Anda di halaman 1dari 8

U A S : Bank dan Lembaga Keuangan (B)

Nama : Maria Imakulata Jigha


Nim : 2021120151
Kelompok : 12
Nama-nama kelompok
1. Novia Relis
2. Adriani Padu Lemba
3. Maria Imakula Jigha
4. Fraulina Maria
5. Yohana Resta Aven
6. Fransiska Destiana Solo
Hari / tanggal : Jumat, 12 january 2024

1. Rush money" adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan situasi di mana
banyak nasabah bank menarik dana mereka secara massal dalam waktu singkat. Ini
terjadi ketika kepercayaan masyarakat terhadap sistem perbankan menurun secara
signifikan, biasanya karena adanya ketidakstabilan ekonomi atau kekhawatiran tentang
kebangkrutan bank.
Dalam konteks krisis moneter Indonesia pada tahun 1998, rush money terjadi ketika
masyarakat kehilangan kepercayaan terhadap perbankan karena adanya kekhawatiran
tentang kebangkrutan bank dan ketidakstabilan ekonomi yang melanda negara. Banyak
nasabah bank yang khawatir akan kehilangan tabungan mereka, sehingga mereka
menarik dana mereka secara besar-besaran dari bank.
Dampak rush money terhadap perbankan pada saat itu sangat serius. Ketika
banyak nasabah menarik dana mereka, bank menghadapi tekanan likuiditas yang besar.
Bank-bank menjadi sulit untuk memenuhi permintaan penarikan dana nasabah, dan ini
dapat menyebabkan kebangkrutan bank jika tidak ditangani dengan baik.
Dalam kasus krisis moneter 1998 di Indonesia, banyak bank mengalami kesulitan
keuangan dan beberapa bahkan mengalami kebangkrutan. Bank-bank yang tidak mampu
memenuhi permintaan penarikan dana nasabah terpaksa ditutup atau diambil alih oleh
pemerintah. Hal ini menyebabkan kerugian finansial yang besar bagi nasabah bank, serta
merusak kepercayaan masyarakat terhadap sistem perbankan.
Untuk mengatasi dampak rush money, pemerintah Indonesia pada saat itu
mengambil langkah-langkah seperti memberikan dukungan keuangan kepada bank-bank
yang mengalami kesulitan, melakukan restrukturisasi perbankan, dan memperkuat
regulasi perbankan. Upaya ini bertujuan untuk memulihkan kepercayaan masyarakat
terhadap perbankan dan memulihkan stabilitas sistem keuangan negara.
2. Pada masa krisis moneter 1998 di Indonesia, pemerintah mengambil beberapa langkah
untuk menyalamatkan perbankan yang mengalami kegagalan. Berikut adalah beberapa
langkah yang diambil:
1. Penyelamatan dan restrukturisasi bank: Pemerintah membentuk Badan Penyehatan
Perbankan Nasional (BPPN) untuk menangani bank-bank yang mengalami kesulitan
keuangan. BPPN bertugas menyelamatkan bank-bank yang terkena dampak krisis dengan
memberikan dukungan keuangan dan melakukan restrukturisasi. Bank-bank yang tidak
dapat diselamatkan kemudian ditutup atau diambil alih oleh pemerintah.
2. Penyediaan dana penyehatan: Pemerintah menyediakan dana penyehatan untuk
mendukung bank-bank yang mengalami kesulitan keuangan. Dana ini digunakan untuk
menyuntikkan modal ke bank-bank yang membutuhkan, memperbaiki kualitas aset bank,
dan memperkuat likuiditas bank.
3. Pembentukan Indonesian Bank Restructuring Agency (IBRA): IBRA didirikan untuk
mengelola aset-aset yang diambil alih oleh pemerintah dari bank-bank yang mengalami
kegagalan. IBRA bertugas menjual atau mengelola aset-aset tersebut untuk mendapatkan
kembali dana yang telah disalurkan oleh pemerintah.
4. Penguatan regulasi perbankan: Pemerintah melakukan perbaikan dan penguatan
regulasi perbankan guna mencegah terulangnya krisis serupa di masa depan. Regulasi
perbankan diperketat, pengawasan diperkuat, dan standar keuangan yang lebih ketat
diterapkan untuk memastikan kestabilan sistem perbankan.
5. Kolaborasi dengan lembaga internasional: Pemerintah bekerja sama dengan lembaga
internasional seperti Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia untuk
mendapatkan dukungan keuangan dan bantuan teknis dalam menangani krisis. IMF
memberikan paket bantuan keuangan yang dikenal sebagai Program Stabilisasi Ekonomi
Indonesia (PEBRI) untuk membantu memulihkan ekonomi dan sektor perbankan.
Langkah-langkah ini bertujuan untuk menyelamatkan perbankan yang mengalami kegagalan,
memulihkan kepercayaan masyarakat terhadap sistem perbankan, dan memulihkan stabilitas
sistem keuangan negara. Meskipun proses pemulihan membutuhkan waktu yang cukup lama,
langkah-langkah tersebut berhasil mengatasi krisis dan membawa perbaikan dalam sektor
perbankan Indonesia.
3. Digitalisasi perbankan pada masa saat ini telah membawa dampak positif yang signifikan
bagi perbankan di Indonesia. Berikut adalah beberapa bentuk digitalisasi perbankan dan
dampak positifnya:
1. Layanan Perbankan Digital: Bank-bank di Indonesia semakin menghadirkan layanan
perbankan melalui platform digital seperti internet banking dan mobile banking. Hal ini
memudahkan nasabah untuk melakukan berbagai transaksi secara online, termasuk
transfer dana, pembayaran tagihan, dan aktivitas perbankan lainnya. Keberadaan layanan
perbankan digital meningkatkan efisiensi dan kenyamanan nasabah.
2. Fintech dan Inovasi Keuangan: Kemunculan perusahaan teknologi keuangan (fintech)
membawa inovasi dalam industri perbankan. Fintech menyediakan layanan seperti peer-
to-peer lending, e-wallet, dan investasi online. Ini memberikan opsi baru bagi masyarakat
untuk mengakses layanan keuangan tanpa harus melalui bank tradisional.
3. Penggunaan Teknologi Blockchain: Beberapa bank di Indonesia mulai menjelajahi
penggunaan teknologi blockchain untuk meningkatkan keamanan dan transparansi dalam
transaksi keuangan. Blockchain juga dapat digunakan untuk memfasilitasi transaksi lintas
batas dan meningkatkan efisiensi operasional.
4. Analitika Data dan Kecerdasan Buatan: Perbankan menggunakan analitika data dan
kecerdasan buatan untuk menganalisis pola-pola perilaku nasabah, melakukan
manajemen risiko, dan memberikan layanan yang lebih personal. Hal ini membantu bank
dalam membuat keputusan yang lebih cerdas dan meningkatkan pengalaman nasabah.
5. E-money dan Cashless Society: Berkembangnya penggunaan e-money dan
pembayaran non-tunai telah mendukung transformasi menuju masyarakat tanpa uang
tunai. Ini mengurangi ketergantungan pada transaksi tunai, meningkatkan efisiensi, dan
membantu mengurangi risiko keamanan.
6. Keamanan Transaksi Digital: Bank-bank melakukan investasi dalam keamanan
teknologi untuk melindungi informasi nasabah dan transaksi digital. Keamanan yang
ditingkatkan memberikan kepercayaan kepada nasabah untuk menggunakan layanan
perbankan digital tanpa khawatir tentang kebocoran data atau kejahatan cyber.
7. Peningkatan Akses Keuangan: Digitalisasi perbankan juga membantu meningkatkan
akses ke layanan keuangan, terutama di daerah yang sulit dijangkau oleh infrastruktur
perbankan konvensional. Ini membantu inklusi keuangan dengan memberikan akses
kepada mereka yang sebelumnya sulit terjangkau oleh layanan perbankan.
Dengan adanya digitalisasi perbankan, sektor perbankan di Indonesia telah
mengalami transformasi yang signifikan, membawa manfaat dalam hal efisiensi,
kenyamanan, inovasi, dan inklusi keuangan. Meskipun ada tantangan terkait dengan
keamanan dan regulasi, dampak positifnya secara keseluruhan memberikan kontribusi
positif bagi perkembangan perbankan di Indonesia
4. Salah satu contoh kebijakan moneter yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia adalah
kebijakan suku bunga acuan atau BI Rate. BI Rate merupakan suku bunga yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia sebagai acuan bagi kebijakan suku bunga di pasar
keuangan. Tujuan utama dari kebijakan ini adalah untuk mengendalikan inflasi dan
menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
Bagaimana kebijakan/regulasi BI Rate berjalan di masyarakat:

1). Pengaruh terhadap Suku Bunga Pasar: Kebijakan BI Rate berpengaruh langsung
terhadap suku bunga pasar. Jika BI Rate dinaikkan, suku bunga pasar cenderung ikut
naik, dan sebaliknya. Perubahan suku bunga pasar akan memengaruhi biaya pinjaman
dan investasi di masyarakat.
2). Pengendalian Inflasi: BI Rate digunakan sebagai instrumen untuk mengendalikan
inflasi. Jika inflasi meningkat, Bank Indonesia mungkin akan menaikkan BI Rate untuk
mengurangi likuiditas di pasar dan mendorong tabungan, sehingga mengurangi tekanan
inflasi.
3). Pengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi: Kebijakan BI Rate juga dapat
memengaruhi pertumbuhan ekonomi. Saat BI Rate rendah, biaya pinjaman menjadi lebih
terjangkau, mendorong investasi dan konsumsi, yang pada gilirannya dapat mendukung
pertumbuhan ekonomi.
4). Stabilitas Nilai Tukar: BI Rate juga berperan dalam menjaga stabilitas nilai tukar
rupiah. Fluktuasi suku bunga dapat mempengaruhi minat investor dalam berinvestasi di
pasar keuangan Indonesia, yang dapat memengaruhi nilai tukar rupiah.
5).Keseimbangan Eksternal: Melalui kebijakan suku bunga, Bank Indonesia dapat
berusaha mencapai keseimbangan eksternal dengan memengaruhi arus masuk dan keluar
modal serta neraca perdagangan.
Penting untuk dicatat bahwa kebijakan BI Rate adalah salah satu dari banyak
instrumen kebijakan moneter yang digunakan oleh Bank Indonesia. Keberhasilan
implementasi kebijakan ini bergantung pada kondisi ekonomi global dan domestik, serta
kerjasama dengan berbagai pemangku kepentingan di masyarakat dan sektor keuangan.
Evaluasi dan penyesuaian berkala terhadap kebijakan ini menjadi kunci dalam menjaga
stabilitas ekonomi dan keuangan di Indonesia
5. Penggabungan atau merger bank-bank syariah di Indonesia menjadi Bank Syariah
Indonesia (BSI) dilakukan dengan beberapa alasan dan memiliki dampak yang signifikan
bagi layanan dan nasabah. Berikut adalah penjelasan mengenai alasan dan dampak dari
merger tersebut
Alasan merger:
1. Penguatan Kapabilitas: Melalui merger, bank-bank syariah dapat menggabungkan
sumber daya dan kapabilitas mereka untuk menciptakan entitas yang lebih kuat dan
kompetitif. Hal ini memungkinkan mereka untuk bersaing dengan bank-bank
konvensional dan memperluas jangkauan layanan syariah di Indonesia.
2. Efisiensi Operasional: Melalui penggabungan, bank-bank syariah dapat mengurangi
duplikasi biaya operasional dan meningkatkan efisiensi. Ini termasuk pengurangan biaya
infrastruktur, penggabungan sistem IT, dan pengurangan biaya administrasi. Efisiensi
operasional yang lebih tinggi dapat menghasilkan peningkatan profitabilitas dan
memberikan manfaat bagi nasabah.
3. Skala Ekonomi: Dengan merger, bank-bank syariah dapat mencapai skala ekonomi
yang lebih besar. Skala ekonomi memungkinkan mereka untuk mengurangi biaya
produksi per unit layanan, meningkatkan daya saing, dan memberikan layanan yang lebih
baik kepada nasabah.
 Dampak bagi layanan dan nasabah:
1. Peningkatan Layanan: Melalui merger, BSI dapat menggabungkan kekuatan dan
keunggulan dari bank-bank syariah sebelumnya. Ini dapat menghasilkan peningkatan
dalam berbagai layanan yang ditawarkan kepada nasabah, termasuk produk dan layanan
keuangan syariah yang lebih inovatif dan komprehensif.
2. Peningkatan Keberlanjutan: Merger dapat memberikan keberlanjutan yang lebih baik
bagi bank syariah. Dengan skala yang lebih besar, BSI dapat memiliki sumber daya yang
lebih kuat untuk menghadapi tantangan dan risiko yang mungkin timbul di pasar
keuangan. Ini memberikan kepercayaan dan kestabilan bagi nasabah dalam jangka
panjang.
3. Peningkatan Aksesibilitas: Melalui merger, BSI dapat memperluas jangkauan layanan
syariah di Indonesia. Dengan memiliki lebih banyak cabang dan jaringan distribusi yang
lebih luas, BSI dapat memberikan akses yang lebih baik bagi masyarakat untuk
menggunakan layanan keuangan syariah.
4. Peningkatan Kepercayaan: Merger dapat memberikan kepercayaan yang lebih besar
bagi nasabah. Dengan menjadi bank syariah terbesar di Indonesia, BSI dapat memberikan
keyakinan kepada nasabah bahwa mereka memiliki stabilitas keuangan dan kapabilitas
yang kuat.
Namun, penting untuk dicatat bahwa dampak merger dapat bervariasi tergantung
pada implementasi dan manajemen pasca-merger. Penting bagi BSI untuk memastikan
bahwa integrasi dilakukan dengan baik, agar nasabah tetap mendapatkan layanan yang
baik dan kebutuhan mereka terpenuhi
6. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memiliki peran penting dalam melindungi
keamanan dan kepercayaan dalam sistem perbankan. Berikut adalah peran LPS bagi
perbankan dan nasabah, beserta contoh kasus yang pernah diatasi oleh LPS:

 Peran LPS bagi Perbankan:


1). *Menjamin Simpanan Nasabah:* LPS memberikan jaminan kepada nasabah atas
simpanan mereka di bank. Jaminan ini mencakup jumlah tertentu agar nasabah tidak
kehilangan seluruh simpanannya jika terjadi kegagalan atau likuidasi bank.
2). *Meningkatkan Kepercayaan:* Keberadaan LPS meningkatkan kepercayaan nasabah
terhadap sistem perbankan. Nasabah merasa lebih aman menyimpan dananya di bank karena
adanya jaminan dari LPS.
3). *Stabilitas Sistem Keuangan:* Dengan memberikan perlindungan terhadap simpanan,
LPS berkontribusi pada stabilitas sistem keuangan. Ini membantu mencegah penarikan
massal dan panik perbankan yang dapat merugikan stabilitas ekonomi.
 Peran LPS bagi Nasabah:
1). *Perlindungan Simpanan:* Nasabah merasa aman karena simpanan mereka dijamin oleh
LPS. Jika terjadi kegagalan bank, LPS akan mengganti kerugian nasabah hingga batas
jaminan yang ditetapkan.
2). *Meningkatkan Kepercayaan:* Dengan adanya jaminan dari LPS, nasabah memiliki
kepercayaan lebih terhadap keamanan simpanan mereka di bank. Ini mendorong partisipasi
dan keaktifan dalam penggunaan layanan perbankan.
3). *Stimulus Ekonomi:* Perlindungan simpanan oleh LPS dapat meredakan ketidakpastian
dan memotivasi masyarakat untuk tetap menggunakan layanan perbankan. Hal ini
mendukung aktivitas ekonomi dan pertumbuhan sektor keuangan.
Contoh Kasus yang Diatasi oleh LPS:
Kasus Bank X:

 Permasalahan: Bank X mengalami kesulitan keuangan dan dinyatakan gagal oleh


otoritas pengawas.
 Tindakan LPS: LPS melakukan penilaian dan menetapkan batas maksimal jaminan
simpanan sesuai peraturan yang berlaku. Nasabah Bank X yang memiliki simpanan di
bawah batas jaminan tersebut akan digantikan oleh LPS.

 Dampak bagi Nasabah: Nasabah yang simpanannya berada di bawah batas jaminan
LPS tidak kehilangan seluruh simpanannya. Mereka menerima ganti rugi dari LPS
sesuai ketentuan yang berlaku.
Penting untuk diingat bahwa LPS memiliki peran preventif dan intervensi. Peran
preventifnya melibatkan pemantauan dan evaluasi risiko bank, sedangkan peran
intervensinya terjadi saat terjadi kegagalan bank. Dengan demikian, LPS berperan
sebagai garda terdepan dalam melindungi stabilitas sistem perbankan dan
kepentingan nasabah.
7 Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memiliki peran penting dalam mengatasi kasus-kasus yang
terjadi dalam bidang asuransi. Berikut adalah peran OJK dalam mengatasi kasus-kasus
dalam bidang asuransi:
1). Pengawasan dan Regulasi: OJK bertanggung jawab untuk mengawasi dan mengatur
industri asuransi. Mereka menetapkan peraturan dan standar yang harus dipatuhi oleh
perusahaan asuransi untuk menjaga kepatuhan, transparansi, dan keberlanjutan industri.
2). Perlindungan Konsumen: OJK berperan dalam melindungi kepentingan konsumen
asuransi. Mereka memastikan bahwa perusahaan asuransi mematuhi prinsip-prinsip fair
dan adil dalam memberikan produk asuransi, proses klaim yang transparan, dan
perlindungan terhadap nasabah.
3). Penyelesaian Sengketa: OJK memiliki peran dalam menyelesaikan sengketa antara
konsumen dan perusahaan asuransi. Mereka menyediakan mekanisme penyelesaian
sengketa yang adil dan efektif, seperti melalui mediasi atau arbitrase, untuk memastikan
bahwa konsumen mendapatkan keadilan dalam kasus perselisihan dengan perusahaan
asuransi.
4). Pengawasan Keuangan: OJK melakukan pengawasan terhadap kesehatan keuangan
perusahaan asuransi. Mereka memastikan bahwa perusahaan asuransi memiliki
kecukupan modal, manajemen risiko yang baik, dan mematuhi prinsip-prinsip keuangan
yang sehat untuk menjaga stabilitas industri asuransi.
5). Pendidikan dan Informasi: OJK berperan dalam memberikan edukasi dan informasi
kepada masyarakat tentang asuransi. Mereka meningkatkan pemahaman masyarakat
tentang pentingnya asuransi, hak dan kewajiban sebagai nasabah, serta cara memilih
produk asuransi yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Contoh Kasus yang Diatasi oleh OJK dalam Bidang Asuransi:
Misalnya, terdapat kasus di mana sebuah perusahaan asuransi menolak klaim nasabah
tanpa alasan yang jelas. Dalam penanganan kasus ini, OJK dapat melakukan langkah-
langkah berikut:
 Investigasi: OJK akan melakukan investigasi terhadap perusahaan asuransi untuk
memahami alasan penolakan klaim dan memastikan bahwa perusahaan tersebut
telah mematuhi peraturan dan prosedur yang berlaku.
 Penyelesaian Sengketa: Jika terdapat perselisihan antara nasabah dan perusahaan
asuransi, OJK dapat memfasilitasi penyelesaian sengketa melalui mediasi atau
arbitrase. Tujuannya adalah mencapai kesepakatan yang adil antara kedua belah
pihak.
 Tindakan Penegakan Hukum: Jika perusahaan asuransi terbukti melanggar
peraturan atau melakukan praktik yang merugikan nasabah, OJK dapat
mengambil tindakan penegakan hukum, seperti memberikan sanksi administratif
atau melaporkan ke pihak berwenang untuk tindakan lebih lanjut.
Dengan peran dan tindakan yang dilakukan oleh OJK, diharapkan kasus-
kasus dalam bidang asuransi dapat ditangani dengan adil, transparan, dan
memberikan perlindungan yang memadai bagi konsumen.
8. Bank-bank di Indonesia, baik itu bank umum, bank pembangunan, atau bank lainnya,
memiliki peran krusial dalam menggerakkan perekonomian. Berikut adalah beberapa
peran utama bank dalam konteks perekonomian Indonesia:
1). Intermediasi Keuangan: Bank berfungsi sebagai perantara antara pihak yang memiliki
dana (nasabah atau deposito) dengan pihak yang membutuhkan dana (peminjam, seperti
perusahaan atau individu). Ini menciptakan likuiditas dan memfasilitasi pertumbuhan
ekonomi.
2). Pembiayaan Ekonomi: Bank memberikan berbagai produk pembiayaan, seperti kredit
usaha, kredit konsumen, dan pembiayaan proyek. Ini mendukung investasi, pertumbuhan
bisnis, dan konsumsi, yang semuanya berkontribusi pada aktivitas ekonomi.
3). Penyimpanan dan Pengelolaan Dana: Bank menyediakan layanan penyimpanan dana
yang aman dan berbagai produk investasi. Ini membantu masyarakat dan perusahaan
mengelola dan mengoptimalkan keuangan mereka.
4). Pemrosesan Transaksi: Bank memfasilitasi transaksi keuangan sehari-hari, seperti
pembayaran, transfer dana, dan transaksi perdagangan. Ini mendukung kegiatan bisnis
dan aktivitas konsumen.
5). Kebijakan Moneter: Bank Indonesia, sebagai bank sentral, memiliki peran dalam
merumuskan kebijakan moneter untuk menjaga stabilitas nilai mata uang, mengendalikan
inflasi, dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
6).Pemberian Layanan Keuangan Inklusif: Bank berupaya untuk meningkatkan inklusi
keuangan dengan menyediakan layanan keuangan kepada semua lapisan masyarakat,
termasuk yang berada di daerah terpencil atau kurang berkembang.
7).Pengawasan dan Regulasi: Bank Indonesia dan otoritas terkait memiliki peran dalam
mengawasi dan mengatur kegiatan perbankan untuk memastikan kepatuhan terhadap
standar keuangan, prudensial, dan etika bisnis.
Peran bank, apapun namanya, sangat penting dalam mendukung stabilitas dan
pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai