Anda di halaman 1dari 12

JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI ISSN: 1410 - 9875

Vol. 19, No. 2, Desember 2017, Hlm. 183-194 http://jurnaltsm.id/index.php/JBA

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE DAN


FAKTOR LAINNYA TERHADAP MANAJEMEN LABA

YULIANI ALMALITA

STIE Trisakti
yuliani@dosen.stietrisakti.ac.id

Abstract: The objective (s) of this research was verifying whether good corporate
governance (size of audit committee, proportion of independent commissioner,
institutional, managerial ownership, size of commissioner) leverage, free cash
flow, profitability, losses, audit quality and market to book on earnings
management and company’s size as control variable. Data analyze used in this
research is secondary data and using purposive sampling where total sample are
69 listed companies on manufacture sector for period 2012-2013. Analysis data
method that used in this research is multiple regression method with using SPSS
version 19.0. The result of the research concludes that leverage and market to
book have influence to earnings management. Whereas size of audit committee,
proportion of independent commissioner, institutional, managerial ownership, size
of commissioner, free cash flow, profitability, losses, audit quality and company’s
size have no influence to earnings management.
Keywords: corporate governance, leverage, free cash flow, profitability, losses,
audit quality, market to book, company’s size, earnings management

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji apakah terdapat pengaruh good
corporate governance (ukuran komite audit, proporsi komisaris independen,
kepemilikan institusional, kepemilikan manajemen, ukuran dewan komisaris)
leverage, free cash flow, profitabilitas, rugi keuangan, kualitas audit, market to
book terhadap manajemen laba dan ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan menggunakan
purposive sampling dimana terdapat sampel sebanyak 69 emiten perusahaan di
sektor manufaktur selama periode 2012-2013. Metode analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode regresi berganda dengan
menggunakan SPSS versi 19.0.Hasil penelitian menyimpulkan bahwa leverage dan
market to book berpengaruh terhadap manajemen laba. Sebaliknya. ukuran komite
audit, proporsi komisaris independen, kepemilikan institusional, kepemilikan
manajemen, ukuran dewan komisaris, free cash flow, profitabilitas, rugi keuangan,
kualitas audit dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
Kata kunci: corporate governance, leverage, free cash flow, profitabilitas, rugi
keuangan, kualitas audit, market to book, manajemen laba

183
Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, Vol. 18, No. 2 Desember 2017

PENDAHULUAN diminimalisasi dengan adanya corporate


governance. Corporate governance merupakan
Laporan keuangan merupakan salah satu salah satu elemen yang dapat meningkatkan
sumber informasi mengenai kondisi dan kinerja pengawasan dan kinerja manajemen.
suatu perusahaan bagi pihak eksternal.
Informasi tersebut menyangkut posisi keuangan, Teori Keagenan
kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu Teori keagenan merupakan teori tentang
perusahaan dan bermanfaat bagi sejumlah kepemilikan dan pendelegasian pengelolaan,
besar pemakai dalam pengambilan keputusan yang memandang perusahaan sebagai hasil
ekonomi. Salah satu elemen penting dalam perjanjian antar berbagai pihak seperti
laporan keuangan yang digunakan untuk manajemen, pemegang saham, kreditur,
mengukur kinerja manajemen adalah laba. pemerintah serta masyarakat. Teori ini
Informasi laba juga digunakan oleh investor atau menjelaskan mengenai hubungan keagenan
pihak lain yang berkepentingan sebagai (agency relationship) dimana principal
indikator efisiensi penggunaan dana yang menggunakan agen untuk melakukan jasa yang
tertanam dalam perusahaan yang diwujudkan menjadi kepentingan principal dan agen yang
dalam tingkat pengembalian dan indikator untuk menerima pendelegasian pekerjaan tersebut
kenaikan kemakmuran (Ghozali dan Chariri, (Setiawan, 2009). Hubungan keagenan dapat
2007 dalam Agustia, 2013). Menurut Healy dan menimbulkan konflik kepentingan karena
Wahlen (1999) pada Murhadi (2009) kemungkinan agen tidak selalu berbuat sesuai
manajemen laba terjadi ketika manajer dengan kepentingan principal, sehingga memicu
menggunakan pertimbangan dalam menyusun biaya keagenan (agency cost). Masalah
laporan keuangan yang dapat membuat keagenan (agency problem) muncul ketika
kesalahpahaman pada stakeholders (kreditur, principal kesulitan untuk memastikan bahwa
investor, karyawan perusahaan, bondholders, agen bertindak untuk memaksimumkan
pemerintah dan shareholders) mengenai kondisi kesejahteraan principal. Sebagai contoh,
mendasar yang ada dalam suatu perusahaan. manajer memiliki insentif untuk meningkatkan
Laporan keuangan yang sering dijadikan kesejahteraannya sendiri dengan menggunakan
penilaian dasar adalah laporan laba rugi akan fasilitas yang dipercayakan oleh pemegang
tetapi angka laba yang dihasilkan dalam laporan saham atau dana yang diperoleh dari pemberi
laba rugi seringkali dipengaruhi oleh metode pinjaman (bondholders) dengan menggeser laba
akuntansi yang digunakan sehingga belum tentu atau mengganti biaya masa depan ke periode
mencerminkan kas yang besar (Ujiyantho & sekarang atau sebaliknya untuk memoles
Pramuka 2007). laporan keuangan (Bangun & Vincent 2008).
Tindakan manajemen laba tidak bisa
dihindari karena penyusunan laporan keuangan Corporate Governance
yang menggunakan dasar akrual. Pemilihan Pengertian Corporate Governance telah
dasar akrual sebenarnya bertujuan untuk diberikan oleh beberapa institusi maupun oleh
menjadikan laporan keuangan lebih informatif peneliti sebelumnya. Menurut syah et al (2009)
mengurangi masalah waktu dan ketidak good governance berarti pengambilalihan
padanan (mismatching) yang terdapat dalam sumberdaya perusahaan oleh manajer yang
penggunaan arus kas dalam jangka pendek. memberikan kontribusi untuk alokasi
(Widyastuti 2009). Konflik keagenan sumberdaya dan kinerja yang lebih baik.
mengakibatkan laba yang dilaporkan semu yang Sebagai investor dan pemberi pinjaman akan
dapat menyesatkan serta merugikan pengguna lebih bersedia untuk menginvestasikan uang
laporan keuangan. Konflik keagenan dapat mereka di perusahaan dengan tata kelola yang

184
ISSN: 1410 - 9875 Yuliani Almalita

baik. Perusahaaan yang menggunakan tata pemegang saham pengendali dalam Rapat
kelola yang baik akan menurunkan biaya modal, Umum Pemegang Saham (RUPS) (Ulupui,
sumber lain kinerja perusahaan yang lebih baik. 2005). Komisaris independen bertindak sebagai
Stakeholders, termasuk karyawan dan wakil dari pemegang saham atau pemilik untuk
pemasok, juga akan ingin berhubungan dan melakukan mekanisme monitoring terhadap
masuk kedalam hubungan bisnis dengan tindakan dewan direksi. Adanya komisaris
perusahaan tersebut, dimana hubungan independen disuatu perusahaan diharapkan
tersebut lebih makmur, adil, dan lebih tahan mampu untuk mengurangi perilaku opportunistic
lama daripada yang dengan perusahaan dengan manajer dalam melakukan manajemen laba,
tata kelola kurang efektif. sehingga secara tidak langsung dapat tercipta
suatu mekanisme corporate governance.
Ukuran Komite Audit dan Manajemen Laba Dengan semakin banyak jumlah dewan
Sesuai dengan Kep 29/PM/2004 komite komisaris independen, pengawasan terhadap
audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan laporan keuangan akan lebih ketat dan objektif,
komisaris untuk melakukan tugas pengawasan sehingga kecurangan yang dilakukan oleh
pengelolaan perusahaan. Keberadaan komite manajer untuk memanipulasi laba dapat
audit sangat penting bagi pengelolaan diminimalkan dan manajemen laba dapat
perusahaan. Komite audit dianggap sebagai dihindari (Susanto 2016). Terkait dengan
penghubung antara pemegang saham dan manajemen laba, komisaris independen tidak
dewan komisaris dengan pihak menajemen berkaitan langsung dengan perusahaan yang
dalam menangani masalah pengendalian. mereka tangani, karena mereka bertugas untuk
Menurut (Setiawan 2009) terdapat hubungan mengawasi direksi perusahaan tanpa ada
negatif antara ukuran komite audit dengan tekanan dari pihak manapun, sehingga
manajemen laba karena sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukannya murni tanpa ada
fungsi yang dimiliki komite audit, diindikasikan campur tangan dengan pihak manapun
bahwa perusahaan yang memiliki komite audit Berdasarkan penjelasan di atas, maka hipotesis
yang efektif dan efisien sebagai pengawas dan yang dibuat adalah:
pemonitoring dapat mengurangi manajemen H2 Proporsi komisaris independen berpengaruh
laba. Berdasarkan penjelasan di atas, maka negatif terhadap manajemen laba
hipotesis yang dibuat adalah:
H1 Proporsi komisaris independen berpengaruh Kepemilikan Institusional dan Manajemen
negatif terhadap manajemen laba Laba
Investor institusional yang sering disebut
Proporsi Komisaris Independen dan sebagai investor yang canggih (sophisticated)
Manajemen Laba sehingga seharusnya lebih dapat menggunakan
Proporsi komisaris independen adalah informasi periode sakarang dalam memprediksi
anggota komisaris yang tidak terafiliasi dengan laba masa depan. Kepemilikan Institusional
manajemen, anggota dewan komisaris lainnya sendiri adalah kepemilikan saham perusahaan
dan pemegang saham pengendali, serta bebas oleh institusi keuangan seperti perusahaan
dari hubungan bisnis dan hubungan lainnya asuransi, bank, dana pensiun dan investment
yang dapat mempengaruhi kemampuannya banking (Siregar dan Utama 2006). Kepemilikan
untuk bertindak independen atau bertindak institusional memiliki kemampuan untuk
semata-mata demi kepentingan perusahaan. mengendalikan pihak manajemen melalui
Komisaris Independen diusulkan dan dipilih oleh proses monitoring secara efektif sehingga dapat
pemegang saham yang bukan merupakan mengurangi manajemen laba. Persentase

185
Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, Vol. 18, No. 2 Desember 2017

saham tertentu yang dimiliki oleh institusi dapat diperbesar sehingga manajer tidak akan
mempengaruhi proses penyusunan laporan memanipulasi laba untuk kepentingannya
keuangan yang tidak menutup kemungkinan (Susanto 2016). Berdasarkan penjelasan di
terdapat praktek manajemen laba (Boediono atas, maka hipotesis yang dibuat adalah:
2005). H4 Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif
Tindakan pengawasan perusahaan oleh terhadap manajemen laba
pihak investor institusional dapat mendorong
manajer lebih memfokuskan perhatiannya Ukuran Dewan Komisaris dan Manajemen
terhadap kinerja perusahaan sehingga akan Laba
mengurangi perilaku mementingkan diri sendiri Peran dewan komisaris diharapkan dapat
sehingga laporan keuangan yang dihasilkan meningkatkan kualitas laba dengan membatasi
pihak manajemen akan lebih berintegritas manajemen laba melalui fungsi monitoring atas
(Susanto dan Pradipta 2016). Berdasarkan pelaporan keuangan. Dewan komisaris dibentuk
penjelasan di atas, maka hipotesis yang dibuat sebagai organ perseroan yang bertugas untuk
adalah: bertanggungjawab serta berwenang mengawasi
H3 Kepemilikan institusional berpengaruh tindakan manajemen dan memberikan nasihat
negatif terhadap manajemen laba kepada manajemen jika dipandang perlu oleh
dewan komisaris (Harahap 2001). Menurut
Kepemilikan Manajemen dan Manajemen Yenmarck (1996) dalam Bangun & Vincent
Laba (2008) menyatakan bahwa ukuran dewan
Kepemilikan manajemen adalah saham komisaris yang besar akan mengurangi
yang dimiliki oleh manajemen secara pribadi kemampuan dewan direksi untuk mengontrol
maupun saham yang dimiliki oleh anak cabang manajemen karena koordinasi, komunikasi dan
perusahaan beserta afiliasinya (Susiana dan pengambilan keputusan menjadi tidak praktis
Herawaty 2005). Secara teoritis ketika proporsi dalam dewan direksi yang besar dibanding
kepemilikan manajemen rendah maka akan dalam dewan komisaris yang kecil. Berdasarkan
adanya insentif terhadap kemungkinan penjelasan di atas, maka hipotesis yang dibuat
terjadinya perilaku manajemen laba oleh adalah:
manajer. Teori akuntansi menjelaskan, H5 Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif
manajemen laba sangat ditentukan oleh terhadap manajemen laba
motivasi manajer perusahaan. Motivasi yang
berbeda akan menghasilkan besaran Leverage dan Manajemen Laba
manajemen laba yang berbeda, seperti antara Leverage adalah penggunaan aset dan
manajer yang juga sekaligus sebagai pemegang sumber dana oleh perusahaan yang memiliki
saham dan manajer yang tidak sebagai biaya tetap dengan maksud agar meningkatkan
pemegang saham (Boediono 2005). keuntungan potensial pemegang saham.
Jensen dan Meckling (1976) dalam Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Watts
Herawaty (2008) menyimpulkan bahwa and Zimmerman (1986) dalam Astuti (2004)
kepemilikan manajemen berhasil menjadi pada hipotesis debt covenant bahwa motivasi
mekanisme untuk mengurangi masalah debt covenant disebabkan oleh munculnya
keagenan dari manajer dengan menyelaraskan perjanjian kontrak antara manajer dengan
kepentingan-kepentingan manajer dengan perusahaan yang berbasis kompensasi
pemegang saham. Penelitian mereka manajerial. Besarnya tingkat hutang merupakan
menemukan bahwa kepentingan manajer faktor motivasi bagi perusahaan untuk
dengan pemegang saham eksternal dapat melakukan manajemen laba karena perusahaan
disatukan jika kepemilikan saham oleh manajer terancam default yaitu tidak dapat memenuhi

186
ISSN: 1410 - 9875 Yuliani Almalita

kewajiban pembayaran utang pada waktunya dapat meningkatkan laba yang dilaporkan pada
dan perusahaan akan berusaha menghindarinya periode berjalan. Jika besarnya bonus
dengan membuat kebijaksanaan yang dapat tergantung pada besarnya laba, maka
meningkatkan pendapatan maupun laba yaitu perusahaan tersebut dapat meningkatkan
dengan memberikan posisi bargaining yang bonusnya dengan meningkatkan laba setinggi
relatif lebih baik dalam negoisasi atau mungkin. Dapat disimpulkan bahwa perusahaan
penjadwalan ulang utang perusahaan. yang mempunyai kebijakan pemberian bonus
Berdasarkan penjelasan di atas, maka hipotesis yang berdasarkan laba, akan cenderung memilih
yang dibuat adalah: prosedur akuntansi yang meningkatkan laba
H6 Leverage berpengaruh positif terhadap tahun berjalan (Watts & Zimmerman 1978 pada
manajemen laba Suartana 2005). Berdasarkan penjelasan di
atas, maka hipotesis yang dibuat adalah:
Free Cash Flow dan Manajemen Laba H8 Profitabilitas berpengaruh positif terhadap
Ross (1997) mendefinisikan free cash flow manajemen laba
sebagai kas perusahaan yang dapat
didistribusikan kepada kreditur atau pemegang Rugi Keuangan dan Manajemen Laba
saham yang tidak digunakan untuk modal kerja Teori keagenan memprediksi bahwa rugi
atau investasi pada aset tetap. White et al keuangan dapat memotivasi manajer melakukan
(2003) dalam Agustia (2013) menyimpulkan manajemen laba. Apabila rugi keuangan tinggi,
bahwa semakin besar free cash flow yang manajemen melakukan manajemen laba yang
tersedia dalam suatu perusahaan, maka menaikkan laba untuk menyembunyikan kinerja
semakin sehat perusahaan tersebut karena buruk dengan mencatat akrual diskresioner
memiliki kas yang tersedia untuk pertumbuhan, positif. Penjelasan teori keagenan menunjukkan
pembayaran hutang dan dividen. Hal ini juga bahwa kondisi keuangan perusahaan dapat
dapat diartikan bahwa semakin kecil nilai free mempengaruhi manajemen laba (Lo, 2013).
cash flow yang dimiliki perusahaan, maka Pada penelitian Rusmin (2010) menyimpulkan
perusahaan tersebut bisa dikategorikan semakin bahwa rugi keuangan juga digunakan untuk
tidak sehat sehingga praktik manajemen laba memberikan kontrol perusahaan untuk
akan semakin meningkat. Berdasarkan melakukan pengelolaan kinerja keuangan.
penjelasan di atas, maka hipotesis yang dibuat Berdasarkan penjelasan di atas, maka hipotesis
adalah: yang dibuat adalah:
H7 Free cash flow berpengaruh negatif H9 Rugi keuangan berpengaruh positif terhadap
terhadap manajemen laba manajemen laba

Profitabilitas dan Manajemen Laba Ukuran Auditor dan Manajemen Laba


Tingkat profitabilitas yang tinggi Auditor yang bekerja di KAP Big four
menunjukkan bahwa kinerja perusahaan dipandang memiliki kemampuan dan keahlian
berjalan dengan baik, sedangkan dengan tingkat yang lebih dalam melakukan audit dibandingkan
profitabilitas yang rendah menunjukkan bahwa dengan KAP non-big four, sehingga informasi
kinerja perusahaan kurang baik. Hal ini sesuai yang dihasilkan lebih berkualitas. Auditor big
dengan hipotesis teori akuntansi positif yaitu four memiliki pengalaman dan reputasi yang
hipotesis program bonus. Hipotesis ini tinggi dalam membatasi besarnya manajemen
menyatakan bahwa perusahaan yang laba dikalangan masyarakat. Apabila auditor
menggunakan bonus plan akan cenderung tidak dapat menjaga reputasinya, maka akan
untuk menggunakan metode-metode akuntansi menimbulkan keraguan masyarakat mengenai

187
Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, Vol. 18, No. 2 Desember 2017

kemampuan auditor. Backer et al. (1998) diinvestasikan. Semakin besar rasio ini, semakin
menyimpulkan bahwa perusahaan-perusahaan besar juga nilai pasar (market value) jika
yang auditornya bukan KAP kelompok Big four dibandingkan dengan nilai buku (book value).
melaporkan unexpected accruals yang secara Peni dan Vahama (2010) dan Rahman dan Ali
signifikan menambah pendapatan jika (2006) menyimpulkan bahwa market to book
dibandingkan dengan perusahaan yang ratio menjadi proksi atas ukuran perusahaan
auditornya berasal dari KAP kelompok Big four. karena semakin kecil perusahaan semakin kecil
Berdasarkan penjelasan di atas, maka hipotesis pula ketelitian mengenai wewenang. Hal ini
yang dibuat adalah: dapat terjadinya kecenderungan manajemen
H10 Ukuran auditor berpengaruh negatif laba. Berdasarkan penjelasan di atas, maka
terhadap manajemen laba hipotesis yang dibuat adalah:
H11 Market to Bookberpengaruh positif terhadap
Market to Book dan Manajemen Laba manajemen laba
Menurut Pontif dan Schall (2008) dalam
Margaretha dan Damayanti (2008), market to METODA PENELITIAN
book memberikan suatu penilaian bagaimana
investor melihat kinerja perusahaan dan Sampel yang digunakan dalam penelitian
menunjukkan seberapa jauh suatu perusahaan ini diperoleh sebanyak perusahaan yang dipilih
mampu menciptakan nilai perusahaan yang berdasarkan kriteria-kriteria sebagai berikut:
wajar terhadap jumlah modal yang

Tabel 1
Prosedur Pemilihan Sampel
Jumlah Jumlah
Keterangan
Perusahaan Data
Total perusahaan manufaktur yang listing di BEI dan
132 660
konsisten 2009-2013
Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangan per
31 Desember secara konsisten dari tahun 2009 sampai (34) (172)
dengan tahun 2013

Perusahaan yang tidak mengungkapkan laporan keuangan


(25) (125)
dalam mata uang Rupiah selama periode 2009-2013

Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangan


(4) (20)
dengan tahun buku 31 Desember.

Total data perusahaan pada setiap tahun penelitian 69 345

Manajemen Laba Jones yang dimodifikasi sebagai berikut


Nilai discretionary accrual yang berdasarkan penelitian Ujiyantho & Pramuka
dilambangkan dengan (DTAC) discretionary (2007) dan Agustia (2013):
accrual dihitung dengan model Jones yang 1. Menghitung besanya total akrual
dimodifikasi (modified Jones’ Model). Adapun perusahaan dengan pendekatan cash flow
langkah-langkah memperhitungkan untuk model

188
ISSN: 1410 - 9875 Yuliani Almalita

TAC = laba bersih (net income) - arus kas Proporsi Komisaris Independen (PKI)
operasi (cash flow from operation) Proporsi Komisaris independen diukur
2. Melakukan regresi untuk mendapatkan dengan menggunakan skala rasio melalui
angka-angka untuk koefisien a1, a2 dan a3 persentase anggota komisaris independen
dengan variabel dependen total akrual dibandingkan dengan seluruh jumlah anggota
dibagi total aset sebelumnya dan variabel komisaris perusahaan (Agustia, 2013). Skala
independen adalah perubahan pendapatan yang digunakan adalah skala rasio.
dikurangi perubahan piutang dan total aset
tetap kotor perusahaan pada tahun ke-t.
3. Nilai untuk koefisien a1,a2 dan a3 dapat
dilakukan dengan estimasi besarnya akrual
non-diskresioner selama tahun peristiwa Kepemilikan Institusional (INST)
sebagai berikut: Kepemilikan institusional adalah jumlah
TACt/TAt-1 = a1[1/ TAt-1] + a2[∆SALt -∆RECt/ persentase hak suara yang dimiliki oleh institusi.
TAt-1] + a3[PPEt/ TAt-1] + et Dalam penelitian ini diukur dengan
4. Dengan menguraikan koefisien regresi menggunakan indikator persentase jumlah
diatas (a1, a2 dana3) maka dapat dihitung saham yang dimiliki institusi dari seluruh modal
nilai non discretionary (NDTAC) dengan saham yang beredar (Agustia, 2013). Skala
rumus: yang digunakan adalah skala rasio.
NDTAC = a1[1/ TAt-1] + a2[∆SALt -
∆RECt/TAt-1] + a3[PPEt/ TAt-1]
5. Menghitung DTAC. DTAC merupakan
residual yang diperoleh dari estimasi total Kepemilikan manajemen (MGR)
accrual (TAC) yang dihitung sebagai berikut: Kepemilikan manajemen (MGR) adalah
DTAC = TACt/TAt-1 – NDTAC jumlah kepemilikan saham oleh pihak
manajemen dari seluruh modal saham
Dimana: perusahaan yang beredar. Indikator yang
TAC = Total accrual dalam periode t digunakan untuk mengukur kepemilikan
DTAC = Discretionary accruals manajemen adalah variabel dummy dengan nilai
TAt-1 = Total Aset periode t-1 1 jika ada kepemilikan manajemen dan 0 jika
∆SALt = Perubahan penjualan bersih dalam tidak ada kepemilikan manajemen (Herawaty
periode t 2008 dan Astuti 2004).
∆RECt = Perubahan piutang bersih dalam
periode t Ukuran Dewan Komisaris (UDK)
PPEt = Gross Property, plant, and equipment Ukuran dewan komisaris diukur dengan
dalam periode t menggunakan indikator jumlah anggota dewan
e = Nilai residual dalam periode t komisaris suatu perusahaan menurut Pradipta
(2011) dan Bangun &Vincent (2008). Skala yang
Ukuran Komite Audit (UKA) digunakan adalah rasio.
Ukuran komite audit didefinisikan sebagai
keberadaan komite audit yang dimiliki oleh suatu Leverage (LEV)
perusahaan. Variabel komite audit dalam Leverage diukur dengan menggunakan
penelitian diukur dengan menggunakan jumlah skala rasio yaitu total hutang di bagi total aset
anggota komite audit yang ada di perusahaan (Agustia, 2013).
(Agustia 2013). LEV = Total Hutang / Total Aset
189
Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, Vol. 18, No. 2 Desember 2017

perusahaan yang mengalami kerugian akan


Free Cash Flow (FCF) diberi nilai 1, sedangkan yang tidak mengalami
Free cash flow merupakan arus kas aktual kerugian diberi nilai 0. Selanjutnya variabel ini
yang didistribusikan kepada investor sesudah akan disimbulkan dengan LOSS. Hal ini sesuai
perusahaan melakukan semua investasi dan dengan penelitian yang dilakukan Rusmin
modal kerja yang diperlukan untuk menjaga (2010).
kelangsungan operasional. Free cash flow
dalam penelitian ini diukur dengan Ukuran Auditor (UA)
menggunakan skala rasio. Semakin kecil rasio Ukuran Auditor diukur dengan
ini menunjukkan semakin kecil laba perusahaan menggunakan variabel dummy yaitu ukuran
digunakan untuk membiayai aktiva perusahaan. auditor bernilai 1 apabila perusahaan diaudit
Variabel ini di hitung dengan mengunakan oleh perusahaan audit big 4 selama tahun
rumus Brigham dan Houston (2010:67) dalam berjalan. Apabila ukuran auditor bernilai 0, maka
Agustia (2013) yaitu: perusahaan tidak diaudit oleh perusahaan non-
big 4. Pengukuran ini berdasarkan penelitian
Free cash flow = Net Operating profit after tax – Pradhana dan Rudiawarni (2013). Variabel ini
investasi bersih pada modal operasi. akan dilambangkan dengan UA didalam
persamaan.
Free cash flow dalam penelitian ini diukur
dengan menggunakan skala rasio, dimana nilai Market to Book Ratio (MTB)
free cash flow dibagi dengan total aset pada Pengukuran pada variabel ini
periode yang sama dengan tujuan agar lebih menggunakan penelitian Peni dan Vahama
comparable bagi perusahaan-perusahaan yang (2010). Variabel ini akan disimbulkan dengan
dijadikan sampel (Kangarluei et al. 2011 dalam MTB. Variabel ini diukur dengan persamaan
Agustia 2013). berikut:

Profitabilitas (PRO)
Rasio profitabilitas (profitability ratio)
adalah rasio yang menghubungkan laba dari
Ukuran Perusahaan (UP)
penjualan dan investasi. Pengukuran variabel ini
Ukuran perusahaan diukur dengan
adalah total laba bersih setelah pajak dibagi
menggunakan ln dari total asset pada akhir
total aset (Carlson dan Bathala 1997 pada
tahun (Agustia 2013). Penggunaan nilai ln total
Widyastuti 2009).
asset dimaksudkan untuk menghindari problem
data natural yang tidak terdistribusi normal.
Ukuran perusahaan menggunakan skala rasio.

UP = Ln Total Asset
Rugi Keuangan (LOSS)
Burgstahler dan Dichev (1997) dalam
HASIL DAN PEMBAHASAN
Chen et al (2005) menemukan bahwa
perusahaan mengelola laba yang dilaporkan
Hasil statistik deskriptif setiap variabel dapat
untuk menghindari pelaporan penurunan laba
dilihat dalam tabel 2 sebagai berikut:
dan kerugian. Pada pengukuran ini
menggunakan variabel dummy dimana

190
ISSN: 1410 - 9875 Yuliani Almalita

Tabel 2
Hasil Statistik Deskriptif
Std.
Model Minimum Maximum Mean Variance
Deviation
DTAC -0,03508 0,69004 -0,4978 0,142275 0,02
UKA 0 6 2,3 1,548 2,396
PKI 0 0,8333 0,38091 0,114689 0,013
INST 0 0,9974 0,70014 0,191759 0,037
MGR 0 1 0,53 0,5 0,25
UDK 2 11 4,21 1,87 3,497
LEV 0,0372 2,0869 0,45658 0,248824 0,062
FCF -1,1556 0,64715 0,02182 0,185959 0,035
PRO 0 0,4453 0,08599 0,085085 0,007
LOSS 0 1 0,86957 0,33727 0,114
UA 0 1 0,3913 0,488751 0,239
MTB -5,75178 40,97981 2,27735 3,756302 14,11
UP 23,0825 32,99697 27,7913 1,677449 2,814

Hasil pengujian hipotesis disajikan dalam tabel Sig 0,012


di bawah ini: Ukuran komite audit (UKA) memiliki
koefisien regresi sebesar 0,002 yang
Tabel 3 menunjukkan arah yang positif dan nilai
Hasil Pengujian Hipotesis signifikan (sig.) sebesar 0,694. Nilai signifikan
Model B t Sig. (sig.) lebih besar dari α = 0,05 maka H1 ditolak
sehingga ukuran komite audit tidak berpengaruh
(Constant) -0,3553 -2,0263 0,0435 terhadap manajemen laba. Hal ini terjadi karena
UKA 0,0020 0,3933 0,6943 tujuan perusahaan membentuk komite audit
hanya sekedar untuk memenuhi peraturan OJK
PKI 0,0026 0,0389 0,9690
yang berdasarkan mandatory, sehingga besar
INST -0,0147 -0,3556 0,7224 kecilnya jumlah komite audit diperusahaan tidak
MGR 0,0191 1,1269 0,2606 bisa membatasi terjadinya praktik manajemen
UDK -0,0073 -1,3167 0,1888 laba. Terkait keberadaan komite audit dan
LEV 0,1111 3,1606 0,0017 wewenang yang dimiliki komite audit hanya
FCF 0,0003 0,0070 0,9944 sebatas memberikan pendapat tetapi keputusan
PRO -0,0237 -0,2072 0,8360 akhir ada pada pimpinan perusahaan.
Proporsi komisaris independen (PKI)
LOSS 0,0383 1,4164 0,1576
memiliki nilai signifikan (sig.) sebesar 0,969.
KA 0,0184 0,8451 0,3987 Nilai signifikan (sig.) lebih besar dari α = 0,05
MTB -0,0061 -2,6654 0,0081 maka H2 ditolak sehingga proporsi komisaris
UP 0,0097 1,4413 0,1504 independen tidak berpengaruh terhadap
Adj. R2 0,04 manajemen laba. Hal ini dapat dijelaskan bahwa
penambahan anggota komisaris independen
191
Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, Vol. 18, No. 2 Desember 2017

dimungkinkan hanya sekedar memenuhi Leverage (LEV) memiliki koefisien regresi


ketentuan formal, sehingga kurang efektif dalam sebesar 0,1111yang menunjukkan arah yang
menghambat manajemen laba sementara positif dan nilai signifikan (sig.) sebesar 0,002.
pemegang saham mayoritas masih memegang Nilai signifikan (sig.) lebih besar dari α = 0,05
peranan penting sehingga kinerja komisaris maka H6 diterima sehingga leverage
tidak dapat mengurangi praktik opportunistic berpengaruh positif terhadap manajemen laba.
manajer. Mengacu pada hipotesis yang melatarbelakangi
Kepemilikan intitusional (INST) memiliki tindakan manajemen laba yaitu debt covenant
koefisien regresi sebesar -0,0147yang hypothesis yang menyatakan bahwa jika suatu
menunjukkan arah yang negatif dan nilai perusahaan menyimpang perjanjian hutang
signifikan (sig.) sebesar 0,722. Nilai signifikan yang telah dibuat berdasarkan laba akuntansi,
(sig.) lebih besar dari α = 0,05 maka H3 ditolak maka semakin besar kemungkinan manajemen
sehingga kepemilikan intitusional tidak perusahaan memilih prosedur akuntansi yang
berpengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini mengeser laba akuntansi dari periode
disebabkan karena kepemilikan institusional mendatang ke periode sekarang.
sebagai pemilik sementara perusahaan lebih Free cash flow (FCF) memiliki koefisien
berfokus pada current earnings. Hal ini sesuai regresi sebesar 0,0003 yang menunjukkan arah
dengan penelitian Claessens et al (2005) dalam yang positif dan nilai signifikan (sig.) sebesar
(Ivanto dan Tan, 2015) yang membuktikan 0,994. Nilai signifikan (sig.) lebih besar dari α =
bahwa Indonesia menjadi salah satu Negara 0,05 maka H7 ditolak yang berarti free cash flow
dengan tingkat kepemilikan institusional yang tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
rendah setelah Filipina. Hal ini disebabkan oleh free cash flow pada
Kepemilikan manajemen (MGR) memiliki perusahaan cukup stabil sehingga perusahaan
koefisien regresi sebesar 0,0191 yang tidak mengalami tekanan untuk melakukan
menunjukkan arah positif dan nilai signifikan manajemen laba. Hasil penelitian ini konsisten
(sig.) sebesar 0,261. Nilai signifikan (sig.) lebih dengan penelitian Ivanto dan Tan (2015).
besar dari α = 0,05 maka H4 ditolak sehingga Profitabilitas (PRO) memiliki koefisien
kepemilikan manajemen tidak berpengaruh regresi sebesar 0,0237 yang menunjukkan arah
terhadap manajemen laba. Hal ini negatif dan nilai signifikan (sig.) sebesar 0,836.
mengindikasikan bahwa secara umum dapat Nilai signifikan (sig.) lebih besar dari α = 0,05
dikatakan bahwa persentase tertentu maka H8 ditolak yang berarti profitabilitas tidak
kepemilikan manajemen cenderung tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.Hal ini
mempengaruhi manajemen laba. mengindikasikan besar atau kecilnya profit yang
Ukuran dewan komisaris (UDK) memiliki dihasilkan oleh perusahaan tidak mempengaruhi
koefisien regresi sebesar 0,0073 yang manajemen laba. Tindakan ini diduga juga
menunjukkan arah negatif dan nilai signifikan karena investor mengabaikan informasi
(sig.) sebesar 0,189. Nilai signifikan (sig.) lebih profitabilitas secara maksimal sehingga
besar dari α = 0,05 maka H5 ditolak sehingga manajemen tidak termotivasi untuk melakukan
ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh manajemen laba.
terhadap manajemen laba.Hal ini disebabkan Rugi keuangan (LOSS) memiliki koefisien
dewan komisaris tidak memiliki kekuatan untuk regresi sebesar 0,0383 yang menunjukkan arah
dapat mempengaruhi berbagai keputusan dan yang positif dan memiliki nilai signifikan (sig.)
masih banyak emiten yang menempatkan sebesar0,1576. Nilai signifikan (sig.) lebih besar
dewan komisaris yang tidak memiliki dari α = 0,05 maka H9 ditolak yang berarti rugi
kompetensi. keuangan tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba.
192
ISSN: 1410 - 9875 Yuliani Almalita

Kualitas audit (KA) memiliki nilai signifikan PENUTUP


(sig.) sebesar 0,3987. Nilai signifikan (sig.) lebih
besar dari α = 0,05 maka H10 ditolak yang Berdasarkan hasil analisis data dan
berarti kualitas audit tidak berpengaruh terhadap pembahasan yang telah dikemukakan maka
manajemen laba. Hal ini mengindikasikan dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
bahwa keberadaan auditor Big-4 bukan untuk Ukuran komite audit tidak berpengaruh terhadap
mengurangi manajemen laba dan menunjukkan manajemen laba, Proporsi komisaris
bahwa KAP di Indonesia kurang mampu dalam independen tidak berpengaruh terhadap
mengembangkan auditor expertise-nya selama manajemen laba, Kepemilikan institusional tidak
mengaudit sebuah perusahaan. Sehingga, berpengaruh terhadap manajemen laba,
proses audit yang di lakukan oleh KAP tidak Kepemilikan manajemen tidak berpengaruh
dapat mendeteksi manajemen laba yang terjadi terhadap manajemen laba, Ukuran dewan
dalam kliennya. komisaris tidak berpengaruh terhadap
Market to book (MTB) memiliki nilai manajemen laba, Leverage berpengaruh positif
signifikan (sig.) sebesar 0,0081. Nilai signifikan terhadap manajemen laba, Free Cash Flow tidak
(sig.) lebih kecil dari α = 0,05 maka H11 diterima berpengaruh terhadap manajemen laba,
yang berarti market to book berpengaruh negatif Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap
terhadap manajemen laba. Hal ini manajemen laba, Rugi Keuangan tidak
mengindikasikan bahwa manajemen dapat berpengaruh terhadap manajemen laba, Ukuran
memanipulasi earning dengan cara Auditor tidak berpengaruh terhadap manajemen
mempengaruhi performa harga saham. laba, Market to Book berpengaruh negatif
Berdasarkan hasil pengujian, variable ukuran terhadap manajemen laba dan Ukuran
perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap perusahaan tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba. manajemen laba.

REFERENSI:

Agustia, Dian. 2013. Pengaruh Faktor Good Corporate Governance, Free Cash Flow dan Leverage
Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 15 (1): 27-42.
Astuti, Dewi S. Puji. 2004. Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Manajemen Laba
Diseputar Right Issue.http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/dewi%20saptantinah%20puji%20astutdf
Bangun, Nurainun dan Vincent. 2008. Analisis Hubungan Komponen Good Corporate Governance
Terhadap Manajemen Laba Dengan Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi, Tahun XII (3): 53-68.
Boediono, Gideon Setyo B. 2005. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Manajemen
laba dan Dampaknya Pada Kualitas Laba. Jurnal Akuntansi. Tahun IX. (3): 232-247.
Burghstahler, D. dan I. Dichev. 1997. Earnings Management to Avoid Earnings Decreases and Losses.
Journal of Accounting and Economics, 24(1): 38-58
Guna, I Welvin dan Arleen Herawati, 2010, Pengaruh Mekanisme Good Corporate
Governance,Indepedensi Auditor, Kualitas Audit dan Faktor LainnyaTerhadap Manajemen
Laba, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, 12 (1): 53-68.

193
Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, Vol. 18, No. 2 Desember 2017

Herawaty, Vinola. 2008. Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variabel dari
Pengaruh Earning Management Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan,
10 (2): 97-107.
Ivanto, Devi Puspitasari dan Yuliawati Tan. 2015. Studi Pengaruh Free Cash Flow dan External
Monitoring Terhadapa Earnings Managemenr Pada Perusahaan Yang Terdaftar di BEI tahun
2010-2012. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, 4 (1): 56-78
Murhadi, Werner R. 2009. Studi Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Praktik Earning
Management Pada Perusahaan Terdaftar di PT Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen dan
Kewirausahaan, 2 (1): 1-10.
Restuningdiah, Nurika. 2010. Komisaris Independen, Komite Audit, Internal Audit, dan Risk
Management Committee Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Keuangan dan Perbankan. 15 (3):
351-362.
Ross, S. 1997. The Determinant of Financial Structure: The Incentive Signaling Approach. Bell Journal
of Economic: 23-40.
Setiawan, Teguh, 2009.Analisis Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Praktek
Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Periode 2005-2007.Jurnal Akuntansi Kontemporer, 1 (2): 99-122
Suartana, I Wayan. 2005. Manajemen Laba: Motivasi dan Hubungannya Dengan Corporate
Governance. Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan 1 (3): 128-136.
Susanto, Yulius Kurnia dan Arya Pradipta. 2016. Corporate Governance and Real Earnings
Management. International Journal of Business, Economics and Law, 9 (1): 17-23
Susanto, Yulius Kurnia. 2016. The Effect of Audit Committees and Corporate Governance on Earnings
Management: Evidence from Indonesia Manufacturing Industry. International Journal of Business,
Economics and Law, 10 (1): 32-37
Peni, Emilia., Sami Vahama. 2010. Female Executives and Earnings Management. Managerial Finance
Journal, 36 (7): 629-645.
Pradhana, Stephanus Wisnu., Felizia Arni Rudiawarni. 2013. Pengaruh Kualitas Audit Terhadap
Earnings Management Pada Perusahaan Sektor Manufaktur Yang Go Public Di BEI periode
2008-2010. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, 12 (1): 79-102
Pradipta, Arya. 2011. Analisis Pengaruh Dari Mekanisme Corporate Governance Terhadap Manajemen
Laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, 13 (2): 93-106.
Rusmin, Rusmin. 2010. Auditor Quality and Earnings Management: Singaporean Evidence. Managerial
Auditing Journal, 25 (7): 618-638
Ulupui, I.G.K.A. 2005. Pengaruh Komposisi Board Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Bisnis dan
Kewirausahaan, 1 (2): 59-68.
Utama, Siddharta dan Sylvia Veronica N.P. Siregar. 2006. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran
Perusahaan dan Praktek Corporate Governance Terhadap Pengelolaan Laba (Earning
Management). Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, 9 (3): 307-326.
Widyastuti, Tri. 2009. Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Kinerja Keuangan Terhadap Manajemen
Laba: Studi Pada Perusahaan Manufaktur di BEI. Jurnal MAKSI. 9 (1): 30-41.

194

Anda mungkin juga menyukai