Anda di halaman 1dari 7

AAJ 2 (3) (2013)

Accounting Analysis Journal


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/aaj

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KUALITAS LABA:


MANAJEMEN LABA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

Singgih Aji Taruno

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh langsung mekanisme corporate
Diterima Juni 2013 governance terhadap kualitas laba dan pengaruh tidak langsung melalui manajemen laba
Disetujui Juli 2013
sebagai variabel intervening. Subjek penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang
Dipublikasikan Agustus
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2011. Metode pengumpulan data
2013
dilakukan dengan metode dokumenter. Data yang digunakan berupa data sekunder
________________
Keywords:
yang berasal dari laporan tahunan. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik
Earnings Management; purposive sampling. Data dianalisis menggunakan analisis jalur. Hasil pengujian secara
Earnings Quality, parsial menujukan bahawa mekanisme corporate governance (proporsi dewan komisaris
Institutional Ownership, independen dan kepemilikan institusional) berpengaruh terhadap kualitas laba tapi
Proportion of Independent tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil pengujian analisis jalur menunjukan
Board of Commissioners,
bahwa manajemen laba bukanlah variabel intervening antara mekanisme corporate
____________________
governance terhadap kualitas laba, karena pengaruh langsung lebih besar dari pada
pengaruh tidak langsung melalui manajemen laba.

Abstract
___________________________________________________________________
The purpose of this study was to determine the direct effect of corporate governance mechanisms on
earnings quality and the indirect effect through earnings management as an intervening variable.
The subjects were banking companies listed in Indonesia Stock Exchange in 2010-2011. Method of
data collection was conducted using documentary. The data used in the form of secondary data
derived from the annual report. Sampling technique using purposive sampling data were analyzed
using path analysis. Partial test results bahawa addressing corporate governance mechanisms (the
proportion of independent board and institutional ownership) affect the quality of earnings but do
not affect the earnings management. The test results of path analysis showed that earnings
management is not an intervening variable between corporate governance mechanisms on the
quality of earnings, because the direct effect is greater than the indirect effect through earnings
management.

© 2013 Universitas Negeri Semarang


 Alamat korespondensi: ISSN 2252-6765
Gdg. C6 Lt. 2, Kampus Sekaran, Gunung Pati, Semarang, 50233
E-mail: chanvezt@yahoo.com

323
Singgih Aji Taruno / Accounting Analysis Journal 2 (3) (2013)

PENDAHULUAN laba dengan manajemen laba sebagai variab


intervening. Proxi dari mekanimse corporate
governance dalam penelitian ini adalah proporsi
Laba merupakan salah satu unsur laporan
keuangan yang dapat digunakan sebagai dewan komisaris independen dan kepemilikan
indikator untuk mengukur kinerja manajer institusional. Pertimbangan digunakannya dua
sebagai pembuat laporan dan laba juga memiliki proxi mekanisme corporate governance adalah
nilai prediktif. Sebagai indikator pengukuran sebagai berikut: pertimbangan untuk proxi
kinerja manajer dan memiliki nilai prediktif pertama yakni komposisi dewan komisraris
maka laba yang disajikan haruslah laba yang independen adalah karena karakteristik dewan
berkualitas. Laba yang berkualitas merupakan komisaris secara umum dan khususnya
laba yang disajikan sesuai dengan kondisi komposisi dewan dapat menjadi suatu
sebenarnya tanpa ada intervensi dari pihak- mekanisme yang menentukan tindakan
pihak yang berkepentingan. manajemen laba. Melalui peran dewan dalam
Skandal pelaporan keuangan sudah melakukan fungsi pengawasan terhadap
banyak terjadi, di luar negeri terdapat kasus operasional perusahaan oleh pihak manajemen,
skandal pelaporan akuntansi dengan melakukan komposisi dewan komisaris dapat memberikan
manajeman laba, antara lain Enron, Merck, kontribusi yang efektif terhadap hasil proses
World Com dan mayoritas perusahaan lain di penyusunan laporan keuangan yang berkualitas
Amerikan Serikat (Cornett, Marcuss, Saundres, atau kemungkinan terhindar dari kecurangan
dan Tehranian, 2006). Beberapa kasus yang laporan keuangan (Boediono, 2005). Dapat
terjadi di Indonesia, seperti PT. Lippo Tbk dan dikatakan bahwa komposisi dewan komisaris
PT. Kimia Farma Tbk juga melibatkan yang terdiri dari anggota yang berasal dari luar
pelaporan keuangan (financial reporting) yang perusahaan mempunyai kecenderungan
berawal dari terdeteksi adanya manipulasi mempengaruhi manajemen laba.
(Boediono, 2005). Pemikiran ini didukung hasil penelitian
Dechow et al. (1995), Klein (2002), Peasnell et al.
Tindakan manajer tersebut memberikan
pandangan masalah manajemen laba dapat (2001), Chtourou et al. (2001), Pranata P.
diminimumkan dengan pengawasan melalui Midiastuty dan Mas’ud Mahfoedz (2003), dan
good corporate governance. Corporate governance Xie et al. (2003) dalam Boediono (2005). Hasil
merupakan salah satu elemen kunci dalam penelitian ini memberikan simpulan bahwa
meningkatkan efisiensi ekonomis, para perusahan yang memiliki komposisi anggota
pemegang saham dan stakeholders lainnya. dewan komisaris yang berasal dari luar
Corporate governance juga memberikan suatu perusahaan atau outsider directur dapat
struktur yang memfasilitasi penentuan sasaran- mempengaruhi tindakan manajemen laba.
sasaran dari suatu perusahaan, dan sebagai Indikator yang digunakan untuk mengukur
sarana untuk menentukan teknik monitoring komposisi dewan komisaris adalah persentase
kinerja (Deni, Khomsiyah dan Rika, 2004). jumlah anggota dewan komisaris perusahaan.
Fungsi utama good corporate governance Fama dan Jensen (1983) menyatakan
bahwa non-executive (komisaris independen)
untuk menjamin dan memastikan kualitas dari
proses pelaporan keuangan sehingga dapat bertindak sebagai penengah dalam
menghasilkan laporan keuangan yang perselisihan yang terjadi diantara para manajer
informatif, mempunyai kekuatan untuk internal dan mengawasi kebijakan manajemen
serta memberikan nasihat kepada manajemen.
memprediksi dan mencerminkan nilai
Komisaris independen merupakan posisi terbaik
perusahaan yang sebenarnya dan melindungi
kepentingan stakeholder. Dengan adanya untuk melaksanakan fungsi monitoring agar
tercipta perusahaan yang good corporate
pengawasan yang lebih baik terhadap
pengelolaan perusahaan serta kegiatan governance.
operasional diharapkan mampu meningkatkan Pertimbangan untuk proxi mekanisme
kinerja bank, melindungi kepentingan corporate governance yang kedua yakni
stakeholders serta meningkatkan kepatuhan kepemilikan saham oleh investor institusional
terhadap peraturan perundang-undangan serta karena melalui mekanisme kepemilikan
nilai-nilai etika yang berlaku umum. Konsep institusional, efektivitas pengelolaan sumber
corporate governance diajukan demi tercapainya daya perusahaan oleh manajemen dapat
pengelolaan perusahaan yang lebih transparan diketahui dari informasi yang dihasilkan melalui
bagi semua pengguna laporan keuangan. rekasi pasar atas pengumuman laba (Boediono,
Penelitian ini menguji pengaruh 2005). Kepemilikan institusional memiliki
mekanisme corportae governance terhadap kualitas kemampuan untuk mengendalikan pihak
324
Singgih Aji Taruno / Accounting Analysis Journal 2 (3) (2013)

manajemen melalui proses monitoring secara H3 = Proporsi dewan komisaris


efektif sehingga mengurangi tindakan independen berpengaruh negatif
manajemen melakukan manajemen laba. terhadap manajemen laba
Presentase saham tertentu yang dimiliki oleh H4 = Kepemilikan institusional
institusi dapat mempengaruhi proses berpengaruh negatid terhadap
penyusunan laporan keuangan yang tidak manajemen laba
menutup kemungkinan terdapat akrualisasi H5 = Proporsi dewan komisaris
sesuai kepentingan pihak manajemen independen berpengaruh terhadap
(Boediono, 2005). kualitas laba dengan manajemen
Pemikiran ini didukung hasil penelitian laba sebagai variabel intervening
Moh’d et al. (1998) dalam Pranata Mas’ud H6 = Kepemilikan institusional
(2003) menyatakan bahwa investor institusional berpengaruh terhadap kualitas laba
merupakan pihak yang dapat memonitor agent dengan manajemen laba sebagai
dengan kepemilikannnya yang besar, sehingga variabel intervening
motivasi manajer untuk mengatur laba menjadi
berkurang. METODE
Tindakan manajemen laba akan Populasi dalam penelitian ini adalah
berpengaruh negatif terhadap kualitas laba, hal perusahaan perbankan yang listing di Bursa Efek
ini terjadi karena manajemen laba tidak Indonesia (BEI) periode 2010 – 2011.
melaporakan kondisi laba yang sesungguhnya. Pengambilan sampel dalam penelitian ini
Mekanisme corporate governance diharapakan diambil berdasarkan kriteria-kriteria tertentu
dapat meminimalisir tindakan manajemen laba yang diduga dapat mewakili populasi dalam
karena prinsip mekanisme corporate governance penelitian. Teknik pengambilan sampel yang
menekankan pada transparansi, digunakan dalam penelitian ini adalah
pertanggungjawaban, ketanggapan, menggunakan teknik purposive sampling.
independensi, dan keadilan, sehingga laba yang
dilaporkan adalah laba yang sesungguhnya Variabel penelitian
didapatkan oleh perusahaan. Variabel dependen
Berdasarkan uraian di atas maka Variabel dependen dalam penelitian ini
kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat adalah kualitas laba. Pengukuran yang
digambarkan pada gambar 1. Berdasakan digunakan untuk menghitung kualitas laba
gambar. 1 maka dapat ditarik hipotesisi sebagai adalah sebagai berikut (Boediono, 2005):
berikut: Arus Kas Operasi
H1 = Proporsi dewan komisaris Quality of Income =
independen berpengaruh positif EBIT
terhadap kualitas laba
H2 = Kepemilikan institusional
berpengaruh posititf terhadap kualitas laba

Proporsi Komisaris
Independen

Manajemen Laba Kualitas Laba

Kepemilikan
Institusional

Gambar 1. Kerangka Berpikir

325
Singgih Aji Taruno / Accounting Analysis Journal 2 (3) (2013)

Variabel independen Tabel 1 menunjukan bahwa jumlah unit


Variabel indpenden dalam penelitian ini anaisis dalam penelitian (N) adalah 58. Variabel
adalah mekanisme corporate governance dengan kualitas laba (KL) memiliki rata-rata sebesar
proxi dewan komisaris independen dan 4,0128 dan standar deviasi 2,75805. Standar
kepemilikan institusional. Pengukuran deviasi lebih rendah dari nilai rata-rata
menggunakan presentase jumlah dewan menunjukan sebaran data untuk variabel
komisaris independen terhadap jumlah total kualitas laba sudah baik, perusahaan sampel
komisaris yang ada dalam susunan dewan mempunyai kualitas laba yang tidak jauh
komisaris perusahaan sampel (Doddy dan berbeda atau hampir sama.
Marihot, 2007). Sedangakan pengukuran Variabel proporsi dewan komisaris
kepemilikan institusional dilakukan dengan independen (DK) memiliki rata-rata sebesar
presentase saham yang dimiliki oleh investor 0,5790 dengan standar deviasi 0,08950. Hal ini
institusional (Boediono, 2005). berarti rata-rata proporsi komisarin independen
Variabel intervening pada perusahaan sampel sebesar 57,90%,
Variabel intervening dalam penelitian ini standar deviasi lebih rendah dari nilai rata-rata
adalah manajemen laba. Pengukuran menunjukan sebaran data untuk variabel
manajemen laba dengan estimasi akrual proporsi dewan komisaris independen sudah
kelolaan menggunakan model Healy sebagai baik, perusahaan sampel mempunyai proporsi
berikut (Syarifah dan Bandi, 2010): dewan komisaris independen yang tidak jauh
EDAit = TAit : Ait-1 beda atau hampir sama.
Metode analisis data Varibel kepemilikan institusional (KI)
Pengujian hipotesisi dalam peneliatian ini memiliki rata-rata sebesar 0,6010 dan standar
adalah dengan mengelompokan data-data daria deviasi sebesar 0,22047. Hal ini berarti
setiap variabel dan menghitungnya sesusi kepemilikan institusional pada perusahaan
dengan data yang diperoleh. Metode analisis sampel sebesar 60,10%, standar deviasi lebih
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah rendah dari nilai rata-rata menujukan sebaran
analisis deskriptif, uji asumsi klasik dan analisis data untuk varibel kepemilikan institusional
jalur. sudah baik, perusahaan sampel mempunyai
kepemilikan institusional yang tidak jauh
HASIL DAN PEMBAHASAN berbeda atau hampir sama.
Variabel manajemen laba (ML) memiliki
Analisis Deskriptif nilai rata-rata sebesar 0,1405 dan standar deviasi
Berdasarkan kriteria yang telah sebesar 0,18012. Variabel manajemen laba (ML)
ditetapkan dalam penelitian ini diperoleh sampel memiliki nilai rata-rata di bawah standar
perusahaan sebanyak 29 perusahaan selama 2 deviasi, hal ini menujukan sebaran data untuk
tahun sehingga menjadi 58 unit analisis. Dari variabel manajemen laba kurang baik, artinya
sampel tersebut diperoleh data untuk dilakukan ada perusahaan yang manajemen labanya
analisis statistik deskriptif. rendah dan ada yang manajemen labanya tinggi.

Tabel 1 Analisis Deskriptif

Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
DK 58 .44 .80 .5790 .08950
KI 58 .11 .97 .6010 .22047
ML 58 .01 .82 .1405 .18012
KL 58 .00 12.93 4.0128 2.75805
Valid N (listwise) 58

Sumber : Output SPSS

326
Singgih Aji Taruno / Accounting Analysis Journal 2 (3) (2013)

Hasil uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test institusional (KI) secara statistik menunjukan
menunjukkan bahwa besarnya nilai Asymp.Sig hasil yang signifikan pada α = 0,05, yaitu
(2-tailed) adalah 0.644 dan nilai Kolmogorov- sebesar 0,000. Dilihat dari nilai signifikansinya
Smirnov (K-S) sebesar 0.740 maka dapat kurang dari 0,05 (0,000 < 0,05) berarti hipotesis
dikatakan bahwa uji normalitas terpenuhi. Hasil yang menyatakan kepemilikan institusional
uji Multikolonieritas menujukan variabel berpengaruh terhadap kualitas laba diterima.
independen yaitu DK, KI, dan ML mempunyai Dengan demikian, kepemilikan institusional
nilai VIF dibawah angka 10 dan nilai Tolerance berpengaruh terhadap kualitas laba.
tidak kurang dari 10% (α = 0,010). Hal ini Berdasarkan model regresi yang dapat
berarti regresi tidak terdapat masalah dilihat dari tabel 3 diketahui bahwa variabel
multikolonieritas. Hasil uji Glajser menujukan proporsi dewan komisaris independen (DK)
nilai sig memiliki nilai diatas 0,05, maka dapat secara statistik menunjukan hasil yang tidak
disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini signifikan pada α = 0,05, yaitu sebesar 0,086.
terbebas dari masalah heteroskedastisitas. Hasil Dilihat dari nilai signifikansinya lebih dari 0,05
uji Durbin-Watson (DW-Test) didapatkan nilai (0,086 > 0,05) berarti hipotesis yang
Durbin Watson (d) adalah 1.817 dengan jumlah menyatakan proporsi dewan komisaris
unit analisis (n) 58 dan jumlah variabel bebas (k) independen terhadap manajemen laba ditolak.
3 sedangkan nilai dl 1.452 dan nilai du 1.681. Dengan demikian, proporsi dewan komisaris
Berdasarkan data tersebut maka memenuhi independen tidak berpengaruh terhadap
kriteria du < d < 4-du sehingga dapat manajemen laba. Sedangkan untuk variabel
disimpulkan bahwa hasil pengolahan data kepemilikan institusional (KI) secara statistik
dalam penelitian ini terbebas dari masalah menunjukan hasil yang tidak signifikan pada α =
autokorelasi. 0,05, yaitu sebesar 0,347. Dilihat dari nilai
signifikansinya kurang dari 0,05 (0,347 > 0,05)
Analisis Jalur berarti hipotesis yang menyatakan kepemilikan
Berdasarkan model regresi 1 yang dapat institusional berpengaruh terhadap manajemen
dilihat dari tabel 2 diketahui bahwa variabel laba ditolak. Dengan demikian, kepemilikan
proporsi dewan komisaris independen (DK) institusional tidak berpengaruh terhadap
secara statistik menunjukan hasil yang tidak manajemen laba.
signifikan pada α = 0,05, yaitu sebesar 0,007. Berdasarkan model regresi yang
Dilihat dari nilai signifikansinya lebih dari 0,05 menguji manajemen laba sebagai variabel
(0,007 > 0,05) berarti hipotesis yang intervening antara mekanisme corporate
menyatakan proporsi dewan komisaris governance dengan kualitas laba, yang diperluas
independen terhadap kualitas laba diterima. dengan path analysis dapat diketahui nilai
Dengan demikian, proporsi dewan komisaris koefisien standarsized beta untuk masing-masing
independen berpengaruh terhadap kualitas laba. variabel, seperti yang dapat dilihat pada gambar
Sedangkan untuk variabel kepemilikan

Tabel 2 Hasil Analisis Jalur Coefficients Regresi 1

Coefficientsa
Standardized
Model Unstandardized Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) -4.956 1.958 -2.532 .014
DK 9.617 3.399 .312 2.829 .007
KI 5.659 1.380 .452 4.101 .000
a. Dependent Variable: KL

Sumber : Output SPSS

327
Singgih Aji Taruno / Accounting Analysis Journal 2 (3) (2013)

Tabel 3 Hasil Analisis Jalur Coefficients Regresi

Standardized
Model Unstandardized Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta T Sig
(Constant) -.193 .154 -1.252 .216
DK → ML .469 .268 .233 1.751 .086
KI → ML .103 .109 .126 .948 .347
DK → KL 6.020 2.808 .195 2.144 .037
KI → KL 4.868 1.118 .389 4.353 .000
ML → KL 7.665 1.375 .501 5.576 .000

Sumber : Output SPSS

Berdasarkan tabel 3 regresi diketahui (7,665) = 0,789. Pengaruh langsung variabel KI


bahwa proporsi dewan komisaris indepnden terhadap ML memiliki nilai yang lebih besar
(DK) memiliki nilai standardized beta = 0,469 dibandingkan dengan pengaruh tidak langsung
dan memiliki signifikansi = 0,086. Nilai antara variabel KI terhadap ML, sehingga dapat
standardized beta pada DK merupakan niali disimpulkan bahwa Manajemen laba (ML)
jalur 2 (Pa2 = 0,469). Persamaan regresi 3 yang sebagai variabel intervening ditoloak.
ditunjukan dengan tabel 6 menunjukan nilai
standardized beta untuk DK sebasar 6,020. Nilai SIMPULAN
standardized untuk manajemen laba (ML)
sebesar 7,665. Nilai stadardized DK merupakan Simpulan yang bisa dinyatak dalam
nilai jalur 1 (Pa1 = 6,020) dan nilai standardized penelitian ini adalah mekanimse corporate
beta ML merupakan nilai jalur 3 (P3 = 7,665). governance berperngaruh positif terhadap kualitas
Besarnya nilai e1 = = 0,956 dan besarnya nilai laba tapi tidak berpengaruh terhadap
e2 = = 0,631. manajemen laba, dan manajemen laba bukan
Berdasarkan perhitungan di atas variable intervening antara mekanisme corporate
diketahui pengaruh langsung variabel DK ke governance terhadap kualitas laba. Saran dalam
Kualitas laba (KL) sebesar 6,020, sedangkan penelitian ini meliputi: (1) Pengelolaan
pengaruh tidak langsung variabel DK ke ML perusahaan yang baik memerlukan mekanisme
sebesar (0,469) x (7,665) = 3,595. Pengaruh corporate governance yang bersinergi dan optimal.
langsung variabel DK terhadap KL memiliki Namun hal tersebut tidak menjamin kesuksesan
nilai yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan dalam mengelola sumber dayanya,
pengaruh tidak langsung antara variabel DK diperlukan mekanisme pendukung lainnya yaitu
terhadap KL, sehingga dapat disimpulkan etika bisnis, etos kerja, dan kepastian hukum
bahwa Manajemen laba ML sebagai variabel untuk menjamin mekanisme telah berjalan
intervening ditoloak. sesuai dengan ketentuan dan bukan hanya
Berdasarlam tabel 3 diketahui bahwa sebagai formalitas atas ketetapan yang berlaku.
variabel kepemilikan institusional (KI) memiliki (2) Dari hasil penelitian ini, diketahui
nilai standardized beta = 0,103 dan memiliki manajemen laba bukan variabel intervening dari
nilai signifikansi 0,347. Nilai standardized pada mekanisme corporate governance terhadap kualitas
kepemilikan institusional (KI) merupakan nilai laba. Jadi peneliti selanjutnya disarankan
jalur 2 (Pb2 = 0,103). Persamaan regresi 3 yang mencari variabel intervening selain manajemen
ditunjukan dengan tabel 6 menujukan nilai laba, misalnya dengan kualitas auditor. (3)
standardized beta untuk KI sebesar 4,868 Dengan mempertimbangkan hasil analisis dan
sedangkan nilai standardized beta untuk ML simpulan, maka peneliti membuka kesempatan
sebesar 7,665 . Nilai standardized beta KI peneliti berikutnya untuk mencari variabel
merupakan nilai jalur 1 (Pb1 = 4.868) dan nilai independen lain, selain yang digunakan
standardized ML merupakan nilai jalur 3 (P3 = peneliti, misalnya kualitas audit, top share, dan
7,665). Besarnya niali e1 = = 0,956 dan sebagainya untuk memprediksi kualitas laba. (4)
besarnya nilai e2 = = 0,631. Peneliti memberikan kesempatan bagi peneliti
Berdasarkan perhitungan diatas dapat berikutnya untuk menggunakan pengukuran lain
diketahui pengaruh langsung variabel KI ke ML sebagai proxi kualitas laba, misalnya dengan
sebesar 4,868, sedangkan pengaruh tidak proxi ERC (Earnings Response Coefficient).
langsung variabel KI ke ML sebesar (0,103) x
328
Singgih Aji Taruno / Accounting Analysis Journal 2 (3) (2013)

UCAPAN TERIMAKASIH Xie, Biao., Wallace N. Davidson and Peter J. Dadalt.


July. 2003. “Earning Management and
Terimakasih kepada Tuhan Yang Maha Corporate Governance :The Roles Of The
Board and The Audit Committee”. Journal of
Esa, kedua orang tua, kedua adik, dan seluruh
Corporate Finance, Vol.9. p.295-316.
anggota keluarga, kedua dosen pembimbing,
dosen penguji skripsi atas kritik dan saran guna
perbaikan skripsi, seluruh dosen akuntansi,
almamaterku yang kubanggakan, teman-teman
Akuntansi A 2009, sahabat-sahabatku yang
selalu memberi dukungan selama ini dan semua
pihak yang telah memberikan bantuan kritik dan
saran dalam penyusunan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Boediono, Gideon SB., 2005. Kualitas Laba Studi


Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan
Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan
Analisis Jalur. Artikel yang Dipresentasikan
pada Simposium Nasioanal Akuntansi 8 Solo
tanggal 15 – 16 September 2005.
Chtourou, SM., Jean Bedard, and Lucie Courteau,
2001, “Corporate Governance and Earnings
Management”. Working Paper. Universite
Laval, Quebec City, Canada. April.
Cornett M. M, J. Marcus, Saunders dan Tehranian H.
(2006). Earnings Management, Corporate
Governance, and True Financial Performance.
http://papers.ssrn.com/
Dechow, P., 1995. Accounting Earnings and Cash
Flows as Measures of Firm Performance: The
Role of Accounting Accruals. Journal of
Accounting and Economics 18: p.3-42.
Deni Darmawati, Khomsiyah dan Rika Gelar
Rahayu. (2004). Hubungan Corporate
Governance dan Kinerja Perusahaan.
Simposium Nasional Akuntansi VII, IAI,
2004
Fama. E.F. and M.C. Jensen 1983. “Separation of
Ownership and Control.” Journal of Law and
Economics, Vol.26.p.301-325.
Klien, A. 2002. “Audit Committee, Board of Director
Caracteristics and Earnings Management”.
Journal Accounting and Economics (33), hal.
375-400.
Peasnell, K.V, P.F. Pope., and S.Young. 2001.
“Board Monitoring and Earnings
Management: Do Outside Directors Influence
Abnormal Accruals”. Accounting and
Business Research, Vol. 30. p.41-63.
Pranata Puspa Midiastuty dan Mas’ud Mahfoedz.
(2003). Analisis Hubungan Mekanisme
Corporate Governance dan Indikasi
Manajemen Laba. Simposium Nasional
Akuntansi VI. IAI, 2003.
Marihot Nasution dan Doddy Setiawan. (2007).
Pengaruh Corporate Governance Terhadap
Manajemen Laba Di Industri Perbankan
Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi X.
Sari, Syarifh RK dan Bandi. (2010). Praktik
Manajemen Laba Terkait Peringkat Obligasi.
Simposium Nasional Akuntansi XIII.
329

Anda mungkin juga menyukai