Anda di halaman 1dari 20

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP

KUALITAS PELAPORAN KEUANGAN

Chikita Panjaitan
Universitas Cenderawasih
Jayapura
Email: chikita.panjaitan74@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris apakah mekanisme
corporate governance mempunyai pengaruh terhadap kualitas pelaporan keuangan.
Mekanisme Corporate Governance terdiri dari Dewan Komisaris Independen, Kepemilikan
Manajerial, dan Kepemilikan Institusional sebagai variabel independen. Dewan Komisaris
Independen diukur menggunakan presentase jumlah anggota dewan komisaris independen
terhadap jumlah anggota dewan komisaris, Kepemilikan Manajerial diukur menggunakan
presentase jumlah saham yang dimiliki manajemen dari total saham perusahaan yang beredar,
dan Kepemilikan Institusional diukur menggunakan presentase jumlah saham yang dimiliki
institusi dari total saham perusahaan yang beredar. Kualitas Pelaporan Keuangan yang
diproksikan dengan menggunakan rumus Discretionary Accrual sebagai variabel dependen.
Penelitian ini juga menggunakan Umur Perusahaan, Jenis Industri, Kualitas Audit, Leverage,
Likuiditas, dan Growth sebagai variabel kontrol.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersumber dari
Bursa Efek Indonesia. Sampel penelitian sebanyak 13 perusahaan go public di Bursa Efek
Indonesia, dimana metode yang digunakan adalah purposive sampling yaitu suatu metode
pengambilan sampel dengan cara menetapkan kriteria-kriteria tertentu. Dengan metode
pooling data (tahun 2011-2015) jumlah sampel (n) = 65. Teknik analisis data menggunakan
regresi linear berganda dalam pengujian hipotesisnya.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa hanya dewan komisaris dan kepemilikan
manajerial yang berpengaruh terhadap kualitas pelaporan keuangan, sedangkan kepemilikan
institusional tidak berpengaruh terhadap kualitas pelaporan keuangan. Ini didukung dengan
hasil uji koefisien determinasi yaitu 0,19 yang berarti 19% variasi variabel dependen yang
dapat dijelaskan oleh variabel independen dan sisanya 81% dijelaskan oleh variabel lain di
luar model.

Kata Kunci : Corporate Governance, Dewan Komisaris, Kepemilikan Manajerial,


Kepimilikan Institusional, dan Kualitas Pelaporan Keuangan.
PENDAHULUAN
Kualitas pelaporan keuangan berkaitan erat dengan kinerja perusahaan yang
diwujudkan dalam laba perusahaan yang diperoleh pada tahun berjalan. Pelaporan keuangan
dikatakan berkualitas jika laba tahun berjalan dapat menjadi indikator yang baik untuk laba
perusahaan dimasa yang akan datang atau berasosiasi secara kuat dengan arus kas operasi di
masa yang akan datang (Lev & Thiagarajan, 1993). Pelaporan keuangan bertujuan untuk
memberikan informasi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan. Di samping itu juga untuk
menunjukkan pertanggung jawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang
dipercayakan kepada mereka, sehingga dapat menarik para investor dan kreditur.
Pelaporan keuangan sangat penting karena berisi informasi keuangan yang di dalam
penggunaannya bisa berpengaruh terhadap pengambilan keputusan ekonomi dan menjadi
tantangan tersendiri dalam manajemen perusahaan untuk menyajikan pelaporan keuangan
yang berkualitas. Penyajian laporan keuangan yang manipulatif sering terjadi di dalam
manajemen perusahaan, sehingga menyebabkan informasi dalam pelaporan keuangan
dilaporkan tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya. Hal tersebut membuat informasi laba
menjadi menyesatkan dan adanya kesempatan manajemen untuk memanipulasikan dan
mengalihkan laba untuk kepentingan sendiri yang akan menyebabkan kualitas pelaporan
keuangan menjadi buruk dan menurunkan rasa kepercayaan dari para pemegang saham.
Sehingga mekanisme corporate governance yang diterapkan di dalam perusahaan akan
dipertanyakan oleh pemilik modal atau para pemegang saham.
Mekanisme corporate governance merupakan rangkaian, proses, kebijakan dan aturan
yang mempengaruhi pengelolaan serta pengontrolan suatu perusahaan yang bertujuan untuk
menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders). Corporate
governance merupakan suatu subyek yang memiliki banyak aspek. Topik utamanya adalah
akuntabilitas dan tanggung jawab untuk melindungi kepentingan pemegang saham melalui
pelaksanaan mekanisme corporate governance. Selain itu juga untuk mengoptimalkan hasil
efisiensi ekonomi dan kesejahteraan para pemegang saham.
Sisi lain dari tata kelola perusahaan yaitu pemangku kepentingan yang ingin
mendapatkan perhatian lebih terhadap pihak-pihak lain selain pemegang saham, contohnya
seperti karyawan atau lingkungan sekitar. Selain itu juga tata kelola perusahaan memiliki
peran penting dalam pencapaian tujuan perusahaan di mana dewan komisaris menjadi salah
satu aspek pendukung dalam menjalankan corporate governance dalam pengawasan internal
perusahaan. Dewan komisaris independen ini juga akan berupaya untuk dapat menciptakan
keadilan dan kesetaraan di antara berbagai macam kepentingan perusahaan.
Manajemen memastikan seluruh rangkaian operasi perusahaan direncanakan dengan
melakukan fungsi pengawasan yang memberikan evaluasi, rekomendasi, serta saran kepada
manajemen dalam menjalankan operasi perusahaan agar berjalan dengan baik. Hal ini akan
meningkatkan transparansi dan tanggung jawab manajemen untuk menghasilkan kinerja
perusahaan yang lebih baik lagi.
Tata kelola perusahaan atau corporate governance menjelaskan tentang hubungan
antara partisipan yang lebih mengarah kepada kinerja perusahaan. Kebangkrutan terbesar
yang pernah dirasakan oleh Indonesia yaitu pada tahun 1998, pada tahun tersebut Indonesia
mengalami krisis berkepanjangan yang sangat buruk. Isu tersebut menjadi isu terbesar
sepanjang sejarah di Indonesia. Akibatnya bisnis perusahaan terpuruk dalam masalah
perdagangan termasuk runtuhnya kinerja-kinerja perusahaan.
Banyak pihak yang mengatakan salah satu faktor terjadinya krisis ekonomi adalah
lemahnya corporate governance yang diterapkan dalam perusahaan di Indonesia. Sejak saat
itu, baik pemerintah maupun investor mulai memberikan perhatian yang cukup signifikan
dalam praktek corporate governance.
Meningkatnya persaingan di era globalisasi memberikan dampak besar kepada
perusahaan-perusahaan untuk menekan biaya operasional yang lebih rendah serta
meningkatkan kinerja perusahaan. Dengan mengutamakan penerapan corporate governance,
perusahaan-perusahaan akan lebih mudah untuk mengontrol biaya operasional yang
dikeluarkan. Dengan adanya corporate governance diharapkan manajer akan bekerja dengan
kebijakan-kebijakan yang tidak memihak untuk kepentingan mereka sendiri, tetapi dengan
kebijakan yang menjaga kepentingan pemegang saham atau pemilik perusahaan, dimana
ujung dari kinerja perusahaan adalah laba yang berkualitas, yang dapat bermanfaat bagi
semua penggunanya untuk pengambilan keputusan.
Pada saat ini perusahaan dituntut untuk memiliki sistem corporate governance yang
baik di dalam perusahaan agar perusahaan berjalan dengan lancar dan sesuai yang
diharapkan. Perusahaan sangat membutuhkan pengawasan pemegang saham dan tanggung
jawab manajemen dalam mengendalikan sistem corporate governance (Shkolnikov, 2005).
Di dalam perusahaan memang harus terdapat mekanisme pengawasan manajemen baik
internal (berdasarkan organisasi) maupun eksternal (berdasarkan pasar) agar manajemen
perusahaan selalu berjalan dan terkontrol dengan baik dan semestinya. Perusahaan harus
memastikan juga sistem pengendalian internal di dalam perusahaan bekerja dengan baik.
Dewan komisaris merupakan salah satu karakteristik dewan yang berhubungan
dengan kandungan informasi laba. Melalui tugasnya untuk melakukan pengawasan terhadap
penyusunan laporan keuangan yang dapat mempengaruhi pihak manajemen perusahaan
sehingga dengan adanya dewan komisaris perusahaan mendapatkan suatu laporan laba yang
akurat (Boediono, 2005).
Dewan komisaris, kepemilikan manajerial dan kompensasi eksekutif merupakan
mekanisme pengawasan internal yang mempunyai peran untuk melindungi kepentingan
pemegang saham dan pemilik. Disisi lain kepemilikan pihak luar, monitoring debtholder,
peraturan pemerintah (perlindungan kepemilikan investor) merupakan mekanisme
pengawasan eksternal yang membantu pengawasan internal untuk pengawasan efektif di
dalam perusahaan. Adanya dewan komisaris independen diharapkan mampu meningkatkan
peran dewan komisaris sehingga tercipta good corporate governance di dalam perusahaan.
Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen
melalui proses monitoring secara efektif sehingga mengurangi tindakan manajemen
melakukan manajemen laba. Menurut (Boediono, 2005) kepemilikan institusional memiliki
kemampuan untuk mengurangi insentif para manajer yang mementingkan diri sendiri melalui
tingkat pengawasan yang intens.
Kepemilikan saham institusional dapat mengurangi praktek manajemen laba yang ada
di dalam perusahaan yang dapat menyebabkan kualitas pelaporan keuangan menjadi rendah
dengan mekanisme monitoring. Kepemilikan manajemen berpotensi menyelaraskan
perbedaan kepentingan antara manajemen perusahaan dengan pemegang saham luar (Jensen
& Meckling, 1976). Kepemilikan saham institusional juga memiliki hubungan positif dan
signifikan terhadap kualitas informasi pelaporan keuangan (Fanani, 2008). Dengan adanya
kepemilikan manajerial akan mendorong pihak manajemen untuk bertindak sejalan dengan
keinginan pemegang saham dengan meningkatkan kinerja perusahaan. Pengawasan dilakukan
bertujuan untuk meminimalkan terjadinya kecurangan yang dapat merugikan pemegang
saham. Kualitas pelaporan yang tinggi sangat dipengaruhi oleh besarnya saham yang
dimiliki, maka itu kualitas pelaporan keuangan perusahaan dapat dipengaruhi oleh faktor-
faktor seperti proporsi dewan komisaris, kepemilikan saham manajemen dan kepemilikan
saham institusional.
Penelitian sebelumnya (Iswara, 2016) menjelaskan tentang mekanisme corporate
governance yang terdiri dari proporsi dewan komisaris independen, kepemilikan manajerial,
dan kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap kualitas pelaporan keuangan.
Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa proporsi dewan komisaris independen berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kualitas pelaporan keuangan. Namun Kepemilikan manajerial
dan kepemilikan institusional memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap kualitas
pelaporan keuangan. Penelitian yang dilakukan oleh (Yasmeen & Hermawati, 2015)
menjelaskan tentang tata kelola perusahaan yang menghubungkan antara berbagai partisipan
dalam perusahaan yang menentukan arah kinerja perusahaan. Good corporate governance
diukur dari kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan dewan komisaris dan
variabel pendukungnya berupa umur perusahaan (age) dan leverage perusahaan. Berdasarkan
hasil pengujian hipotesis leverage berpengaruh signifikan terhadap kualitas pelaporan
keuangan, sedangkan dewan komisaris, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial
dan umur perusahaan (age) tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas pelaporan
keuangan.

KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS


Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris terhadap Kualitas Pelaporan Keuangan
Teori keagenan berkaitan dengan hubungan principal dan agen dengan adanya
pemisahan kepemilikan dan pengendalian perusahaan. Hubungan antara principal dan agen,
mengikat agen untuk memberikan jasa sebagai bagian principal yang meliputi delegasi
beberapa otoritas pembuatan keputusan (Jensen & Meckling, 1976). Dalam beberapa kondisi,
principal membayar agen untuk mengeluarkan sumber daya (biaya pengikatan) untuk
menjamin agar agen tidak akan melakukan tindakan tertentu yang dapat membahayakan
principal atau meyakinkan principal akan mendapat kompensasi jika terjadi tindakan yang
merugikan principal. Para pemegang saham sebagai pemilik kekayaan, memberikan amanat
kepada manajemen untuk mengelola kekayaan tersebut.
Pemisahan fungsi pengelolaan dan kepemilikan antara manajemen dan pemegang
saham menyebabkan pengelolaan yang dilakukan manejemen akan dikontrol oleh pemegang
saham sebagai pihak yang menginvestasikan kekayaannya. Konflik keagenan antara principal
dan agent muncul karena adanya asimetri informasi. Asimetri informasi adalah suatu kondisi
yang terjadi apabila dua pihak memiliki informasi yang berbeda, di mana salah satu pihak
memiliki informasi yang lebih jelas dan terperinci dibandingkan dengan pihak lainnya.
Dalam kerangka teori keagenan, terdapat tiga macam hubungan keagenan, yaitu: 1)
hubungan keagenan antara manajer dengan pemilik, 2) hubungan keagenan antara manajer
dengan kreditur dan 3) hubungan keagenan antara manajer dengan pemerintah (Smith &
Jensen, 1984). Hal ini berarti ada kecenderungan bagi manajer untuk melaporkan sesuatu
dengan cara-cara tertentu dalam rangka memaksimalkan utilitas mereka dalam hal
hubungannya dengan pemilik, kreditur maupun pemerintah (Purwandari & Purwanto, 2012).
Proporsi dewan komisaris menunjukkan presentase jumlah anggota komisaris
independen dalam perusahaan. Komisaris independen berasal dari luar perusahaan yang
berfungsi untuk melakukan pengawasan atas kinerja dan kebijakan manajemen secara
keseluruhan (Susiana & Herawaty, 2007). Komisaris independen bertujuan untuk
memberikan keseimbangan dalam pengambilan keputusan khusunya dalam rangka
perlindungan terhadap pemegang saham minoritas dan pihak-pihak lain yang terkait.
Independensi anggota dewan komisaris memberikan kepercayaan bahwa pengawasan intensif
dilakukan atas aktivitas perusahaan. Semakin besar proporsi dewan komisaris independen
maka semakin optimal pengawasan yang dilakukan sehingga menghasilkan pelaporan
keuangan berkualitas (Iswara, 2016). Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis yang diajukan
sebagai berikut:
H1: Proporsi dewan komisaris berpengaruh terhadap kualitas pelaporan keuangan.
Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Kualitas Pelaporan Keuangan
Teori keagenan berkaitan dengan hubungan principal dan agen dengan adanya
pemisahan kepemilikan dan pengendalian perusahaan. Hubungan antara principal dan agen,
mengikat agen untuk memberikan jasa sebagai bagian principal yang meliputi delegasi
beberapa otoritas pembuatan keputusan (Jensen & Meckling, 1976). Dalam beberapa kondisi,
principal membayar agen untuk mengeluarkan sumber daya (biaya pengikatan) untuk
menjamin agar agen tidak akan melakukan tindakan tertentu yang dapat membahayakan
principal atau meyakinkan principal akan mendapat kompensasi jika terjadi tindakan yang
merugikan principal. Para pemegang saham sebagai pemilik kekayaan, memberikan amanat
kepada manajemen untuk mengelola kekayaan tersebut.
Kepemilikan manajerial menunjukkan presentase jumlah saham yang dimiliki oleh
pihak manajemen dalam perusahaan. Kepemilikan manajemen merupakan salah satu
mekanisme yang dapat membatasi perilaku oportunistik manajer dalam bentuk earnings
management (Siregar & Utama, 2005). Dengan adanya kepemilikan manajemen terhadap
saham perusahaan maka dipandang dapat menyelaraskan potensi perbedaan kepentingan
antara manajemen dan pemegang saham. Semakin besar proporsi kepemilikan manajemen,
maka manajemen cenderung berusaha lebih giat untuk kepentingan pemegang saham (Iswara,
2016). Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis yang diajukan sebagai berikut:
H2: Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kualitas pelaporan keuangan.

Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Kualitas Pelaporan Keuangan

Teori keagenan berkaitan dengan hubungan principal dan agen dengan adanya
pemisahan kepemilikan dan pengendalian perusahaan. Hubungan antara principal dan agen,
mengikat agen untuk memberikan jasa sebagai bagian principal yang meliputi delegasi
beberapa otoritas pembuatan keputusan (Jensen & Meckling, 1976). Dalam beberapa kondisi,
principal membayar agen untuk mengeluarkan sumber daya (biaya pengikatan) untuk
menjamin agar agen tidak akan melakukan tindakan tertentu yang dapat membahayakan
principal atau meyakinkan principal akan mendapat kompensasi jika terjadi tindakan yang
merugikan principal. Para pemegang saham sebagai pemilik kekayaan, memberikan amanat
kepada manajemen untuk mengelola kekayaan tersebut.
Kepemilikan institusional menunjukkan presentase kepemilikan saham yang dimiliki
oleh institusi yang berada di luar perusahaan. (Siregar & Utama, 2005) menyatakan bahwa
kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham perusahaan oleh institusi keuangan,
seperti perusahaan asuransi, bank, dan dana pensiun. Kepemilikan institusional memiliki
pengaruh signifikan terhadap kualitas informasi pelaporan keuangan karena investor
institusional memiliki kemampuan untuk memonitor tindakan manajemen. Struktur
kepemilikan institusi yang tinggi, menyebabkan kontrol perusahaan semakin intensif
sehingga meminimalkan terjadinya kecurangan dan penyalahgunaan sumber daya perusahaan
serta dapat meningkatkan kualitas pelaporan keuangan (Iswara, 2016). Berdasarkan uraian
tersebut, hipotesis yang diajukan sebagai berikut:
H3: Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kualitas pelaporan keuangan.

Model Penelitian
Akrual merupakan selisih antara kas dan laba. Akrual terdiri dari discretionary
accruals dan non discretionary accruals. Kualitas pelaporan keuangan dalam penelitian ini
menggunakan discretionary accrual. Discretionary accrual menjadi atribut kualitas
pelaporan keuangan karena atribut ini sudah diterima dan sering digunakan oleh banyak
kalangan. Discretionary accrual adalah komponen akrual yang memungkinkan manajer
untuk melakukan intervensi dalam proses penyusunan pelaporan keuangan sehingga laba
yang dilaporkan dalam laporan keuangan tidak mencerminkan kondisi perusahaan yang
sebenarnya. Semakin besar nilai discretionary accrual, maka indikasi adanya manajemen
laba semakin besar dan kualitas pelaporan keuangan akan menjadi semakin rendah. Laporan
keuangan adalah catatan informasi suatu entitas pada suatu periode akuntansi yang dapat
digunakan untuk menggambarkan kinerja entitas tersebut. Laporan keuangan merupakan
laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan
oleh suatu entitas pelaporan. Tujuan pelaporan keuangan adalah untuk menyediakan
informasi perusahaan yang bermanfaat bagi investor, kreditur, dan pihak berkepentingan lain
untuk pengambilan keputusan. Kualitas pelaporan keuangan merupakan representasi akurasi
dari kinerja keseluruhan perusahaan dan kinerja dalam pasar modal yang diwujudkan dalam
bentuk imbalan (Fanani, 2008). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas pelaporan
keuangan. Faktor-faktor tersebut yaitu dewan komisaris, kepemilikan manajerial dan
kepemilikan institusional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
dewan komisaris, kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional terhadap kualitas
pelaporan keuangan. Sehingga adapun model penelitian dari penelitian ini sebagai berikut :

Gambar 1. Model Penelitian


Variabel Independen
DEWAN KOMISARIS (X1)
H1

KEPEMILIKAN
MANAJERIAL (X2) H2

KEPEMILIKAN
INSTITUSIONAL (X3)
H3
Variabel Dependen

Variabel Kontrol KUALITAS


KUALITAS
PELAPORAN
PELAPORAN
UMUR PERUSAHAAN (X4)
KEUANGAN (Y)
KEUANGAN (Y)

JENIS INDUSTRI (X5)

KUALITAS AUDIT (X6)

LEVERAGE (X7)

LIKUIDITAS (X8)

GROWTH (X9)

Sumber : (Dikembangkan oleh penulis, 2017)


METODE PENELITIAN
Populasi dan Penarikan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini yaitu semua perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode tahun 2011-2015, yang berjumlah 90 perusahaan. Sampel penelitian
berjumlah 13 perusahaan dari tahun 2011-2015 yang diperoleh dengan menggunakan metode
purposive sampling. Tabel berikut ini merangkum pemilihan sampel:
Tabel 1. Pemilihan sampel penelitian

Langkah Keterangan Jumlah Perusahaan

1 Perusahan yang terdaftar di BEI tahun 2011- 90


2015
Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan
keuangan secara lengkap dan diaudit dengan
2 periode pelaporan tahunan yang berakhir (46)
pada 31 Desember 2011 sampai dengan 31
Desember 2015
Perusahaan yang menggunakan mata uang
3 (0)
dollar.
Perusahaan yang dalam laporan
4 keuangannya mendapatkan rugi (7)

5 Perusahaan yang tidak memiliki


kelengkapan data yang dibutuhkan selama
(24)
periode pengamatan

Jumlah Sampel 13
Sehingga total data yang diteliti pada tahun 2011-2015 adalah 13 x 5 = 65

Jenis data dalam penelitian ini adalah jenis data kuantitatif dan sumber data yang
digunakan dalam penelitian ini akan diperoleh dari situs Bursa Efek Indonesia (BEI)
www.idx.co.id dan berdasarkan annual report serta laporan keuangan perusahaan go public
yang dipublikasikan pada website masing-masing perusahaan mulai dari tahun 2011-2015.

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel


Variabel yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
Tabel 2. Identifikasi dan Pengukuran Variabel
Variabel Definisi Operasional Pengukuran
Variabel Dependen (Y) Representasi akurasi dari kinerja 1. Menghitung total akrual
Kualitas Pelaporan perusahaan secara keseluruhan, dengan menggunakan
Keuangan diproksikan dengan Discretionary pendekatan aliran kas, yaitu:
accrual yang dikembangkan oleh TAccrjt= NIjt – CFOjt
(Khotari, Leone, & Wasley, 2005). Dimana :
Discretionary accrual adalah TA = Total Akrual
komponen akrual yang memungkinkan NI = Laba bersih kas dari
manajer untuk melakukan intervensi aktivitas operasi perusahaan i
dalam proses penyusunan pelaporan pada periode ke t
keuangan. CFO it = Arus kas dari aktivitas
operasi perusahaan i pada
periode ke t
2. Menentukan koefisien dari
regresi total akrual :
TAccrjt / Ajt-1 = (1/Ajt-
1)+β1ΔREVjt/Ajt-
1+β2PPEjt/Ajt-1+β3ROAjt+ε
Dimana :
TACCrjt = Total akrual
perusahaan i pada tahun t (yang
dihasilkan dari perhitungan
nomor 1 di atas)
Ajt-1 = Total aset perusahaan i
pada akhir tahun t-1
ΔREV it = Perubahan laba
perusahaan i pada tahun t
PPE it = Property, plant and
equipment perusahaan i pada
tahun t
ROA it = Return on assets
perusahaan i pada akhir tahun t
3. Menentukan non-
discretionary accrual :
NDAccrjt = ’(1/Ajt-
1)+β1’ΔREVjt/Ajt-
1+β2’PPEjt/Ajt-1+β3’ROAjt+ε
Dimana :
NDAccrjt = non-discretionary
accrual (yang dihasilkan dari
perhitungan nomor 2 di atas)
Ajt-1 = Total aset perusahaan i
pada akhir tahun t-1
ΔREV it = Perubahan laba
perusahaan i pada tahun t
PPE it = Property, plant and
equipment perusahaan i pada
tahun t
ROA it = Return on assets
perusahaan i pada akhir tahun t
4. Menentukan discretionary
accrual :
DAccrjt = TAccrjt/Ajt-1 –
NDAccrjt
Dimana :
DAccrjt = discretionary accrual
TACCrjt = Total akrual
perusahaan i pada tahun t (yang
dihasilkan dari perhitungan
nomor 1 di atas)
Ajt-1 = Total aset perusahaan i
pada akhir tahun t-1
NDAccrjt = non-discretionary
accrual (yang dihasilkan dari
perhitungan nomor 3 di atas)
Variabel Independen Proporsi dewan komisaris independen Diukur dengan presentase
(X1) Dewan Komisaris adalah jumlah anggota dewan jumlah anggota komisaris
komisaris independen terhadap seluruh independen terhadap jumlah
anggota dewan komisaris. Pengukuran anggota dewan komisaris.
berdasarkan ukuran yang dilakukan
(Hidayat & Elisabet, 2009).
Variabel Independen Kepemilikan manajerial adalah jumlah Diukur dengan presentase
(X2) Kepemilikan kepemilikan saham oleh pihak jumlah saham yang dimiliki
Manajerial manajemen perusahaan secara pribadi manajemen dari total saham
terhadap total jumlah saham beredar. perusahaan yang beredar.
Pengukuran berdasarkan ukuran
(Hidayat & Elisabet, 2009).
Variabel Independen Kepemilikan institusional adalah Diukur dengan presentase
(X3) Kepemilikan jumlah kepemilikan saham oleh jumlah saham yang dimiliki
Institusional investor institusi dalam dan luar negeri institusi dari total saham
terhadap total jumlah saham yang perusahaan yang beredar.
beredar. Pengukuran berdasarkan
ukuran (Hidayat & Elisabet, 2009).
Variabel Kontrol (X4) Umur perusahaan adalah lamanya Diukur dengan selisih antara
Umur Perusahaan perusahaan beroperasi. Semakin lama tahun observasi penelitian
perusahaan beroperasi, menunjukkan dengan tahun perusahaan berdiri.
kinerja perusahaan yang lebih stabil
sehingga pengelolaan usaha dan
informasi menjadi lebih efisien.
Perusahaan yang matang
menungkinkan berada dalam keadaan
operasi dan kinerja keuangan yang
kokoh dan memiliki variabilitas lebih
kecil dalam akrualnya (Gu, Lee, &
Rosett, 2004).
Variabel Kontrol (X5) Jenis industri adalah penggolongan Diukur dengan menggunakan
Jenis Industri perusahaan berdasarkan klasifikasi variabel dummy, skor 1 untuk
industri. Setiap industri memiliki perusahaan yang tergolong
karakteristik serta risiko lingkungan industri manufaktur dan skor 0
yang berbeda. Risiko yang melekat untuk perusahaan yang tergolong
pada industri manufaktur meliputi industri non-manufaktur.
risiko kesulitan memperoleh bahan
baku karena kelangkaan bahan baku
dan ketegantungan pada impor atau
pemasok tertentu, serta risiko dampak
lingkungan dan unjuk rasa
ketidakpuasan akibat pencemaran
lingkungan di sekitar lingkungan
setempat. Risiko yang lebih tinggi dari
industri manufaktur dibandingkan
dengan industri lainnya menyebabkan
pelaporan keuangan perusahaan
manufaktur memiliki kualitas rendah.
Variabel Kontrol (X6) Kualitas audit adalah skala besarnya Diukur menggunakan variabel
Kualitas Audit kantor akuntan publik (KAP). KAP dummy, skor 1 untuk auditor Big
besar memiliki prosedur audit yang Four dan skor 0 untuk auditor
lebih terstruktur dibandingkan dengan non Big Four.
KAP kecil sehingga audit laporan
keuangan menjadi lebih akurat. Dengan
adanya monitoring yang berkualitas
dari pihak eksternal perusahaan dapat
mengurangi potensi terjadinya
kecurangan sehingga dapat
meningkatkan kualitas pelaporan
keuangan. Pengukuran berdasarkan
modifikasi ukuran Francis dalam (Yu,
2007).
Variabel Kontrol (X7) Leverage adalah bagian sumber
Leverage pendanaan untuk operasional maupun
investasi yang berasal dari luar
perusahaan. Leverage perusahaan total utang
menjadi semakin besar apabila utang total aset
yang dimiliki perusahaan juga besar.
Besarnya rasio utang mencerminkan
kompleksitas dan risiko keuangan.
Variabel leverage diukur berdasarkan
(DeAngelo & Skinner, 1994).
Variabel Kontrol (X8) Likuiditas menunjukkan kemampuan
Likuiditas perusahaan secara jangka pendek
menutupi liabilitas ketika perusahaan aset lancar
mengalami kebangkrutan. Pengukuran utang lancar
berdasarkan ukuran Pagalung dalam
(Hamidah, Fanani, & Ningsih, 2009).
Variabel Kontrol (X9) Growth adalah kombinasi antara aset
Growth yang dimiliki (assets in place) dan
pilihan investasi di masa mendatang. total aset pada tahun t - total aset
Rasio pertumbuhan total aset pada tahun sebelumnya
digunakan untuk mengukur total aset tahun sebelumnya
kemampuan perusahaan dalam
melakukan investasi. Menurut (Gu,
Lee, & Rosett, 2004), para manajer
perusahaan yang memiliki
pertumbuhan tinggi akan lebih banyak
menggunakan pelaporan keuangan
untuk menandai informasi mereka
mengenai kesempatan pertumbuhan
perusahaan di masa yang akan datang.
Pengukuran berdasarkan ukuran (Gu,
Lee, & Rosett, 2004).

Metode Analisis Data


Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dengan model persamaan sebagai
berikut:
FRQ = + β1COMMS + β2MOWN + β3IOWN + β4AGE + β5INDST + β6AUDT +
β7LEVER + β8LIKUID + β9GROWTH + ε
Dimana :
FRQ = Financial reporting quality (Kualitas pelaporan keuangan)
COMMS = komisaris independen
MOWN = kepemilikan manajerial
OWN = kepemilikan institusional
AGE = umur perusahaan
INDST = jenis industri
AUDT = kualitas audit
LEVER = leverage
LIKUID = likuiditas
GROWTH = pertumbuhan
ε = error

HASIL
Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif variabel penelitian ini ditunjukkan pada tabel 3 berikut ini:
Tabel 3. Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
KPK 65 -.155 .508 .02397 .118316
DK 65 .250 2.000 .79008 .395139
KM 65 .000 .449 .05132 .106584
KI 65 .146 .978 .65957 .222035
UP 65 12 69 35.34 16.118
JI 65 0 0 .00 .000
KA 65 0 1 .54 .502
LEV 65 .082 1.132 .72880 .241825
LIKUID 65 .053 14.732 1.89405 2.933769
GROWTH 65 -1.014 1.145 .14662 .236840
Valid N (listwise) 65
Sumber data olahan SPSS 16
Berdasarkan pengolahan data mentah dari penelitian ini, dapat dilihat sebagaimana
diringkas pada tabel 3 di atas menunjukkan bahwa jumlah sampel atau N data valid yang
diteliti adalah sebanyak 65 sampel dari tahun 2011-2015. Data Discretionary Accrual yang
merupakan proksi dari variabel kualitas pelaporan keuangan dan merupakan model dalam
variabel dependen menunjukkan nilai minimum sebesar -0,155 dan untuk nilai maksimum
sebesar 0,508, sedangkan untuk nilai mean atau rata-ratanya sebesar 0,02397 dengan sebaran
data penelitian yang ditunjukkan oleh nilai standar deviasi sebesar 0,118316. Dari hasil
pengujian statistik deskriptif, dewan komisaris menunjukkan nilai minimum sebesar 0,250
dan untuk nilai maksimum sebesar 2,000, sedangkan untuk nilai mean atau rata-ratanya
sebesar 0,79008 dengan sebaran data penelitian yang ditunjukkan oleh nilai standar deviasi
sebesar 0,395139. Kepemilikan manajerial menunjukkan nilai minimum sebesar 0,000 dan
untuk nilai maksimum sebesar 0,449, sedangkan untuk nilai mean atau rata-ratanya sebesar
0,05132 dengan sebaran data penelitian yang ditunjukkan oleh nilai standar deviasi sebesar
0,106584. Kepemilikan institusional menunjukkan nilai minimum sebesar 0,146 dan untuk
nilai maksimum sebesar 0,978, sedangkan untuk nilai mean atau rata-ratanya sebesar 0,65957
dengan sebaran data penelitian yang ditunjukkan oleh nilai standar deviasi sebesar 0,222035.
Umur perusahaan menunjukkan nilai minimum sebesar 12 dan untuk nilai maksimum sebesar
69, sedangkan untuk nilai mean atau rata-ratanya sebesar 35,34 dengan sebaran data
penelitian yang ditunjukkan oleh nilai standar deviasi sebesar 16,118. Jenis industri
menunjukkan nilai minimum sebesar 0 dan untuk nilai maksimum sebesar 0, sedangkan
untuk nilai mean atau rata-ratanya sebesar 0,00 dengan sebaran data penelitian yang
ditunjukkan oleh nilai standar deviasi sebesar 0,000. Kualitas audit menunjukkan nilai
minimum sebesar 0 dan untuk nilai maksimum sebesar 1, sedangkan untuk nilai mean atau
rata-ratanya sebesar 0,54 dengan sebaran data penelitian yang ditunjukkan oleh nilai standar
deviasi sebesar 0,502. Leverage menunjukkan nilai minimum sebesar 0,082 dan untuk nilai
maksimum sebesar 1,132, sedangkan untuk nilai mean atau rata-ratanya sebesar 0,72880
dengan sebaran data penelitian yang ditunjukkan oleh nilai standar deviasi sebesar 0,241825.
Likuiditas menunjukkan nilai minimum sebesar 0,053 dan untuk nilai maksimum sebesar
14,732, sedangkan untuk nilai mean atau rata-ratanya sebesar 1,89405 dengan sebaran data
penelitian yang ditunjukkan oleh nilai standar deviasi sebesar 2,933769. Growth
menunjukkan nilai minimum sebesar -1,014 dan untuk nilai maksimum sebesar 1,145,
sedangkan untuk nilai mean atau rata-ratanya sebesar 0,14662 dengan sebaran data penelitian
yang ditunjukkan oleh nilai standar deviasi sebesar 0,236840.

Uji Normalitas
Dari hasil pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini, menunjukkan bahwa data
yang digunakan terdistribusi secara normal dapat dilihat pada tabel 4. Ini ditandai dengan
besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov 1,006 pada tingkat signifikansi 0,263 yang menunjukkan
lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05 (0,263 ≥ 0,05).

Tabel 4. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual
N 65
a
Normal Parameters Mean .0000000
Std. Deviation .09961697
Most Extreme Differences Absolute .125
Positive .125
Negative -.061
Kolmogorov-Smirnov Z 1.006
Asymp. Sig. (2-tailed) .263

a. Test distribution is Normal.


Sumber data olahan SPSS 16

Selanjutnya untuk melihat kelayakan model penelitian, dapat dilakukan dengan


melakukan pengujian koefisien determinasi.
Tabel 5. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate
a
1 .540 .291 .190 .106495

Sumber data olahan SPSS 16

Berdasarkan tabel 4 terlihat pada model summary besarnya nilai R2 untuk pengujian
keseluruhan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia adalah 0,190 dilihat pada
kolom Adjusted R Square . Hal ini berarti bahwa kemampuan variabel independen Dewan
Komisaris, Kepemilikan Manajerial, dan Kepemilikan Institusional serta variabel kontrol
Umur Perusahaan, Kualitas Audit, Leverage, Likuiditas, dan Growth dalam menjelaskan
variabel dependen sebesar 19% sedangkan sisanya (100% - 19% = 81%) dijelaskan oleh
variabel- variabel lain di luar model.
Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan
kedalam model regresi mempunyai pengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap
variabel dependen.
Tabel 6. Uji F
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
a
1 Regression .261 8 .033 2.875 .009
Residual .635 56 .011
Total .896 64
Sumber data olahan SPSS 16
Dari hasil uji ANOVA atau uji F untuk perusahaan keuangan yang tercatat di Bursa
Efek Indonesia yang ditunjukkan dalam tabel 4.10, terlihat bahwa nilai probabilitas sebesar
0,009. Karena nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa variabel
DK, KM, KI, UP, KA, LEV, LIKUID, dan GROWTH secara bersama-sama berpengaruh
signifikan terhadap kualitas pelaporan keuangan.
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
independen secara individual (parsial) dalam menerangkan variasi variabel dependen
(Ghozali, 2016). Uji t dapat dilakukan dengan melihat nilai probabilitas. Untuk dapat
menginterprestasikan koifisien variabel independen, pada penelitian ini digunakan nilai
unstandardized coefficient.
Tabel 7. Uji T
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) .164 .097 1.686 .097
1
DK .111 .035 .372 3.141 .003
KM -.453 .213 -.408 -2.132 .037
KI -.113 .093 -.211 -1.214 .230
UP -.001 .001 -.160 -.983 .330
KA -.032 .039 -.136 -.824 .413
LEV -.114 .069 -.233 -1.642 .106
LIKUID .010 .005 .247 1.981 .052
GROWTH -.051 .061 -.103 -.834 .408

a. Dependent Variable: KPK


Tabel 6 menunjukkan bahwa dari ketiga variabel independen dan enam variabel kontrol
yang dimasukkan ke dalam model regresi, terlihat variabel DK dan KM yang signifikan,
sementara variabel independen KI tidak signifikan terhadap kualitas pelaporan keuangan
(KPK). Begitu juga dengan variabel kontrol UP, KA, LEV, LIKUID, dan GROWTH yang
tidak signifikan terhadap kualitas pelaporan keuangan (KPK). Hal ini dapat dilihat dari nilai
probabilitas dari DK sebesar 0,003 dan KM sebesar 0,037, sementara KI sebesar 0,230, UP
sebesar 0,330, KA sebesar 0,413, LEV sebesar 0,106, LIKUID sebesar 0,052, dan GROWTH
sebesar 0,408. Dari nilai variabel-variabel tersebut, ada enam variabel yaitu KI, UP, KA,
LEV, LIKUID, dan GROWTH yang jauh diatas 0,05 (5%). Dengan melihat unstandardized
coefficient pada tabel 4.10 dapat disimpulkan persamaan berikut:
KPK = 0,164 + 0,111DK – 0,453KM – 0,113KI – 0,001UP – 0,032KA – 0,114LEV +
0,010LIKUID – 0,051GROWTH + e
PEMBAHASAN
Pengaruh Dewan Komisaris Independen Terhadap Kualitas Pelaporan Keuangan
Dari hasil analisis regresi yang ditunjukkan pada tabel 4.12 diketahui nilai koefisien
regresi variabel dewan komisaris independen sebesar 0,111 dan nilai signifikansi 0,003. Hal
tersebut menunjukkan bahwa nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (5%). hasil koefisien
regresi untuk variabel dewan komisaris independen setelah variabel kontrol umur perusahaan,
kualitas audit, leverage, likuiditas, dan growth ikut diteliti, yaitu variabel dewan komisaris
tetap konsisten berpengaruh signifikan terhadap kualitas pelaporan keuangan. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa hipotesis persamaan (H1), Dewan Komisaris Independen berpengaruh
signifikan terhadap kualitas pelaporan keuangan, diterima. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian (Iswara, 2016) yang membuktikan bahwa proporsi dewan komisaris
independen berpengaruh signifikan terhadap kualitas pelaporan keuangan. Namun, penelitian
ini tidak sejalan dengan penelitian (Hidayat & Elisabet, 2009) yang membuktikan bahwa
proporsi dewan komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas
pelaporan keuangan. Begitu juga dengan (Yasmeen & Hermawati, 2015) yang membuktikan
bahwa proporsi dewan komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas
pelaporan keuangan. Keberadaan dewan komisaris independen terbukti berpengaruh
signifikan terhadap kualitas pelaporan keuangan dengan arah positif terhadap discretionary
accrual dan terhadap kualitas pelaporan keuangan, yang artinya semakin besar proporsi
dewan komisaris independen maka semakin tinggi kualitas pelaporan keuangan. Pengawasan
yang dilakukan oleh komisaris independen, sebagai wakil dari para pemegang saham yang
memiliki kemampuan dan pengalaman dalam menciptakan mekanisme pengawasan sangat
optimal dilakukan sehingga tidak dapat menimbulkan kecurangan/fraud. Mekanisme kontrol
yang efektif sangat mendukung efektivitas pengelolaan perusahaan. Kehadiran komisaris
independen dapat menaikkan kualitas aktivitas pengawasan dalam perusahaan. (Iswara, 2016)
menyatakan bahwa masuknya dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan menaikkan
efektifitas dewan tersebut dalam mengawasi manajemen untuk mencegah terjadinya
kecurangan pelaporan keuangan dan lebih efektif daripada kehadiran komite audit.
Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Kualitas Pelaporan Keuangan

Dari hasil analisis regresi yang ditunjukkan pada tabel 4.13 diketahui nilai koefisien
regresi variabel kepemilikan manajerial sebesar -0,453 dan nilai signifikansi sebesar 0,037.
Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai signifikansi kurang dari 0,05 (5%). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa hipotesis persamaan (H2) kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan
terhadap kualitas pelaporan keuangan, diterima. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh (Iswara, 2016) yang membuktikan bahwa kepemilikan
manajerial berpengaruh signifikan terhadap kualitas pelaporan keuangan. Tetapi hasil
penelitian ini tidak sejalan dengan (Hidayat & Elisabet, 2009) dan (Fanani, 2008) yang
membuktikan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas
pelaporan keuangan. Pengawasan oleh pihak manajemen terbukti berpengaruh terhadap
kualitas pelaporan keuangan dengan arah negatif terhadap discretionary accrual dan arah
positif terhadap kualitas pelaporan keuangan, yang artinya semakin tinggi kepemilikan saham
oleh manajerial maka semakin rendah kualitas pelaporan keuangan. Kepemilikan saham oleh
manajemen menyelaraskan perbedaan kepentingan antara pemegang saham luar dengan
manajemen (Jensen & Meckling, 1976). Namun, adanya tekanan dari pasar modal
menyebabkan perusahaan dengan kepemilikan manajerial yang tinggi akan memilih metode
akuntansi yang menurunkan kualitas laba yang dilaporkan, yang sebenarnya tidak
mencerminkan keadaan ekonomi dari perusahaan yang bersangkutan. Jumlah presentase
kepemilikan saham manajerial yang besar menunjukkan bahwa manajer perusahaan
mengetahui informasi internal lebih banyak dibandingkan pemilik sehingga manajer wajib
memberikan sinyal berupa pengungkapan informasi. Manajemen sebagai pengelola
perusahaan sekaligus pemegang saham memiliki kewenangan untuk ikut menentukan kondisi
perusahaan yang dapat menguntungkan diri sendiri. Hal ini menunjukkan kontrol yang
dilakukan tidak optimal dan menyebabkan kualitas dari pelaporan keuangan bernilai rendah.

Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Kualitas Pelaporan Keuangan


Dari hasil analisis regresi yang ditunjukkan pada tabel 4.14 diketahui nilai koefisien
regresi variabel kepemilikan institusional sebesar -0,113 dan nilai signifikansi sebesar 0,230.
Hal ini menunjukkan bahwa nilai signifikansi lebih dari 0,05 (5%). Ini berarti dapat
disimpulkan bahwa hipotesis persamaan (H3), kepemilikan institusional tidak berpengaruh
signifikan terhadap kualitas pelaporan keuangan, ditolak. Hasil penelitian ini tidak sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh (Iswara, 2016) yang membuktikan bahwa kepemilikan
institusional berpengaruh signifikan terhadap kualitas pelaporan keuangan. Namun hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Hidayat & Elisabet, 2009) yang
menyatakan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas
pelaporan keuangan. Adanya pemegang saham institusi tidak mendorong peningkatan
pengawasan yang lebih optimal. Investor institusi kurang memiliki kemampuan untuk
memonitor tindakan manajemen. Kepemilikan institusional terbukti tidak berpengaruh
signifikan dengan arah negatif terhadap discretionary accrual dan arah positif terhadap
kualitas pelaporan keuangan, artinya semakin tinggi kepemilikan saham oleh institusi maka
kualitas pelaporan keuangan semakin rendah. Kepemilikan institusional menjadikan manajer
terikat dengan sebuah target yang diinginkan oleh investor dalam memperoleh laba sehingga
manajer besar kemungkinan akan melakukan tindakan manipulasi. Pengawasan oleh investor
institusi kurang optimal dilakukan, oleh karenanya diperlukan mekanisme kontrol intensif,
salah satu caranya dengan menempatkan dewan ahli yang tidak dibiayai oleh perusahaan
sehingga posisinya tidak berada di bawah pengawasan manajer. Dengan demikian, dewan
ahli dapat menjalankan fungsinya secara efektif untuk mengontrol semua tindakan manajer.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini antara lain:
1. Hasil uji menunjukkan bahwa variabel independen dewan komisaris independen
berpengaruh terhadap variabel dependen kualitas pelaporan keuangan, diterima.
2. Hasil uji menunjukkan bahwa variabel independen kepemilikan manajerial berpengaruh
terhadap variabel dependen kualitas pelaporan keuangan, diterima.
3. Hasil uji ini menunjukkan bahwa variabel independen kepemilikan institusional tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen kualitas pelaporan keuangan, ditolak.
4. Hasil pengujian dalam penelitian ini menunjukkan bahwa variabel kontrol umur
perusahaan, kualitas audit, leverage, likuiditas, dan growth dalam pengaruh mekanisme
corporate governance terhadap kualitas pelaporan keuangan, tidak berpengaruh terhadap
kualitas pelaporan keuangan yang terdaftar di bursa efek tahun 2011-2015.
Saran
Saran dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk menggunakan sampel dengan sektor-
sektor perusahaan yang lainnya atau memperluas populasi sampel dengan
menggunakan seluruh perusahaan yang ada di Bursa Efek Indonesia dan
memperpanjang periode pengamatan untuk mendapatkan hasil pengujian yang lebih
baik.
2. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan agar menggunakan sampel dengan sektor-
sektor perusahaan lainnya untuk menghindari terjadinya heteroskedastisitas dalam
hasil pengujian.
3. Dalam penelitian ini variabel independen telah menjelaskan variabel dependen
sebesar 11%, sehingga peneliti selanjutnya dapat menambahkan variabel penelitian
lain yang akan diteliti untuk melengkapi model penelitian yang sudah ada.
DAFTAR PUSTAKA

Boediono, G. S. (2005). Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance


Dan Dampak Manajemen Laba Dengan Menggunakan Analisis Jalur. Simposium
Nasional Akuntansi VIII. Solo.

DeAngelo, H., & Skinner, D. (1994). Accounting choice in troubled companies. Journal Of
Accounting And Economics .
Emirzon, J. (2007). Prinsip-prinsip Good Corporate Governance Paradigma Baru Dalam
Praktik Bisnis Indonesia. Genta press .
Fanani, Z. (2008). Kualitas Pelaporan Keuangan: Faktor-faktor Penentu Dan Konsekuensi
Ekonominya. Doctoral Colloquium And Accounting Workshop, And Accounting
Conference .
Ghozali, I. (2006). Aplikasi analisis Multivariate Dengan Menggunakan program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gu, Z., Lee, C.-W., & Rosett, J. (2004). What Determines The Variability Of Accounting
Accruals?
Gunarsih, T., & Hartadi, B. (2008). Struktur Corporate Governance Dan Ketepatan Waktu
Penyampaian Laporan Keuangan: Studi Pada Perusahaan Jasa Di BEI. Jurnal
Keuangan Dan Perbankan .
Hamidah, Fanani, Z., & Ningsih, S. (2009). Faktor-faktor Penentu Kualitas Pelaporan
Keuangan dan Kepercayaan Investor. Simposium Nasional Akuntansi XII. Palembang.
Hassan, M., Rahman, R. A., & Mahenthiran, S. (2008). Corporate Governance,
Transparency And Performance Of Malaysian Companies. Managerial Auditing
Journal .
Hidayat, W., & Elisabet. (2009). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelaporan
Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Go Public Di Indonesia.
Iswara, U. S. (2016). Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Kualitas
Pelaporan Keuangan. Jurnal Akuntansi Indonesia. Vol. XV .
Jama'an. (2008). Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Dan Kualitas Kantor Akuntan
Publik Terhadap Integritas Informasi Laporan Keuangan.
Jensen, M. C., & Meckling, W. H. (1976). Theory of The Firm: Managerial Behavior,
Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial Economics .
Khotari, S., Leone, A., & Wasley, C. (2005). Performance Matched Discretionary Accrual
Measures. Journal Of Accounting And Economics .
Lev, B., & Thiagarajan, S. R. (1993). Fundamental Information Analysis. Journal of
Accounting Research .
Midiastuty, P. P., & Machfoedz, M. (2003). Analisis Hubungan Mekanisme Corporate
Governance Dan Indikasi Manajemen Laba. Simposium Nasional Akuntansi VI.
Surabaya.
Priguno, A. (2013). Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengungkapan
Sukarela Pada Laporan Tahunan. Skripsi .
Purwandari, A., & Purwanto, A. (2012). Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Struktur
Kepemilikan dan Status Perusahaan Terhadap Pengungkapan Laporan Keuangan Pada
Perusahaan Manufaktur Di Indonesia. Diponegoro Journal Of Accounting , Vol. 1 No.
2.
Shkolnikov, A. (2005). Chambers Of Commerce: Combating Corruption And Improving
Corporate Governance. Economic Reform Issue Paper .
Siregar, D. S., & Utama, C. D. (2005). Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan,
dan Praktek Corporate Governance Terhadap Pengelolaan Laba (Earnings
Management). Simposium Nasional Akuntansi VIII. Solo.
Smith, C. W., & Jensen, M. C. (1984). The Theory of Corporate Finance: A Historical
Overview. Journal Of Financial Economics .
Sugiyono, P. D. (2007). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Susiana, & Herawaty, A. (2007). Analisis Pengaruh Independensi, Mekanisme Corporate
Governance, Dan Kualitas Audit Terhadap Integritas Laporan Keuangan. Simposium
Nasional Akuntansi X. Makassar.
Ujiyantho, M. A., & Pramuka, B. A. (2007). Mekanisme Corporate Governance, Manajemen
Laba Dan Kinerja Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi X. Makassar.
Weisbach, M. S. (1988). Outside Directors And Ceo Turnover. Journal Of Financial
Economics .
Yasmeen, D., & Hermawati, S. (2015). Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap
Kualitas Pelaporan Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur. Jurnal Ekonomi Bisnis ,
Vol. 20 No. 1.
Yu, M. (2007). The Effect Of Big Four Office Size On Audit Quality.
LAMPIRAN

HASIL PENGOLAHAN DATA


DENGAN SPSS 16
Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
KPK 65 -.155 .508 .02397 .118316
DK 65 .250 2.000 .79008 .395139
KM 65 .000 .449 .05132 .106584
KI 65 .146 .978 .65957 .222035
UP 65 12 69 35.34 16.118
JI 65 0 0 .00 .000
KA 65 0 1 .54 .502
LEV 65 .082 1.132 .72880 .241825
LIKUID 65 .053 14.732 1.89405 2.933769
GROWTH 65 -1.014 1.145 .14662 .236840
Valid N (listwise) 65

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual
N 65
a
Normal Parameters Mean .0000000
Std. Deviation .09961697
Most Extreme Differences Absolute .125
Positive .125
Negative -.061
Kolmogorov-Smirnov Z 1.006
Asymp. Sig. (2-tailed) .263

Uji Koefisien Determinasi (R2)


Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate
a
1 .540 .291 .190 .106495

Sumber data olahan SPSS 16

Uji F
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
a
1 Regression .261 8 .033 2.875 .009
Residual .635 56 .011
Total .896 64
Sumber data olahan SPSS 16
Uji T
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) .164 .097 1.686 .097
1
DK .111 .035 .372 3.141 .003
KM -.453 .213 -.408 -2.132 .037
KI -.113 .093 -.211 -1.214 .230
UP -.001 .001 -.160 -.983 .330
KA -.032 .039 -.136 -.824 .413
LEV -.114 .069 -.233 -1.642 .106
LIKUID .010 .005 .247 1.981 .052
GROWTH -.051 .061 -.103 -.834 .408

a. Dependent Variable: KPK

Anda mungkin juga menyukai