan jasanya mempengaruhi kesejahteraan ekonomi masyarakat dan negara.
Ada enam prinsip yang terdapat dalam kode etik terkait dengan etika professional auditor :

1. TANGGUNG JAWAB PROFESI

Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesfional, setiap anggota harus


senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan
yang dilakukannya.

Sebagai profesional, anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat. Sejalan


dengan peran tersebut, anggota mempunyai tanggung jawab kepada semua pemakai
jasa profesional mereka. Anggota juga harus selalu bertanggung jawab untuk bekerja
sama dengan sesama anggota untuk mengembangkan profesi akuntansi, memelihara
kepercayaan masyarakat, dan menjalankan tanggung jawab profesi dalam mengatur
dirinya sendiri. Usaha kolektif semua anggota diperlukan untuk memelihara dan
meningkatkan tradisi profesi

2. KEPENTINGAN PUBLIK

CPA wajib memberikan pelayanannya bagi kepentingan publik, menghormati


kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen serta profesionalisme. Salah satu
tanda yang membedakan profesi adalah penerimaan tanggung jawabnya kepada
publik. CPA diandalkan oleh banyak unsur masyarakat, termasuk klien, kreditor,
pemerintah, pegawai, investor, dan komunitas bisnis serta keuangan. Kelompok ini
mengandalkan obyektifitas dan integritas CPA untuk memelihara fungsi perdagangan
yang tertib.

3. INTEGRITAS

Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, CPA harus melaksanakan


semua tanggung jawab profesionalnya dengan integritas tertinggi. Perbedaan
karakteristik lainnya dari suatu profesi adalah pengakuan anggotanya akan kebutuhan
memiliki integritas. Integritas menurut CPA bertindak jujur dan terus terang meskipun

5
dihambat kerahasiaan klien. Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh
dimanfaatkan untuk keuntungan pribadi. Integritas dapat mengakomodasi kesalahan
akibat kurang berhati-hati dan perbedaan pendapat yang jujur, akan tetapi, integritas
tidak dapat mengakomodasi kecurangan/pelanggaran prinsip.

4. OBJEKTIVITAS DAN INDEPENDENSI

Seorang CPA harus mempertahankan obyektifitas dan bebas dari konflik kepentingan
dalam melaksanakan tanggung jawab profesional. Seorang CPA dalam praktek publik
harus independent dalam kenyataan dan dalam penampilan ketika memberikan jasa
auditing dan jasa atestasi lainnya. Prinsip obyektifitas menuntut seorang CPA untuk
tidak memihak, jujur secara intelektual, dan bebas dari konflik kepentingan.
Independensi menghindarkan diri dari hubungan yang bisa merusak obyektifitas
seorang CPA dalam melakukan jasa atestasi.

5. KECERMATAN DAN KESEKSAMAAN

Seorang CPA harus melakukan standar teknis dan etis profesi, terus berjuang
meningkatkan kompetensi mutu pelayanan, serta melaksanakan tanggung jawab
profesional dengan sebaik-baiknya. Prinsip kemahiran (due care) menuntut CPA untuk
melaksanakan jasa profesional dengan sebaik-baiknya. CPA akan memperoleh
kompetensi melalui pendidikan dan pengalaman dimulai dengan menguasai ilmu yang
disyaratkan bagi seorang CPA. Kompetensi juga menuntut CPA untuk terus belajar di
sepanjang karirnya.

6. LINGKUP DAN SIFAT JASA

Seorang CPA yang berpraktik publik harus mempelajari prinsip kode etik perilaku
profesional dalam menentukan lingkup dan sifat jasa yang akan diberikan. Dalam
menentukan apakah dia akan melaksanakan atau tidak suatu jasa, anggota AICPA
yang berpraktik publik harus mempertimbangkan apakah jasa seperti itu konsisten
dengan setiap prinsip perilaku profesional CPA. Apabila ternyata tidak ada prinsip
yang dapat dipenuhi, maka penugasan tersebut harus ditolak. Selanjutnya CPA harus :
• Hanya berpraktik pada suatu kantor yang telah mengimplementasikan prosedur
pengendalian mutu

6
• Menentukan apakah lingkup dan sifat jasa lain yang diminta oleh klien tidak
akan menciptakan pertentangan kepentingan dalam pemberian jasa audit bagi
klien
• Menilai apakah jasa yang diminta konsisten dengan peran seorang
professional.

KODE ETIK AKUNTAN INDONESIA

Kode Etik Profesi Akuntan Publik (sebelumnya disebut Aturan Etika Kompartemen

Akuntan Publik) adalah aturan etika yang harus diterapkan oleh anggota Institut Akuntan

Publik Indonesia atau IAPI (sebelumnya Ikatan Akuntan Indonesia - Kompartemen Akuntan
Publik atau IAI-KAP) dan staf profesional (baik yang anggota IAPI maupun yang bukan
anggota IAPI) yang bekerja pada satu Kantor Akuntan Publik (KAP).

Kode Etik ini menetapkan prinsip dasar dan aturan etika profesi yang harus diterapkan
oleh setiap individu dalam kantor akuntan publik (KAP) atau Jaringan KAP, baik yang
merupakan anggota IAPI maupun yang bukan merupakan anggota IAPI, yang memberikan
jasa profesional yang meliputi jasa assurance dan jasa selain assurance seperti yang tercantum
dalam standar profesi dan kode etik profesi.

Untuk tujuan Kode Etik ini, individu tersebut di atas selanjutnya disebut ”Praktisi”.
Anggota IAPI yang tidak berada dalam KAP atau Jaringan KAP dan tidak memberikan jasa
profesional seperti tersebut di atas tetap harus mematuhi dan menerapkan Bagian A dari Kode
Etik ini.

Suatu KAP atau Jaringan KAP tidak boleh menetapkan kode etik profesi dengan
ketentuan yang lebih ringan daripada ketentuan yang diatur dalam Kode Etik ini. Setiap
Praktisi wajib mematuhi dan menerapkan seluruh prinsip dasar dan aturan etika profesi yang
diatur dalam Kode Etik ini, kecuali bila prinsip dasar dan aturan etika profesi yang diatur oleh
perundang-undangan, ketentuan hukum, atau peraturan lainnya yang berlaku ternyata berbeda
dari Kode Etik ini. Dalam kondisi tersebut, seluruh prinsip dasar dan aturan etika profesi yang
diatur dalam perundang-undangan, ketentuan hukum, atau peraturan lainnya yang berlaku
tersebut wajib dipatuhi, selain tetap mematuhi prinsip dasar dan aturan etika profesi lainnya
yang diatur dalam Kode Etik ini.

7
Profesi akuntan publik bertanggung jawab untuk menaikkan tingkat keandalan laporan
keuangan perusahaan-perusahaan, sehingga masyarakat keuangan memperoleh informasi
keuangan yang handal sebagai dasar untuk memutuskan alokasi sumber-sumber ekonomi.
Kode Etik Profesi Akuntan Publik (“Kode Etik“) ini terdiri dari dua bagian, yaitu
Bagian A dan Bagian B. Bagian A dari Kode Etik ini menetapkan prinsip dasar etika profesi
dan memberikan kerangka konseptual untuk penerapan prinsip tersebut. Sedangkan, Bagian B
dari Kode Etik ini memberikan ilustrasi mengenai penerapan kerangka konseptual tersebut
pada situasi tertentu.

3. PERATURAN PERILAKU

Peraturan organisasi AICPA mengharuskan para CPA mematuhi peraturan perilaku.


Pertauran tersebut diterapkan kepada semua CPA dan kepada semua jasa professional yang
dilaksanakan. Kecuali, apabila (1) susunan kata dalam peraturan menunjukkan lain (misalnya,
beberapa peraturan menunjukkan hanya berlaku untuk CPA yang melakukan praktik public
saja), (2) CPA yang berpraktik diluar amerika serikat serta menyesuaikan diri dengan
peraturan profesi akuntan di Negara tuan rumah.

Seorang CPA dalam praktik public mungkin harus bertanggung jawab untuk mematuhi
semua peraturan bagi setiap orang yang berada dalam supervisi anggota atau anggota partner
atau pemegang saham dalam praktik, selain itu, seorang CPA tidak dapat mengijinkan orang
lain untuk bertindak atas namanya. Apabila hal ini dilakukan, berarti melanggar peraturan.

Adapun Peraturan dari Kode Etik di kelompokkan ke dalam lima bagian:

1. Independen, integritas, dan obyektifitas,

2. Ukuran umum, prinsip-prinsip akuntansi,

3. Tanggung-jawab ke klien,

4. Tanggung-jawab kepada para rekan kerja,

5. Tanggung-jawab dan pelatihan lainnya.

Dalam banyak kasus, aturan diikuti oleh penafsiran (menyangkut) aturan itu yang
menunjuk kemampuan menerima dari spesifik jenis aktivitas. Akhirnya, di bawah
masingmasing dari aturan, masih ada lagi peraturan yang lebih spesifik – 111 peraturan
independen, integritas, dan obyektifitas, 11 peraturan standar umum (enam yang telah dihapus
dan satu ditransfer), 25 peraturan atas tanggung-jawab ke klien, dan 192 peraturan atas

8
tanggungjawab yang lain dan mempraktekkan (153 yang mana telah dihapus, dan sebanyak
enam yang telah digantikan).

1. BAGIAN 100

 Peraturan Independen (Peraturan 101): Peraturan Independen memutuskan: Suatu


anggota dalam latihan publik yang independen akan menunjukkan jasa profesional
seperti yang ditentukan oleh standar umum resmi yang ditunjuk oleh Dewan.

Independen akan dianggap lemah jika, sebagai contoh, suatu anggota yang mempunyai dari
mengikuti transaksi, minat, atau hubungan:

a. Sepanjang periode dari suatu perikatan profesional atau ketika menyatakan suatu
pendapat, suatu anggota atau suatu perusahaan anggota :
1. Yang telah atau merasa terikat dengan memperoleh manapun mengarahkan
atau material keuangan yang tidak langsung milik klien perusahaan.
2. Apakah suatu wali tentang segala kepercayaan atau pelaksana atau pengurus
tentang segala status jika kepercayaan atau status seperti itu telah atau merasa
terikat dengan memperoleh manapun mengarahkan atau material keuangan
yang tidak langsung di perusahaan itu.
3. Sambungan yang mempunyai, investasi bisnis yang lekat dipegang dengan
perusahaan atau dengan petugas yang manapun, direktur, atau pemegang
saham prinsip daripadanya itu adalah material dalam hubungan dengan
kekayaan bersih anggota atau kekayaan bersih dari anggota perusahaan itu.
4. Sepanjang periode yang dicakup oleh laporan keuangan, sepanjang periode
dari perikatan profesional, atau ketika menyatakan suatu pendapat, suatu
anggota atau suatu perusahaan anggota
4.1. Ada hubungan keluarga perusahaan sebagai penyelenggara,
penanggung atau memilih wakil, sebagai direktur, petugas, atau
karyawan, atau dalam kapasitas apapun setara dengan suatu anggota
dari manajemen.
4.2. Apakah suatu wakil untuk pensiun/rumah penginapan atau turut
berolbh laba kepercayaan apapun dari . itu perusahaan.

 Integritas dan obyektifitas (Peraturan 102): menjelaskan tentang segala jasa yang
profesional, suatu anggota akan memelihara obyektifitas dan integritas, akan bebas

9
dari konflik kepentingan, dan tidak dengan sadar salah menggambarkan fakta atau
bawahan penilaiannya ke orang lain. Peraturan 102, kemudian, membagi empat hal
dalam melakukan/menyelenggarakan jasa yang profesional:

1. memelihara integritas dan obyektifitas,

2. membebaskan diri dari konflik kepentingan,

3. tidak salah menggambarkan fakta,

4. membeberkan pertimbangannya ke orang lain.

Konflik diuraikan dalam Kode sebagai situasi di mana hubungan tertentu merusak
obyektifitas anggota.

Suatu konflik kepentingan boleh terjadi jika suatu anggota melaksanakan suatu jasa
profesional untuk suatu klien atau pemberi kerja dan anggota atau perusahaannya mempunyai
suatu hubungan dengan orang lain, kesatuan, produk, atau bisa melayani, di penilaian
profesional anggota, jadilah dipandang oleh klien, pemberi kerja, atau pengikut lain yang
sesuai sebagai perusak obyektifitas pelanggan.

Nyatanya melawan konflik riil berdebat sekalipun, Kode terus untuk menawarkan beberapa
contoh dari situasi yang menyebabkan suatu anggota untuk mempertimbangkan diterima atau
tidaknya klien, pemberi kerja, atau pengikut lain yang sesuai dapat dipandang sebagai
merusak hubungan obyektifitas anggota:
1. Suatu anggota telah diminta untuk melaksanakan jasa proses pengadilan untuk
penggugat dalam hubungan dengan suatu penuntutan perkara disimpan melawan
terhadap suatu klien dari itu perusahaan anggota.
2. Suatu anggota telah menyajikan pajak atau perencanaan keuangan pribadi ( PFP) jasa
untuk pasangan suami-istri yang sedang mengalami suatu perceraian, dan anggota
telah diminta untuk menyediakan jasa untuk kedua belah pihak sepanjang cara bekerja
perceraian.
3. Dalam hubungan dengan suatu PFP perikatan, suatu anggota merencanakan untuk
menyatakan bahwa klien menginvestasikan bisnis di mana anggota mempunyai suatu
bunga dalam keuangan.
4. Suatu anggota menyediakan pajak atau PFP jasa untuk beberapa anggota dari suatu
keluarga yang mungkin menentang minat.

10
5. Suatu anggota melayani suatu pendekatan pajak dewan kota, yang mempertimbangkan
berbagai hal yang menyertakan beberapa dari klien pajak.
6. Suatu anggota telah didekati untuk menyediakan jasa dalam hubungan dengan
pembelian dari milik tetap dari suatu klien dari anggota perusahaan itu.
7. Dll.

Kesalahan dalam Penyajian: Aspek yang ketiga dari Peraturan 102 adalah melarang dengan
sengaja, mengetahui fakta dari kesalahan penyajian. Ini adalah suatu pendekatan kejujuran
seorang akuntan. Kesalahan Penyajian adalah penipuan, dan penipuan, adalah suatu proses
dimana seseorang menggunakan kemauannya sendiri.

Pendapat Subordination: Aspek yang akhir dari Peraturan 102 adalah larangan untuk
menentang suatu pendapat dari seorang bawahan. Mungkin membesarkan hati dan
pengendalian-diri untuk menangkis ancaman dan uang suap yang sulit dipisahkan dari klien
seseorang, tetapi itu tak pantas untuk melukiskan suatu gambaran keuangan, sebagai klien
mengharapkan jika penilaian terbaik akuntan adalah menandai mereka harus digambarkan
dengan cara lainnya.

2. BAGIAN 200

 Peraturan 201 : pada bagian ini, kita beralih ke seksi 200 dari kode dan memahami
peraturan standard umum – peraturan 201. Peraturan tersebut menyabubtkan bahwa
setiap anggota mematuhi standar dan menginterpretasikan teori dari desain perilaku
oleh dewan.
Peraturan tersebut adalah:

1. Kompetensi Profesional (Hanya melaksanakan jasa professional yang diyakini dapat


diselesaikan oleh anggota)
2. Penggunaan keahlian Profesional (Dalam melayani jasa profesionalnya hendaknya
menggunakan keahliannya secara cermat dan seksama)
3. Perencanaan dan Supervisi (melakukan perencanaan dan melaksanakan supervise
dalam pelaksanaan jasa professional)
4. Data yang relevan (memperoleh data yang relevan agar mendapatkan dasar yang layak
untuk membuat kesimpulan atau memberikan rekomendasi)

11
• Peraturan 202 : Mengikuti standar. setiap anggota yang mengaudit, mereview,
kompilasi, konsultan manajemen, pajak atua pelayanan professional lain harus
mengikuti standard desain perilaku oleh Council.
• Peraturan 203 – Prinsip Akuntansi : Persetujuan akhir peraturan dengan prinsip standar
akuntansi.

3. BAGIAN 300

• Peraturan 301 : Informasi rahasia klien

Setiap anggota yang melakukan praktik public tidak diperkenankan untuk mengungkap semua
informasi rahasia klien tanpa izin klien.

• Peraturan 302 : Kontijensi Upah

Upah kontijensi adalah upah yang ditetapkan berdasarkan kinerja jasa yang diberikan,
dimana upah tidak diberikan jika tidak diperoleh hasil atau temuan tertentu.
Setiap anggota yang melakukan praktik public tidak diperkenankan untuk :

1. Melaksanakan jasa professional dengan menerima imbalan dari klien yang


CPA atau KAP- nya melakukan juga :
a. Suatu audit atau review atas laporan keuangan, atau ;

b. Suatu kompilasi laporan keuangan, dimana anggota mengharapkan atau


mungkin mengharapkan adanya pihak ketiga yang akan menggunakan
laporan keuangan dan laporan kompilasi tidak mengungkapkan kurangnya
independensi, atau ;
c. Pemeriksaan atas informasi keuangan yang prospektif

2. Membuat surat pemberitahuan pajak penghasilan perdana tau yang telah


diperbaiki atau klaim atas pengembalian pajak untuk honor kontijen.

4. BAGIAN 400

Bagian selanjutnya dari kode, termasuk dalam seksi 400, untuk mendedikasikan tanggung
jawab. Terdapat isu tentang apa yang harus dilakukan oleh akuntan dalam menanggapi
akuntan lain dimana komitmen illegal maupun perilaku yang tidak etis dalam perilaku kerja
mereka. Namun, belum ada peraturan dalam seksi ini.

5. BAGIAN 500

Seksi terakhir dari kode adalah seksi persetujuan dengan latihan dan tanggung jawab lain.

12
• Peraturan 501 : peraturan komprehensif yang menyebutkan bahwa anggota dari
perilaku komite memungkinkan untuk tidak melakukan perbuatan dikredit (tindakan
yang merusak reputasi) dalam profesi.
• Peraturan 502: menyebutkan bahwa anggota dalam pelatihan public tidak
diperkenankan mendapatkan klien dengan cara pemasangan iklan.

• Peraturan 503: berbunyi bahwa seorang akuntan ketika mengaudit, tidak


diperkenankan memberikan rekomendasi atau referensi produk atau jasa yang
disediakan oleh klien untuk mendapatkan komisi.
• Peraturan 505-Bentuk Organisasi Dan Nama

Seorang CPA dapat membuka praktik akuntan hanya dalam bentuk organisasi yang
diizinkan oleh hukum dan peraturan Negara bagian yang cirri-cirinya sesuai dengan
ketentuan dari resolusi dewan. Seorang CPA tidak diperkenankan membuka praktik
akuntan publik dengan nama yang dapat menyesatkan. Nama dari satu pemilik yang
lama dapat dicantumkan dalam nama kantor organisasi penrus. Sebuah kantor tidak
dapat menyebut dirinya sendiri sebagai “Anggota American institute of certified
publik accountans”, kecuali semua partner atau pemiliknya adalah anggota dari
lembaga tersebut.

4. PENEGAKAN PERATURAN

Seorang CPA hanya dapat dihukum karena melanggar peraturan-peraturan dari Kode
Preilaku Profesional. Akan tetapi, dalam hal adanya dugaan pelanggaran atas peraturan,
seorang CPA harus memberikan alasan atas setiap penyimpangan dari interprestasi peraturan
perilaku dan peraturan etika yang berlaku. Tindakan penegakan dapat dilakukan sebagai
tanggapan atas (1) adanya keluhan terhadap anggota dan bukan anggota, (2) ulasan dalam
surat kabar atau publikasi, dan (3) penyampaian adanya indikasi pelanggaran kepada AICPA
oleh pejabat pemerintah negara bagian atau federal.

Penegakan peraturan dilakukan oleh dua kelompok, yaitu oleh AICPA dan masyarakat
CPA negara bagian. Keduanya memiliki wewenang untuk melakukan investigasi atas keluhan
yang disampaikan, melakukan dengar pendapat, serta mengenakan sanksi pada mereka yang
telah melanggar peraturan.

Penegakan peraturan AICPA dilakukan melalui Divisi Etika Profesi serta Badan
Pengadilan Bersama (Joint Trial Board). Sanksi maksimum yang dapat dikenakan oleh
AICPA adalah memecat CPA dari keanggotaan AICPA.

13
Penegakan oleh masyarakat negara bagian dilakukan melalui Komite Etika yang ada pada
setiap negara bagian serta Badan Pengadilan Bersama. Sebagaimana halnya dengan AICPA,
sanksi terberat yang dapat dikenakan adalah ehilangan keanggotaan dalam masyarakat CPA
negara bagian.

A. Prosedur Etika Penegakan Bersama

Sebagai upaya agar penegakan peraturan perilaku lebih efektif serta lebih
menyeragamkan tindakan disiplin yang dilakukan, AICPA telah mengembangkan
Program Penegakan Etika Bersama (Joint Ethics Enforcement Program/JEEP).
Menurut ketentuan dalam JEEP, keluhan terhadap seorang CPA dapat disampaikan
melalui AICPA atau masyarakat CPA Negara bagian. Pada umumnya AICPA
memiliki yurisdiksi untuk menangani kasus (1) pada lebih dari satu Negara bagian, (2)
litigasi, (3) masalah-masalah yang menarik perhatian dan berskala nasional. Kelompok
yurisdiksi dapat bertindak sendiri atau bersama-sama.

JEEP juga meningkatkan hubungan antara AICPA dan komite Etika


Masyarakat Negara Bagian. Divisi Etika Profesional AICPA sering melakukan
pertemuan dengan masyarakat CPA negara bagian dalam upaya untuk meningkatkan
jumlah sumberdaya yang dapat diberikan untuk penegakan etika. Divisi Etika
Profesional AICPA melaporkan secara setengah tahunan kepada anggota AICPA
tentang kasus-kasus etika yang diproses melalui JEEP.

B. Prosedur Badan Pengadilan Bersama

Hanya terdapat satu badan pengadilan bersama (joint trial board) yang terdiri dari
setidaknya 36 anggota yang dipilih oleh majelis dari anggota majelis saat ini atau mantan
anggota majelis. Badan pengadilan bersama baru melibatkan diri apabila prosedur penegakan
yang sebelumnya menilai bahwa keluhan yang disampaikan tentang anggota ternyata cukup
serius atau anggota yang terlibat ternyata menolak untuk bekerja sama. Dengar pendapat yang
dilakukan oleh badan pengadilan bersama umumnya dilakukan oleh kelompok kerja yang
terdiri dari setidaknya lima anggota badan yang ditunjuk untuk secara maksimum mewakili
bidang umum dimana anggota tersebut berada. Seorang CPA diperbolehkan untuk meminta
agar badan secara pleno melakukan review atas putusan kelompok kerja tersebut.
Badan pengadilan bersama dapat mengambil tindakan disiplin (diciplinary anctions)
sebagai berikut:

14
• Menegur CPA

• Memberhentikan sementara CPA selama periode waktu yang tidak lebih dari dua
tahun
• Memecat CPA

Apabila kekuarangan atau kelemahan CPA terletak pada penyimpangan dari standar teknis
profesional, maka badan pengadilan memiliki kewenangan untuk mengenakan persyaratan
tambahan.

C. Ketentuan Disiplin Otomatis

Peraturan tambahan atau bylaw AICPA (BL 7.3.1) meliputi juga ketentuan disiplin
otomatis (automatic disciplinary provisions) yang memberikan wewenang untuk
mengehentikan sementara atau mencabut keanggotaan tanpa perlu melakukan dengar
pendapat dalam setuasi tertentu. Penghentian sementara dapat terjadi bila Sekretaris AICPA
diberitahu bahwa pertimbangan atau pertanyaan bersalah telah dijatuhkan kepada seorang
CPA yang:
• Menjalani hukuman pidana kurungan untuk masa lebih dari satu tahun

• Dengan sengaja lalai mengarsipkan surat pemberitahuan pajak penghasilan, dimana


CPA secara pribadi adalah seorang wajib pajak yang menurut undang-undang wajib
mengarsipkan surat pemberitahuan pajak penghasilan tersebut.
• Pengarsipan surat pemberitahuan pajak penghasilan yang dipalsukan atau yang
mengandung kecurangan atas nama CPA atau atas nama klien.
• Dengan sengaja membantu menyusun dan menyajikan surat pemberitahuan pajak
penghasilan atas nama klien yang dipalsukan atau yang mengadung kecurangan.
• Pemecatan keanggotaan dapat terjadi apabila CPA telah melakukan upaya hokum
dengan cara naik banding sampai tingkat maksimal atas pertimbangan dan persyaratan
bersalah yang dijatuhkan kepadanya.

15
16

Anda mungkin juga menyukai