Anda di halaman 1dari 4

1.

Aset merupakan suatu barang atau sumber daya yang memiliki nilai ekonomi dan
dapat memberikan manfaat atau keuntungan di masa depan. Aset dapat berupa
properti, saham, obligasi, emas, reksadana, deposito, komoditas, seni, dan barang
koleksi lainnya. Aset juga bisa berupa hak atas suatu barang atau jasa, seperti
paten, merek dagang, atau lisensi. Investasi dalam aset dapat dilakukan dengan
tujuan untuk mendapatkan keuntungan, baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang. Aset juga dapat menjadi sumber penghasilan bagi pemiliknya, baik
melalui penjualan, penyewaan, atau penggunaan sendiri. Ada beberapa aset yang
dapat dijadikan pilihan investasi, di antaranya adalah:
 Emas:
Emas dikenal sebagai aset safe haven yang dapat menjadi lindung nilai
terhadap inflasi dan ketidakpastian ekonomi.
 Cryptocurrency:
Cryptocurrency seperti Bitcoin menjadi semakin populer
sebagai aset investasi.Keuntungan dari investasi cryptocurrency
bergantung pada fluktuasi harga pasar, dan dapat memberikan
keuntungan yang signifikan jika diinvestasikan dengan bijak.
 Investasi dalam bisnis:
Investor dapat membeli saham atau menanamkan modal pada bisnis
yang menjanjikan. Keuntungan dari investasi dalam bisnis dapat berasal
dari pembayaran dividen atau kenaikan nilai saham.
 Investasi properti:
Investasi properti dapat berupa pembelian tanah, rumah, atau gedung
komersial. Keuntungan dapat diperoleh dari kenaikan harga properti
seiring waktu, serta dari pendapatan sewa jika properti disewakan.

2. Undang-Undang No. 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian


mendefinisikan perusahaan asuransi sebagai badan usaha yang bergerak dalam
bidang usaha asuransi dan telah memperoleh izin usaha dari pihak yang
berwenang. Perusahaan asuransi memiliki beberapa usaha dalam melaksanakan
kegiatan asuransi, yaitu:
1. Kegiatan underwriting, yaitu mengumpulkan risiko dan memutuskan
apakah akan mengeluarkan polis asuransi atau tidak.
2. Kegiatan investasi, yaitu menempatkan dan mengelola dana yang
diperoleh dari kegiatan asuransi.
3. Kegiatan klaim, yaitu menyelesaikan tuntutan klaim dari pemegang
polis asuransi yang mengalami kerugian.
4. Kegiatan manajemen risiko, yaitu membantu nasabah untuk
mengidentifikasi, mengukur, dan mengendalikan risiko yang dihadapi.
Usaha-usaha dari perusahaan asuransi meliputi:
 Menghimpun Premi
Perusahaan asuransi mengumpulkan premi dari nasabah untuk
membentuk dana yang dapat digunakan untuk membayar klaim pada saat
terjadi risiko yang telah diasuransikan.
 Mengelola Investasi
Perusahaan asuransi memiliki dana yang berasal dari premi yang
dikumpulkan dan harus dikelola dengan baik agar dana tersebut dapat
tumbuh dan dapat digunakan untuk membayar klaim pada saat terjadi
risiko. Oleh karena itu, perusahaan asuransi juga melakukan investasi
dalam berbagai instrumen keuangan seperti saham, obligasi, dan
reksadana.

 Menetapkan Tarif
Premi Perusahaan asuransi menetapkan tarif premi yang harus
dibayarkan oleh nasabah berdasarkan risiko yang dijamin. Tarif premi ini
ditentukan oleh aktuaria, yaitu ilmuwan yang menghitung risiko dan
memperhitungkan kemungkinan terjadinya risiko dalam perhitungan tarif
premi.

 Menanggung Risiko
Perusahaan asuransi menanggung risiko dari nasabah yang telah
diasuransikan. Risiko yang ditanggung bisa berupa risiko kesehatan,
risiko kecelakaan, risiko kebakaran, dan lain-lain. Dalam hal terjadi
risiko, perusahaan asuransi akan membayar klaim sesuai dengan
nilai asuransi yang telah disepakati dengan nasabah.

 Mengelola Risiko
Selain menanggung risiko, perusahaan asuransi juga harus mengelola
risiko agar risiko tersebut tidak merugikan perusahaan asuransi secara
finansial. Oleh karena itu, perusahaan asuransi melakukan manajemen
risiko dengan cara melakukan diversifikasi risiko dan melakukan hedging.

3. Inovasi keuangan terjadi ketika ada perubahan dalam


bagaimana keuangan ditangani dan diproses.
Inovasi ini didorong oleh beberapa faktor, antara lain:
 Teknologi:
Kemajuan teknologi telah memberikan banyak kemudahan dan
kemungkinan baru dalam mengelola keuangan. Misalnya, teknologi
blockchain yang memungkinkan transaksi keuangan tanpa perlu
melibatkan pihak ketiga seperti bank. Teknologi juga telah memungkinkan
adanya platform fintech yang dapat memudahkan akses keuangan bagi
masyarakat yang sebelumnya sulit dijangkau oleh
lembaga keuangan tradisional.

 Regulasi:
Peraturan dan kebijakan pemerintah yang
mendukung inovasi keuangan dapat mendorong munculnya produk dan
layanan keuangan baru. Namun, regulasi juga dapat menjadi penghambat
jika tidak disesuaikan dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan
pasar.

 Kebutuhan pasar:
Inovasi keuangan muncul karena adanya kebutuhan pasar yang tidak
terpenuhi. Contohnya adalah permintaan akan layanan keuangan yang
lebih murah, lebih mudah diakses, dan lebih aman.

 Persaingan:
Persaingan antara lembaga keuangan tradisional dan platform fintech
juga mendorong munculnya inovasi keuangan.
Lembaga keuangan tradisional perlu beradaptasi agar tetap bersaing
dengan platform fintech yang menawarkan layanan yang lebih cepat, lebih
murah, dan lebih mudah diakses.

4. Sebagai bank sentral Indonesia, Bank Indonesia memiliki tanggung jawab untuk


mempertahankan stabilitas nilai rupiah, mengatur kebijakan moneter, dan
memastikan sistem pembayaran beroperasi dengan baik. Dalam mengatasi
dampak ekonomi dan kemanusiaan dari pandemi COVID-19, Bank
Indonesia memiliki beberapa tugas yang dapat dilakukan dari perspektif tersebut.

 Kebijakan Moneter
Bank Indonesia dapat mengambil langkah-langkah kebijakan moneter untuk
menjaga stabilitas nilai rupiah dan memperkuat daya tahan ekonomi Indonesia
dalam menghadapi dampak pandemi COVID-19.
Beberapa langkah yang dapat dilakukan meliputi:
- Menjaga suku bunga rendah untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan akses keuangan bagi UMKM
dan sektor riil lainnya.
- Menyediakan likuiditas melalui operasi pasar terbuka dan program
pembelian surat utang pemerintah untuk memperkuat sektor keuangan
dan mendukung kebijakan fiskal pemerintah.
- Menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dengan melakukan intervensi di pasar
valuta asing dan menjaga cadangan devisa.

 Kebijakan Makroprudensial
Bank Indonesia dapat mengambil langkah-langkah kebijakan makroprudensial
untuk mencegah krisis keuangan dan memperkuat ketahanan sistem keuangan
Indonesia.
Beberapa langkah yang dapat dilakukan meliputi:
- Menetapkan rasio kecukupan modal minimum bagi bank-bank untuk
memastikan bahwa bank-bank memiliki cadangan yang cukup untuk
menanggulangi risiko kredit dan operasional.
- Menetapkan batasan-batasan pada pemberian kredit tertentu, seperti
kredit dengan tingkat suku bunga tinggi, untuk membatasi risiko kredit
dan menjaga stabilitas sistem keuangan.

 Kebijakan Operasional Sistem Pembayaran


Bank Indonesia dapat mengambil langkah-langkah kebijakan operasional
sistem pembayaran untuk memfasilitasi transaksi ekonomi dan meningkatkan
akses keuangan bagi masyarakat.
Beberapa langkah yang dapat dilakukan meliputi:
- Menjaga kelancaran sistem pembayaran dengan memperkuat
infrastruktur dan sistem pembayaran elektronik, seperti Kartu Prakerja
dan QRIS.
- Memperkuat perlindungan konsumen melalui regulasi dan pengawasan
atas layanan keuangan digital, seperti payment gateway dan e-wallet.
Dalam memastikan tugas-tugas tersebut terlaksana dengan baik, Bank
Indonesia juga harus bekerja sama dengan pemerintah dan lembaga lainnya
dalam menghadapi dampak pandemi COVID-19. Selain itu, Bank Indonesia juga
perlu memastikan bahwa kebijakan yang diambil didasarkan pada data dan
analisis yang akurat dan terbaru.

Anda mungkin juga menyukai