Anda di halaman 1dari 12

JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI ISSN: 1410 - 9875

Vol. 19, No. 1a, November 2017, Issue 4, Hlm. 292-303 http://jurnaltsm.id/index.php/JBA

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE


DAN FAKTOR LAINNYA TERHADAP
MANAJEMEN LABA PERUSAHAAN
PUBLIK NON KEUANGAN

YUNIETHA dan AGUSTIN PALUPI

STIE Trisakti
yunietha.201370041@gmail.com

Abstract: The purpose of this research is to analyze the effect of board of director,
board of independence, audit quality, firm size, managerial ownership, profitability,
leverage, sales growth and firm age toward earnings management. This study try to
improve consistency of results from prior researchers. The sample of this study
consist of 228 data from 76 non-financial sector companies that has been listing in
Indonesia Stock Exchange for the period 2013 to 2015 by purposive sampling
method. This study uses multiple regression method to investigate relation between
each independent variable to earnings management. The research result shows that
profitability and sales growth influence earnings management. On the other hand,
board of director, board of independece, audit quality, firm size, managerial
ownership, profitability, leverage, and firm age do not influence earnings
management.

Keywords: Earnings Management, Board Of Director, Board Of Independence,


Audit Quality, Firm Size, Managerial Ownership, Profitability,
Leverage, Sales Growth, Firm Age.

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh dewan direksi,
dewan komisaris independen, kualitas audit, ukuran perusahaan, kepemilikan
manajerial, profitabilitas, leverage, pertumbuhan penjualan dan umur perusahaan
terhadap manajemen laba. Sampel dari penelitian ini menggunakan 228 data dari 76
perusahaan sektor nonkeuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk
periode 2013 sampai dengan 2015 menggunakan purposive sampling method.
Penelitian ini menggunakan multiple regression method untuk mengidentifikasi
hubungan antar masing-masing variabel independen terhadap manajemen laba.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa profitabilitas dan pertumbuhan
penjualan berpengaruh terhadap manajemen laba. Di sisi lain, dewan komisaris,
dewan komisaris independen, kualitas audit, ukuran perusahaan, kepemilikan
manajerial, profitabilitas, leverage, dan umur perusahaan tidak berpengaruh
terhadap manajemen laba.

Kata Kunci: Manajemen Laba, Dewan Komisaris, Dewan Komisaris


Independen, Kualitas Audit, Ukuran Perusahaan, Kepemilikan
Manajerial, Profitabilitas, Leverage, Pertumbuhan Penjualan, Umur
Perusahaan.

292
Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, Vol. 19,No. 1a, Issue 4 Nov 2017

PENDAHULUAN adanya ekspansi dan mementingkan bonus


Perusahaan yang terdaftar di Bursa yang sebesar-besarnya atas kinerja yang telah
Efek dan go public memiliki kewajiban untuk dilakukan. Masing-masing pihak berusaha
menerbitkan laporan keuangan setiap untuk mencari dan memaksimalkan keuntungan
tahunnya. Laporan keuangan inilah yang bagi dirinya sendiri.
diandalkan oleh investor dan kreditor sebagai Tindakan earnings management laba
pertimbangan untuk melakukan investasi sendiri telah memunculkan beberapa kasus
maupun memberikan pinjaman. Oleh karena itu, pelaporan akuntansi yang secara luas diketahui.
laporan keuangan harus menggambarkan Tindakan manajemen laba dapat diminmalisir
informasi yang sesuai dengan kondisi dengan penerapan corporate governance.
perusahaan. Dalam perusahaan, pihak yang Dengan adanya corporate governance yang
bertanggungjawab atas laporan keuangan efektif, laporan keuangan menjadi andal dalam
adalah pihak manajemen perusahaan. Dalam memberikan informasi terkait kinerja maupun
pengolahan data keuangan perusahaan, kondisi perusahaan. Selain itu, corporate
manajemen seringkali secara sengaja governance diharapkan juga dapat mencegah
melakukan manipulasi atau rekayasa untuk kemungkinan terjadinya manajemen laba yang
memperoleh keuntungan pribadi. Manajemen dilakukan oleh pihak manajemen. Menurut
perusahaan dengan sengaja menambahkan Hassan dan Abubakar (2012), tata kelola
atau mengurangi data dalam laporan keuangan perusahaan adalah sebuah mekanisme yang
sehingga laporan keuangan tidak digunakan untuk mengurangi biaya keagenan
mencerminkan informasi yang sebenarnya dari yang muncul akibat dari perbedaan kepentingan
kondisi perusahaan. antara pihak manajemen (agent) dengan
Tindakan oportunis yang dilakukan oleh investor (principal).
manajemen ini dikenal dengan manajemen laba
atau earnings management. Manajemen Agency Theory
berupaya mengecoh pengguna laporan Menurut Godfrey et al. (2010:362),
keuangan. Hal ini dilakukan manajemen untuk pihak-pihak yang terkait dalam agency theory
memenuhi kepentingan pribadi maupun untuk adalah agent yang berperan sebagai
meningkatkan nilai dari perusahaan itu sendiri. manajemen perusahaan dan pihak principal
Manajemen laba atau earnings management ini yang dalam hal ini berperan sebagai investor
timbul karena adanya masalah agensi, dimana atau pemegang saham perusahaan. Dalam
terjadi benturan antara kepentingan pribadi situasi tertentu, antara manajemen perusahaan
manajer (agent) dengan kepentingan pihak dan investor akan berusaha memaksimalkan
principal. Keduanya memiliki tujuan yang sama kepuasan pribadi mereka masing-masing,
atas perusahaan yaitu memaksimalkan nilai sehingga tidak ada alasan untuk mempercayai
perusahaan, namun kepentingan keduanya bahwa agent akan bertindak demi kepentingan
berbeda. principal.
Menurut Setiawan (2009), teori Menurut Jensen dan Meckling (1976),
keagenan (agency theory) timbul ketika satu hubungan keagenan (agency relationship)
orang atau lebih pihak principal mempekerjakan muncul karena adanya suatu kontrak dimana
orang lain (agent) untuk melakukan suatu principal memberikan tugas dan membuat
pekerjaan dan mendelegasikan wewenang kebijakan serta keputusan yang harus diterima
pengambilan keputusan kepada agent tersebut. oleh agent selaku penerima wewenang. Agency
Teori agensi memiliki asumsi bahwa semua theory merupakan teori yang menjadi dasar
individu bertindak untuk kepentingan mereka kegiatan bisnis perusahaan yang terjadi ketika
sendiri. Pemegang saham sebagai salah satu pemilik tidak lagi melakukan pengelolaan
pihak principal menginginkan pengembalian perusahaan melainkan menyerahkan
investasi yang maksimal dan cepat, sedangkan pengelolaan tersebut kepada pihak lain. Hal
manajer sebagai agent lebih mendorong inilah yang mendorong munculnya konflik

293
ISSN: 1410 - 9875 Yunietha dan Agustin Palupi

antara pemilik (principal) dengan pengelola mengubah laba, maka tindak manajemen laba
(agent) yang dikenal dengan agency problem. akan terlihat secara nyata.
Beberapa alasan yang mendorong
Signalling Theory terjadinya tindak manajemen laba menurut
Menurut Jama’an (2008), teori sinyal Subramanyam (2014:109), seperti untuk
menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan meningkatkan kompensasi, mempengaruhi
oleh manajer untuk mengurangi asimetri harga saham dan tujuan lainnya seperti
informasi. Manajer memberikan informasi mengurangi political cost yang mungkin terjadi.
melalui laporan keuangan bahwa mereka telah Manajemen perusahaan dapat melakukan
menerapkan kebijakan yang mampu tindak manajemen laba dengan dua cara, yaitu
menghasilkan laba yang lebih berkualitas. dengan mengubah metode akuntansi dan
Dengan berkurangnya asimetri informasi antara mengubah estimasi kebijakan akuntansi yang
agent dan principal, hal ini dapat mencegah akan mempengaruhi angka akuntansi. Hal ini
perusahaan melakukan tindakan untuk memberikan kebebasan bagi manajer untuk
memperbesar laba dan membantu pengguna membuat atau menetapkan angka akuntansi
laporan keuangan dengan menyajikan laba dan yang disajikan.
aktiva yang tidak overstate, sehingga signalling
theory dapat memperkecil kemungkinan Board of Director dan Manajemen Laba
terjadinya tindak manajemen laba. Board of Director merupakan organ
perusahaan yang memiliki tugas dan
Political Cost Theory tanggungjawab secara kolektif untuk melakukan
Perusahaan yang memiliki laba besar pengawasan dan memberi nasihat kepada
pada umumnya akan menarik perhatian publik direksi serta memastikan bahwa perusahaan
dan pemerintah yang dapat menyebabkan telah menerapkan mekanisme corporate
adanya biaya politis, seperti pengenaan pajak governance (KNKG 2006). Menurut Lukviarman
yang lebih tinggi, munculnya intervensi (2016:133), Board of Director berperan sebagai
pemerintah, dan tuntutan-tuntutan lain yang penghubung antara pemegang saham, sebagai
dapat meningkatan biaya politis (Watts dan pemilik perusahaan dengan manajemen
Zimmerman, 1978). Untuk menghindari perusahaan dalam suatu korporasi. Lukviarman
pengenaan pajak yang terlalu tinggi misalnya, (2016:113) menyatakan bahwa Board of
perusahaan dapat menunda pendapatan dan Director merupakan mekanisme penting dalam
mempercepat biaya untuk menghemat pajak membatasi perilaku manajer untuk mencari
(Widyaningsih dan Purnamawati, 2012). Ini keuntungan atau memenuhi tujuan pribadinya,
merupakan salah satu upaya manajemen laba ketika terdapat perbedaan tujuan antara
yang dilakukan perusahaan untuk manajer perusahaan dan pemilik perusahaan.
meminimalkan biaya politik, dimana dalam hal dengan kata lain keberadaan dewan komisaris
ini adalah pajak yang harus dibayarkan. diharapkan mampu mendorong penerapan
corporate governance yang lebih efetif yang
Manajemen Laba memiliki dampak terhadap kinerja manajemen
Menurut Subramanyam (2014:108), perusahaan nantinya (Susanto dan Pradipta
manajemen laba merupakan tindakan intervensi 2016). Berdasarkan penjelasan di atas maka
yang secara sengaja dilakukan oleh manajemen hipotesis yang diajukan yaitu:
perusahaan dalam proses penentuan laba dan H1 Board of Director berpengaruh
biasanya dilakukan untuk memenuhi tujuan terhadap manajemen laba.
pribadi. Manajemen laba merupakan kosmetik,
dimana manajer memanipulasi tindakan akrual Board of Independence dan Manajemen
yang tidak memiliki konsekuensi terhadap arus Laba
kas. Ketika manajer memilih tindakan yang Menurut KNKG (2006), komisaris
memiliki konsekuensi arus kas dengan tujuan Independen adalah komisaris yang tidak

294
Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, Vol. 19,No. 1a, Issue 4 Nov 2017

berasal dari pihak terafiliasi yaitu pihak yang pemeriksaan terhadap perusahaan dimiliki oleh
mempunyai hubungan bisnis dan kekeluargaan para auditor yang bekerja dalam kantor akuntan
dengan pemegang saham pengendali, anggota big four. Hal ini dikarenakan kantor akuntan big
direksi, dan dewan komisaris lain, serta dengan four telah melengkapi auditornya dengan
perusahaan itu sendiri. Jumlah dari dewan berbagai macam pelatihan, prosedur dan
komisaris dalam suat perusahaan harus dapat program audit yang lebih akurat dibandingkan
menjamin bahwa mekanisme pengawasan dengan kantor akuntan non-big four.
berjalan secara efektif dan sesuai dengan Berdasarkan penjelasan diatas maka hipotesis
peraturan perundang-undangan. Seseorang yang diajukan yaitu:
dari komisaris independen harus mempunyai H3 Kualitas Audit berpengaruh terhadap
latar belakang akuntansi atau keuangan. manajemen laba.
Komisaris independen dapat menjadi
mekanisme untuk menyelesaikan masalah Ukuran Perusahaan dan Manajemen Laba
keagenan yang ada antara manajemen puncak Ukuran perusahaan biasanya akan
dan pemegang saham (Santoso 2013, Susanto mempengaruhi struktur pendanaan suatu
2016). Regulasi yang mengatur ketentuan akan perusahaan (Agustia, 2013). Menurut Christiani
komisaris independen ialah peraturan dan Nugrahanti (2014), ukuran dari perusahaan
BAPEPAM-LK No. IX.I.5. Keberadaan dewan dapat menentukan apakah perusahaan akan
komisaris independen diharapkan mampu melakukan praktik manajamen laba atau tidak.
memastikan bahwa perusahaan memiliki Menurut Purwanti dan Rahardjo (2012),
strategi bisnis (memantau jadwal, anggaran, perusahaan besar akan lebih berhati-hati dan
dan efektivitas strategi) dan menjamin bahwa akurat dalam menyampaikan laporan
perusahaan telah menerapkan dan mematuhi keuangannya. Hal ini dikarenakan perusahaan
prinsip-prinsip dan praktik corporate yang berukuran besar memiliki tingkat
governance dengan baik (Agustia 2013). kestabilan dan tingkat penjualan yang lebih
Berdasarkan penjelasan diatas maka hipotesis tinggi, serta melibatkan lebih banyak pihak.
yang diajukan yaitu: Masyarakat akan lebih mengenal perusahaan
H2 Board of Independence berpengaruh besar dibanding dengan perusahaan lebih kecil.
terhadap manajemen laba. Oleh karena itu, pengambilan keputusan yang
diambil perusahaan besar dapat berpengaruh
Kualitas Audit dan Manajemen Laba terhadap publik, sehingga laporan keuangan
Menurut Arens et al. (2014:24), auditing disampaikan dengan lebih hati-hati dan akurat.
merupakan proses pengumpulan dan evaluasi Berdasarkan penjelasan diatas maka hipotesis
bukti terkait informasi untuk menentukan dan yang diajukan yaitu:
melaporkan kesesuaian antara bukti yang H4 Ukuran Perusahaan berpengaruh
diperoleh dengan informasi dan kriteria yang terhadap manajemen laba.
telah ditetapkan. Jasa audit digunakan untuk
mengurangi konflik kepentingan antara investor Kepemilikan Manajerial dan Manajemen
dengan manajer. Hal ini karena auditor Laba
merupakan pihak ke tiga yang dengan Menurut Agustia (2013), kepemilikan
akuntabilitas tinggi yang memberikan penilaian manajerial adalah saham yang dimiliki oleh
terhadap kewajaran laporan keuangan yang manajemen baik secara pribadi maupun saham
diterbitkan oleh perusahaan. Dikarenakan yang dimiliki oleh anak cabang perusahaan
auditor mampu mendeteksi kemungkinan bersangkutan beserta afiliasinya. Masalah
adanya manajemen laba yang dilakukan oleh keagenan yang timbul dapat diminimalisir
manajer perusahaan, kepercayaan investor dengan menerapkan mekanisme kepemilikan
terhadap manajer akan meningkat (Susanto, manajerial. Hal ini dikarenakan, mekanisme
2013). Menurut Isnanta (2008) dalam Susanto kepemilikan manajerial dapat menyelaraskan
(2013), kualifikasi untuk melakukan antara kepentingan manajer dan pemegang

295
ISSN: 1410 - 9875 Yunietha dan Agustin Palupi

saham (Jensen dan Meckling 1976). Menurut H7 Profitabilitas berpengaruh terhadap


Pujiati dan Arfan (2013), jika kepemilikan manajemen laba
perusahaan dimiliki oleh manajer, maka
manajer akan bertindak sesuai dengan Pertumbuhan Penjualan dan Manajemen
kepentingan pemegang saham. Ketika manajer Laba
memiliki kepemilikan, maka manajer akan Menurut Savitri (2014), perusahaan
berusaha untuk memastikan bahwa laporan yang memiliki tingkat pertumbuhan laba dan
keuangan telah disajikan secara wajar dan penjualan yang tinggi cenderung menggunakan
mencerminkan kondisi yang sebenarnya utang sebagai sumber dana eksternal yang
(Agustia 2013, Susanto 2016). Berdasarkan lebih besar bila dibandingkan dengan
penjelasan diatas maka hipotesis yang diajukan perusahaan yang pertumbuhan penjualannya
yaitu: rendah. Perusahaan dengan penjualan
H5 Kepemilikan Manajerial berpengaruh cenderung meningkat akan membutuhkan dana
terhadap manajemen laba yang lebih besar untuk meningkatkan kegiatan
operasionalnya yang mungkin tidak dapat
Leverage dan Manajemen Laba tercukupi melalui sumber dana internal,
Menurut Van Horne dalam Savitri sehingga perusahaan membutuhkan dana dari
(2014), leverage adalah penggunaan biaya pihak eksternal. Dengan adanya pertumbuhan
tetap dalam usaha untuk meningkatkan penjualan, akan memberikan sinyal bagi para
profitabilitas. Rasio leverage menunjukkan kreditur untuk memberikan kredit atau
besarnya perusahaan menggunakan pinjaman memberikan pinjaman kepada perusahaan.
yang berasal dari hutang untuk membiayai Selain itu, perusahaan dengan pertumbuhan
investasi dan operasional perusahaan. Rasio penjualan yang tinggi juga memiliki motivasi
leverage menunjukkan risiko yang dihadapi oleh untuk melakukan manajemen laba guna
perusahaan. Apabila risiko yang dihadapi mempertahankan trend penjualan dan trend
semakin besar maka ketidakpastian untuk laba yang ada di perusahaan. Berdasarkan
menghasilkan laba di masa depan juga akan penjelasan diatas maka hipotesis yang diajukan
meningkat (Agustia,2013). Berdasarkan yaitu:
penjelasan diatas maka hipotesis yang diajukan H8 Pertumbuhan Penjualan berpengaruh
yaitu: terhadap manajemen laba.
H6 Leverage berpengaruh terhadap
manajemen laba Umur Perusahaan
Umur perusahaan digunakan untuk
Profitabilitas dan Manajemen Laba mengukur pengaruh lamanya perusahaan
Menurut Lukman (2009) dalam beroperasi terhadap kinerja perusahaan
Widyaningsih dan Purnamawati (2012), (Savitri, 2014). Menurut Bassiouny et al. (2016),
profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan yang telah lama berdiri memiliki
perusahaan untuk memperoleh laba, dimana kecenderungan untuk melakukan manajemen
setiap pengukuran dihubungkan dengan volume laba yang lebih rendah dibanding dengan
penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. perusahaan yang baru saja berdiri. Hal ini
Tingkat profitabilitas yang tinggi menunjukkan dikarenakan perusahaan yang telah lama berdiri
bahwa kinerja perusahaan baik dan telah memiliki reputasi dan berusaha
pengawasan telah dilakukan dengan baik dalam mempertahankannya dan telah memiliki
pandangan principal, sedangkan tingkat kemampuan untuk meminimalkan biaya dan
profitabilitas yang rendah menunjukkan hal meningkatkan kualitas dalam produksi dari
sebaliknya (Indri, 2011 dalam Widyaningsih dan pengalamnnya, sehingga perusahaan akan
Purnamawati, 2012). Berdasarkan penjelasan lebih mampu menghasilkan laba. Karena hal
diatas maka hipotesis yang diajukan yaitu: tersebut, maka perusahaan yang telah lama
berdiri memiliki kemungkinan yang lebih rendah

296
Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, Vol. 19,No. 1a, Issue 4 Nov 2017

untuk melakukan manajemen laba. METODE PENELITIAN


Berdasarkan penjelasan diatas maka hipotesis Penelitian ini menggunakan metode
yang diajukan yaitu: purposive sampling sebagai metode pemilihan
H9 Umur Perusahaan berpengaruh sampel, sehingga sampel yang memenuhi
terhadap manajemen laba. kriteria untuk digunakan dalam penelitian ini
sebanyak 76 perusahaan. Hasil ringkasan
pemilihan sampel adalah sebagai berikut:

Tabel 1 Prosedur Pemilihan Sampel


Jumlah Total
Keterangan
perusahaan Data
Perusahaan nonkeuangan yang secara konsisten terdaftar di
Bursa Efek Indonesia dari tahun 2013 sampai dengan 2015 382 1.146

Perusahaan yang tidak menyajikan laporan keuangan yang


berakhir pada tanggal 31 Desember selama periode 2013 (13) (39)
sampai dengan 2015
Perusahaan yang tidak menggunakan mata uang rupiah
dalam pelaporan keuangannya (66) (198)
Perusahaan yang tidak secara konsisten menghasilkan laba
setelah pajak selama periode penelitian (120) (360)
Perusahaan yang tidak memiliki kepemilikan saham
manajerial selama periode penelitian (102) (306)
Perusahaan yang datanya tidak lengkap (5) (15)
Sampel dan data yang digunakan dalam penelitian 228

Manajemen laba digunakan untuk Penelitian ini menggunakan proxy


mempercantik laporan keuangan dengan cara Kasznik (1999) dalam mengukur discretionary
manajer memanipulasi tindakan akrual yang accrual, karena dalam penelitian Siregar (2008),
tidak memiliki konsekuensi terhadap arus kas. model Kasznik (1999) memiliki nilai adjusted R
Menurut Savitri (2014), informasi mengenai laba square dan koefisien tertinggi dibandingkan
merupakan parameter penting dalam laporan dengan beberapa model lainnya untuk di
keuangan untuk mengukur manajemen laba. Indonesia. Berikut merupakan pengukuran
Manajemen melakukan manajemen laba untuk discretionary accruals dengan menggunakan
membuat laporan keuangan menjadi lebih baik proxy Kasznik (1999)
yang terkadang untuk memenuhi kepentingan
pribadinya.

TACi,t = NIi,t – CFOi,t

TACi,t = Total akrual perusahaan i pada tahun t


NIi,t = Laba bersih setelah pajak perusahaan i pada tahun t
CFOi,t = Arus kas operasi perusahaan i pada tahun t

TACi,t 1 ∆ADJREVi,t PPEi,t ∆CFOi,t


= αi,t + β1i,t + β2i,t + β3i,t +ε
Ai,t-1 Ai,t-1 Ai,t-1 Ai,t-1 Ai,t-1

TACi,t = Total akrual perusahaan i pada tahun t

297
ISSN: 1410 - 9875 Yunietha dan Agustin Palupi

∆ADJREVi,t = Perubahan revenues (disesuaikan dengan perubahan receivables) perusahaan i


pada tahun t
PPEi,t = Gross plant, property and equipment perusahaan i pada tahun t
∆CFOi,t = Perubahan arus kas operasi perusahaan i antara tahun t dengan tahun
sebelumnya
Ai,t-1 = Total aset perusahaan i pada tahun sebelumnya
ε = Residual error

1 ∆ADJREVi,t PPEi,t ∆CFOi,t


NDACi,t =αi,t +β1i,t +β2i,t +β3i,t
Ai,t-1 Ai,t-1 Ai,t-1 Ai,t-1

NDACi,t = Nondiscretionary accruals perusahaan i pada tahun t


∆ADJREVi,t = Perubahan revenues (disesuaikan dengan perubahan receivables) perusahaan i
pada tahun t
PPEi,t = Gross plant, property and equipment perusahaan i pada tahun t
∆CFOi,t = Perubahan arus kas operasi perusahaan i antara tahun t dengan tahun
sebelumnya

TACi,t
DACi,t = - NDACi,t
Ai,t-1

DACi,t = Discretionary accrual perusahaan i pada tahun t


TACi,t = Total akrual perusahaan i pada tahun
NDACi,t = Nondiscretionary accruals perusahaan i pada tahun t

Berdasarkan KNKG (2006), dewan Anggota dewan komisaris independen


komisaris merupakan organ perusahaan yang BOI =
Total anggota dewan komisaris
memilki tugas dan tanggungjawab secara
kolektif untuk melakukan pengawasan dan Auditing merupakan proses
memberikan nasihat kepada direksi serta pengumpulan dan evaluasi bukti terkait
memastikan bahwa perusahaan melaksanakan informasi untuk menentukan dan melaporkan
GCG. Board of Director diproksikan dengan kesesuaian antara bukti yang diperoleh dengan
(Swastika, 2013): informasi dan kriteria yang telah ditetapkan
(Arens et al., 2014:24). Kualitas audit diukur
BOD = Number of directors on the board dengan menggunakan variabel dummy. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Komisaris Independen adalah Swastika (2013), dimana 0 menjelaskan
komisaris yang tidak berasal dari pihak terafiliasi perusahaan yang diaudit oleh KAP non-big four
yaitu pihak yang mempunyai hubungan bisnis dan 1 menjelaskan perusahaan yang diaudit
dan kekeluargaan dengan pemegang saham oleh KAP big four.
pengendali, anggota direksi, dan dewan Ukuran perusahaan adalah ukuran dari
komisaris lain, serta dengan perusahaan itu besar atau kecilnya suatu perusahaan. Ukuran
sendiri (KNKG, 2006). Penelitian ini mengukur perusahaan tersebut didasarkan pada total
komisaris independen dengan menggunakan aktiva, penjualan, dan kapitalisasi pasar.
proxy sesuai dengan penelitian Agustia (2013) Berdasarkan Swastika (2013), ukuran
yaitu: perusahaan diukur dengan proxy:
FS = Ln(Total Aset)

298
Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, Vol. 19,No. 1a, Issue 4 Nov 2017

Menurut Agustia (2013), kepemilikan


manajerial adalah saham yang dimiliki oleh Net Income
manajemen baik secara pribadi maupun oleh ROA =
Total asset
anak cabang perusahaan beserta afiliasinya.
Proxy yang digunakan untuk kepemilikan Menurut Savitri (2014), pertumbuhan
manajerial dalam penelitian ini selaras dengan penjualan yang tinggi akan memberikan sinyal
penelitian Agustia (2013), yaitu: bagi para kreditur untuk memberikan kredit atau
memberikan pinjaman kepada perusahaan.
Jumlah saham yang dimiliki pihak manajemen Perusahaan juga cenderung akan melakukan
MO =
Total modal saham perusahaan yang beredar manajemen laba guna meningkatkan dan
memepertahankan trend laba dan trend
Menurut Van Horne dalam Savitri penjualan. Penelitian ini untuk pertumbuhan
(2014), leverage adalah biaya tetap dalam penjualan dengan menggunakan proxy dari
usaha yang digunakan perusahaan untuk penelitian Savitri (2014), yaitu:
meningkatkan profitabilitas. Penelitian ini
menggunakan Debt to Equity Ratio (DER) untuk Salesit -Salesit-1
mengukur leverage. Hal ini sesuai dengan SG =
Salesit-1
penelitian yang dilakukan oleh Savitri (2014),
yang merumuskan leverage dengan: Umur perusahaan adalah umur sejak
awal perusahaan didirikan hingga perusahaan
Total hutang
LEV = ×100% mampu menjalankan operasinya (Farid, 1998
Modal Sendiri dalam Savitri, 2014). Sejalan dengan penelitia;n
yang dilakukan Savitri (2014), penelitian ini
Profitabilitas merupakan kemampuan mengukur umur perusahaan dengan
perusahaan dalam memperoleh laba dimana
setiap pengukuran dihubungkan dengan volume AGE = Tahun berjalan – Tahun terbentuknya
penjualan, total aktiva maupun modal sendiri perusahaan
(Widyaningsih dan Purnamawati, 2012).
Penelitian ini mengukur profitabilitas dengan HASIL PENELITIAN
menggunakan rasio ROA (Return on Asset) Berikut ini disajikan hasil statistik
seperti Widyaningsih dan Purnamawati (2012) deskriptif dari seluruh varibel yang diuji dalam
dan Susanto (2013) dalam penelitiannya dan penelitian ini dan hasil pengujian hipotesis.
dirumuskan sebagai berikut:

Tabel 2 Hasil Uji Statistik Deskriptif


Variabel N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
BOD 228 2 22 4.41 2.632
BOI 228 .167 .667 .39380 .096164
FS 228 25.61948 33.13405 28.6313637 1.70937636
MO 228 7E-9 .672310419 .05107707670 .099643032208
LEV 228 .0792934 13.3322406 1.074792166 1.1626101012
ROA 228 .000242 .333992 .07403775 .061011709
SG 228 -.64727 2.98712 .1499476 .34743075
AGE 228 6 131 34.20 15.537
TA 228 133782751041 245435000000000 12525673143486.10 33119858537286.156
EM 228 .00013 .31872 .0483682 .04663298

299
ISSN: 1410 - 9875 Yunietha dan Agustin Palupi

Tabel 3 Hasil Uji Hipotesis


Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.
Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) .098 .065 1.495 .136
BOD .002 .001 .137 1.968 .050
BOI .014 .032 .029 .442 .659
AQ .011 .008 .113 1.437 .152
FS -.003 .002 -.107 -1.213 .226
1
MO -.023 .030 -.049 -.757 .450
LEV .002 .003 .038 .560 .576
ROA .193 .054 .252 3.567 .000
SG .028 .009 .207 3.149 .002
AGE .000 .000 -.053 -.816 .415

Hasil uji t menunjukkan bahwa Board of Hasil uji t menunjukkan bahwa Kualitas
Director (BOD) memiliki nilai signifikansi 0,050 audit (AQ) memiliki nilai signifikansi sebesar
sama dengan tingkat kesalahan sebesar 0,05. 0,152 lebih besar dari tingkat kesalahan dalam
Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan penelitian ini yang sebesar 0,05. Hasil ini
bahwa H1 tidak dapat diterima, yang berarti menunjukkan bahwa H3 tidak dapat diterima.
Board of Director (BOD) tidak terbukti Kualitas audit tidak terbukti berpengaruh
berpengaruh terhadap manajemen laba. Dari terhadap praktik manajemen laba. Artinya, baik
hasil ini, berarti kemungkinan baik dewan perusahaan tersebut diaudit oleh KAP big four
komisaris dalam jumlah besar maupun kecil maupun KAP non-big four tetap memiliki
manajemen perusahaan tetap berpeluang kemungkinan akan melakukan praktik
melakukan praktik manajemen laba. Hal ini manajemen laba. Hal ini kemungkinan
kemungkinan karena dengan adanya dewan dikarenakan baik auditor dari KAP big four
komisaris maka pengawasan terhadap kinerja maupun non-big four tetap tidak memiliki
manajemen menjadi lebih efektif, hal inilah yang informasi terkait isi laporan keuangan secara
menyebabkan manajemen sulit dalam lengkap seperti yang dimiliki oleh manajemen
melakukan tindak manajemen laba. perusahaan dan hanya mengaudit kesesuaian
Hasil uji t menunjukkan bahwa Board of laporan keuangan dengan standar yang
Independence (BOI) memiliki nilai signifikansi ditetapkan, sehingga keberadaan KAP big four
sebesar 0,659. Nilai signifikansi ini lebih besar maupun non-big four tidak mampu menekan
dari tingkat kesalahan sebesar 0,05. Hasil ini kemungkinan manajemen untuk melakukan
menunjukan bahwa H2 tidak dapat diterima, praktik manajemen laba.
artinya Board of Independence tidak terbukti Hasil uji t menunjukkan bahwa Ukuran
berpengaruh terhadap praktik manajemen laba. perusahaan (FS) memiliki nilai signifikansi
Dari hasil ini, berarti kemungkinan baik sebesar 0,226. Nilai tersebut lebih besar dari
perusahaan memiliki proprosi dewan komisaris tingkat kesalahan dalam penelitian ini sebesar
independen dalam jumlah besar maupun kecil 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa H4 tidak
tetap berpeluang melakukan praktik manajemen diterima, artinya Ukuran perusahaan tidak
laba karena pengangkatan komisaris terbukti berpengaruh terhadap Manajemen
independen hanya dilakukan untuk memenuhi Laba. Hal tersebut kemungkinan disebabkan
regulasi saja dan ketentuan bahwa komisaris karena besar atau kecilnya ukuran suatu
independen setidaknya 30% dari total komisaris perusahaan tidak menjadi indikasi suatu
belum cukup tinggi untuk mendominasi perusahaan melakukan praktik manajemen
kebijakan yang diambil, sehingga pengawasan laba, sehingga baik itu perusahaan kecil
yang dilakukan belum efektif. maupun perusahaan besar tetap berpeluang

300
Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, Vol. 19,No. 1a, Issue 4 Nov 2017

untuk melakukan manajemen laba. Hal ini bahwa, H6 tidak dapat diterima. Artinya,
karena baik perusahaan besar maupun kecil leverage tidak menjadi indikasi suatu
akan berupaya untuk menghindari political cost perusahaan akan melakukan praktik
yang muncul dimana biasanya perusahaan manajemen laba. Hal ini kemungkinan
besarlah yang dianggap lebih mampu dalam disebabkan karena jumlah hutang yang dapat
menghasilkan laba, hal ini mendorong dikonfirmasi dalam proses audit membuat
manajemen perusahaan untuk melakukan manajemen perusahaan tidak dapat melakukan
tindak manajemen laba untuk memperkecil manajemen laba dan perusahaan dengan
political cost yang mungkin terjadi. Hal lainnya modal yang lebih besar berasal dari pinjaman
adalah karena besar aset yang dimiliki akan diawasi lebih ketat oleh debitur sehingga
perusahaan bukan satu-satunya dasar perusahaan akan sulit melakukan manajemen
pengambilan keputusan oleh investor dan besar laba.
aset perusahaan tidak menjamin kinerja Hasil uji t menunjukkan bahwa
perusahaan itu akan baik atau buruk. Profitabilitas (ROA) memiliki nilai koefisien (B)
Hasil uji t menunjukkan bahwa sebesar 0,193 dan nilai signifikansi 0,000 lebih
Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh kecil dari tingkat kesalahan dalam penelitian
terhadap manajemen laba. Hal ini dapat dilihat sebesar 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa, H7
dari nilai signifikansi Kepemilikan manajerial dapat diterima, artinya profitabilitas
sebesar 0,450 yang lebih besar dari 0,05 berpengaruh positif terhadap terjadinya praktik
sehingga H5 tidak dapat diterima, artinya manajemen laba. Hal ini dikarenakan semakin
Kepemilikan manajerial tidak terbukti tinggi profitabilitas perusahaan, maka pajak
berpengaruh terhadap manajemen laba. Hal yang harus dibayarkan perusahaan akan
tersebut, kemungkinan disebabkan karena semakin besar, sehingga perusahaan
berapapun jumlah saham yang dimiliki oleh melakukan manajemen labanya dengan
manajemen perusahaan tidak berpengaruh menurunkan laba untuk mengurangi beban
terhadap terjadinya praktik manajemen laba pajak yang harus dibayar.
karena kepemilikan manajerial di Indonesia Hasil uji t menunjukkan bahwa
yang rata-rata kurang dari 5% menyebabkan Pertumbuhan penjualan (SG) memiliki nilai
manajer yang memiliki saham perusahaan signifikansi 0,002 lebih kecil dari tingkat
cenderung mengambil kebijakan untuk kesalahan sebesar 0,05 dan memiliki nilai
mengelola laba dengan sudut pandang koefisien regresi (B) sebesar 0,028.
keinginan investor, salah satuya dengan Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan
meningkatkan laba yang dilaporkan untuk bahwa H8 dapat diterima, yang berarti
menarik lebih banyak investor agar Pertumbuhan penjualan (SG) berpengaruh
menanamkan modal dan meningkatkan harga secara positif terhadap manajemen laba. Hal ini
saham perusahaan. Kepemilikan manajerial menunjukkan bahwa semakin besar
yang rendah juga menyebabkan manajemen pertumbuhan penjualan suatu perusahaan
perusahaan yang memiliki kepemilikan tidak maka semakin tinggi pula kemungkinan
mampu mempengaruhi kebijakan terutama terjadinya praktik manajamen laba. Apabila
dalam hal integritas laporan keuangan perusahaan memiliki tingkat pertumbuhan
perusahaan. Sehingga, besar kecilnya penjualan yang tinggi dapat dimanfaatkan oleh
kepemilikan manajerial yang ada di suatu manajemen perusahaan untuk mendapatkan
perusahaan tidak berpengaruh terhadap bonus yang lebih besar karenanya, manajemen
kemungkinan terjadinya tindak manajemen mungkin akan melakukan tindak manajemen
laba. laba. Alasan lainnya adalah karena semakin
Hasil uji t menunjukkan bahwa tinggi pertumbuhan penjualan perusahaan,
Leverage (LEV) memiliki nilai signifikansi 0,576 maka penghasilan yang diperoleh perusahaan
lebih besar dari tingkat kesalahan dalam akan semakin besar sehingga pajak yang harus
penelitian sebesar 0,05. Hasil ini menunjukkan dibayarkan perusahaan akan semakin besar.

301
ISSN: 1410 - 9875 Yunietha dan Agustin Palupi

Oleh karena itu, perusahaan melakukan PENUTUP


manajemen labanya dengan menurunkan laba Berdasarkan pengujian terhadap model
untuk mengurangi beban pajak yang harus regresi dalam penelitian ini, dapat disimpulkan
dibayar. bahwa terdapat dua variabel yang berpengaruh
Hasil uji t menunjukkan bahwa Umur terhadap praktik manajemen laba yaitu
Perusahaan (AGE) memiliki nilai signifikansi profitabilitas dan pertumbuhan penjualan.
0,415 lebih besar dari tingkat kesalahan dalam Sedangkan tiga variabel lain dalam penelitian
penelitian sebesar 0,05. Hasil ini menunjukkan ini, yaitu board of director, board of
bahwa, H9 tidak dapat diterima, artinya umur independence, kualitas audit, ukuran
perusahaan tidak terbukti berpengaruh perusahaan, kepemilikan manajerial, leverage,
terhadap kemungkinan terjadinya praktik dan umur perusahaan tidak berpengaruh
manajemen laba. Hal ini kemungkinan karena terhadap praktik manajemen laba. Keterbatasan
perusahaan yang lebih lama berdiri umumnya pada penelitian ini, yaitu penelitian hanya
telah memiliki reputasi, sehingga perusahaan mengambil sampel dari periode 2013- 2015,
akan membuat investor tertarik. Hal tersebut hanya menggunakan sembilan variabel
membuat perusahaan menjadi lebih mudah independen, dan adanya masalah
untuk mendapatkan tambahan dana karenanya heteroskedastisitas dalam penelitian. Penelitian
praktik manajemen laba tidak perlu dilakukan. selanjutnya dapat memperpanjang periode
Selain itu, penelitian ini juga membuktikan penelitian, menambah variabel yang
bahwa perusahaan yang baru saja berdiri tidak kemungkinan berpengaruh terhadap praktik
terbukti lebih agresif dalam melakukan manajemen laba seperti Institutional Ownership,
manajemen laba untuk menghindari pelaporan Net Profit Margin dan Free Cash Flow.
kerugian. Penelitian seklanjutnya juga dapat
menambahkan jumlah data sampel yang
digunakan.

REFERENSI:
Agustia, Dian. 2013. Pengaruh Faktor Good Corporate Governance, Free Cash Flow, dan Leverage
Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 15, No. 1, Mei 2013, 27-42.
Arens, Alvin A, Randal J Elder, and Mark Beasley. 2014. Auditing and Assurance Service 15th edition.
Pearson Edition.
Bassiouny, Sara W., Soliman, Mohamed Moustafa, and Ragab, Aiman. 2016. The Impact Of Firm
Characteristics On Earnings Management: An Empirical Study On The Listed Firms in Eqypt.
The Business and Management Review, Vol 7, No. 2.
Christiani, Ingrid, dan Yeterina Widi Nugrahanti. 2014. Pengaruh Kualitas Audit terhadap Manajemen
Laba. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol. 16, No. 1, Mei 2014, 52-62.
Godfrey, Jayne, et al. 2010. Accounting Theory 7th edition. John Willey & Sons Australia Ltd.
Hassan, Shehu Usman and Abubakar Ahmed. 2012. Corporate Governance, Earnings Management and
Financial Performance: A Case of Nigerian Manufacturing Firms. American International Journal
of Contemporary Research. Vol. 2, No. 17, July 2012, 214-226.
Jama’an. 2008. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, dan Kualitas Kantor Akuntan Publik
terhadap Integritas Informasi Laporan Keuangan (Studi Kasus Perusahaan Publik yang Listing
di BEJ). Thesis Program Pascasarjana, Universitas Diponegoro, Semarang.
Jensen, Michael C and William H. Meckling. 1976. Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency
Costs and Ownership Structure. Journal of Financial Economics, Vol. 3, 1976, 305-360.
Kasznik, Ron. 1999. On The Association Between Voluntary Disclosure and Earnings Management.
Journal of Accounting Research, Vol 37, No.1, 57-81.

302
Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, Vol. 19,No. 1a, Issue 4 Nov 2017

Pujiati, Evi Juliani, dan Muhammad Arfan. 2013. Struktur Kepemilikan dan Kompensasi Bonus serta
Pengaruhnya Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2006-2010. Jurnal Telaah & Riset Akuntansi, Vol. 6, No. 2, 122 – 139.
Purwanti, Rahayu B, dan Shiddiq Nur Rahardjo. 2012. Pengaruh Kecakapan Manajerial, Kualitas Auditor,
Komite Audit, Firm Size dan Leverage Terhadap Earnings Management (Studi Empiris Pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2008-2010). Diponegoro Journal of
Accounting. Vol. 1, No. 1, 1-12.
Santoso, Agnes Febriana dan Eko Pudjolaksono. 2013. Pengaruh Good Corporate Governance
Terhadap Earnings Management pada Badan Usaha Sektor Property dan Real Estate Yang
Terdaftar di BEI Periode 2009-2012. Calyptra:Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya,
Vol 2, No. 2, 1 – 20.
Savitri, Enni. 2014. Analisis Pengaruh Leverage dan Siklus Hidup terhadap Manajemen Laba Pada
Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi,
Vol. 3, No. 1, hal. 72–89.
Setiawan, Teguh 2009. Analisis Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Praktek
Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa efek Indonesia Periode
2005-2007. Jurnal Akuntansi Kontemporer. Vol. 1, No. 2, 99-122.
Siregar, Sylvia Veronica dan Sidharta Utama. 2008. Type of Earnings Management and The Effect of
Ownership Structure, Firm Size, and Corporate-Governance Practices: Evidence from
Indonesia. The International Journal of Accounting 43, 1-27.
Subramanyam, K.R and Wild, John J. 2014. Financial Statement Analysis, Eleven Edition. Mc Graw Hill.
Susanto, Yulius Kurnia. 2013. The Effect of Corporate Governance Mechanism on Earnings
Management Practice. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 15, No. 2, 157-167
Susanto, Yulius Kurnia dan Arya Pradipta. 2016. Corporate Governance and Real Earnings
Management. International Journal of Business, Economics and Law, 9 (1): 17-23
Susanto, Yulius Kurnia. 2016. The Effect of Audit Committees and Corporate Governance on Earnings
Management: Evidence from Indonesia Manufacturing Industry. International Journal of Business,
Economics and Law, 10 (1): 32-37
Watts, Ross L, Jerold L, Zimmerman. 1978. Towards s Positive Theory of the Determination of
Accounting Standars. The Accounting Review, Vol. L111 No. 1.
Widyaningsih, Aristanti dan Cynthia Ayu Purnamawati. 2012. Pengaruh Beban Pajak Tangguhan dan
Profitabilitas terhadap Manajemen Laba. Forum Bisnis & Keuangan I th, 323 – 339.

303

Anda mungkin juga menyukai