Anda di halaman 1dari 15

DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015, Halaman 1-15

http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/accounting ISSN (Online): 2337-3806

Pengaruh Hubungan Corporate Governance Terhadap


Kinerja Keuangan
( Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan dan Keuangan Yang Terdaftar di BEI Tahun 2010-2012 )

Yudha Prawira, Haryanto 1

Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro


Jl. Prof. Soedharto SH Tembalang, Semarang 50239, Phone: +622476486851

ABSTRACT

This study examined the relationship of the Effect of Corporate


Governance Financial Performance Against a case study on the financial
company 'listed on the Stock Exchange in 2010-2012. The purpose of this study
was to determine the effect of board size, the size of the independent directors, the
size of the board of directors, managerial ownership on firm performance,
The population in this study were all financial companies listed on the
Jakarta Stock Exchange (JSX) during the study period, ie 2010-2012. The sample
in this study sample of 198 companies.
The results showed that the composition of the independent directors
(having a positive influence on the performance of the company, the effect of
board size positively on the performance of the company, the effect size of the
board of directors is positively significant to the company's performance
managerial ownership has a negative effect on the performance of the company.

Keywords: board size, the size of the independent directors, the size of the board
of directors, managerial ownership, corporate performance

PENDAHULUAN
.
Perusahaan memiliki berbagai alternatif sumber pendanaan. Pendanaan
dari dalam perusahaan diperoleh dari laba yang ditahan perusahaan.
Pendanaan dari luar perusahaan berasal dari kreditur berupa utang maupun
pendanaan yang bersifat penyertaan dalam bentuk saham (equity). Pendanaan
melalui mekanisme penyertaan, dilakukan dengan menjual saham perusahaan
kepada masyarakat atau sering dikenal dengan go public (Hikmawan, 2007
dalam Fanny, 2010).
Hubungan manajer dengan pemegang saham di dalam agency theory
digambarkan sebagai hubungan antara agent dan principal. Manajer sebagai agent

1
Corresponding author

1
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015, Halaman 1-15
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/accounting ISSN (Online): 2337-3806

dan pemegang saham sebagai principal. Manajer harus mengambil keputusan


bisnis terbaik untuk meningkatkan kekayaan pemegang saham. Keputusan bisnis
yang diambil manajer adalah memaksimalkan sumber daya (utilitas) perusahaan.
Namun demikian pemegang saham tidak dapat mengawasi semua keputusan dan
aktivitas yang dilakukan oleh manajer. Suatu ancaman bagi pemegang saham jika
manajer akan bertindak untuk kepentingannya sendiri, bukan untuk kepentingan
pemegang saham. Inilah yang menjadi masalah dasar dalam agency theory yaitu
adanya konflik kepentingan sehingga akan timbul konflik kepentingan antara
manajer dan pemegang saham.

Pemegang saham dan manajer masing-masing berkepentingan memaksimalkan


tujuannya. Konflik kepentingan terjadi jika keputusan manajer hanya akan
memaksimalkan kepentingannya dan tidak sejalan dengan kepentingan pemegang
saham. Perilaku manajer dalam situasi konflik kepentingan inilah yang menarik
untuk diteliti.
Perusahaan publik akan memiliki dana yang lebih besar yang didapat dari
penjualan sahamnya ke masyarakat dan diharapkan kinerja perusahaan mengalami
peningkatan. Perusahaan go public membutuhkan pengelolaan corporate
governance yang baik atau yang lebih dikenal dengan good corporate
governance
Secara konseptual, penerapan mekanisme GCG yang benar dapat
mengendalikan kebijakan-kebijakan manajer dan kepentingan public untuk dapat
dimanipulasi oleh kepentingan pemimpin perusahaan.Oleh karena itu penelitian
mengenai penerapan GCG khususnya pada perusahaan perbankan di Indonesia
masih menjadi permasalahan yang layak diteliti.
Penerapan Corporate Governance merupakan salah satu upaya yang
cukup signifikan untuk melepaskan diri dari krisis ekonomi yang telah melanda
Indonesia. Peran dan tuntutan para investor dan kreditor asing mengenai
penerapan prinsip Corporate Governance merupakan salah satu faktor dalam
pengambilan keputusan berinvestasi dalam suatu perusahaan. Untuk itu penerapan
Corporate Governance di Indonesia sangat penting, karena prinsip
Corporate Governance dapat memberikan kemajuan terhadap kinerja suatu
perusahaan, sehingga perusahaan di Indonesia tidak tertindas dan dapat bersaing
secara global.
Dengan adanya sistem Corporate Governance para pemegang saham
dan inverstor menjadi yakin akan memperoleh return atas investasinya,
karena Corporate Governance dapat memberikan perlindungan efektif bagi
para pemegang saham dan investor. Corporate Governance juga dapat
membantu dalam menciptakan lingkungan yang yang kondusif demi
terciptanya pertumbuhan yang efisien di sektor korporat. Terkait dengan uraian
diatas, penulis tertarik untuk mengambil judul penelitian tentang “ Pengaruh
Hubungan Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan”

2
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015, Halaman 1-15
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/accounting ISSN (Online): 2337-3806

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS


Kerangka pemikiran merupakan model konseptual tentang bagaimana
teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai
masalah yang penting. Kerangka pemikiran yang baik akan menjelaskan secara
teoritis pertautan antara variabel yang diteliti. Jadi, secara teorits perlu dijelaskan
hubungan antara variabel independen dan variabel dependen.
Hubungan Ukuran Dewan Komisaris dan Kinerja Perusahaan

Menurut Chtourou et al(2001) dalam penelitiannya bahwa dengan jumlah


dewan yang semakin besar maka mekanisme monitoring manajemen perusahaan
akan semakin baik. Jumlah dewan yang besar menguntungkan perusahaan dari
sudut pandang resources dependence) (Totok Dewayanto, 2010) .
Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang berasal
dari luar pemegang saham perusahaan, yang bebas dari hubungan bisnis
ataupun hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampu annya untuk
bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan
perusahaan (KNKG, 2006). Proporsi komisaris independen diukur dengan
persentase jumlah komisaris independen dibagidengan total jumlah anggota
dewan komisaris (Rizky Arifani, 2012)
Keberadaan Dewan komisaris bertujuan menjamin investor dalam
perusahaan menerima return yang cukup atas investasi mereka (Shelier dan
Vushny dalam Che Haa, dkk, 2008).Jika peran dewan komisaris ini tidak
berfungsi dengan benar maka investor tidak akan merasakan bahwa mereka telah
mendanai perusahaan atau membeli ekuitas sekuritas perusahaan. Secara
keseluruhan, kinerja ekonomis akanmenderita karena banyak kesempatan
bisnisakanhilang dan masalah keuangan secara temporer akan menyebar dengan
cepat kepada perusahaan lain, karyawan dan konsumen. Jikaekspropriasi yang
dilakukan oleh para manajer meningkat pada saat tingkat kembalian investasi
yang diharapkan oleh investor jatuh, makashock yang diakibatkan dari
menurunnya tingkat kepercayaan investor akan mendorong terjadinya penurunan
capital inflow dan meningkatnya capital outflows dari suatu negara. Akibat
selanjutnya adalah menurunnya harga saham dan alat tukar mata uang negara
yang bersangkutan(Dartnawati, 2003)
H1 : Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh positif terhadap kinerja
perusahaan.

Hubungan antara Indenpendensi Komisaris Independen dengan Kinerja


Perusahaan
Semakin tinggi perwakilan dari outsider director (komisaris independen),
maka semakin tinggi independensi dan efektivitas corporate board sehingga dapat
meningkatkan nilai perusahaan (Barnhart & Rosenstein, 1998 dalam Lastanti,
2004).
Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak
memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham dan/atau

3
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015, Halaman 1-15
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/accounting ISSN (Online): 2337-3806

hubungan keluarga dengan anggota dewan komisaris lainnya, direksi dan/atau


pemegang saham pengendali atau hubungan lain yang dapat mempengaruhi
kemampuannya untuk bertindak independen (Rizky Arifani, 2012)
Berdasarkan teori keagenan, bahwa semakin besar jumlah komisaris
independen pada dewan komisaris, maka semakin baik mereka bisa memenuhi
peranmereka di dalam mengawasi dan mengontrol tindakan-tindakan para direktur
eksekutif.Premis dari teori keagenan adalah bahwa komisaris independen
dibutuhkan pada dewan komisaris untuk mengawasi dan mengontrol tindakan-
tindakan direksi, sehubungan dengan perilaku oportunistik mereka (Jensen dan
Meeckiing, 1976).
Komisaris independen memiliki lebih banyak kesempatan untuk
mengontrol dan menghadapi jaring insentif yang kompleks; yang berasal secara
langsung daritanggung jawab mereka sebagai direktur dan diperbesar oleh posisi
equity mereka. Oleh karena itu, komisaris independen dianggap sebagai
mekanisme pemeriksa dan penyeimbang di dalam meningkatkan efektivitas
dewan komisaris: Dengan semakin berfungsinya komisaris independen dalam
mengawasi manajer, maka kepercayaan investor akan semakin besar akan kinerja
yang akan diperoleh perusahaan.Fama dan Jensen (1983) dalam Ujiyanto (2006)
menyatakan bahwa non-executive director (komisaris independen) dapat bertindak
sebagai penengah dalam perselisihan yang terjadi diantara para manajer internal
dan mengawasi kebijakan manajemen serta memberikan nasihat kepada
manajernen.Komisaris independen merupakan posisi terbaik untuk
melaksanakanfungsi monitoring agar tercipta perusahaan yang good
corporategovernance. Berdasarkan uraian diatas dapat dihipotesiskan sebagai
berikut :
H2 : Indepedensi Komisaris Independen berpengaruh secara positif terhadap
Kinerja Perusahaan.

Hubungan Ukuran Dewan Direksi dan Kinerja Perusahaan

Peningkatan ukuran dan diversitas dari dewan direksi akan memberikan


manfaat bagi perusahaan karena terciptanya networkdengan pihak luar perusahaan
dan menjamin ketersediaan sumber daya (Pfefer,1973) dan Pearce & Zahra ,1992
dalam Faisal, 2005) (Rizky Arifani, 2012).Berdasarkan uraian diatas dapat
dihipotesiskan sebagai berikut :
H3 :Ukuran Dewan Direksi berpengaruh secara positif terhadap Kinerja
Perusahaan.

Hubungan Antara Kepemilikan Institusional dan Kinerja Perusahaan

Agency Theory menjelaskan bahwa terdapat pemisahan antara


kepemilikan dalam suatu perusahaan, yang akan berpotensi munculnya biaya
agensi disebabkan adanya konflik kepentingan antata principal dan
agent.Ownersmemiliki dua pilihan antara menaikkan insentif untuk
memaksimalkan utilitasnya atau mengurangi insentif untuk meningkatkan

4
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015, Halaman 1-15
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/accounting ISSN (Online): 2337-3806

kinerjarnya. Oleh sebab itu, para pemegang saham luar akan berusaha untuk
memperbaiki fungsi pengawasannya terhadap perilaku manajemen dalam upaya
meminimalisir agency cost yang mungkin timbul (Jensen and Meckling; l976).
Secara teoritis ketika kepemilikan institusional rendah, maka insentif terhadap
kemungkinan terjadinya perilaku oportunistik manajerakan meningkat. Maka
penulis dapat di ibaratkan hipotesis berikut:
H4: Kepemilikan Institutional berpengaruh negatif terhadap Kinerja
Perusahaan

Maka kerangkan pemikiran dalam penlitian ini digambarkan sebagai berikut :

Ukuran Dewan
Komisaris

Independensi
Komisaris
Kinerja
Independen
Perusahaan
Ukuran Dewan
Direksi

Kepemilikan
institusional

METODE PENELITIAN
Variabel Penelitian

1. Kinerja perusahaan diukur dengan Return of Equity (ROE). Rizky Afriani,


2012 yang dirumuskan sebagai berikut :
Laba bersih setelah pajak
ROE = x 100%
Total Modal Pemegang saham
2. Indepedensi Komisaris Independen
Indepedensi komisaris indepeden adalah proporsi dari komisaris
independen terhadap total komisaris dalam suatu perusahaan
3. Ukuran Dewan Kornisaris
Ukuran dewan komisaris adalah jumlah keanggotaan dari kamisaris yang
ada pada akhir periode akuntansi. Ujianto, 2007
4. Ukuran Dewan Direksi
Ukuran dewan direksi adalah jumlah keanggotaan dari direksi yang ada
pada akhir periode akuntansi, Ujianto, 2007
5. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan Institusional kepemilikan saham oleh pemerintah, institusi
keuangan, institusi berbadan hukum, institusi luar negeri, dana perwalian
dan institusi lainnya pada akhir tahun (shien, et, al 2006)

5
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015, Halaman 1-15
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/accounting ISSN (Online): 2337-3806

Penentuan Sampel

Populasi yang dalam penelitian ini adalah semua perusahaan perbankan


yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode penelitian, yaitu
tahun 2010-2012. Pemilihan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Jakarta sebagai populasi dalam penelitian ini karena jenis perusahaan perbankan
jumlahnya cukup banyak, datanya cukup tersedia, tingkat akrual antar industri
berbeda tergantung karakteristik industry, dan model discretionary accruals yang
berlaku untuk perusahaan manufaktur ternyata tidak berlaku untuk perusahaan
non manufaktur.Sedangkan sampel dalam penelitian merupakan perusahaan
perbankan yang terdaftar di BursaEfek Indonesia yang memenuhi kriteria
tertentu.Sampel ini diperoleh dengan metode purposive sampling sebanyak 195 .
Adapun kriteria-kriteria tersebut adalah:
1. Perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun
2010-2012
2. Perusahaan perbankan yang memiliki data kepemilikan institusional,
3. Perusahaan perbankan yang melaporkan keuangan tahunan perusahaannya di
Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2010-2012.

Metode Analisis

Teknik analisis yang digunakan dalam menjawab permasalahan penelitian


ini adalah dengan menggunakan Regresi berganda dengan satu variabel dependen
dan lima variabel independen. Selain itu dalam penelitian juga berusaha melihat
tentang gambaran umum mengenai obyek penelitian terutama berkaitan dengan
informasi yang lebihmendalam tentang kondisi dari setiap variabel. Model
penelitian ini adalah sebagai berikut :
ROE = a + b1 UDK + b2 KOMINDEP + b3 UDD + b4 KEPINT+ e

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Teknik Analisa Data
Uji Asumsi klasik
Uji Asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui apakah dalam suatu model
regresi penelitian yang dilakukan normalitas, autokorelasi, multikolinearitas, dan
heteroskedastisitas terhadap masing-masing faktor.
1. Uji Normalitas
Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi
kedua variabel yang ada yaitu variabel bebas dan terikat mempunyai distribusi
data yang normal atau mendekati normal. Alat analisis lain yang digunakan
adalah dengan alat uji KolmogrovSmirnov. Alat uji ini diganakan untuk
memberikan angka-angka yang lebih detail untuk menguatkan apakah terjadi
normalitas atau tidak dari data-data yang digunakan. Normatitas terjadi apabila
hasil dari uji Kolmogrov-Smirnov lebih dari 0,05

6
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015, Halaman 1-15
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/accounting ISSN (Online): 2337-3806

Tabel 1Uji Normalitas


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 195
a,b
Normal Parameters Mean .0000000
Std. Deviation 15.10789568
Most Extreme Differences Absolute .162
Positive .121
Negative -.162
Kolmogorov-Smirnov Z 2.262
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : data yang diolah, 2014

Dari hasil uji normalitas diatas dapat disimpulkan bahwa data dalam
penelitian ini berdistribusi tidak normal karena nilai probabilitas uji
Kolmogrov-Smirnov < 0,05. Syarat analisa dengan menggunakan alat analisis
regresi data harus berdistribusi normal, sehingga data dalam penelitian ini
harus berdistribusi normal dengan cara outlier data hingga menghilangkan
beberapa data yang menyebabkan data dalam penelitian ini berdistribusi tidak
normal.
Tabel 2
Uji Normalitas kedua
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 193
a,b
Normal Parameters Mean 1.0105501
Std. Deviation 11.00267310
Most Extreme Differences Absolute .085
Positive .085
Negative -.079
Kolmogorov-Smirnov Z 1.184
Asymp. Sig. (2-tailed) .121
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Dari proses uji normalitas yang kedua telah didapatkan data berdistribusi
normal karena nilai probabilitas uji Kolmogorov-Smirnov > 0,05 setelah
menghilangkan beberapa data yang menyebabkan data berdistribusi tidak
normal (outlier).
2. Uji Autokorelasi
Autokorelasi timbul karena observasi berurutan sepanjang waktu tertentu
yang berkaitan satu dengan yang lain. Uji autokarelasi bertujuan untuk
mengetahui apakah dalam model regresi linear bertujuan untuk mengetahui
apakah dalam model regresi linear terdapat koreksi antara pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pada periode sebelumnya (t-1). Alat analisis yang
digunakan adalah uji Durbin-Watson. Dari perhitungan diatas maka DU < DW
< 4 – DU, yang dapat diartikan bahwa data dalam penelitian ini tidak terjadi
autokorelasi.

7
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015, Halaman 1-15
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/accounting ISSN (Online): 2337-3806

3. Uji Heterokedastisitas
Menguji apakah model regresi terdapat ketidaksamaan residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Cara untuk mendeteksi ada atau
tidaknya heterokedastisitas dengan melihat grafik plat antara nilai-nilai prediksi
variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residual SRESID.

Gambar 1
Uji Heterokedastisitas

Dari hasil grafik scatterplot diatas untuk menguji heterokedastisitas


dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian bebas terjadi
heterokedastisitas karena sebaran data sebagian besar menyebar atau tidak
bergerombol di area tertentu.
Untuk memastikan dan mendukung hasil uji grafik plot yang ada,
maka dilakukan uji Glejser. Uji ini dilakukan dengan meregres nilai
absolut residual terhadap variabel bebas: Jika variabel bebas signifikan
secara statistik mempengaruhi variabel terikat, maka ada indikasi terjadi
heteroskedastisitas. Uji Glejser persamaannya sebagai berikut :
Tabel 3
Uji Glejser
a
Coefficients
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 20.581 4.872 4.224 .000
Independensi Komisaris -.106 .074 -.105 -1.426 .156
Independen (X1)
Ukuran Dewan Komisaris (X2) 1.025 .710 .146 1.443 .151
Ukuran Dewan Direksi (X3) -.055 .471 -.012 -.117 .907
Kepemilikan Institusional (X4) -.058 .042 -.101 -1.373 .171
a. Dependent Variable: Abs
Sumber : data yang diolah, 2014

Dari hasil uji Glejser diatas dapat disimpulkan bahwa untuk


variabel independen dalam penelitian ini bebas dari heterokedastisitas
karena nilai signifikansinya > 0.05.

8
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015, Halaman 1-15
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/accounting ISSN (Online): 2337-3806

4. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas persamaan regresi berganda diartikan korelasi antara
variabel bebas yang satu dengan variabel bebas yang lain untuk mengetahui
apakah ada korelasi antara variabel-variabel bebas yang ada, maka perlu dilihat
nilai korelasi parsial antarvariabel ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal
adalah variabei bebas yang nilai korelasi antar sesama variabel bebas sama
dengan nol (Ghozali, 2005). Variabel yang menyebabkan multikolinieritas
ditunjukkan dengan nilai toleransi yang lebih kecil dari 0,1 (Nilai tolerance <
0,1) atau nilai VIF (Variance Inflation Factor) yang lebih besar daripada 10
(VIF > 10) (Hair et al, 1992). Jika tolerance value > 0,10 dan VIF < 10 maka
tidak terjadi multikoliearitas. Dari hasil uji multikolinieritas dapat disimpulkan
bahwa dalam penelitian ini bebas dari multikolinieritas karena nilai Tolerance
lebih kecil dari 1 dan nilai VIF lebih kecil dari 10.

Analisis Regresi Berganda


Teknik analisis yang digunakan dalam menjawab permasalahan penelitian
ini adalah dengan menggunakan Regresi berganda dengan satu variabel dependen
dan lima variabel independen. Selain itu dalam penelitian juga berusaha melihat
tentang gambaran umum mengenai obyek penelitian terutama berkaitan dengan
informasi yang lebih mendalam tentang kondisi dari setiap variabel.
Tabel 4
Uji Regresi
Standardize
Unstandardized d
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 15.460 4.480 3.451 .001
Independensi Komisaris Independen -.078 .068 -.082 -1.147 .253
(X1)
Ukuran Dewan Komisaris (X2) 1.478 .647 .223 2.284 .023
Ukuran Dewan Direksi (X3) .439 .430 .100 1.021 .309
Kepemilikan Institusional (X4) -.102 .039 -.186 -2.619 .010
a. Dependent Variable: Kinerja Perusahaan (ROE) / Y
sumber : data yang diolah, 2014
Dari hasil uji regresi dapat disimpulkan bahwa pengaruh terbesar dari
variabel independen dalam penelitian ini terhadap dependen adalah ukuran
dewan komisaris (X2) sebesar 0.223 (22,3%). Hal ini berarti bahwa
meningkatkannya kinerja perusahaan (ROE) pada perusahaan dalam
penelitian ini adalah ukuran dewan komisaris. Apabila ukuran dewan
komisaris mengalami peningkatan 1 satuan, maka kinerja perusahaan (ROE)
juga akan meningkat 1 satuan.

9
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015, Halaman 1-15
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/accounting ISSN (Online): 2337-3806

Pengujian Hipotesis
Uji F
Dari hasil uji F pada tabel 4.8 dapat disimpulkan bahwa variabel Kepemilikan
Institusional (X4), Ukuran Dewan Komisaris (X2), Independensi komisaris
independen (X1), Ukuran Dewan Direksi (X3) secara bersama-sama mempunyai
pengaruh yang signifikan karena nilai signifikansi <0.05.
Uji t
Hasil uji t menunjukkan bahwa :
1. Pengaruh Independensi komisaris independen (X1) secara positif terhadap
Kinerja Perusahaan (ROE) / Y Hasil uji t didapatkan bahwa pengaruh
independensi komisaris independen terhadap kinerja perusahaan (ROE) nilai t
hitung sebesar -1,147 dengan signifikansi sebesar 0.253 (> 0.05). Hasil ini
menunjukkan bahwa independensi komisaris independen (X1) mempunyai
pengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan (ROE) / Y (H1 ditolak).
2. Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris (X2) secara positif terhadap Kinerja
Perusahaan (ROE) / Y Hasil uji t didapatkan bahwa pengaruh Ukuran Dewan
Komisaris (X2) terhadap kinerja perusahaan (ROE) nilai t hitung sebesar
2,284 dengan signifikansi sebesar 0.023 (< 0.05). Hasil ini menunjukkan
bahwa Ukuran Dewan Komisaris (X2) mempunyai pengaruh positif terhadap
kinerja perusahaan (ROE) / Y (H2 diterima).
3. Pengaruh Ukuran Dewan Direksi (X3) secara positif terhadap Kinerja
Perusahaan (ROE) / Y Hasil uji t didapatkan bahwa pengaruh Ukuran Dewan
Direksi (X3) terhadap kinerja perusahaan (ROE) nilai t hitung sebesar 1,021
dengan signifikansi sebesar 0.309 (> 0.05). Hasil ini menunjukkan bahwa
komposisi Ukuran Dewan Direksi (X3) mempunyai pengaruh positif terhadap
kinerja perusahaan (ROE) / Y (H3 diterima).
4. Pengaruh Kepemilikan Institusional (X4) secara negatif terhadap kinerja
Perusahaan (ROE) / Y Hasil uji t didapatkan bahwa pengaruh Kepemilikan
Institusional (X4) terhadap kinerja perusahaan (ROE) nilai t hitung sebesar -
2,619 dengan nilai signifikansi sebesar 0.010 (< 0.05). Hasil ini menunjukkan
bahwa Kepemilikan Institusional (X4) mempunyai pengaruh negatif terhadap
kinerja perusahaan (ROE) / Y (H4 diterima)

Uji R square (adjusted R2) / Uji Determinasi


Dari hasil uji determinasi dapat disimpulkan bahwa nilai Adjusted R
Square sebesar 0.083 (8.3%) yang berarti bahwa Kepemilikan Institusional (X4),
Ukuran Dewan Komisaris (X2), Independensi komisaris independen (X1), Ukuran
Dewan Direksi (X3) mempunyai kontribusi terhadap kinerja perusahaan (ROE) /
Y sebesar 0.06% sedangkan sisanya sebesar 91.7% dipengaruhi oleh variabel lain
diluar dalam penelitian ini seperti ukuran perusahaan, laba perusahaan dan
lainnya.

Pembahasan
1. Pengaruh Independensi komisaris independen (X1) secara positif terhadap
Kinerja Perusahaan (ROE) / Y

10
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015, Halaman 1-15
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/accounting ISSN (Online): 2337-3806

Hasil uji t didapatkan bahwa pengaruh independensi komisaris


independen terhadap kinerja perusahaan (ROE) nilai t hitung sebesar -1,147
dengan signifikansi sebesar 0.253 (> 0.05). Hasil ini menunjukkan bahwa
independensi komisaris independen (X1) mempunyai pengaruh negatif
terhadap kinerja perusahaan (ROE) / Y (H1 ditolak). Hasil penelitian ini
didukung hasil penelitian dari Totok Dewayanto (2010) yang menyebutkan
bahwa independensi komisaris independen (X1) pengaruh yang negatif namun
tidak signifikan atas pengaruh kepemilikan pemegang saham pengendali
terhadap kinerja perbankan. Namun hasil penelitian ini tidak didukung oleh
hasil penelitian yang dilakukan oleh Rizky Arifani (2012) yang menyebutkan
bahwa komisaris independen mempunyai pengaruh positif secara signifikan
terhadap kinerja perusahaan (ROE).Keberadaan Dewan komisaris bertujuan
menjamin investor dalam perusahaan menerima return yang cukup atas
investasi mereka (Shelier dan Vushny dalam Che Haa, dkk, 2008). Jika peran
dewan komisaris ini tidak berfungsi dengan benar maka investor tidak akan
merasakan bahwa mereka telah mendanai perusahaan atau membeli ekuitas
sekuritas perusahaan. Secara keseluruhan, kinerja ekonomis akan menderita
karena banyak kesempatan bisnis akan hilang dan masalah keuangan secara
temporer akan menyebar dengan cepat kepada perusahaan lain, karyawan dan
konsumen. Jika ekspropriasi yang dilakukan oleh para manajer meningkat pada
saat tingkat kembalian investasi yang diharapkan oleh investor jatuh, maka
shock yang diakibatkan dari menurunnya tingkat kepercayaan investor akan
mendorong terjadinya penurunan capital inflow dan meningkatnya capital
outflows dari suatu negara. Akibat selanjutnya adalah menurunnya harga saham
dan alat tukar mata uang negara yang bersangkutan (Dartnawati, 2003)
2. Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris (X2) secara positif terhadap Kinerja
Perusahaan (ROE) / Y
Hasil uji t didapatkan bahwa pengaruh Ukuran Dewan Komisaris (X2)
terhadap kinerja perusahaan (ROE) nilai t hitung sebesar 2,284 dengan
signifikansi sebesar 0.023 (< 0.05). Hasil ini menunjukkan bahwa Ukuran
Dewan Komisaris (X2) mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja
perusahaan (ROE) / Y (H2 diterima). Hasil penelitian ini tidak didukung oleh
hasil penelitian yang dilakukan oleh Totok Dewayanto (2010) bahwa jumlah
dewan komisaris negatif dan signifikan terhadap kinerja. Berdasarkan teori
keagenan, bahwa semakin besar jumlah komisaris independen pada dewan
komisaris, maka semakin baik mereka bisa memenuhi peran mereka di dalam
mengawasi dan mengontrol tindakan-tindakan para direktur eksekutif. Premis
dari teori keagenan adalah bahwa komisaris independen dibutuhkan pada
dewan komisaris untuk mengawasi dan mengontrol tindakantindakan direksi,
sehubungan dengan perilaku oportunistik mereka (Jensen dan Meeckiing,
1976).Komisaris independen memiliki lebih banyak kesempatan untuk
mengontrol dan menghadapi jaring insentif yang kompleks; yang berasal
secara langsung dari tanggung jawab mereka sebagai direktur dan diperbesar
oleh posisi equity mereka. Oleh karena itu, komisaris independen dianggap
sebagai mekanisme pemeriksa dan penyeimbang di dalam meningkatkan
efektivitas dewan komisaris: Dengan semakin berfungsinya komisaris

11
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015, Halaman 1-15
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/accounting ISSN (Online): 2337-3806

independen dalam mengawasi manajer, maka kepercayaan investor akan


semakin besar akan kinerja yang akan diperoleh perusahaan. Fama dan Jensen
(1983) dalam Ujiyantho (2006) menyatakan bahwa non-executive director
(komisaris independen) dapat bertindak sebagai penengah dalam perselisihan
yang terjadi diantara para manajer internal dan mengawasi kebijakan
manajemen serta memberikan nasihat kepada manajernen. Komisaris
independen merupakan posisi terbaik untuk melaksanakan fungsi monitoring
agar tercipta perusahaan yang good corporate governance
3. Pengaruh Ukuran Dewan Direksi (X3) secara positif terhadap Kinerja
Perusahaan (ROE) / Y
Hasil uji t didapatkan bahwa pengaruh Ukuran Dewan Direksi (X3)
terhadap kinerja perusahaan (ROE) nilai t hitung sebesar 1,021 dengan
signifikansi sebesar 0.309 (> 0.05). Hasil ini menunjukkan bahwa komposisi
Ukuran Dewan Direksi (X3) mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja
perusahaan (ROE) / Y (H3 diterima). Hasil penelitian ini didukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh Totok Dewayanto (2010) yang menyatakan
bahwa pengaruh positif namun tidak signifikan atas ukuran dewan direksi
terhadap kinerja perbankan.
4. Pengaruh Kepemilikan Institusional (X4) secara negatif terhadap kinerja
perusahaan (ROE) / Y
Hasil uji t didapatkan bahwa pengaruh Kepemilikan Institusional (X4)
terhadap kinerja perusahaan (ROE) nilai t hitung sebesar -2,619 dengan nilai
signifikansi sebesar 0.010 (< 0.05). Hasil ini menunjukkan bahwa Kepemilikan
Institusional (X4) mempunyai pengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan
(ROE) / Y (H4 diterima). Hasil penelitian ini didukung hasil penelitian yang
dilakukan oleh oleh Totok Dewayanto (2010) meneliti ditunjukkannya
pengaruh yang negatif namun tidak signifikan atas pengaruh kepemilikan
pemegang saham pengendali terhadap kinerja perbankan.

Kesimpulan

1. Hasil uji regresi dapat disimpulkan bahwa pengaruh terbesar dari variabel
independen dalam penelitian ini terhadap dependen adalah ukuran dewan
komisaris (X2) sebesar 0.223 (22,3%).
2. Uji F pada tabel 4.8 dapat disimpulkan bahwa variabel Kepemilikan
Institusional (X4), Ukuran Dewan Komisaris (X2), Independensi komisaris
independen (X1), Ukuran Dewan Direksi (X3) secara bersama-sama
mempunyai pengaruh yang signifikan karena nilai signifikansi <0.05
3. Independensi komisaris independen (X1) mempunyai pengaruh negatif
terhadap kinerja perusahaan (ROE) / Y (H1 ditolak).
4. Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris (X2) secara positif terhadap Kinerja
Perusahaan (ROE) / Y (H2 diterima).
5. Pengaruh Ukuran Dewan Direksi (X3) secara positif signifikan terhadap
Kinerja Perusahaan (ROE) / Y (H4 diterima).

12
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015, Halaman 1-15
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/accounting ISSN (Online): 2337-3806

6. Kepemilikan Institusional (X4) mempunyai pengaruh negatif terhadap kinerja


perusahaan (ROE) / Y (H4 diterima).)
7. Hasil uji determinasi nilai Adjusted R Square sebesar 0.083 (8.3%) yang
berarti bahwa Kepemilikan Institusional (X4), Ukuran Dewan Komisaris (X2),
Independensi komisaris independen (X1), Ukuran Dewan Direksi (X3)
mempunyai kontribusi terhadap kinerja perusahaan (ROE) / Y ebesar 8.3%
sedangkan sisanya sebesar 91.7% dipengaruhi oleh variabel lain diluar dalam
penelitian ini seperti ukuran perusahaan, laba perusahaan dan lainnya

Saran
1. Untuk mengoptimalkan variabel yang mempengaruhi terhadap kinerja
perusahaan (ROE) hendaknya ditambahkan variabel lain diluar dalam
penelitian ini seperti ukuran perusahaan, laba perusahaan dan lainnya
2. Untuk variabel independen yang mempunyai pengaruh terkecil (Independensi
komisaris independen (X1) hendaknya dapat digantikan variabel independen
lain karena mempunyai pengaruh yang terkecil

Keterbatasan Penelitian
1. Penggunaan proxy ukuran dewan direksi dan ukuran dewan komisaris untuk
menguji konsistensi pengaruh dewan direksi dan dewan komisaris terhadap
kinerja perusahaan.
2. Variabel bebas yang digunakan pada penelitian ini hanya menggunakan
empat variabel. Berdasarkan hasil penelitian ketiga variabel tersebut
memberikan nilai adjusted R square yang sangat kecil.

DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Hasyim dan Rina Anindita. 2009. Prinsip-Prinsip Dasar Metode Riset
Bidang Pemasaran. Jakarta: UIEU-University Press.

Darmawati, dkk. 2004. “Hubungan Corporate Governance dan Kinerja


Perusahaan”. Dalam Simposium Nasional Akuntansi VII.Denpasar-Bali,
2-3 Desember 2004

FGCI. “What is Corporate Governance”. Sumber: www.fcgi.org, YPPMI &


SC,2013

Fama. E.F. dan M.C. Jensen. (1983). Separation of Ownership and Control.
Journal Of Law and Economics, Vol.26. hal.301-325.

Gunarsih, Tri. 2003. Struktur Kepemilikan Sebagai Salah Satu Mekasnisme.


Corporate Governance

Ghozali, Imam. 2006. Analisis Multivariate dengan Program SPSS.


Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

13
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015, Halaman 1-15
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/accounting ISSN (Online): 2337-3806

Husnan, Suad (2001). Manajemen Keuangan Teori Dan Penerapan


(Keputusan Jangka Pendek) Buku 2 Edisi 4 Cetakan Pertama. Yogyakarta :
BPFE.

Himmelberg, (1999) Understanding the determinants of managerial ownership


and the link between ownershipand performance

Iqbal Bukhori, Raharja (2012) Pengaruh Good Corporate Governance Dan


Ukuran Perusahaan Terhadap Kinerja Perusahaan

Jensen, Michael C. and William H. Meckling. 1976. “Theory of The Firm:


Managerial Behavior, Agency Costs And Ownership Structure”.
Journal of Financial Economics 3 (1976) 305-360. Q North-Holland
Publishing Company

Morck, R., A. Shleifer dan R.W. Vishny. (1988). Management Ownership and
Market Valuation: An Empirical Analysis. Journal of Financial Economics,
Vol.20. January/ March, hal.293-315.

Midiastuty. 2004. “Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Praktek


Manajemen Laba.”Konferensi Nasional Akuntansi 2004

Rizky Arifani (2012) Meneliti Tentang Pengaruh Good Corporate Governance


Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi Pada Perusahaan Yang
Tercatat Di Bursa Efek Indonesia) Tahun 2010-2011

Shleifer, A dan R.W. Vishny. (1997). A Survey of Corporate Governance.Journal


of Finance, Vol 52.No.2 Juni. 737-783.

Siallagan, Hamonangan dan Mas’ud Machfoedz. 2006. Mekanisme Corporate


Governance, Kualitas Laba, dan Nilai Perusahaan. Simposium
Nasional Akuntansi 9 Padang. hal.1-23.

Ujiyanto dkk (2007) Mekanisme Corporate Governance Terhadap Nilai


Perusahaan Dengan Manajemen Laba Sebagai Variabel Intervening.

Totok Dewayanto (2010) Pengaruh Mekanisme Good Corporate


Governanceterhadap Kinerja Perbankan Nasional Studi pada Perusahaan
Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2008

Ndaruningpuri Wulandari, Pengaruh Asimetri Informasi, Manajemen Laba dan


Indikator Mekanisme Corporate Governance Terhadap Kinerja
Perusahaan Publik di Indonesia, “Jurnal Fokus Ekonomi Vol.3 No.1, Juni
2005

14
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015, Halaman 1-15
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/accounting ISSN (Online): 2337-3806

Windah dan Andono (2013) Pengaruh Penerapan Corporate Governance


Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan

15

Anda mungkin juga menyukai