TUGAS 1
3. Persamaan dan Perbedaan Kredit Bank Konvensional dengan Pembiayaan Dana Perbankan
Syariah
Kesamaan:
1. Penilaian Kredit: Baik bank konvensional maupun bank syariah melakukan penilaian kredit
menyeluruh sebelum menyetujui pembiayaan apa pun. Ini termasuk mengevaluasi kelayakan
kredit pemohon, stabilitas keuangan, dan kemampuan untuk membayar kembali pinjaman.
2. Dokumentasi: Kedua jenis lembaga memerlukan dokumentasi untuk memformalkan
perjanjian pembiayaan. Ini mungkin termasuk kontrak, perjanjian, dokumen jaminan, dan
dokumen hukum lainnya.
3. Motif Keuntungan: Meskipun mekanismenya berbeda, baik bank konvensional maupun bank
syariah bertujuan untuk menghasilkan keuntungan dari kegiatan keuangan mereka. Bank
konvensional mengenakan bunga pinjaman, sedangkan bank syariah memperoleh keuntungan
melalui pengaturan bagi hasil atau biaya.
Perbedaan:
1. Bunga vs Bagi Hasil: Salah satu perbedaan mendasar antara kredit bank konvensional dan
pembiayaan dana perbankan Syariah adalah perlakuan terhadap bunga. Bank konvensional
mengenakan bunga pinjaman sebagai bentuk kompensasi atas pinjaman uang. Sebaliknya,
perbankan Syariah beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil (Mudarabah) atau pembiayaan
biaya-plus (Murabaha), di mana keuntungan dibagi antara bank dan nasabah.
2. Risk Sharing: Dalam perbankan syariah, ada penekanan pada pembagian risiko antara bank
dan nasabah. Ini berarti bahwa dalam keuangan Islam, kedua belah pihak berbagi risiko dan
imbalan dari setiap kegiatan investasi atau pembiayaan. Bank konvensional biasanya tidak
memiliki fitur pembagian risiko ini.
3. Pembiayaan Beragun Aset: Perbankan syariah sering melibatkan struktur pembiayaan
beragun aset seperti Ijarah (leasing) atau Musharakah (kemitraan). Pengaturan ini didasarkan
pada aset berwujud atau kegiatan ekonomi riil. Kredit bank konvensional juga dapat didukung
aset tetapi juga dapat didasarkan hanya pada kelayakan kredit.
4. Kepatuhan terhadap Hukum Islam: Produk perbankan syariah harus sesuai dengan hukum
Islam (Syariah). Ini termasuk menghindari investasi di industri terlarang seperti alkohol,
perjudian, atau bisnis terkait daging babi. Bank konvensional tidak memiliki batasan ini.
Kesimpulannya, sementara kredit bank konvensional dan pembiayaan dana perbankan Syariah
melayani tujuan memberikan bantuan keuangan kepada individu dan bisnis, mereka beroperasi pada
prinsip-prinsip yang berbeda mengenai bunga, pembagian risiko, dukungan aset, dan kepatuhan
terhadap hukum Islam.
4. Memahami Peran Bank Indonesia dalam Pengendalian Inflasi:
Bank Indonesia, sebagai bank sentral Indonesia, memainkan peran penting dalam mengelola
perekonomian negara. Salah satu tanggung jawab utamanya adalah mengendalikan inflasi, yang
merupakan tingkat di mana tingkat harga barang dan jasa secara umum naik, yang menyebabkan
penurunan daya beli. Inflasi dapat memiliki efek merugikan pada ekonomi, seperti mengurangi daya
beli konsumen, mendistorsi keputusan investasi, dan mendestabilisasi pasar keuangan.
Kebijakan Moneter sebagai Alat untuk Memerangi Inflasi:
Untuk mengatasi tekanan inflasi, Bank Indonesia menerapkan kebijakan moneter. Kebijakan moneter
mengacu pada tindakan yang dilakukan oleh bank sentral untuk mengatur jumlah uang beredar dan
suku bunga dalam suatu perekonomian untuk mencapai tujuan ekonomi makro seperti mengendalikan
inflasi, menstabilkan nilai tukar mata uang, dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Strategi Bank Indonesia Fokus Penurunan Inflasi:
1. Penyesuaian Suku Bunga: Salah satu alat utama yang digunakan oleh Bank Indonesia untuk
mengendalikan inflasi adalah menyesuaikan suku bunga acuan. Dengan menaikkan suku
bunga, pinjaman menjadi lebih mahal, yang menyebabkan berkurangnya belanja konsumen
dan investasi. Ini membantu dalam mengekang inflasi tarikan permintaan di mana harga naik
karena kelebihan permintaan.
2. Operasi Pasar Terbuka (OPT): Bank Indonesia melakukan OMO dengan membeli atau
menjual Surat Berharga Negara di pasar terbuka. Ketika menjual sekuritas, itu mengurangi
jumlah uang beredar, membatasi tekanan inflasi. Sebaliknya, ketika membeli sekuritas, ia
menyuntikkan likuiditas ke dalam sistem untuk merangsang aktivitas ekonomi.
3. Persyaratan Cadangan: Strategi lain yang digunakan oleh Bank Indonesia adalah
menyesuaikan persyaratan cadangan untuk bank umum. Dengan meningkatkan rasio
cadangan, bank memiliki lebih sedikit uang yang tersedia untuk pinjaman, yang dapat
membantu mengurangi penciptaan kredit yang berlebihan yang memicu inflasi.
4. Komunikasi dan Transparansi: Komunikasi yang jelas dari Bank Indonesia mengenai
keputusan kebijakan moneter dan sasaran inflasi sangat penting untuk mengarahkan
ekspektasi. Ketika bisnis dan konsumen memahami komitmen bank sentral terhadap stabilitas
harga, mereka lebih cenderung menyesuaikan perilaku mereka.
5. Inflation Targeting Framework: Menerapkan kerangka penargetan inflasi yang eksplisit
dapat membantu Bank Indonesia memfokuskan kebijakan moneternya untuk mencapai
sasaran inflasi tertentu dalam jangka menengah. Dengan menetapkan target yang jelas dan
mengkomunikasikannya secara efektif, bank sentral dapat meningkatkan kredibilitas dan
efektivitasnya dalam memerangi inflasi.
Kesimpulannya, Bank Indonesia menempuh berbagai strategi dalam kerangka kebijakan moneternya
untuk fokus pada penurunan tekanan inflasi perekonomian. Dengan memanfaatkan perangkat seperti
penyesuaian suku bunga, operasi pasar terbuka, perubahan persyaratan cadangan, komunikasi yang
efektif, dan mengadopsi kerangka penargetan inflasi, Bank Indonesia bertujuan untuk menjaga
stabilitas harga dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.