Anda di halaman 1dari 7

Nama : HARDIKA NURSANTI

NIM : 041208821
Matkul : BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN NON BANK
Prodi : S1 MANAJEMEN
UPBJJ : SURAKARTA
1. Jelaskan Pengertian dan fungsi Lembaga Keuangan?
Jawab :
- Pengertian : Lembaga keuangan merupakan badan usaha atau institusi di bidang jasa
keuangan yang bergerak dengan cara menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkannya untuk pendanaan serta dengan mendapatkan keuntungan dalam
bentuk bunga atau persentase. Meski demikian, kegiatan usaha lembaga ini dapat
berupa penghimpunan dana saja, menyalurkan dana saja, atau keduanya sekaligus.
- Fungsi :
1. Bank berfungsi sebagai lembaga yang menghimpun dana masyarakat dengan cara
mengeluarkan dokumen berharga. Dengan cara ini, dana masyarakat akan lebih aman
dan tersimpan dengan baik.
2. Selanjutnya, bank akan menyalurkan kembali dana yang sudah terhimpun tersebut dan
menggunakannya untuk pembiayaan, baik di bidang ekonomi maupun pembangunan
dalam jangka waktu tertentu. Dengan demikian, dana yang terhimpun tidak akan diam
di tempat melainkan dikelola dan berpotensi menjadi berkembang.
3. Selain itu, bank juga berfungsi untuk memberikan bantuan modal usaha kepada
masyarakat atau perusahaan untuk mengembangkan bisnisnya. Bantuan modal ini
biasanya diberikan dalam bentuk kredit.
4. Ada pula pegadaian, yang merupakan lembaga keuangan non-Bank. Pegadaian
didirikan dengan tujuan agar dapat memberikan pinjaman kepada nasabah namun
dengan jaminan berupa barang atau surat berharga. 
5. Selanjutnya, ada pula koperasi yang memiliki fungsi dan tujuan yang mirip dengan
bank. Koperasi memberikan jasa simpan-pinjam kepada anggotanya dengan bunga
yang relatif rendah sehingga membebaskan masyarakat dari rentenir dan dapat
mengelola uang secara lebih produktif.
2. Jelaskan perbedaan Lembaga keuangan bank dan Lembaga keuangan bukan bank?
Jawab :
Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menyalurkan jasa dalam
pembeyaran dan peredaran uang serta pemberian kredit. Sedangkan Lembaga keuangan
bukan bank adalah lembaga keuangan yang fungsi dasarnya sebagai pengumpul dan
penyalur dana yang digunakan untuk menunjang perkembangan pasar uang dan pasar
modal. Bank dan lembaga keuangan bukan bank dibedakan berdasarkan segi fungsinya.
Dari segi fungsinya lembaga keuangan bank yakni:
- Tempat penyimpanan uang, bank memiliki fungsi sebagai tempat untuk menyimpan
dan menitipkan uang. Produk yang ditawarkan berupa tabungan, deposito berjangka
dan giro.
- Sebagai pembeli atau penyalur kredit, Bank akan memanfaatkan dana yang tersimpan
dari masyarakat kemudian juga menyalurkan kembali masyarakat yang membutuhkan
dana.
- Sebagai perantara dalam pembayaran, Bank dapat bertindak sebagai penghubung
antara nasabah saat melakukan transaksi. Nasabah tidak akan melakukan pembayaran
secara langsung tetapi melibatkan pihak bank sebagai perantara untuk menyelesaikan
transaksi.
- Mencetak uang, fungsi lain dari bank adalah mencetak uang yang akan digunakan
untuk kegiatan ekonomi sehari-hari. Uang yang dicetak merupakan uang sah dalam
bentuk rupiah. Tanggung jawab dari percetakan uang ini akan ditanggung oleh Bank
Sentral.
Sedangkan lembaga keuangan bukan bank mempunyai fungsi:
- Menghimpun dana, lembaga keuangan bukan bank yang berasal dari nasabah dengan
mengeluarkan surat-surat berharga.
- Memberi kredit pada nasabah dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Kredit
ini biasa dibutuhkanoleh pemilik bisnis untuk mengembangkan usahanya.
- Menjadi perantara bagi perusahaan bagi perusahaan yang membutuhkan suntikan
modal.  
3. Jelakan faktor apa saja yang mengakibatkan kondisi perbankan nasional menjadi rentan
terhadap gejolak ekonomi yang terjadi tahun 1997?
Jawab :
Pada awal sebelum krisis terdapat kebijakan deregulasi perbankan yang dimana dengan
adanya deregulasi ini industry Perbankan Indonesia berkembang cukup pesat karena
banyaknya bank-bank swasta yang beroperasi, dan persaingan bank menjadi cukup ketat.
Kondisi ini berlangsung hingga krisis ekonomi mulai tahun 1997/1998. Awal Juli 1997,
terjadi gejolak nilai tukar. Bersamaan dengan hal tersebut, Pemerintah melakukan
pengetatan likuiditas. Kondisi ini memunculkan krisis kepercayaan masyarakat terhadap
perbankan Nasional, terutama pasca pencabutan ijin usaha 16 Bank pada tanggal 01
November 1997. Hal ini berdampak sangat buruk, terutama memicu terjadinya depresiasi
kepercayaan terhadap perbankan. Sebagai manifestasi krisis kepercayaan tersebut, terjadi
penarikan dana secara besar-besaran. Akibatnya, banyak Bank yang mengalami kesulitan
likuiditas yang sangat para (mismatch) yang disusul dengan kelangkaan likuiditas
perekonomian secara keseluruhan (liquidity crunch). Keadaan semakin diperparah
dengan melambungnya suku bunga Pasar Uang Antar Bank (PUAB) hingga mencapai
300% per tahun.

Keputusan likuidasi 16 Bank pada tanggal 01 November 1997 dianggap sebagai faktor
awal pemicu krisis kepercayaan yang berlanjut dengan terpuruknya sektor perbankan.
Sebenarnya tindakan likuidasi tersebut diambil dalam rangka untuk mencegah semakin
meluasnya krisis perbankan (systemic risk) dan besarnya risiko yang ditanggung
masyarakat (economic cost). Selain itu, keputusan likuidasi tersebut juga merupakan hasil
evaluasi dan rekomendasi IMF yang dituangkan ke dalam Letter of Intent (LoI) antara
Pemerintah dengan IMF pada tanggal 31 Oktober 1997. Kesepakatan IMF ini yang juga
merupakan tahapan awal pelaksanaan reformasi ekonomi dan perbankan yang tertuang
dalam Memorandum of Economic and Financial Policies yang ditandatangani pada awal
November 1997. Program reformasi tersebut juga telah mendapat dukungan teknis dan
keuangan dari Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia dan negara-negara sahabat lainnya.
Namun, upaya yang semula dimaksudkan untuk memulihkan kepercayaan kepada
perbankan itu ternyata oleh masyarakat ditanggapi secara negatif. Masyarakat melakukan
penarikan dan pengalihan dana secara besar-besaran (bank run), sehingga sejumlah bank
mengalami mismatch dan terus mengalami saldo negative (saldo debet) pada gironya di
Bank Indonesia. Untuk mencegah terjadinya pembengkakan saldo debet tersebut, pada
akhir Desember 1997, dengan persetujuan Presiden, Bank Indonesia (BI) lewat surat
Menteri Sekretaris Negara No. R-183/M.Sesneg/12/1997 tanggal 12 Desember 1997
menempuh kebijakan mengganti saldo debet bank-bank yang mempunyai harapan sehat
dengan Surat Berharga Pasar Uang Khusus (SBPUK). Hal ini dilakukan agar pada akhir
tahun 1997 tidak ada lagi bank yang terpaksa ditutup dan dinyatakan bangkrut.
Memasuki bulan Januari 1998, dampak krisis, terutama yang menyangkut sektor
perbankan, ternyata semakin meluas. Saldo debet bank-bank di BI terus berlanjut. Untuk
mencegah kehancuran sistem perbankan akibat krisis kepercayaan tersebut, pemerintah
menempuh program stabilisasi dan reformasi menyeluruh. Langkah ini diambil juga
untuk menjaga sistem pembayaran nasional dari kelumpuhan yang berakibat buruk pada
seluruh kegiatan perekonomian dan untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat. Pada
tanggal 15 Januari 1998, program stabilisasi yang mencakup restrukturisasi sektor
keuangan dan sektor riil itu ditandatangi pemerintah dengan IMF dalam LoI. Untuk
mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap perbankan, pada tanggal 26 Januari
1998, pemerintah memutuskan untuk menjamin pembayaran seluruh kewajiban bank,
baik kepada deposan maupun kreditur lewat program penjaminan (blanket guarantee).
Langkah ini diambil dengan Keputusan Presiden No. 26 Tahun 1998 tentang Program
Penjaminan BPR, Fasilitas Dana Talangan untuk Pembayaran Kewajiban Luar Negeri
Bank dalam Rangka Trade Finance dan Inter Bank Debt Arrears, serta jaminan
Pembiayaan Perdagangan Internasional. Keputusan ini juga sebagai tindak lanjut dari
Frankfurt Agreement yang ditandatangani oleh pemerintah pada tanggal 4 Juni 1998.
Kebijakan ini dimaksudkan untuk memulihkan kepercayaan masyarakat terhadap
perbankan nasional selai diharapkan dapat mendukung stabilisasi nilai tukar, Penjaminan
juga diberlakukan bagi nasabah kreditur 16 Bank dalam Likuidasi (BDL), Bank Beku
Kegiatan Usaha (BBKU), Bank Take Over (BTO), bank yang masuk program
rekapitalisasi, dan bank lain dalam pengawasan BPPN, dengan memenuhi syarat-syarat
penjaminan yang telah ditetapkan
4. Jelakan pengelompokan bank menurut kegiatan usaha, bentuk badan usaha, dan pendriran
dan kepemilikannya serta target pasar? berikan contoh
Jawab :

A. Berdasarkan Kegiatan Usahanya, Bank diklasifikasikan menjadi dua kelompok,


yaitu :
a. Bank Umum : Bank yang melaksankan kegiatan usaha secara konvensional dan atau
berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran. Contoh : BNI, BRI, Bank Danamon, BCA, Bank Mandiri dan
lain lain.
b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) : Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Contoh : Bank Danagung Bakti,
Bank Supra, Bank Wijayamulya Santosa, Bank-bank Umum (BNI, BRI, BCA,
Danamon dll)

B. Bank berdasarkan Bentuk Badan Usahanya, yaitu :

a. Bank berbentuk Perseroan Terbatas (PT)


Bank perseroan terbatas memiliki bentuk hukum Perseroan Terbatas yaitu badan
hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian,
melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham
dan memenuhi persyaratan undang-undang dan peraturan lainnya (Undang-undang
No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas/UU Perseroan Terbatas). Hampir
sebagian besar bank umum di Indonesia berbadan hukum Perseroan Terbatas.
Contoh : PT. Bank Central Asia (BCA), PT. Bank Nagari
b. Bank berbentuk Koperasi
Bank koperasi berbentuk hukum koperasi, yaitu badan hukum yang didirikan oleh
orang perseorangan atau badan hukum koperasi, dengan pemisahan kekayaan para
anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan
kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan
prinsip koperasi (UU No. 17 tahun 2012 tentang Perkoperasian). Contoh : BNI,
BTN, Bank CIMB Niaga, HSBC
c. Bank berbentuk Perusahaan Daerah
Bank perusahaan daerah berbentuk hukum perusahaan daerah sebagaimana diatur
dalam UU No. 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah (UU Perusahaan Daerah),
yaitu semua perusahaan yang didirikan berdasarkan UU Perusahaan Daerah yang
modalnya untuk seluruhnya atau untuk sebagian merupakan kekayaan daerah yang
dipisahkan, kecuali jika ditentukan lain dengan atau berdasarkan undang-undang.
Contoh : Bank Jabar, Bank Sulsel, Bank Sultra, Bank Sulbar, Bank Papua, dll

C. Bank berdasarkan Pendirian dan Kepemilikannya, antara lain :

a. Bank Persero : Bank yang dimiliki oleh Pemerintah. Contoh : Bank Rakyat
Indonesia (BRI), Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia (BNI), dll
b. Bank Umum Swasta Nasional : Bank yang dimiliki oleh Swasta Domestik (Warga
Negara Indonesia). Contoh : Bank Central Asia (BCA), Bank CIMB Niaga, Bank
Bukopin, dll

c. Bank Asing : Bank yang dimiliki oleh warga negara asing. Contoh :
Commonwealth, Bank of China, Bank of America, HSBC, Bank of Tokyo

d. Bank Campuran : Bank yang dimiliki warga negara Indonesia dan warga negara
asing. Contoh : Bank ANZ Indonesia, Bank Agris, Bank BNP, Bank Capital, Bank
DBS, dll

e. Bank Pemerintah Daerah : Bank yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah. Contoh :
Bank Jabar, Bank DKI, Bank Sulbar, Bank Sulsel, Bank Sultra, Bank Papua, dll

D. Dilihat dari sisi target pasar, dalam bentuk fokus pelayanan dan transaksinya
terhadap penabung, maka jenis bank dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu :

a. Retail Bank (bank dalam layanan berskala kecil); Bank jenis ini memfokuskan
layanan dan transaksinya kepada penabung-penabung individual, perusahaan, dan
lembaga lain yang berskala kecil. Dalam usahanya, pelayanan kredit yang
diberikan sekitar Rp. 20 juta, walaupun angka ini tidaklah tetap. Contoh : Bank
Central Asia (BCA), BRI, Mandiri, BNI dll
b. Corporate Bank (bank dalam layanan berskala besar); Bank jenis ini
memfokuskan layanan dan transaksinya kepada penabung-penabung yang
berskala besar, seperti dalam bentuk perusahaan. Walaupun demikian, dalam
usahanya sering membawa akibat berupa layanan yang harus diberikan kepada
pegawai, direksi, dan komisaris dari perusahaan tersebut secara pribadi, dengan
aturan untuk menjalin kerjasama yang lebih baik dengan pemegang saham
perusahaan. Contoh : Bank Central Asia (BCA), BRI, Mandiri, BNI, Maybank dll
c. Retail-Corporate Bank (bank dalam layanan kecil/besar); Bank jenis ini tidak
memfokuskan layanan dan transaksinya kepada kedua-dua jenis penabung di atas.
Bank jenis ini memandang bahwa potensi pasar, baik ritel maupun perusahaan,
harus dimanfaatkan untuk mengoptimalkan keuntungan, meskipun terdapat
kemungkinan penurunan kemampuan. Begitu juga apabila disebabkan perubahan
keadaan pasar, penggantian pengelola, bahkan juga dipengaruhi adanya program-
program tertentu dari pemerintah untuk dijalankan bank tersebut. Contoh : Bank
Central Asia (BCA), BRI, Mandiri, BNI,dll

Anda mungkin juga menyukai