Anda di halaman 1dari 13

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS I

NAMA MAHASISWA : RIDHO YANSYAH

NIM : 048376599

PRODI : MANAJEMEN EKONOMI

KODE/NAMA MATA KULIAH : BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN NON BANK


UPBJJ : UNIVERSITAS TERBUKA JAMBI

MASA UJIAN : 2022/2023.2 (2023.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS TERBUKA
1. Metode pemindahan dana dari unit surplus ke unit defisit :

1) Metode Pembiayaan Langsung (Direct Financing Method): cara pemberian kredit dimana
si penabung dapat bertemu langsung dengan si peminjam tanpa menggunakan jasa lembaga
keuangan.
2) Metode Pembiayaan Semi Langsung: pertukaran dana antara si penabung dan si peminjam
menggunakan intervensi pihak ketiga, seperti dealer, broker, dll.
3) Metode Pembiayaan tidak langsung (indirect financing method): cara pemberian kredit
antara penabung dan peminjam secara tidak langsung, namun menggunakan jasa bank.

Aset keuangan Aset keuangan


Pasar modal :
Memperdagangkan aset
Dana keuangan jangka panjang Dana

Pihak Pihak
yang yang
membu kelebiha
PASAR KEUANGAN : n dana
tuhkan
Terdiri dari pasar modal (pihak
dana surplus)
dan pasar uang
(pihak
deficit)

Dana
Pasar keuangan :
Memperdagangkan aset
keuangan jangka pendek
Aset keuangan Aset keuangan

Gambar 1.1
Bagan arus dana dalam sistem keuangan

2. Menurut peraturan Otoritas jasa keuangan Nomor 13/POJK.02/2018 tentang inovasi keuangan
digital di sektor jasa keuangan. Inovasi Keuangan Digital (IKD) adalah segala aktivitas pembaruan
proses bisnis, model bisnis, dan instrumen keuangan yang memberikan nilai tambah baru di sektor
jasa keuangan dengan melibatkan ekosistem digital. IKD melibatkan aktivitas pembaruan proses,
model bisnis, dan instrumen keuangan yang dapat memberikan Value (nilai tambah) baru dibidang
jasa keuangan yang melibatkan ekosistem digital.
Singkatnya, IKD ini melakukan tranformasi pada perusahaan dibidang keuangan, tentunya dengan
menggunakan instrumen. Lingkungan yang terlibat dalam pelaksanaan IKD adalah
otoritas,penyelenggara konsumen atau pihak lainnya yang menggunakan platform digital dalam
melakukan transaksi keuangan. Tentunya semua pihak tersebut harus bisa mendorong agar IKD
bisa membawa manfaat dan dampak yang besar dalam masyarakat indonesia.
 Ruang lingkup inovasi keuangan digital
Tentunya disetiap sektor pasti ada ruang lingkupnya masing-masing. Termasuk inovasi
keuangan digital. Jenis kegiatan yang termasuk kedalam ruang lingkup IKD adalah sebagai
berikut :

1) Pelunasan transaksi yang sedang berlangsung


2) Penghimpun modal dari beberapa sumber dana
3) Pengelolaan investasi
4) Pengumpulan dan penyaluran dana
5) Pengurusan segala jenis asuransi
6) Pendukung segala jenis pasar yang ada di negeri
7) Pendukung keuangan digital lainnya
8) Berbagai kegiatan jasa keuangan lainnya

Meskipun mungkin tidak semua kegiatan diatas dilakukan oleh suatu penyelenggara IKD. Ada
pula IKD yang hanya fokus menyediakan salah satu layanan atau jasa yang disebutkan di atas.
Yang jelas semua kegiatan keuangan di atas termasuk dalam ruang lingkup IKD. Sekilas IKD
terdengar mirip dengan financial technology (fintech). Hal itu tidak salah mengingat fintech
adalah sistem pengembangan sektor keuangan yang menggunakan teknologi digital, seperti situs
Web atau aplikasi keuangan digita lainnya. Bedanya, fintech berfokus pada penyediaan layanan,
sementara IKD adalah proses kegiatan finansial yang disebutkan tadi.

 Kriteria inovasi keuangan digital


Tentunya, tidak semua orang yang menjalankan perusahaan IKD layak disebut penyelenggara
inovasi keuangan digital. Menurut OJK , ada tujuh kriteria inovasi keuangan digital yang harus
dipenuhi :

1) Bersifat inovatif
Kriteria inovasi yang pertama adalah bersifat inovatif. Hal ini berarti sellau ada ide-ide
baru yang dikembangkan oleh penyelenggaraan untuk mendukung perkembangan
IKD di indonesia. Karena sifatnya yang inovatif ini, penyelenggara IKD juga
diharuskan berorientasi ke depan dan terus hadir disegala zaman.

2) Menggunakan teknologi
Seperti namanya, tentu saja IKD harus memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi dalam menjalankan segala jenis transaksi keuangan. Penggunaan
teknologi diharuskan menjadi sarana utama dalam pemberian layanan keuangan
kepada konsumen atau penggunanya disektor jasa keuangan.

3) Bersifat inklusif
IKD dalam prosesnya diharapkan bisa bermanfaat bagi masyarakat. Karena itu penting
bagi penyelenggaranya untuk menyediakan literasi keuangan tanpa mememperhatikan
apapun latar belakang penggunanya. Selain kemajuan teknologi finansial, indonesia
juga diharapkan bisa cerdas finansial.
4) Bisa digunakan secara luas
Masih berkaitan dengan kriteria diatas aplikasi atau website IKD harus digunakan oleh
masyarakat secara luas. Apabila ada pengguna yang kesulitan menggunakan atau
mengaksesnya berarti belum tercapai nilai kebermanfaatan yang tinggi bagi IKD
tersebut.

5) Bisa diintegrasikan
Maksud dari kriteria ini yaitu setiap instrumen IKD harus bisa diintegrasikan atau
digunakan bersamaan dengan layanan keuangan yang sudah ada sebelumya.
Contohnya penyelenggara IKD yang sudah menyediakan metode transaksi digital
sebagai salah satau layanannya harus bisa pula menyediakan layanan pembayaran
seperti kartu debit atau kredit.

6) Menggunakan pendekatan kolaboratif


Dalam menciptakan dan menjalankan IKD harus ada beberapa pihak yang terlibat
demi mendorong majunya instrumen tersebut sehingga bisa memberikan manfaat
yang lebih besar pada masyarakat.

7) Melindungi data konsumen


Kriteria yang wajib diperhatikan oleh penyelenggara IKD, karena selalu ada risiko
pencurian atau penyalahgunaan data konsumen seperti yang pernah terjadi.OJK sangat
berharap agar setiap penyelenggaranya bisa memastikan jaminan perlindungan
konsumen dan datanya agar tidak ada pihak yang dirugikan.

 Contoh inovasi keuangan digital


Salah satu contoh inovasi keuangan digital yang tercatat diklaster E-KYC adalah Profind.
Menurut OJK, E KYC merupakan sebuah platform yang membantu menyediakan jasa
identifikasi dan verifikasi yang dilakukan terhadap calon nasabah/nasabah dengan
menggunakan data kependudukan yang bersumber dari dukcapil. Profind hadir dengan EKYC
(know your customer) yang dapat membantu proses credit scoring untuk pasar yang selama ini
belum terjangkau dari pasar millenial.

3. Sistem perbankan di indonesia memilki dua macam sistem operasional perbankan. Kedua
sistem perbankan tersebut adalah Bank umum dan Bank syariah, Bank konvesnsiaonal tentu
saja sudah akrab dengan masyarakat indonesia, lalu apa saja perbedaan bank umum dan bank
syariah ? Berikut saya jelaskan perbedaan tersebut dikutip dari beberapa sumber:
 Bank umum
Adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Salah satu kegiatan usaha
bank konvensional adalah menhimpun dana masyarakat. Secara teori sumber sumber
penghimpunan dana bank meliputi : giro, tabungan, deposito berjangka, sertifikat deposito,
surat berharga yang diterbitkan, pinjaman dan modal sendiri. Dalam mengembangkan
strategi untuk mobilisasi dana, bank perlu menghitung biaya dana(cost of found).

 Bank syariah
Sesuai dengan UU perbankan indonesia, prinsip syariah adalah aturan perjanjian
berdasarkan hukum islam antar bank bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana atau
pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah,
antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharaba)), pembiayaan
berdasarkan prinsip pernyataan modal (musharakah), prinsip jual beli barang dengan
memperoleh keuntungan (murabah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip
sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan
atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menjelaskan perbedaan bank syariah dan bank
konvensional, bahwa prinsip bank syariah yang diatur dalam fatwa MUI seperti di
dalamnya prinsip keadilan dan keseimbangan ('adl wa tawazun), kemaslahatan (maslahah),
universalisme (alamiyah), serta tidak mengandung gharar, maysir, riba, zalim, dan obyek
yang haram. UU Perbankan Syariah juga mengamanahkan, berdasarkan perbedaan bank
syariah dan bank konvensional tadi, untuk menjalankan fungsi sosial dengan menjalankan
fungsi seperti lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak,
sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf
(nazhir) sesuai kehendak pemberi wakaf (wakif). Dalam perbedaan bank syariah dan bank
konvensional ini, sistem perbankan syariah dan perbankan konvensional bersinergi untuk
mendukung mobilisasi dana masyarakat secara lebih luas untuk meningkatkan kemampuan
pembiayaan bagi sektor-sektor perekonomian nasional. Secara umum, perbedaan bank
syariah dan bank konvensional terletak pada bentuk usaha bank syariah terdiri atas Bank
Umum dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS), dengan perbedaan pokok BPRS
dilarang menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas sistem
pembayaran.

 Tujuan dan fungsinya


Perbedaan bank syariah dan bank konvensional juga terletak pada tujuannya. Bank
konvensional memiliki tujuan keuntungan dengan sistem bebas nilai atau dengan prinsip
yang dianut oleh masyarakat umum. Sedangkan, bank syariah tidak hanya berfokus pada
keuntungan atau profit saja. Melalui situs resmi ojk.go.id, OJK menjelaskan bahwa
perbedaan bank syariah dan bank konvensional dalam melakukan kegiatan usahanya
berasaskan pada prinsip syariah, demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati-hatian. Di
samping perbedaan bank syariah dan bank konvensional, terdapat tujuan bank syariah
yakni untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan
keadilan, kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Sementara fungsi bank
syariah, berdasarkan perbedaan bank syariah dan bank konvensional, adalah:

1) Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah (UUS) wajib menjalankan fungsi
menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat. 
2) Bank Syariah dan UUS dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembaga
baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah,
atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat. 
3) Bank Syariah dan UUS dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari wakaf
uang dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai dengan
kehendak pemberi wakaf (wakif). 
4) Pelaksanaan fungsi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
 Sistem operasional
Sistem operasional juga menjadi perbandingan bank syariah dan bank konvensional. Pada
bank konvensional, sistem operasionalnya memberlakukan penerapan suku bunga dan
perjanjian secara umum berdasarkan aturan nasional. Akad antara bank dan nasabah bank
banyak dilakukan berdasarkan kesepakatan jumlah suku bunga. Sementara itu, bank
syariah tidak menerapkan bunga dalam transaksinya. Menurut syariat Islam, bunga masuk
dalam kategori riba. Sehingga sistem operasional bank syariah menggunakan akad bagi
hasil atau nisbah. Kesepakatan antara nasabah dan pihak bank berdasarkan pembagian
keuntungan dan melibatkan kegiatan jual beli.

 Hubungan antar nasabah dan lembaga bank


Peran nasabah dan lembaga perbankan juga mempengaruhi perbedaan bank syariah dan
bank konvensional. Dalam bank konvensional, hubungan antara nasabah dan lembaga
perbankan yaitu debitur dan kreditur. Nasabah bank konvensional berperan sebagai
kreditur, sementara perbankan berperan sebagai debitur. Berbeda dengan bank syariah,
hubungan antara nasabah dan bank terbagi menjadi 4 jenis, meliputi penjual-pembeli,
kemitraan, sewa dan penyewa. Dalam penggunaan akad murabahah, istishna, dan salam,
pihak bank berperan sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli. Sementara akad
musyarakah dan mudharabah memperlakukan hubungan kemitraan. Akad ijarah
memposisikan bank sebagai pemberi sewa dan nasabah sebagai penyewa.

 Kesepakatan formal
Proses transaksi dalam lembaga perbankan harus ada kesepakatan atau perjanjian formal
antara nasabah dan pihak bank. Perbedaan bank syariah dan bank konvensional ditinjau
dari kesepakatan formal yaitu bank konvensional melakukan perjanjian secara hukum
nasional. Berbeda pada bank syariah melakukan akad dengan memperhatikan hukum Islam
juga. Beragam jenis akad transaksi dalam bank syariah mulai dari mencari keuntungan
hingga layanan jasa sosial. Tidak hanya itu, dalam melaksanakan perjanjian, terdapat
beberapa rukun dan syarat sah yang harus ditunaikan untuk mengesahkan akad tersebut.

 Pengawasan kegiatan
Perbedaan bank syariah dan konvensional juga ditinjau dari pengawas kegiatannya.
Meskipun keduanya sama-sama diatur oleh Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
mengenai Perbankan, tetapi pihak yang mengawasinya berbeda. Bank konvensional
diawasi oleh dewan komisaris dalam aktivitasnya. Sementara struktur pengawasan bank
syariah terdiri dari berbagai lembaga, diantaranya dewan pengawas syariah, dewan syariah
nasional, dan dewan komisaris bank.

 Proses pengelolaan dana


Karena bank syariah menerapkan prinsip Islam, maka berpengaruh juga terhadap kebijakan
pengelolaan dana. Sehingga perbedaan bank syariah dan bank konvensional selanjutnya
yaitu proses pengelolaan dana. Pada bank konvensional, pengelolaan dana dapat dilakukan
dalam seluruh lini bisnis menguntungkan di bawah naungan Undang-Undang. Sementara,
uang nasabah dalam bank syariah harus dipergunakan sesuai aturan Islam. Bank syariah
harus mengelola dana nasabah pada lini bisnis yang diizinkan oleh aturan Islam.
Akibatnya, uang nasabah tidak boleh diinvestasikan atau dikelola pada bidang usaha
bertentangan dengan nilai Islam, seperti perusahaan rokok, narkoba, dan sebagainya.

 Sistem bunga
Perbedaan perbankan syariah dan konvensional paling menonjol terlihat dari penerapan
sistem bunga. Bank umum menggunakan suku bunga sebagai acuan dasar dan keuntungan.
Sementara, bank syariah tidak menggunakan sistem bunga, tetapi imbal hasil atau nisbah.
Bagi hasil diperoleh dari pembagian keuntungan antara bank dan nasabah.

 Pembagian keuntungan
Keuntungan perbankan merupakan perbedaan bank syariah dan konvensional. Pada bank
syariah, keuntungan bank diperoleh dari hasil jual beli, sewa-menyewa, dan kemitraan
dengan nasabah. Tetapi bank konvensional mendapatkan keuntungan dari suku bunga yang
dibebankan pada nasabah.

 Pengelolaan denda
Terakhir, perbandingan bank syariah dan bank konvensional adalah pengelolaan denda.
Ketika Anda terlambat melakukan pembayaran dalam bank konvensional, terdapat denda
yang dibebankan kepada nasabah. Bahkan besaran bunga bisa semakin meningkat, bila
nasabah tidak membayar hingga batas waktu ditetapkan. Sementara itu, bank syariah tidak
memiliki aturan beban denda bagi nasabah saat terlambat atau tidak bisa membayar.
Sebagai gantinya, bank akan melakukan perundingan dan kesepakatan bersama. Meskipun
beberapa bank syariah ada yang menetapkan denda pada kasus tertentu, tetapi uang denda
dari nasabah tidak dinikmati oleh pihak bank melainkan dianggarkan sebagai dana sosial.

4. Meskipun secara yuridis Bank indonesia baru lahir pada tanggal 1 juli 1953. Namun peran
bank sentral sudah ada sejak zaman raja raja nusantara. Pada waktu itu, peran bank sentral
belum begitu kompleks, namun paling tidak ada pihak yang mengatur sirkulasi uang. Pada
masa penjajahan belanda, tepatnya pada tanggal 24 januari 1828 pemerintah belanda
mendirikan De Javasche Bank (DJB) yang difungsikan sebagai bank sirkulasi. Lahirnya Bank
indonesia bermula pada 19 juni 1951, dimana pemerintah membentuk panitia nasionalisasi
DJB. Panitia inilah yang akan mengkaji usulan langkh nasionalisasi dan akhirnya proses
nasionalisasi selesai pada 1 juli 1953. Sejak saat itu bangsa indonesia telah memiliki sebuah
lembaga bank sentral dengan nama Bank indonesia.

Bank sentral di indonesia memiliki berbagai tugas yang telah diatur dalam undang-undang
Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia yang telah mengalami beberapa kali perubahan
dan Diperbaharui terakhir dalam undang-undang Nomor 6 Tahun 2009. Sesuai dengan
undang-undang tersebut, tugas bank sentral yaitu :
1) Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter
2) Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran
3) Mengatur dan mengawasi bank
Sebagai lembaga yang memegang otoritas moneter, tugas bank sentral membuat dan
menjalankan kebijakan moneter negara demi mencapai serta memelihara kestabilan mata
uang. Kebijakan itu mempertimbangkan banyak hal, semisal laju inflasi, perkembangan
ekonomi, dan sebagainya. Kebijakan moneter ada yang untuk jangka pendek,menegah, dan
panjang. Di indonesia, tugas-tugas ini diemban oleh Bank Indonesia. Berikut ini adalah Peran-
peran Bank sentral. Sedemikian pentingnya kedudukan Bank indonesia dalam kancah
perekonomian indonesia, menjadi penting juga bagi kita untuk mengetahui lebih jauh
mengenai bank sentral ini. Berikut beberapa peran Bank indonesia Yang saya kutip dari
beberapa sumber :

1) Menjaga stabilitas moneter


Bukan perkara yang mudah bagi Bank Indonesia untuk menentukan kebijakan
moneter yang tepat, terutama dalam menentukan suku bunga yang tepat dan
berimbang. Dimana suku bunga Bank Indonesia umumnya akan menjadi acuan
perbankan dalam mengucurkan kredit untuk mendukung berkembangnya
perekonomian. Jika Bank Indonesia menerapkan suku bunga yang terlalu ketat,
maka yang terjadi adalah berbagai kegiatan perekonomian tidak akan berjalan,
vakum bahkan mati. Sebaliknya, jika Bank Indonesia terlalu longgar dalam
menetapkan suku bunganya maka akan menimbulkan banyak pelanggaran dan
penyelewengan yang berakibat negatif terhadap perekonomian dalam negeri. 
Kebijakan moneter Bank Indonesia sering didasarkan pada inflation targeting
framework, yang diharapkan mampu menciptakan stabilitas moneter yang baik
dan berimbang untuk menunjang bertumbuhnya perekonomian dalam negeri.

2) Memelihara cadangan devisa negara


Devisa negara merupakan salah satu aset penting yang dimiliki oleh sebuah
negara. Semakin besar pemasukan atau devisa negara maka negara tersebut akan
maju dan penuh dengan inovasi. Begitu juga sebaliknya, jika devisa rendah maka
kemajuan dan kemakmuran di negara tersebut sulit dicapai. Dalam hal ini peran
Bank Indonesia adalah memelihara cadangan devisa yang ada dengan menerapkan
dua sistem, yaitu : Internal reserve yakni menangani jumlah peredaran uang yang
ada di masyarakat; dan Eksternal reserve yaitu menangani tentang alat
pembayaran internasional.

3) Mengawasi perbankan
Bank Indonesia merupakan pemimpin diantara bank-bank lainnya. Tentu peran
bank Indonesia tidak sembarangan. Disini, BI bertugas melakukan pengawasan
terhadap bank-bank di bawah naungannya. Ada dua cara pengawasan yang
dilakukan oleh Bank Indonesia, yaitu : Prudential supervision yakni dengan
melakukan pengawasan dengan tujuan untuk mengarahkan para individu- individu
yang ada dalam bank tersebut mendapatkan penjagaan atas kelangsungan
hidupnya sehingga kepentingan masyarakatpun bisa terlindungi; dan monetary
supervision berfungsi melakukan pengawasan terhadap nilai mata uang suatu
negara sehingga bank tersebut bisa menjadi penopang kebijakan moneter maupun
kebijakan pemerintah lainnya.Sebagai bankir sekaligus agen dan penasehat
pemerintah, hal-hal yang dilakukan oleh Bank Indonesia meliputi:
Memberdayakan rekening pemerintahan; Menyediakan dan memberikan pinjaman
sementara bagi nasabah; Memberikan dan menyediakan pinjaman khusus;
Melakukan transaksi yang terkait dengan jual beli valuta asing; Menerima
pembayaran dari setiap pajak; Menganalisis permasalahan ekonomi. Sedangkan
dalam peran sebagai agen dan penasehat pemerintah menjalankan beberapa
kegiatan antara lain : Mengelola dan mencari jalan keluar atas hutang nasional;
Menyediakan jasa pembayaran bunga yang timbul akibat hutang; Menyediakan
sarana dan infromasi mengenai keadaan pasar uang dan pasar modal.

4) Mengawasi kinerja lembaga keuangan


Perbankan, sebagai lembaga keuangan menjadi pintu gerbang semua kalangan
dalam kegiatan perekonomian. Menciptakan dan menjaga lembaga keuangan yang
sehat dan berkinerja baik menjadi tanggungjawab dan pengawasan Bank
Indonesia. Fungsi dan peranan dalam mengawasi dan menentukan regulasi yang
tepat serta penegakan hukum atas lembaga keuangan berada dibawah kendali
Bank Indonesia.

5) Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran.


Berbicara tentang sistem pembayaran pasti akan kita temui masalah yang
kompleks. Hal yang sering terjadi adalah gagal bayar pada salah satu pihak maka
akan terjadi sebuah masalah terutama pada kelancaran sistem pembayaran. Untuk
mengatasi hal tersebut serta menjaga kelncaran sistem pembayaran, Bank
Indonesia menerapkan suatu mekanisme dan aturan yang mampu mengurangi
resiko dalam sistem pembayaran yang cenderung meningkat. Beberapa cara yang
ditempuh oleh Bank Indonesia antara lain menerapkan suatu sistem pembayaran
yang tersistem yang bersifat real time yang sering disebut dengan sistem Real
Time Gross Settlement (RTGS) yang akan berimbas pada peningkatan keamanan
dan kecepatan serta ketepatan sistem pembayaran.  Selain itu Bank Indonesia juga
rutin melakukan pengawasan dan melihat serta mengidentifikasi potensi resiko
yang ada dalam sistem pembayaran.

6) Sebagai jaring pengamanan sistem keuangan.


Peran Bank Indonesia yang satu ini didapat karena Bank memiliki fungsi sebagai
Lender of the Last Resort (LoLR). Peran ini bisa digolongkan sebagai peran
tradisonal Bank Indonesia sebagai Bank sentral. Peran ini memiliki dampak baik
terutama pada pengelolaan krisis yang berguna untuk menghindari terjadinya
ketidakstabilan sistem keuangan.Peran ini meliputi penyediaan likuiditas pada saat
kondisi normal maupun krisis. Dalam menjalankan peran ini Bank Indonesia
selalu melakukan pertimbangan atas resiko sistemik dan menerapkan persyaratan
yang ketat dalam upaya penyediaan likuiditas bagi pihak yang membutuhkan.

7) Menciptakan uang giral


Sebagai bank sentral, bank Indonesia menjadi satu-satunya lembaga yang berhak
untuk merancang, membuat mencetak dan mengatur peredaran uang. Salah
satunya membuat uang giral seperti bilyet, giro dan cek. Untuk masalah
pencetakan uang Bank Indonesia menyesuaikan dengan situasi dan kondisi dalam
masyarakat. Ketika sedang terjadi inflasi Bank Indonesia mengedarkan uang lebih
banyak dari biasanya agar inflasi cepat selesai. Dan ketika terjadi kondisi yang
kurang kondusif maka uang yang diedarkan dikurangi jumlahnya.

8) Menjadi perantara keuangan


Peran yang tak kalah penting dari Bank Indonesia adalah sebagai perantara atau
menjembatani dua pihak yang saling membutuhkan, yaitu diantara pihak yang
membutuhkan dana dengan pihak yang memiliki atau kelebihan dana. Antara
perbankan dan masyarakat. Dalam hal ini Bank menyediakan sebuah program
dimana mereka menerima simpanan dari masyarakat untuk disalurkannya kembali
dalam bentuk kredit. Kredit ini diharapkan mampu membantu masyarakat dalam
upaya membuka usaha sendiri atau mandiri untuk memenuhi tujuan hidupnya.

9) Mengelola arus pembayaran dan pelayanan jasa-jasa seputar perbankan.


Dalam menjalankan peranan pengelolaan arus pembayaran dan pelayanan jasa-
jasa perbankan dengan melakukan berbagai macam kegiatan yang pada dasarnya
Bank Indonesia mendukung peran tersebut, diantaranya: Menghimpun dan
mengumpulkan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan yang berupa giro,
deposito yang berjangka, sertifikat deposito, tabungan dan bentuk lainnya yang
sejenis dengan hal tersebut; Memberikan dan meminjami kredit bagi masyarakat
kecil yang ingin memiliki usaha mandiri; Menerbitkan surat atau tanda bukti
pengakuan hutang, baik hutang yang memiliki jangka waktu panjang maupun
yang berjangka pendek. Lainnya, Bank Indonesia berhak untu memindahkan atau
mengalihkan surat pengakuan hutang, baik yang digunakan untuk kepentingan
sendiri atau kelompok yang disini diwakili oleh nasabah; Menyediakan
pembiayaan bagi para nasabah yang didasrakan atas prinsip bagi hasil yang sesuai
dengan ketentuan peraturan pemerintah; Melaksanakan dan penempatan atau
pengalihan dana dari satu nasabah ke nasabah lain dalam bentuk surat berharga
yang tidak tercatat atau tidak termasuk ke dalam bursa efek; dan memberikan
jasa-jasa perbankan lainnya kepada nasabah.

10) Menjalankan riset dan pemantauan


Bank Indonesia dalam peranannya secara rutin mencari dan menggali segala
informasi penting terutama yang mampu mengancam  stabilitas keuangan negara.
Pemantauan yang dilakukan oleh Bank Indonesia bersifat macroprudential,
sehingga Bank Indonesia bisa memantau dan memonitor kerentanan yang dimiliki
oleh sektor keuangan serta mendeteksi dan mencari potensi yang tidak diduga
yang biasanya berdampak pada stabilitas dari sistem keuangan negara. Dalam
fungsi risetnya, Bank Indonesia mampu menciptakan dan mengembangkan
instrumen serta indikator yang dibutuhkan oleh macroprudential dalam upaya
mendeteksi dan mencari tahu kerentanan dari sistem keuangan. Dan pada akhirnya
hasil dari riset serta pemantauan tersebut akan dijadikan sebagai acuan bagi
otoritas terkait dalam hal pengambilan langkah-langkah yang tepat dan efektif
dalam upaya meminimalisir gangguan pada sektor keuangan.
5. Mengenal independensi
Independesi Bank sentral adalah kebebasan bank sentral dari campur tangan pemerintah untuk
dapat melaksanakan kebijakan moneternya yang bebas dari pertimbangan pertimbangan
politik. Untuk bisa mengelola keuangan nasional yang sehat, bank sentral tentunya harus
mandiri, bebas dari campur tangan pihak lain, termasuk bebas dari ambisi pemerintah untuk
meningkatkan Seignorage yang dilakukan dengan cara meningkatkan pencetakan uang. Kita
dapat membayangkan apa jadinya jika bank sentral tidak independen. Pemerintah dan politisi
mungkin bisa saja memanfaatkan bank sentral untuk membuat kebijakan yang sesuai dengan
keinginan mereka. Dengan kata lain, kita akan melihat kebijakan moneter dan keuangan
sebagai kebijakan politik.
Bank Indonesia (BI) selaku otoritas moneter kini memiliki independensi yang dijamin dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 Pasal 9 Ayat 1 yang berbunyi:
“Pihak lain dilarang melakukan segala bentuk campur tangan terhadap pelaksanaan tugas
Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8“. Independensi Bank Indonesia
memiliki dampak tidak hanya dari segi ekonomi, tapi juga dari segi politik. Dari segi
ekonomi, dampak dari independensi Bank Indonesia dapat dilihat dari pencapaian tujuan bank
sentral yaitu stabilitas nilai rupiah yang mengandung dua aspek, yaitu kestabilan nilai mata
uang terhadap barang dan jasa (inflasi) dan kestabilan terhadap mata uang negara lain (nilai
tukar). Sementara itu dari segi politik, independensi Bank Indonesia diwujudkan dengan
kedudukan Bank Indonesia yang tidak sejajar dengan lembaga tinggi negara seperti Dewan
Perwakilan Rakyat, Badan Pemeriksa Keuangan, dan Mahkamah Agung, serta tidak sama
dengan Departemen karena kedudukan Bank Indonesia berada di luar pemerintahan. Status
dan kedudukan yang khusus tersebut diperlukan agar Bank Indonesia dapat melaksanakan
peran dan fungsinya sebagai otoritas moneter secara efektif dan efisien. Meski bersifat
independen, kinerja Bank Indonesia tetap dapat diawasi. Fungsi pengawasan terhadap Bank
Indonesia diperlukan untuk mewujudkan akuntabilitas pelaksanaan tugas dan wewenang Bank
Indonesia kepada publik.

Aspek-aspek independensi Bank Indonesia


Undang-udang tentang Bank Indonesia mengatur independensi Bank Indonesia baik di bidang
kelembagaan, sasaran moneter, instrumen kebijakan moneter, personal, maupun keuangan.
Sebagai berikut :

1) Independensi Kelembagaan (Institutional Independence) 


Independensi kelembagaan yaitu bahwa kedudukan Bank Indonesia berada di luar
lembaga Pemerintah dan/atau bebas dari campur tangan Pemerintah atau pihak
lain. Pimpinan Bank Indonesia juga di luar susunan kabinet Pemerintah. Namun
demikian, dalam melaksanakan tugasnya, Bank Indonesia harus tetap transparan
dan akuntabel. Independensi kelembagaan yang melekat pada Bank Indonesia
bukan berarti Bank Indonesia itu adalah suatu negara dalam negara. Independensi
yang dimaksud hanya terbatas pada tugas dan wewenang saja, sebagaimana
ditetapkan dalam undang-undang. Bank Indonesia tetap tunduk pada segala
ketentuan hukum di Indonesia atas hal-hal yang bukan merupakan cakupan tugas
dan wewenang yang diatur dalam Undang-Undang Bank Indonesia.

2) Independensi Sasaran Akhir (Goal Independence)


Maksudnya adalah bahwa kebebasan Bank Indonesia dalam menetapkan sasaran
akhir kebijakan moneter sebagai penjabaran dari tujuan yang ditetapkan undang-
undang.Bank Indonesia menjadikan sasaran inflasi sebagai sasaran akhir
kebijakan moneter. Namun penentuan target inflasi tetap harus dikoordinasikan
dengan Pemerintah. Dengan demikian, Bank Indonesia mempunyai tingkat
independensi yang rendah dalam penetapan sasaran akhir kebijakan
moneter. Kewenangan penetapan sasaran inflasi berada pada Pemerintah.
Sementara Bank Indonesia memberikan rekomendasi mengenai sasaran inflasi
yang menurut pertimbangannya cukup realistis dengan perkembangan ekonomi
dan keuangan Indonesia.

3) Independensi Instrumen (Instrument Independence)    


Maksudnya adalah bahwa Bank Indonesia diberikan kebebasan dalam
menggunakan instrumen moneter dan menetapkan sendiri target operasional
kebijakan moneter untuk mencapai sasaran akhir yang ditetapkan. Independensi
instrumen dapat berupa kewenangan penuh Bank Indonesia dalam menetapkan
jumlah uang beredar dan/atau suku bunga. Bank Indonesia memiliki wewenang
untuk menetapkan sendiri sasaran-sasaran moneter dan melaksanakan
pengendalian moneter dengan menggunakan berbagai instrumen moneter yang
lazim digunakan oleh bank sentral. Instrumen moneter tersebut antara lain operasi
pasar terbuka, penetapan tingkat diskonto, penetapan cadangan wajib minimum
bank, dan pengaturan kredit atau pembiayaan-pembiayaan oleh bank. Bank
Indonesia juga dilarang memberikan kredit kepada Pemerintah, baik secara
langsung maupun tidak langsung melalui pembelian surat utang negara di pasar
primer, kecuali dalam rangka penanganan kesulitan perbankan yang berdampak
sistemik. Dengan kewenangan seperti itu, dapat dikatakan bahwa Bank Indonesia
memiliki tingkat independensi instrumen yang cukup tinggi.

4) Independensi Personal (Personal Independence)


Maksudnya adalah bahwa Bank Indonesia memiliki kemampuan dan kewenangan
sebagai badan pembuat kebijakan untuk menolak campur tangan Pemerintah
dan/atau pihak lain dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagaimana ditetapkan
undang-undang.  Independensi personal dapat terwujud antara lain melalui
penetapan masa jabatan Dewan Gubernur yang berbeda dengan masa jabatan
Pemerintah. Anggota Dewan Gubernur mempunyai masa jabatan lima tahun yang
berbeda dengan masa jabatan Pemerintah dengan akhir masa jabatan secara
berjenjang, dan dapat diangkat kembali satu kali. Selain itu, independensi personal
juga dapat diwujudkan melalui penetapan kompetensi profesional dan integritas
yang tinggi dari anggota Dewan Gubernur. Anggota Dewan Gubernur diusulkan
oleh Presiden dengan persetujuan DPR. Sebagai bentuk akuntabilitas, kinerja
Dewan Gubernur dan Bank Indonesia dinilai oleh DPR.
5) Independensi Keuangan (Financial Independence)
Maksudnya adalah bahwa Bank Indonesia diberikan kewenangan oleh undang-
undang untuk menetapkan dan mengelola anggaran dan aset kekayaannya tanpa
perlu persetujuan dari Pemerintah atau parlemen. Sesuai dengan dengan undang-
undang, Dewan Gubernur berwenang menetapkan anggaran tahunan Bank
Indonesia yang meliputi anggaran untuk kegiatan operasional dan anggaran untuk
kebijakan moneter, sistem pembayaran, serta pengaturan dan pengawasan
perbankan. Selanjutnya, diatur bahwa anggaran kegiatan operasional tersebut dan
evaluasi pelaksanaan anggaran tahun berjalan disampaikan kepada DPR untuk
mendapatkan persetujuan. Kemudian setelah berakhirnya tahun anggaran, Bank
Indonesia diwajibkan menyampaikan laporan keuangan tahunan kepada BPK
untuk dilakukan pemeriksaan, dan laporan hasil pemeriksaan tersebut
disampaikan kepada DPR. Selain itu, Bank Indonesia juga diwajibkan
menyampaikan laporan keuangan tahunan kepada publik melalui media massa.

Sumber :

Modul EKSI4205/BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN NON BANK

https://www.cimbniaga.co.id/id/inspirasi/perencanaan/mengenal-perbedaan-bank-syariah-dan-
bank-konvensional

https://www.ocbcnisp.com/id/article/2021/08/20/perbedaan-bank-syariah-dan-bank-konvensional

https://www.kelaspintar.id/blog/edutech/peran-bank-indonesia-dalam-perekonomian-indonesia-

https://www.ad-ins.com/id/

https://mediaindonesia.com/

https://jagoekonomi.com/

Anda mungkin juga menyukai