Anda di halaman 1dari 8

Seminar Akuntansi

Peran Mekanisme GCG dalam Hubungannya dengan Manajemen Laba

Dosen Pengampu:
AA Putu Gede Arie Susandya, SE., M.Si.,Ak.,CA

Oleh: Kelompok 2
I Gusti Bagus Agung Hendrawan Putra (2102622010205)
I Gede Ryan Arsana Praditya (2102622010208)

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PRODI AKUNTANSI
2024
1.1 Definisi Good Corporate Governance

Tata kelola perusahaan (Good Corporate Governance “GCG”) merupakan upaya


perusahaan untuk menciptakan pola hubungan yang kondusif antar pemangku kepentingan dalam
perusahaan. Hubungan kondusif antar stakeholder tersebut adalah prasyarat dalam mewujudkan
kinerja perusahaan yang baik, yang selanjutnya mendukung peningkatan nilai perusahaan. Tata
kelola perusahaan akan memberikan nilai tambah bagi pemegang saham secara berkelanjutan
dalam jangka panjang, dengan tetap menghormati kepentingan pemangku kepentingan lainnya,
berdasarkan hukum dan norma yang berlaku. Dengan demikian jelas bahwa tata kelola
perusahaan terkait erat dengan nilai perusahaan dan tentunya, kinerja keuangan perusahaan.

Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) tahun 2001


mendefinisikan Good Corporate Governance sebagai seperangkat peraturan yang mengatur tiga
hubungan antara pemegang saham, pengurus perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan,
serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak
dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengendalikan perusahaan,
dengan tujuan menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan.

Sedangkan Menurut The Organization for Economic Corporation and Development


(OECD) corporate governance adalah sistem yang dipergunakan untuk mengarahkan dan
mengendalikan kegiatan perusahaan, mengatur pembagian tugas hak dan kewajiban mereka para
pemegang saham, dewan pengurus, para manager, dan yang berkepentingan terhadap kehidupan
perusahaan.

1.2 Peran GCG dalam hubungannya dengan Praktik Manajemen Laba

Manajemen laba biasanya dipicu oleh adanya perbedaan kepentingan antara pemegang
saham (principal) dengan agen selaku pengelola perusahaan (manajemen) yang timbul karena
masing-masing pihak berupaya untuk mencapai atau mempertimbangkan tingkat kemakmuran
yang diinginkan. Konflik keagenan yang mengakibatkan adanya sifat oportunistik manajemen
akan mengakibatkan laba yang dilaporkan tidak sesuai kenyataan, sehingga berakibat pada
rendahnya kualitas manajemen laba. Jika kualitas laba rendah maka tingkat kepercayaan serta
daya tarik investor juga akan ikut menurun yang akan berdampak pada tingkat kemakmuran para
pemegang saham tercermin pada penurunan nilai perusahaan dimasa yang akan datang.
Besarnya proporsi kepemilikan saham manajer menyebabkan manajer memiliki posisi
yang kuat/kewenangan yang tinggi dalam mengendalikan/mengelola perusahaan, sehingga
cenderung manajer bersikap oportunistik yaitu memiliki perilaku dan sikap yang hanya akan
menguntungkan pihaknya sendiri misalnya dalam melakukan manajemen laba, sehingga semakin
besar kepemilikan manajerial maka semakin besar pula tindakan manajemen laba yang
dilakukan, ada kecenderungan manajer bersikap sewenang-wenang dan kurang bertanggung
jawab. kondisi tersebut akan merugikan perusahaan yang berdampak pada penurunan tingkat
kemakmuran para pemegang saham yang tercermin pada penurunan nilai perusahaan.
Salah satu peran para pemegang saham adalah melakukan pengawasan/kontrol terhadap
tindakan yang dilakukan oleh manager dalam mengelola perusahaan. Semakin tinggi
kepemilikan institusional maka campurtangan dalam pengelolaan perusahaan semakin besar dan
memiliki peran yang penting dalam keberlangsungan suatu perusahaan. Proses penyusunan
laporan keuangan perusahaan tidak lepas dari pengaruh kepemilikan saham oleh pihak institusi,
sehingga agar tetap menarik para para pemegang saham, maka para manajer termotivasi untuk
memenuhi target laba dari para pemegang saham yang memungkinkan mereka untuk melakukan
praktik manipulasi laba.

1.3 Review Artikel

A. Judul artikel

Impact of Board Size, Independent Commissioners, and Audit Tenure on Income Smoothing in
Public Manufacturing Companies in Indonesia

B. Teori yang dipakai

Teori yang digunakan dalam artikel ini adalah teori agensi. Teori agensi menyatakan bahwa
terdapat hubungan agen-prinsipal antara pemilik sumber daya dan pihak yang dipercayakan
untuk mengelola sumber daya tersebut. Dalam hubungan agensi, prinsipal menginginkan agen
untuk bertindak sesuai dengan kepentingannya, namun agen juga memiliki kepentingan sendiri
yang dapat bertentangan dengan kepentingan prinsipal. Teori agensi digunakan untuk
menjelaskan konflik kepentingan antara manajemen dan prinsipal yang mempengaruhi praktik
manajemen laba.

C. Penjelasan masing masing variable yang dipakai

Dalam artikel ini, terdapat beberapa variabel yang digunakan dalam penelitian mengenai praktik
manajemen laba di perusahaan manufaktur publik di Indonesia. Berikut adalah penjelasan
masing-masing variabel yang digunakan:

1. **Board Size (COM)**: Variabel ini mengacu pada ukuran dewan direksi perusahaan.
Semakin besar ukuran dewan direksi, semakin tinggi kemungkinan praktik manajemen laba
terjadi. Hubungan antara ukuran dewan direksi dan praktik manajemen laba cenderung positif.

2. **Independent Commissioners' Size (INDCOM)**: Variabel ini mengacu pada ukuran


komisaris independen dalam perusahaan. Semakin besar ukuran komisaris independen, semakin
kecil kemungkinan praktik manajemen laba terjadi. Hubungan antara ukuran komisaris
independen dan praktik manajemen laba cenderung negatif.

3. **Audit Tenure (TENURE)**: Variabel ini mengacu pada lamanya jasa audit yang diberikan
oleh firma audit kepada perusahaan. Semakin lama jasa audit diberikan, semakin kecil
kemungkinan praktik manajemen laba terjadi. Hubungan antara audit tenure dan praktik
manajemen laba cenderung negatif.

4. **Debt to Asset Ratio (D/A)**: Variabel ini mengacu pada rasio utang terhadap aset
perusahaan. Rasio ini dapat mempengaruhi praktik manajemen laba, di mana rasio utang yang
tinggi dapat berkontribusi pada praktik manajemen laba yang lebih tinggi.
5. **Institutional Ownership (INST)**: Variabel ini mengacu pada kepemilikan institusional
dalam perusahaan. Kepemilikan institusional dapat mempengaruhi praktik manajemen laba,
namun dalam penelitian ini variabel ini tidak terkait dengan kemungkinan praktik manajemen
laba.

6. **Firm Value (PBV)**: Variabel ini mengacu pada nilai perusahaan. Nilai perusahaan juga
dapat mempengaruhi praktik manajemen laba,

D. Hipotesis

Dalam artikel ini, terdapat beberapa hipotesis yang diuji terkait dengan praktik manajemen laba
di perusahaan manufaktur publik di Indonesia. Berikut adalah hipotesis yang diuji dalam
penelitian ini:

1. **Hipotesis 1 (H1)**: Ukuran dewan direksi (Board Size) berpengaruh positif terhadap
praktik manajemen laba. Artinya, semakin besar ukuran dewan direksi, semakin tinggi
kemungkinan terjadinya praktik manajemen laba.

2. **Hipotesis 2 (H2)**: Ukuran komisaris independen (Independent Commissioners' Size)


berpengaruh negatif terhadap praktik manajemen laba. Dengan kata lain, semakin besar ukuran
komisaris independen, semakin rendah kemungkinan terjadinya praktik manajemen laba.

3. **Hipotesis 3 (H3)**: Lamanya jasa audit (Audit Tenure) berpengaruh negatif terhadap
praktik manajemen laba. Jika jasa audit diberikan dalam jangka waktu yang lebih lama,
kemungkinan terjadinya praktik manajemen laba akan lebih rendah.

4. **Hipotesis 4 (H4)**: Rasio utang terhadap aset (Debt to Asset Ratio) berpengaruh positif
terhadap praktik manajemen laba. Rasio utang yang tinggi dapat berkontribusi pada praktik
manajemen laba yang lebih tinggi.
5. **Hipotesis 5 (H5)**: Kepemilikan institusional (Institutional Ownership) tidak berpengaruh
signifikan terhadap praktik manajemen laba dalam perusahaan manufaktur publik di Indonesia.

6. **Hipotesis 6 (H6)**: Nilai perusahaan (Firm Value) berpengaruh terhadap praktik


manajemen laba. Nilai perusahaan juga dapat mempengaruhi praktik manajemen laba dalam
perusahaan.

Referensi:
- A. S. Kustono /Accounting 7 (2021)

E. Hasil dan pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran dewan direksi (Board Size) memiliki pengaruh
positif yang signifikan terhadap praktik manajemen laba di perusahaan manufaktur publik di
Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar ukuran dewan direksi, semakin tinggi
kemungkinan terjadinya praktik manajemen laba.

Selain itu, ukuran komisaris independen (Independent Commissioners' Size) juga terbukti
memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap praktik manajemen laba. Artinya, semakin
besar ukuran komisaris independen, semakin rendah kemungkinan terjadinya praktik manajemen
laba di perusahaan.

Lamanya jasa audit (Audit Tenure) juga terbukti berpengaruh negatif yang signifikan terhadap
praktik manajemen laba. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin lama jasa audit
diberikan, semakin rendah kemungkinan terjadinya praktik manajemen laba dalam perusahaan.

Rasio utang terhadap aset (Debt to Asset Ratio) juga terbukti memiliki pengaruh positif yang
signifikan terhadap praktik manajemen laba. Hal ini menunjukkan bahwa rasio utang yang tinggi
dapat berkontribusi pada praktik manajemen laba yang lebih tinggi di perusahaan manufaktur
publik di Indonesia.
Namun, kepemilikan institusional (Institutional Ownership) tidak terbukti berpengaruh
signifikan terhadap praktik manajemen laba dalam perusahaan manufaktur publik di Indonesia.

Selain itu, nilai perusahaan (Firm Value) juga terbukti berpengaruh terhadap praktik manajemen
laba. Nilai perusahaan dapat mempengaruhi praktik manajemen laba dalam perusahaan.

Dengan demikian, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor seperti ukuran dewan
direksi, ukuran komisaris independen, lamanya jasa audit, rasio utang terhadap aset, dan nilai
perusahaan mempengaruhi praktik manajemen laba.
DAFTAR PUSTAKA

Bina Nusantara. 2020. “Good Corporate Governance (GCG) dan Pedoman Etika dalam
Perusahaan”. https://accounting.binus.ac.id/2020/06/30/good-corporate-governance-gcg-
dan-pedoman-etika-dalam-perusahaan/ , diakses pada tanggal 1 maret 2024

Rahmawati, A., & Putri, M. N. (2020). Peran good corporate governance dalam memoderasi
pengaruh manajemen laba terhadap nilai perusahaan. Liquidity: Jurnal Riset Akuntansi
dan Manajemen, 9(1), 63-75.

Anda mungkin juga menyukai