Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH MANAJEMEN LABA TERHADAP NILAI

PERUSAHAAN
Makalah Ini Disusun Sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia

OLEH:

Rohmat Habibulloh 202110160311134


Aldhawiah kanza febrianti .S 202110160311137

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2022
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris mengenai pengaruh
manajemen laba terhadap nilai perusahaan. Variabel independen dalam
penelitian ini adalah manajemen laba yang diukur menggunakan manajemen
laba riil dan manajemen laba akrual. Sedangkan variabel dependen dalam
penelitian ini adalah Nilai Perusahaan. Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia tahun 2014 sampai 2018. Jumlah sampel dalam penelitian ini
adalah 115 perusahaan, dari jumlah perusahaan sebanyak 23 perusahaan.
Penentuan sampel diperoleh dengan menggunakan purposive sampling. Uji
hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linear berganda.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Manajemen Laba Riil berpengaruh
positif terhadap Nilai Perusahaan dan Manajemen Laba Akrual berpengaruh
positif terhadap Nilai Perusahaan.
Kata Kunci: Nilai Perusahaan, Manajemen Laba Riil, Manajemen Laba Akural
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang masalah
Manajemen laba adalah campur tangan dalam proses penyusunan pelaporan
keuangan eksternal, dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan pribadi.
Manajemen laba dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan apabila
digunakan untuk pengambilan keputusan, karena earning management merupakan
suatu bentuk manipulasi atas laporan keuangan yang menjadi sasaran komunikasi
antara manajer dan pihak eksternal perusahaan. Manajemen laba dipengaruhi oleh
konflik adanya perbedaan kepentingan antara pemegang saham (principal) dengan
agen selaku pengelola (manajemen perusahaan) yang timbul karena setiap pihak
berusaha untuk mencapai atau mempertimbangkan tingkat kemakmuran yang
dikehendakinya. Konflik keagenan yang mengakibatkan adanya sifat opportunistic
manajemen yang akan mengakibatkan laba yang dilaporkan semu, sehingga
mengakibatkan rendahnya kualitas laba dimana dampaknya menurunkan nilai
perusahaan dimasa yang akan datang. Rendahnya kualitas laba tersebut berakibat
pada kesalahan pembuatan keputusan oleh para pemakai laporan keuangan seperti
investor dan kreditor, sehingga nilai perusahaan akan berkurang Untuk
meminimalisir terjadinya tindakan manajemen laba, maka perusahaan harus
memilih audit yang berkualitas. Kualitas audit dipilih dari peran auditor yang
memiliki kompetensi yang memadai dan bersikap independent sehingga menjadi
pihak yang dapat memberikan kepastian terhadap integritas 13 angka-angka
akuntansi yang dilaporkan manajemen.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian, dapat dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut:
1.Bagaimana pengaruh manajemen laba terhadap nilai perusahaaan?
2.Faktor apa saja yang bisa meningkatkan nilai perusahaan?

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun Tujuan Penelitian Untuk Mengetahui :
1. Untuk mengetahui bagaimana cara meningkatkan nilai perusahaan
2. Untuk mengetahui factor apa saja yang bisa meningkatkan nilai perusahaan

1.4 Manfaat Penelitian


1. Bagi penulis, penulisan ini diharapkan dapat menjadi sarana yang bermanfaat
dalam mengimplementasikan pengetahuan penulis tentang pengaruh manajemen
laba terhadap perusahaan.
2. Bagi lingkungan Akademik, penulisan ini bisa dijadikan koleksi umum
perpustakaan agar bisa menjadi bahan ataupun contoh makalah lainnya.
BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1 Manajemen laba terhadap nilai perusahaan Hipotesis Pertama (H1) yang
diajukan dalam penelitian ini adalah manajemen
laba berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil ini
menunjukan bahwa perusahaan manufaktur di Indonesia menggunakan
earnings management sebagai sarana untuk meningkatkan nilai perusahaan
mereka. Hal ini
berarti manajemen laba berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai
perusahaan. Hasil penelitian ini menujukkan dengan adanya manajemen
laba akan
meningkatkan nilai perusahaan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
Helmayunita dan Sari (2013) manajemen laba berpengaruh terhadap nilai
perusahaan, tindakan ini dapat menguntungkan manajer ataupun perusahaan
untuk
jangka pendek, namun dapat menurunkan nilai perusahaan untuk jangka
panjang.
Kepemilikan Manajerial mampu memoderasi hubungan antara Manajemen
Laba terhadap Nilai Perusahaan
Hipotesis Pertama (H2) yang diajukan dalam penelitian ini adalah
kepemilikan manajerial mampu memoderasi hubungan antara manajemen
laba
terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan hasil uji t menggunakan pendekatan
interaksi ditemukan bahwa kepemilikan manajerial tidak mampu
memoderasi
hubungan antara manajemen laba terhadap nilai perusahaan. Hasil tersebut
sejalan
dengan penelitian dari Darwis (2010) yang menyatakan bahwa Kepemilikan
Manajerial tidak memiliki pengaruh terhadap hubungan antara Manajemen
Laba
dengan Nilai Perusahaan.
Hasil ini tidak sejalan dengan Jensen dan Meckling (1976) dalam teori
agency yang menemukan bukti bahwa kepemilikan manajerial dapat
digunakan
untuk mengurangi masalah keagenan dengan cara menyelaraskan
kepentingan
manajer dan para pemilik modal. Semakin besar manajer memiliki jumlah
kepemilikan di dalam perusahaan maka akan mengurangi kecenderungan
terjadinya earnings management.
Kepemilikan Institusional mampu memoderasi hubungan antara
Manajemen Laba terhadap Nilai Perusahaan
Hipotesis Pertama (H3) yang diajukan dalam penelitian ini adalah
kepemilikan
institusional mampu memoderasi hubungan antara manajemen laba terhadap
nilai
perusahaan. Berdasarkan hasil uji t menggunakan pendekatan interaksi
ditemukan
bahwa kepemilikan institusional tidak mampu memoderasi hubungan antara
manajemen laba terhadap nilai perusahaan.
2.2 Kepemilikan institusional oleh beberapa peneliti dipercaya dapat
mempengaruhi
jalannya perusahaan, yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap kinerja
perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan, yaitu meningkatkan nilai
perusahaan. Semakin tinggi kepemilikan institusional, maka semakin kuat
kontrol
terhadap perusahaan. Schleiver dan Vishny (1986), Coffe (1991) dalam
Siswantaya (2007) berpendapat bahwa kepemilikan institusional sangat
berperan
dalam mengawasi perilaku manajer dan membuat manajer untuk lebih
berhati-hati
dalam mengambil keputusan yang oportunis. Dengan lebih terkendalinya
tindakan-tindakan yang dilakukan oleh manajerial, maka akan
mempengaruhi
kinerja perusahaan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap nilai
perusahaan.
Dewan Kommisaris Independen mampu memoderasi hubungan antara
Manajemen Laba terhadap Nilai Perusahaan
Hipotesis Pertama (H4) yang diajukan dalam penelitian ini adalah Dewan
Komisaris Independen mampu memoderasi hubungan antara manajemen
laba
terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan hasil uji t menggunakan pendekatan
interaksi ditemukan bahwa dewan kommisaris independen tidak mampu
memoderasi hubungan antara manajemen laba terhadap nilai perusahaan.
Meskipun demikian, berdasarkan hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa
komisaris independen secara parsial memiliki pengaruh negatif terhadap
nilai
perusahaan. Hal ini dimungkinkan karena pasar menganggap keberadaan
komisaris independen bukan merupakan jaminan bahwa kinerja perusahaan
akan
semakin membaik, dan bukanlah faktor pertimbangan dalam melihat nilai
perusahaan.
Komisaris independen merupakan bagian dari dewan komisaris yang
dimiliki oleh suatu perusahaan yang bertujuan untuk melakukan fungsi
pengawasan terhadap operasional perusahaan oleh pihak manajemen.
Menurut
Boediono (2005), karakteristik dewan komisaris secara umum dan
khususnya
komposisi dewan komisaris dapat memberikan kontribusi yang efektif
terhadap
2.3 hasil dari proses penyusunan laporan keuangan yang berkualitas atau
kemungkinan terhindar dari kecurangan laporan keuangan.
Komite Audit mampu memoderasi hubungan antara Manajemen Laba
terhadap Nilai Perusahaan
Hipotesis Pertama (H5) yang diajukan dalam penelitian ini adalah Dewan
Komite Audit mampu memoderasi hubungan antara manajemen laba
terhadap
nilai perusahaan. Berdasarkan hasil uji t menggunakan pendekatan interaksi
ditemukan bahwa dewan Komite Audit mampu memoderasi hubungan
antara
manajemen laba terhadap nilai perusahaan. Namun apabila Komite audit
berperan
sebagai variabel independen maka tidak dapat mempengaruhi nilai
perusahaan.
Hasil ini bertolak belakang dengan penelitian Teoh dan Wong (1993); Piot
(2001); Jang dan Lin dalam Herawaty (2008); dan Herawaty (2008) yang
menyatakan bahwa kualitas audit berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Hal ini
berarti bahwa mekanisme fungsi pengawasan dan kontrak yang bertujuan
untuk
mengatasi terjadinya konflik kepentingan antara agent dan principal melalui
audit
atas laporan keuangan agar tingkat kepercayaan pihak eksternal
perusahaaan
terhadap pertanggungjawaban semakin tinggi dapat dilakukan melalui
penggunaan jasa pihak ketiga (auditor) yang berasal dari KAP yang
berkualitas
(KAP Big 4).

Manajemen laba merupakan plihan kebijakan akuntansi oleh manajer untuk


berbagai tujuan spesifik menurut (Scoot, 2003). Terdapat dua cara untuk melihat
pemahaman manajemen laba yaitu Pertama, manajemen laba dianggap sebagai
perilaku oportunistik para manajer untuk memaksimumkan utilitasnya dalam
menghadapi kontrak kompensasi, kontrak utang dan biaya politis. Kedua
manajemen laba dipandang dari perspektif efficient contracting dimana
manajemen laba memberi manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi diri
mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak terduga
untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak. Manajemen laba
yang dilakukan oleh manajer akan mempengaruhi kualitas informasi laba
perusahaan. Hal tersebut akan mempengaruhi keputusan investor dan kreditur
dalam menginvestasikan harta mereka. Keputusan investasi oleh investor dan
kreditur yang didasarkan pada informasi laba yang kurang berkualitas akan dapat
menyebabkan kesalahan wealth transfer karena lana yang kurang berkualitas
akan memberikan sinyal yang kurang baik. Scott (2009) mendifinisikan
manajemen laba sebagai pilihan manajer terhadap kebijakan akuntansi, atau
tindakan yang mempengaruhi laba sehingga dapat mencapai tujuan tertentu dari
laba yang dilaporkan tersebut. Sehingga manajemen harus dapat menyajikan
laporan yang mempunyai kualitas tinggi (persistensi). Persistensi laba
mempunyai makna bahwa laba dapat digunakan sebagai indikator laba periode
berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai