NIM : 030922157
UPBJJ : JAYAPURA
Tugas.1
No Tugas Tutorial
1 Jelaskan Pengertian dan fungsi Lembaga Keuangan?
2 Jelaskan perbedaan Lembaga keuangan bank dan Lembaga keuangan bukan bank?
Jelakan faktor apa saja yang mengakibatkan kondisi perbankan nasional menjadi rentan
3
terhadap gejolak ekonomi yang terjadi tahun 1997?
Jelakan pengelompokan bank menurut kegiatan usaha, bentuk badan usaha, dan pendriran
4
dan kepemilikannya serta target pasar? berikan contoh
Jawaban :
1. Lembaga Keuangan adalah perusahaan yang memberikan jasa layanan utama berupa
jasa keuangan. Jasa-jasa keuangan utama yang diberikan oleh Lembaga keuangan
antara lain :
a. Mengubah aset keuangan yang didapatkan dari pasar menjadi bentuk aset keuangan
yang berbeda, untuk tujuan yang berbeda pula. Contoh, Lembaga keuangan
memberikan jasa mengubah aset keuangan berupa tabungan menjadi kredit.
Selanjutnya aset berupa tabungan ini menjadi kewajiban mereka, sementara kredit
menjadi klaim mereka. Pemberian jasa merubah bentuk aset keuangan ini,
merupakan fungsi dari Lembaga keuangan sebagai Lembaga perantara
(intermediary) dari pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana
b. Membantu menciptakan berbagai bentuk aset keuangan untuk kepentingan klien
perusahaan.
c. Memperdagangkan aset keuangan untuk berbagai kepentingan, baik kepentingan
perusahaan keuangan sendiri, maupun kepentingan pihak lain (klien).
d. Memberikan jasa perlindungan atas risiko yang mungkin dihadapi oleh kliennya, baik
risiko bisnis, maupun risiko yang lain.
e. Memberikan jasa konsultasi untuk para investor dan pelaku pasar keuangan lainnya.
f. Memberikan jasa pengelolaan portofolio, baik untuk pelaku pasar keuangan maupun
untuk masyarakat umum.
4. Mencetak Uang
Fungsi lainnya dari bank adalah
mencetak uang yang digunakan dalam
kegiatan ekonomi sehari-hari. Tentunya
uang yang dicetak dalam merupakan
uang sah dalam bentuk rupiah. Perlu
diketahui bahwa, tanggung jawab
pencetakan uang ini menjadi tanggung
jawab bank sentral.
3. Pada awal sebelum krisis terdapat kebijakan deregulasi perbankan yang dimana dengan
adanya deregulasi ini industry Perbankan Indonesia berkembang cukup pesat karena
banyaknya bank-bank swasta yang beroperasi, dan persaingan bank menjadi cukup
ketat. Kondisi ini berlangsung hingga krisis ekonomi mulai tahun 1997/1998. Awal Juli
1997, terjadi gejolak nilai tukar. Bersamaan dengan hal tersebut, Pemerintah melakukan
pengetatan likuiditas. Kondisi ini memunculkan krisis kepercayaan masyarakat terhadap
perbankan Nasional, terutama pasca pencabutan ijin usaha 16 Bank pada tanggal 01
NAMA : FADLY FENANSIR ADAM
NIM : 030922157
UPBJJ : JAYAPURA
November 1997. Hal ini berdampak sangat buruk, terutama memicu terjadinya depresiasi
kepercayaan terhadap perbankan. Sebagai manifestasi krisis kepercayaan tersebut,
terjadi penarikan dana secara besar-besaran. Akibatnya, banyak Bank yang mengalami
kesulitan likuiditas yang sangat para (mismatch) yang disusul dengan kelangkaan
likuiditas perekonomian secara keseluruhan (liquidity crunch). Keadaan semakin
diperparah dengan melambungnya suku bunga Pasar Uang Antar Bank (PUAB) hingga
mencapai 300% per tahun.
Keputusan likuidasi 16 Bank pada tanggal 01 November 1997 dianggap sebagai faktor
awal pemicu krisis kepercayaan yang berlanjut dengan terpuruknya sektor perbankan.
Sebenarnya tindakan likuidasi tersebut diambil dalam rangka untuk mencegah semakin
meluasnya krisis perbankan (systemic risk) dan besarnya risiko yang ditanggung
masyarakat (economic cost). Selain itu, keputusan likuidasi tersebut juga merupakan hasil
evaluasi dan rekomendasi IMF yang dituangkan ke dalam Letter of Intent (LoI) antara
Pemerintah dengan IMF pada tanggal 31 Oktober 1997. Kesepakatan IMF ini yang juga
merupakan tahapan awal pelaksanaan reformasi ekonomi dan perbankan yang tertuang
dalam Memorandum of Economic and Financial Policies yang ditandatangani pada awal
November 1997. Program reformasi tersebut juga telah mendapat dukungan teknis dan
keuangan dari Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia dan negara-negara sahabat
lainnya. Namun, upaya yang semula dimaksudkan untuk memulihkan kepercayaan
kepada perbankan itu ternyata oleh masyarakat ditanggapi secara negatif. Masyarakat
melakukan penarikan dan pengalihan dana secara besar-besaran (bank run), sehingga
sejumlah bank mengalami mismatch dan terus mengalami saldo negative (saldo debet)
pada gironya di Bank Indonesia. Untuk mencegah terjadinya pembengkakan saldo debet
tersebut, pada akhir Desember 1997, dengan persetujuan Presiden, Bank Indonesia (BI)
lewat surat Menteri Sekretaris Negara No. R-183/M.Sesneg/12/1997 tanggal 12
Desember 1997 menempuh kebijakan mengganti saldo debet bank-bank yang
mempunyai harapan sehat dengan Surat Berharga Pasar Uang Khusus (SBPUK). Hal ini
dilakukan agar pada akhir tahun 1997 tidak ada lagi bank yang terpaksa ditutup dan
dinyatakan bangkrut. Memasuki bulan Januari 1998, dampak krisis, terutama yang
menyangkut sektor perbankan, ternyata semakin meluas. Saldo debet bank-bank di BI
terus berlanjut. Untuk mencegah kehancuran sistem perbankan akibat krisis kepercayaan
tersebut, pemerintah menempuh program stabilisasi dan reformasi menyeluruh. Langkah
ini diambil juga untuk menjaga sistem pembayaran nasional dari kelumpuhan yang
berakibat buruk pada seluruh kegiatan perekonomian dan untuk mengembalikan
kepercayaan masyarakat. Pada tanggal 15 Januari 1998, program stabilisasi yang
mencakup restrukturisasi sektor keuangan dan sektor riil itu ditandatangi pemerintah
dengan IMF dalam LoI. Untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap
perbankan, pada tanggal 26 Januari 1998, pemerintah memutuskan untuk menjamin
pembayaran seluruh kewajiban bank, baik kepada deposan maupun kreditur lewat
program penjaminan (blanket guarantee). Langkah ini diambil dengan Keputusan
Presiden No. 26 Tahun 1998 tentang Program Penjaminan BPR, Fasilitas Dana Talangan
untuk Pembayaran Kewajiban Luar Negeri Bank dalam Rangka Trade Finance dan Inter
Bank Debt Arrears, serta jaminan Pembiayaan Perdagangan Internasional. Keputusan ini
juga sebagai tindak lanjut dari Frankfurt Agreement yang ditandatangani oleh pemerintah
NAMA : FADLY FENANSIR ADAM
NIM : 030922157
UPBJJ : JAYAPURA
pada tanggal 4 Juni 1998. Kebijakan ini dimaksudkan untuk memulihkan kepercayaan
masyarakat terhadap perbankan nasional selai diharapkan dapat mendukung stabilisasi
nilai tukar, Penjaminan juga diberlakukan bagi nasabah kreditur 16 Bank dalam Likuidasi
(BDL), Bank Beku Kegiatan Usaha (BBKU), Bank Take Over (BTO), bank yang masuk
program rekapitalisasi, dan bank lain dalam pengawasan BPPN, dengan memenuhi
syarat-syarat penjaminan yang telah ditetapkan.
a. Bank Persero : Bank yang dimiliki oleh Pemerintah. Contoh : Bank Rakyat Indonesia
(BRI), Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia (BNI), dll
b. Bank Umum Swasta Nasional : Bank yang dimiliki oleh Swasta Domestik (Warga
Negara Indonesia). Contoh : Bank Central Asia (BCA), Bank CIMB Niaga, Bank
Bukopin, dll
c. Bank Asing : Bank yang dimiliki oleh warga negara asing. Contoh :Commonwealth,
Bank of China, Bank of America, HSBC, Bank of Tokyo
d. Bank Campuran : Bank yang dimiliki warga negara Indonesia dan warga negara
asing. Contoh : Bank ANZ Indonesia, Bank Agris, Bank BNP, Bank Capital, Bank
DBS, dll
e. Bank Pemerintah Daerah : Bank yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah. Contoh : Bank
Jabar, Bank DKI, Bank Sulbar, Bank Sulsel, Bank Sultra, Bank Papua, dll
D. Dilihat dari sisi target pasar, dalam bentuk fokus pelayanan dan transaksinya terhadap
penabung, maka jenis bank dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu :
a. Retail Bank (bank dalam layanan berskala kecil); Bank jenis ini memfokuskan layanan
dan transaksinya kepada penabung-penabung individual, perusahaan, dan lembaga
lain yang berskala kecil. Dalam usahanya, pelayanan kredit yang diberikan sekitar
Rp. 20 juta, walaupun angka ini tidaklah tetap. Contoh : Bank Central Asia (BCA),
BRI, Mandiri, BNI dll
b. Corporate Bank (bank dalam layanan berskala besar); Bank jenis ini memfokuskan
layanan dan transaksinya kepada penabung-penabung yang berskala besar, seperti
dalam bentuk perusahaan. Walaupun demikian, dalam usahanya sering membawa
akibat berupa layanan yang harus diberikan kepada pegawai, direksi, dan komisaris
dari perusahaan tersebut secara pribadi, dengan aturan untuk menjalin kerjasama
yang lebih baik dengan pemegang saham perusahaan. Contoh : Bank Central Asia
(BCA), BRI, Mandiri, BNI, Maybank dll
c. Retail-Corporate Bank (bank dalam layanan kecil/besar); Bank jenis ini tidak
memfokuskan layanan dan transaksinya kepada kedua-dua jenis penabung di atas.
Bank jenis ini memandang bahwa potensi pasar, baik ritel maupun perusahaan, harus
dimanfaatkan untuk mengoptimalkan keuntungan, meskipun terdapat kemungkinan
penurunan kemampuan. Begitu juga apabila disebabkan perubahan keadaan pasar,
penggantian pengelola, bahkan juga dipengaruhi adanya program-program tertentu
dari pemerintah untuk dijalankan bank tersebut. Contoh : Bank Central Asia (BCA),
BRI, Mandiri, BNI,dll
Sumber :