Anda di halaman 1dari 5

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 1

Nama Mahasiswa : YULIANTI

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 043739234

Kode/Nama Mata Kuliah : ADBI4436/OPERASIONAL BANK

Kode/Nama UT Daerah : 20/UPBJJ BANDAR LAMPUNG

Masa Ujian : 2023/2024 Genap (2024.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS TERBUKA
Jawaban:

1. a. Metode pembiayaan langsung


Metode yang digunakan jika penabung (Unit Surplus ) bertemu langsung dengan peminjam dana
(Unit Defisit ) untuk menukarkan dana dengan asset financial. Kelemahan metode ini adalah
peminjam dan pemilik dana harus mempunyai keinginan yang sama (jumlah dana & jangka waktu
peminjaman) serta surat bukti utang-nya sangat beresiko.
b. Metode pembiayaan semi-langsung
Metode yang digunakan antara penabung (Unit Surplus) dengan peminjam dana (Unit Defisit) yang
dilakukan melalui jasa intermediasi keuangan sebagai pihak ketiga (dealer, broker, investment bank).
c. Metode pembiayaan tidak langsung
Metode yang digunakan antara penabung (Unit Surplus) dengan peminjam dana (Unit Defisit)
melalui jasa lembaga intermediasi keuangan dengan menawarkan berbagai alternatif produk dan jasa
keuangan.

2. a. Keuntungan Financial Technology bagi Investor, Peminjam, dan Pemerintah:


Investor: Platform teknologi keuangan (fintech) menawarkan investor kesempatan untuk
mendiversifikasi portofolio investasi mereka dengan menyediakan akses ke opsi investasi alternatif.
Platform ini sering memiliki hambatan masuk yang lebih rendah dibandingkan dengan jalan investasi
tradisional, memungkinkan investor untuk berpartisipasi dalam berbagai peluang pinjaman dengan
potensi pengembalian yang lebih tinggi. Selain itu, platform fintech biasanya memanfaatkan
teknologi untuk merampingkan proses, mengurangi biaya, dan menyediakan analitik data real-time,
yang dapat meningkatkan transparansi dan pengambilan keputusan bagi investor.
Peminjam: Bagi peminjam, fintech menawarkan cara yang lebih nyaman dan efisien untuk
mengakses pembiayaan dibandingkan dengan saluran perbankan tradisional. Perusahaan fintech
sering menggunakan algoritme canggih dan analitik data untuk menilai kelayakan kredit dengan
cepat, memungkinkan persetujuan pinjaman lebih cepat. Selain itu, platform pinjaman fintech dapat
melayani populasi yang kurang terlayani atau tidak memiliki rekening bank yang mungkin
mengalami kesulitan mendapatkan pinjaman dari lembaga keuangan tradisional. Peningkatan
aksesibilitas ini dapat memberdayakan individu dan usaha kecil untuk mendapatkan pendanaan untuk
berbagai tujuan.
Pemerintah: Dari perspektif pemerintah, munculnya fintech dapat membawa beberapa manfaat.
Inovasi fintech dapat mendorong inklusi keuangan dengan menjangkau segmen populasi yang
sebelumnya kurang terlayani oleh bank tradisional. Ini dapat membantu merangsang pertumbuhan
ekonomi dengan menyediakan individu dan bisnis dengan akses ke modal yang mereka butuhkan
untuk investasi dan konsumsi. Selain itu, fintech dapat meningkatkan pengawasan regulasi melalui
penggunaan solusi berbasis teknologi yang memungkinkan pemantauan transaksi keuangan dan
kepatuhan terhadap peraturan yang lebih baik.

b. Risiko yang Kemungkinan Dihadapi oleh Perusahaan Financial Technology:


Risiko Kredit: Perusahaan fintech menghadapi risiko kredit yang terkait dengan default atau
tunggakan peminjam. Penggunaan algoritma otomatis untuk penilaian kredit mungkin tidak selalu
secara akurat memprediksi perilaku pembayaran, yang menyebabkan potensi kerugian bagi platform.
Keamanan Data: Mengingat ketergantungan pada teknologi dan platform digital, perusahaan fintech
rentan terhadap ancaman keamanan siber seperti pelanggaran data atau upaya peretasan. Melindungi
informasi pelanggan yang sensitif sangat penting untuk menjaga kepercayaan dan kredibilitas.
Regulasi dan Kepatuhan: Lanskap peraturan untuk fintech berkembang pesat, dan perusahaan harus
menavigasi kerangka hukum kompleks yang bervariasi di seluruh yurisdiksi. Ketidakpatuhan
terhadap peraturan dapat mengakibatkan denda atau gangguan operasional.

c. Peran Bank Indonesia dalam Financial Technology:


Bank Indonesia memainkan peran penting dalam mengawasi dan mengatur sektor fintech di
Indonesia. Bank sentral bertujuan untuk mendorong inovasi sambil memastikan perlindungan
konsumen dan stabilitas keuangan. Beberapa peran kunci Bank Indonesia dalam kaitannya dengan
fintech meliputi:
1. Perizinan dan Pengawasan: Bank Indonesia mengeluarkan izin kepada perusahaan fintech
yang beroperasi di Indonesia dan memantau kegiatan mereka untuk melindungi kepentingan
konsumen.
2. Kerangka Peraturan: Bank sentral menetapkan pedoman peraturan untuk berbagai jenis
layanan fintech, mempromosikan inovasi yang bertanggung jawab sambil mengurangi risiko.
3. Inklusi Keuangan: Bank Indonesia bekerja sama dengan fintech untuk memperluas akses
layanan keuangan kepada penduduk yang kurang terlayani, sejalan dengan tujuan inklusi
keuangan nasional.
4. Manajemen Risiko: Bank sentral bekerja untuk meningkatkan praktik manajemen risiko
dalam industri fintech untuk memastikan stabilitas sistemik dan melindungi terhadap potensi
ancaman.
Dengan secara aktif terlibat dengan ekosistem fintech, Bank Indonesia berupaya memanfaatkan
manfaat kemajuan teknologi di bidang keuangan dengan tetap menjunjung tinggi standar peraturan
untuk lanskap keuangan yang berkelanjutan.

3. Persamaan dan Perbedaan Kredit Bank Konvensional dengan Pembiayaan Dana Perbankan
Syariah
Kesamaan:
1. Penilaian Kredit: Baik bank konvensional maupun bank syariah melakukan penilaian kredit
menyeluruh sebelum menyetujui pembiayaan apa pun. Ini termasuk mengevaluasi kelayakan
kredit pemohon, stabilitas keuangan, dan kemampuan untuk membayar kembali pinjaman.
2. Dokumentasi: Kedua jenis lembaga memerlukan dokumentasi untuk memformalkan
perjanjian pembiayaan. Ini mungkin termasuk kontrak, perjanjian, dokumen jaminan, dan
dokumen hukum lainnya.
3. Motif Keuntungan: Meskipun mekanismenya berbeda, baik bank konvensional maupun bank
syariah bertujuan untuk menghasilkan keuntungan dari kegiatan keuangan mereka. Bank
konvensional mengenakan bunga pinjaman, sedangkan bank syariah memperoleh keuntungan
melalui pengaturan bagi hasil atau biaya.
Perbedaan:
1. Bunga vs Bagi Hasil: Salah satu perbedaan mendasar antara kredit bank konvensional dan
pembiayaan dana perbankan Syariah adalah perlakuan terhadap bunga. Bank konvensional
mengenakan bunga pinjaman sebagai bentuk kompensasi atas pinjaman uang. Sebaliknya,
perbankan Syariah beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil (Mudarabah) atau pembiayaan
biaya-plus (Murabaha), di mana keuntungan dibagi antara bank dan nasabah.
2. Risk Sharing: Dalam perbankan syariah, ada penekanan pada pembagian risiko antara bank
dan nasabah. Ini berarti bahwa dalam keuangan Islam, kedua belah pihak berbagi risiko dan
imbalan dari setiap kegiatan investasi atau pembiayaan. Bank konvensional biasanya tidak
memiliki fitur pembagian risiko ini.
3. Pembiayaan Beragun Aset: Perbankan syariah sering melibatkan struktur pembiayaan
beragun aset seperti Ijarah (leasing) atau Musharakah (kemitraan). Pengaturan ini didasarkan
pada aset berwujud atau kegiatan ekonomi riil. Kredit bank konvensional juga dapat didukung
aset tetapi juga dapat didasarkan hanya pada kelayakan kredit.
4. Kepatuhan terhadap Hukum Islam: Produk perbankan syariah harus sesuai dengan hukum
Islam (Syariah). Ini termasuk menghindari investasi di industri terlarang seperti alkohol,
perjudian, atau bisnis terkait daging babi. Bank konvensional tidak memiliki batasan ini.
Kesimpulannya, sementara kredit bank konvensional dan pembiayaan dana perbankan Syariah
melayani tujuan memberikan bantuan keuangan kepada individu dan bisnis, mereka beroperasi pada
prinsip-prinsip yang berbeda mengenai bunga, pembagian risiko, dukungan aset, dan kepatuhan
terhadap hukum Islam.
4. Memahami Peran Bank Indonesia dalam Pengendalian Inflasi:
Bank Indonesia, sebagai bank sentral Indonesia, memainkan peran penting dalam mengelola
perekonomian negara. Salah satu tanggung jawab utamanya adalah mengendalikan inflasi, yang
merupakan tingkat di mana tingkat harga barang dan jasa secara umum naik, yang menyebabkan
penurunan daya beli. Inflasi dapat memiliki efek merugikan pada ekonomi, seperti mengurangi daya
beli konsumen, mendistorsi keputusan investasi, dan mendestabilisasi pasar keuangan.
Kebijakan Moneter sebagai Alat untuk Memerangi Inflasi:
Untuk mengatasi tekanan inflasi, Bank Indonesia menerapkan kebijakan moneter. Kebijakan moneter
mengacu pada tindakan yang dilakukan oleh bank sentral untuk mengatur jumlah uang beredar dan
suku bunga dalam suatu perekonomian untuk mencapai tujuan ekonomi makro seperti mengendalikan
inflasi, menstabilkan nilai tukar mata uang, dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Strategi Bank Indonesia Fokus Penurunan Inflasi:
1. Penyesuaian Suku Bunga: Salah satu alat utama yang digunakan oleh Bank Indonesia untuk
mengendalikan inflasi adalah menyesuaikan suku bunga acuan. Dengan menaikkan suku
bunga, pinjaman menjadi lebih mahal, yang menyebabkan berkurangnya belanja konsumen
dan investasi. Ini membantu dalam mengekang inflasi tarikan permintaan di mana harga naik
karena kelebihan permintaan.
2. Operasi Pasar Terbuka (OPT): Bank Indonesia melakukan OMO dengan membeli atau
menjual Surat Berharga Negara di pasar terbuka. Ketika menjual sekuritas, itu mengurangi
jumlah uang beredar, membatasi tekanan inflasi. Sebaliknya, ketika membeli sekuritas, ia
menyuntikkan likuiditas ke dalam sistem untuk merangsang aktivitas ekonomi.
3. Persyaratan Cadangan: Strategi lain yang digunakan oleh Bank Indonesia adalah
menyesuaikan persyaratan cadangan untuk bank umum. Dengan meningkatkan rasio
cadangan, bank memiliki lebih sedikit uang yang tersedia untuk pinjaman, yang dapat
membantu mengurangi penciptaan kredit yang berlebihan yang memicu inflasi.
4. Komunikasi dan Transparansi: Komunikasi yang jelas dari Bank Indonesia mengenai
keputusan kebijakan moneter dan sasaran inflasi sangat penting untuk mengarahkan
ekspektasi. Ketika bisnis dan konsumen memahami komitmen bank sentral terhadap stabilitas
harga, mereka lebih cenderung menyesuaikan perilaku mereka.
5. Inflation Targeting Framework: Menerapkan kerangka penargetan inflasi yang eksplisit
dapat membantu Bank Indonesia memfokuskan kebijakan moneternya untuk mencapai
sasaran inflasi tertentu dalam jangka menengah. Dengan menetapkan target yang jelas dan
mengkomunikasikannya secara efektif, bank sentral dapat meningkatkan kredibilitas dan
efektivitasnya dalam memerangi inflasi.
Kesimpulannya, Bank Indonesia menempuh berbagai strategi dalam kerangka kebijakan moneternya
untuk fokus pada penurunan tekanan inflasi perekonomian. Dengan memanfaatkan perangkat seperti
penyesuaian suku bunga, operasi pasar terbuka, perubahan persyaratan cadangan, komunikasi yang
efektif, dan mengadopsi kerangka penargetan inflasi, Bank Indonesia bertujuan untuk menjaga
stabilitas harga dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

5. Peran Bank Indonesia dalam Hubungan Keuangan dengan Pemerintah


Sebagai bank sentral Indonesia, Bank Indonesia memainkan peran penting dalam mengelola
hubungan keuangan dengan pemerintah. Salah satu fungsi utama Bank Indonesia adalah mengatur
dan mengawasi sistem moneter dan keuangan negara. Dalam kapasitas ini, ia bekerja sama dengan
pemerintah untuk memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi.
Implementasi Kebijakan Moneter
Bank Indonesia bertanggung jawab untuk merumuskan dan melaksanakan kebijakan moneter di
Indonesia. Ini termasuk menetapkan suku bunga, mengelola cadangan devisa, dan mengatur jumlah
uang beredar. Dengan mengendalikan aspek-aspek kunci ekonomi tersebut, Bank Indonesia dapat
mempengaruhi inflasi, nilai tukar, dan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
Pengelolaan Utang Pemerintah
Peran penting lain Bank Indonesia dalam hubungan keuangan dengan pemerintah adalah mengelola
utang pemerintah. Bank sentral berpartisipasi dalam lelang obligasi pemerintah dan bertindak sebagai
penjamin emisi untuk sekuritas pemerintah. Dengan memfasilitasi penerbitan dan perdagangan utang
pemerintah, Bank Indonesia membantu membiayai pengeluaran pemerintah dan mengelola tingkat
utang publik.
Pemberi Pinjaman Pilihan Terakhir
Pada saat krisis keuangan atau kekurangan likuiditas, Bank Indonesia berfungsi sebagai lender of last
resort bagi pemerintah dan lembaga keuangan. Dengan menyediakan dana darurat atau dukungan
likuiditas, bank sentral membantu menstabilkan sistem keuangan dan mencegah risiko sistemik.

Anda mungkin juga menyukai