Anda di halaman 1dari 33

4

berukuran terbesar, panjang tubuhnya bisa mencapai 1 m dengan berat lebih dari 18 kg. Cakalang yang banyak tertangkap berukuran panjang sekitar 50 cm yang dalam bahasa Inggris dikenal sebagai skipjack tuna dengan klasifikasi ilmiah sebagai berikut : Kerajaan Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Chordata : Actinopterygii : Perciformes : Scombridae : Katsuwonus : K. Pelamis

Tubuh berbentuk memanjang dan agak bulat, dengan du a sirip punggung yang terpisah. Sirip punggung pertama terdiri dari 14-16 jari-jari tajam. Sirip

punggung kedua yang terdiri dari 14 -15 jari-jari lunak. Sirip dubur berjumlah 14 15 jari-jari. Bagian punggung berwarna biru keungu -unguan hingga gelap. Bagian perut dan bagian bawah berwarna keperakan, dengan 4 hi ngga 6 garis garis berwarna hitam yang memanjang di samping badan. Badan tidak memiliki sisik kecuali pada bagian barut badan ( corselet ) dan garis lateral. Ikan cakalang adalah ikan bernilai komersial tinggi, dan dijual dalam bentuk segar, beku, atau diproses sebagai ikan kaleng, ikan kering, atau ikan asap. Dalam bahasa Jepang, cakalang disebut katsuo. Ikan cakalang diproses untuk membuat katsuobushi yang merupakan bahan utama dashi (kaldu ikan) untuk masakan Jepang. Dalam makanan Manado, cakalang dia wetkan dalam bentuk cakalang fufu (cakalang asap) (richocean, 2010).

2.3 Abon Ikan Abon adalah suatu jenis makanan kering berbentuk khas, dibuat dari daging, direbus, disayat -sayat, dibumbui, digoren g dan dipres (SNI 01 -37071995), sedangkan a bon ikan adalah jenis makanan awetan yang terbuat dari ikan laut yang diberi bumbu, diolah dengan cara perebusan dan penggorengan. Produk yang dihasilkan mempunyai bentuk lembut, rasa enak, bau khas, dan mempunyai daya awet yang relatif lama (KEMENTERIAN TEKNOLOGI, 2005). RISET DAN

Abon ikan yang bermutu baik adalah abon ikan yang terbuat dari ikan yang baik. Ikan yang baik adalah ikan yang masih segar. Ikan segar adalah ikan yang masih mempunyai sifat sama seperti ikan hidup, baik rupa, bau, rasa, maupun teksturnya. dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Syarat Mutu Abon Berdasarkan SNI 01 -3707-1995
Kriteria Uji
1. Keadaan : 1.1 Bentuk 1.2 Bau 1.3 Rasa 1.4 Warna Normal Normal Normal Normal

Syarat mutu abon berdasarkan SNI 01 -3707-1995 dapat

Satuan

Persyaratan

2. Air 3. Abu 4. Abu tidak larut dalam asam 5. Lemak 6. Protein 7. Serat kasar 8. Gula jumlah sebagai sakarosa 9. Pengawet 10. Cemaran logam : 10.1 Timbal (Pb) 10.2 Tembaga (Cu) 10.3 Seng (Zn) 10.4 Timah (Sn) 10.5 Raksa (Hg) 11. Cemaran arsen (As) 12. Cemaran mikroba : 12.1 Angka lempeng total 12.2 MPN coliform 12.3 Salmonella 12.4 Staphylococcus aureus mg/kg

% b/b % b/b % b/b % b/b % b/b % b/b % b/b -

Maks. 7 Maks. 7 Maks. 0,1 Maks. 30 Min. 15 Maks. 1,0 Maks. 30 Sesuai SNI 01-0222-1995 (Lampiran 1)

mg/kg mg/kg mg/kg mg/kg mg/kg

Maks. 2,0 Maks. 20 Maks. 40,0 Maks 40,0 Maks. 0,05 Maks. 1,0

koloni/gr koloni/gr koloni/25 gr koloni/gr

Maks. 5 x 10 Maks. 10 Negatif 0

Bila syarat mutu telah dipenuhi, maka produk dikemas dalam wadah yang tertutup rapat, tidak mempengaruhi atau dipengaruhi isi, aman selama penyimpanan dan pengangkutan. 2.4 Sanitasi Lingkungan Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitik beratkan kepada pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yan g mempengaruhi atau mungkin mempengaruhi derajat kesehatan manusia (YAYASAN KEKAL INDONESIA, 2008). Sanitasi lingkungan dapat pula diartikan sebagai kegiatan yang ditujukan untuk meningkatkan dan mempertahankan standar kondisi lingkungan yang mendasar yang mempengaruhi kesejahteraan manusia. 1. Sanitasi Bangunan Bangunan yang sesuai dengan pengertian sanitasi adalah bangunan yang memenuhi persyaratan teknis, higienis sesuai dengan produk yang dihasilkan, mudah dibersihkan dan mudah dilakukan tindakan sanitasi (SEKARINI, 2009). Bangunan/gedung dibangun dan

diperuntukkan untuk menunjang kelancaran aktifitas dan merupakan tempat-tempat umum yang keberadaanya harus selalu dipantau baik untuk pemeliharaan fisiknya maupun kondisi sanitasinya. Bangunan

dan fasilitas ruang produksi di industri harus dapat menjamin bahwa produk selama dalam proses produksi tidak tercemar oleh bahaya fisik, biologis, dan kimia, serta mudah dibersihkan dan disanitasi. 2. Sanitasi Peralatan dan Mesin Sanitasi peralatan dan mesin adalah kebersihan dari alat dan mesin yang digunakan agar tidak mencemari produk yang dihasilkan dan tetap terjaga kualitasnya. Usaha untuk menjaga kebersihan alat dan mesin dilakukan sebelum dan ses udah alat tersebut digunakan. Sebelum alat digunakan harus dicuci terlebih dahulu dengan menggunakan air. Hal ini dimungkinkan alat sewaktu tidak digunakan terkena kontaminasi seperti debu atau bekas kotoran sebelumnya (SEKARINI, 2009). 3. Sanitasi Makanan (Pangan) Hygiene sanitasi makanan adalah upaya untuk mengendalikan faktor makanan, orang, tempat dan perlengkapannya yang dapat atau

mungkin dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan ( KEMENTERIAN KESEHATAN, 2003). 4. Sanitasi Pekerja Kebersihan pekerja dapat mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan, karena pekerja dapat menjadi sumber cemaran terhadap produk. Sumber cemaran itu antara lain rambut pekerja yang rontok, kebersihan pekerja misalnya kebersihan tangan dan kaki, pakaian, dan kebiasaan jelek meludah sembarangan, kebiasaan merokok saat bekerja (SEKARINI, 2009). Oleh karena itu, perlu adanya pembinaan yang intensif kepada para pekerja yang dalam melakukan

pekerjaannya masih dengan kebiasaan buruknya. Dari definisi tersebut, tampak bahwa sanitasi lingkungan ditujukan untuk memenuhi persyaratan lingkungan yang sehat dan nyaman. Lingkungan yang

sanitasinya buruk dapat menjadi sumber berbagai penyakit yang dapat mengganggu kesehatan manusia. Pada akhirnya jika kesehatan terganggu, Oleh karena itu, upaya sanitasi

maka kesejahteraannya juga akan berkurang.

lingkungan menjadi bagian penting dalam meningkatkan kesejahteraan.

2.4.1 Sanitasi Lingkungan D isekitar Industri Sanitasi lingkungan adalah sanitasi yang menyangkut lokasi pendirian bangunan (SEKARINI, 2009). Lokasi pendirian bangunan untuk industri yang berhubungan dengan makanan tidak boleh berada pada sumber pencemaran. Macam-macam lingkungan yang merupakan daerah sumber pencemaran antara lain, yaitu : 1. Rawa-rawa/daerah genangan air karena menghasilkan gas rawa yang menimbulkan bau yang tidak sedap yang dapat berkontaminasi dengan produk. 2. Daerah pembuangan kotoran/sampah yang merupakan sumber kuman, penyakit sumber tikus dan lalat. 3. Daerah padat pend uduk yang merupakan daerah penimbunan barang buangan dan pencemaran air lewat permukaan. 4. Daerah penumpukan barang bekas yang merupakan sumber/sarang tikus, ular dan lain -lain. 5. Daerah yang tercemar pabrik lain.

Untuk menetapkan lokasi/tempat produksi IKM pe rlu dipertimbangkan keadaan dan kondisi lingkungan yang dapat menjadi sumber pencemaran dan telah mempertimbangkan berbagai tindakan pencegahan yang mungkin dapat dilakukan untuk melindungi produk yang diproduksi. 1. Lokasi Industri Lokasi industri harus berada di tempat yang : a. Bebas dari pencemaran, semak belukar dan genangan air. b. Bebas dari serangga hama, khususnya serangga dan binatang pengerat. c. Tidak berada di daerah sekitar tempat pembuangan sampah, baik sampah padat maupun sampah cair atau daerah pen umpukkan barang bekas, dan daerah kotor lainnya. d. Tidak berada di daerah pemukiman penduduk yang kumuh. 2. Lingkungan Lingkungan di sekitar industr i harus selalu dipertahankan dalam keadaan bersih dengan cara -cara sebagai berikut : a. Sampah harus dibuang dan ti dak menumpuk. b. Tempat sampah harus selalu ditutup. c. Jalan di sekitar tempat industri pengolahan abon ikan cakalang dipelihara supaya tidak berdebu dan selokannya berfungsi dengan baik.

2.4.2 Sanitasi Selama Proses Produksi Sanitasi selama proses produksi meliputi keseluruhan proses mulai saat penerimaan maupun tahap produksi hingga penyimpanan dan pemasaran. Pada saat penerimaan bahan baku, dilakukan tindakan sortasi sehingga bahan baku yang tidak masuk kriteria/standar dapat langsung dibuang dan masuk se bagai limbah padat. Pada tahap produksi, sanitasi harus dilakukan secara menyeluruh yaitu dengan menjaga agar setiap tahap berjalan sesuai dengan syarat sanitasi dan higienis contohnya adalah pencucian bahan baku harus benar -benar bersih, karena hal ini bertujuan untuk mengurangi kotoran dan benda asing yang dapat mempengaruhi hasil akhir produk. Sedangkan sanitasi yang berkaitan dengan

penyimpanan adalah menjaga agar ruang penyimpanan/gudang selalu bersih, baik dari kontaminasi mikrobia patogen maupun ad anya serangga dan hewan pengerat lainnya.

2.4.3 Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI. No. 1405 Tahun 2002

2.4.3.1 Air Bersih Air bersih adalah air yang dipergunakan untuk keperluan sehari -hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang -undangan yang berlaku dan dilengkapi alat pengolah air bersuh sesuai dengan kebutuhan (KEMENTERIAN KESEHATAN, 2002).

Kualitas air bersih memenuhi syarat kesehatan yang meliputi persyaratan fisika, kimia, mikrobiologi dan radioaktif sesuai dengan peraturan dan perundang undangan yang berlaku seperti yang tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan No 416 Tahun 1990 lampiran II (Lampiran 2). Selain itu, air bersih tersedia untuk karyawan dengan kapasitas 60 liter/orang/hari. Air bersih untuk keperluan industri dapat diperoleh dari perusahaan air minum (PAM), perusahaan daerah air minum (PDAM), sumber air tanah atau sumber lain yang telah diolah sehingga memenuhi persyaratan kesehatan. Ketersediaan air bersih untuk kebutuhan karyawan (pekerja) sesuai dengan persyaratan kesehatan dan dalam pendistribusian air bersih untuk perkantoran dan industri harus menggunakan sistem perpipaan. Sumber air bersih dan

sarana distribusinya harus bebas dari pencemaran fisik, kimia dan bakteriologis.

2.4.3.2 Udara Ruangan Penyehatan udara ruang adalah upaya yang dilakukan agar suhu dan kelembaban, debu, pertuk aran udara, bahan pencemar dan mikroba di ruang kerja memenuhi persyaratan kesehatan.

2.4.3.2.1 Suhu dan Kelembaban Suhu Kelembaban : 18 30 0C : 65% - 95%

Agar ruang kerja perkantoran dan industri memenuhi persyaratan kesehatan perlu dilakukan upaya-upaya sebagai berikut : a. Tinggi langit -langit dari lantai minimal 2,5 m. b. Bila suhu udara > 30 0C perlu menggunakan alat pengontrol udara seperti

air conditioner (AC) , kipas angin, dll.

10

c. Bila suhu udara luar < 18 0C perlu menggunakan pemanas ruang. d. Bila kelembaban udara ruang kerja > 95 % perlu menggunakan alat dehumidifier. e. Bila kelembaban udara ruang kerja < 65 % perlu menggunakan humidifier (misalnya : mesin pembentuk aerosol) .

2.4.3.2.2 Debu Kandungan debu maksimal di dalam udara ruangan dalam p engukuran rata-rata 8 jam dapat dilihat pada Tabel 3 sebagai berikut : Tabel 3. Kandungan Debu Maksimal Dalam Ruangan No. 1. 2. 3. Jenis Debu Debu total Asbes bebas Silikat total Konsentrasi Maksimal 10 mg/m3 5 serat/ml udara dengan panjang serat 5 (Mikron) 50 mg/m3

Agar kandungan debu di dalam udara ruang kerja perkantoran dan industri memenuhi persyaratan kesehatan maka perlu dilakukan upaya -upaya sebagai berikut : a. Pada sumber dilengkapi dengan penangkap debu ( dust enclosure ). b. Untuk menangkap debu yang timbul akibat proses produksi, perlu dipasang ventilasi lokal (lokal exhauster) yang dihubungkan dengan cerobong dan dilengkapi dengan penyaring debu (filter). c. Ruang proses produksi dipasang dilusi ventilasi (memasukkan udara segar).

2.4.3.2.3 Pertukaran Udara Pertukaran udara yang dipersyaratan 0,283 m 3/menit/orang dengan laju ventilasi : 0,15 0,25 m/detik. Agar pertukaran udara ruang perkantoran dan industri dapat berjalan dengan baik maka perlu dilakukan upaya -upaya sebagai berikut : a. Memasukkan udara segar untuk mencapai persyaratan NAB dengan menggunakan ventilasi/AC. b. Kebutuhan suplai udara segar 10 liter/orang/detik .

11

c. Membersihkan saringan/filter udara AC secara periodik sesuai dengan ketentuan industri .

2.4.3.2.4 Gas Pencemar Menurut LUTFI (2009) pada umumnya bahan pencemar udara adalah berupa gas-gas beracun (hampir 90 %) dan partikel -partikel zat padat. Gas -gas beracun ini berasal dari pembakaran bahan bakar kendaraan, dari industri dan dari rumah tangga. Selain gas -gas beracun di atas, pembakaran bahan bakar kendaraan juga menghasilkan partikel -partikel karbon dan timah hitam yang berterbangan mencemari udara. Bentuk-bentuk zat pencemar yang sering

terdapat dalam atmosfer. Gas -gas CO, SO2, H2S, partikulat padat dan partikulat cair yang dapat mencemari udara secara alami ini disebut bahan pencemar udara alami, sedangkan yang dihasilkan karena kegiatan manusia disebut bahan pencemar buatan . Kandungan gas pencemar dalam ruang kerja, dalam rata -rata pengukuran 8 jam yang dapat dilihat pada Lampiran 3. Agar kandungan gas pencemar dalam ud ara ruang kerja industri tidak melebihi konsentrasi maksimum perlu dilakukan tindakan -tindakan sebagai berikut : a. Pada sumber dipasang hood (penangkap gas) yang dihubungkan dengan lokal exhauster dan dilengkapi dengan filter penangkap gas. b. Melengkapi ruang proses produksi dengan alat penangkap gas. c. Dilengkapi dengan suplai udara segar.

2.4.3.2.5 Mikroba Angka kuman yang dipersyaratkan adalah kurang dari 700 koloni/ m3 udara serta bebas dari kuman patogen. Agar angka kuman di dalam udara

ruang tidak melebihi nilai ambang batas (NAB) maka perlu dilakukan beberapa tindakan sebagai berikut : a. Untuk industri yang berpotensi mencemari udara d engan mikroba agar melengkapi ventilasi/AC dengan sistem saringan udara bertingkat untuk menangkap mikroba atau upaya desinfeksi dengan sinar ultra violet atau bahan kimia. b. Memelihara sistem ventilasi agar berfungsi dengan baik. c. Memelihara sistem AC sentral.

12

2.4.3.3 Limbah Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi atau kegiatan industri obat -obatan maupun domestik (rumah tangga, yang lebih dikenal sebagai sampah), yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis (Soeparman dan Soeparmin, 2002). Limbah padat adalah semua buangan yang berbentuk padat termasuk buangan yang berasa l dari kegiatan industri. Agar limbah padat tidak menumpuk dan mengganggu lingk ungan kerja, maka perlu dilakukan pemanfaatan kembali dengan pengolahan daur ulang dan pemanfaatan sebagian (re -use, recycle, recovery) agar dipisahkan dengan limbah padat yang non B3 (KEMENTERIAN KESEHATAN, 2002). Limbah cair adalah semua buangan yang ber bentuk cair termasuk tinja. Agar limbah cair yang dihasilkan tidak menimbulkan bau dan mencemari lingkungan, maka saluran limbah cair harus kedap air, tertutup dan limbah cair dapat mengalir dengan lancar sehingga tidak menimbulkan bau dan semua limbah cair harus dilakukan pengolahan fisik, kimia, atau biologis terlebih dahulu sesuai kebutuhan (KEMENTERIAN KESEHATAN, 2002) .

2.4.3.4 Pencahayaan Ruangan Pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif (KEMENTERIAN

KESEHATAN, 2002). Intensitas cahaya di ruang kerja dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Tingkat Pencahayaan di Ruang Kerja
Jenis Kegiatan
Pekerjaan kasar dan tidak terus menerus Pekerjaan kasar dan terus menerus Pekerjaan rutin Pekerjaan agak halus Pekerjaan halus Pekerjaan amat halus

Tingkat Pencahayaan Minimal (LUX)


100 200 300 500 1000 1500 Tidak menimbulkan bayangan 3000 Tidak menimbulkan bayangan

Keterangan
Ruang penyimpanan dan ruang memerlukan pekerjaan yang kontinu peralatan/instalasi yang

Pekerjaan dengan mesin dan perakitan dasar Ruang administrasi, ruang kontrol, pekerjaan mesin dan perakitan/penyusun Pembuatan gambar atau berkerja dengan mesin kantor pekerja pemeriksaan atau pekerjaan dengan mesin Pemilihan warna, pemrosesan tekstil, pekerjaan mesin halus dan perakitan halus. Mengukir dengan tangan, pemeriksaan pekerjaan mesin dan perakitan yang sangat halus Pemeriksaan pekerjaan, perakitan sangat halus

Pekerjaan terinci

13

Agar pencahayaan memenuhi persyaratan kesehatan perlu dilakukan tindakan sebagai berikut : a. Pencahayaan alam maupun buatan diupayakan agar tidak menimbulkan kesilauan dan memiliki intensitas sesuai dengan peruntukannya. b. Kontras sesuai kebutuhan, hindarkan terjadinya kesilau an atau bayangan. c. Untuk ruang kerja yang menggunakan peralatan berputar dianjurkan untuk tidak menggunakan lampu neon. d. Penempatan bola lampu dapat menghasilkan penyinaran yang optimum dan bola lampu sering dibersihkan. e. Bola lampu yang mulai tidak berfungsi dengan baik segera diganti.

2.4.3.5 Kebisingan Dalam Ruangan Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga mengganggu atau membahayakan kesehatan (KEMENTERIAN KESEHATAN, 2002). Tingkat kebisingan di ruang kerja maksimal selama 1 (satu) hari pada ruang proses adalah sebagai berikut (Tabel 5 ). Tabel 5. Tingkat Pajanan Kebisingan Maksimal Selama 1 (satu) hari pada Ruang Proses No. Tingkat Kebisingan (dBA) Pemaparan Harian 1. 85 8 jam 2. 88 4 jam 3. 91 2 jam 4. 94 1 jam 5. 97 30 menit 6. 100 15 menit Agar kebisingan tidak mengganggu kesehatan atau membahayakan perlu diambil tindakan sebagai berikut : a. Pengaturan tata letak ruang harus sedemikian rupa agar tidak menimbulkan kebisingan. b. Sumber bising dapat dikendalikan dengan ca ra antara lain : meredam, menyekat, pemindahan, pemeliharaan, penanaman pohon, membuat bukit buatan, dan lain -lain. c. Rekayasa peralatan ( engineering control ).

14

2.4.3.6 Getaran Getaran adalah gerakan bolak balik suatu massa melalui keadaan seimbang terhadap suatu titik acuan. Getaran mekanik adalah getaran yang (KEMENTERIAN

ditimbulkan oleh sarana dan peralatan kegiatan manusia KESEHATAN, 2002).

Tingkat getaran maksimal untuk kenyamanan dan kesehatan karyawan harus memenuhi syarat seperti pada Tab el 6. Tabel 6. Tingkat Getaran Maksimal Dalam Ruangan No.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.

Frekuensi
4 5 6,3 8 10 12,5 16 20 25 31,5 40 50 63

Tingkat Getaran Maksimal (dalam mikron = 10 -6 M)


< 100 < 80 < 70 < 50 < 37 < 32 < 25 < 20 < 17 < 12 <9 <8 <6

Agar getaran tidak mengganggu kesehatan atau membahayakan perlu diambil tindakan sebagai berikut : a. Melengkapi ruang kerja dengan peredam getar . b. Memperbaiki/memelihara sistem penahan getaran . c. Mengurangi getaran pada sumber, misalnya dengan memberi bantalan pada sumber getaran .

2.4.3.7 Radiasi Radiasi adalah emisi energi yang dilepas dari bahan atau alat radiasi . Medan listrik adalah radiasi non pengion yang berasal dari kabel benda yang bermuatan listrik. Medan magnet listrik a dalah radiasi non pengion yang berasal dari kabel antara dua tegangan listrik yang dialiri oleh arus listrik

(KEMENTERIAN KESEHATAN, 2002) . Tingkat radiasi medan listrik dan medan magnet listrik di tempat kerja adalah sebagai berikut : 1. Medan Listrik :

15

a. Sepanjang hari kerja : maksimal 10 kV/m b. Waktu singkat sampai dengan 2 jam per hari maksimal 30 kV/m. 2. Medan Magnet Listrik a. Sepanjang hari kerja : maksimal 0,5 mT (mili Tesla) b. Waktu singkat sampai dengan 2 jam per hari : 5 mT Pencegahan terhadap radiasi medan listrik dapat dilakukan dengan merancang instalasi yang sesuai dengan Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL)/ SNI 04-0225-2000 tentang Persyaratan Umum Instalasi Listr ik. Selain itu, dapat juga dilakukan dengan menyediakan alat pelindung (isolasi) radias i pada sumber. Sedangkan pencegahan terhadap radiasi medan magnet listrik dengan memastikan lokasi perkantoran jauh/tidak berada di bawah Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUT) atau Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET), jarak vertikal bangunan dari sumber maksimal 10 m dan jarak horisontal minimal 20 m.

2.4.3.8 Vektor Penyakit Menurut KEMENTERIAN KESEHATAN (2002) Vektor penyakit adalah binatang yang dapat menjadi perantara penular berbagai penyakit tertentu (misalnya serangga). Sedangkan reservoar (penjamu) penyakit adalah binatang yang di dalam tubuhnya terdapat kuman penyakit yang dapat ditularkan kepada manusia (misalnya tikus). 1. Persyaratan serangga penular penyakit, antara lain : a. Indeks lalat cm) dalam pengukuran 30 menit. b. Indeks kecoa dalam pengukuran 24 jam. c. Indeks nyamuk Aedes aegypti : container indeks tidak melebihi 5%. : maksimal 2 ekor/ plate (20 x 20 cm) : maksimal 8 ekor/ fly grill (100 x 100

2. Tikus, yang dipersyaratkan adalah setiap ruangan harus bebas tikus. Pengendalian vektor penyakit adalah segala upaya untuk mencegah dan memberantas vektor. Adapun beberapa cara yang dapat dilakukan dalam

mengendalikan vektor penyakit, antara lain sebagai berikut : a. Pengendalian secara fisika

16

Konstruksi

bangunan

tidak

memun gkinkan

masuk

dan

berkembang biaknya vektor dan reservoar penyakit ke dalam ruang kerja dengan memasang alat yang dapat mencegah masuknya serangga dan tikus.
y

Menjaga

kebersihan

lingkungan,

sehingga

tidak

terjadi

penumpukan sampah dan sisa makanan.


y y

Pengaturan peralatan dan arsip secara teratur. Meniadakan tempat perindukan serangga dan tikus. dengan bahan kimia yaitu dengan melakukan

b. Pengendalian

penyemprotan, pengasapan, memasang umpan, membubuhkan abate pada tempat penampungan air bersih. c. Pengendalian penj amu dengan listrik frekuensi tinggi. d. Cara mekanik dengan memasang perangkap.

2.4.3.9 Ruang dan Bangunan Persyaratan ruang dan bangunan yang ditentukan adalah sebagai berikut : a. Bangunan kuat, terpelihara, bersih dan tidak memungkinkan terjadinya gangguan kesehatan dan kecelakaan. b. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan ra ta, tidak licin dan bersih, pertemuan antara dinding dengan lantai berbentuk conus. c. Dinding harus rata, bersih dan berwarna terang, permukaan dinding yang selalu terkena percikan air terbuat dari bahan yang kedap air. d. Langit-langit kuat, bersih, berwarna terang, ketinggian minimal 3 ,0 m dari lantai. e. Luas jendela, kisi -kisi atau dinding gelas kaca untuk masuknya cahaya minimal 1/6 kali luas lantai.

2.4.3.10 Toilet Menurut KEMENTERIAN KESEHATAN (2002) j ika memungkinkan toilet karyawan wanita terpisah dengan toilet untuk karyawan pria. Setiap kantor harus memiliki toilet dengan jumlah wastafel, jamban, dan peturasan minimal seperti pada Tabel 7 dan 8 berikut :

17

Tabel 7. Toilet untuk Karyawan Pria No.


1. 2. 3.

Jumlah Karyawan
s/d 25 26 s/d 50 51 s/d 100

Jumlah Kamar Mandi

Jumlah Jamban

Jumlah Peturasan

Jumlah Wastafel

1 1 2 2 2 2 3 3 3 3 5 5 Setiap penambahan 40-100 karyawan harus ditambah satu kamar mandi, satu jamban, dan satu peturasan

Tabel 8. Toilet untuk Karyawan Wanita Jumlah Jumlah No. Karyawan Kamar Mandi
1. 2. 3. 4. 5. 6. s/d 20 21 s/d 40 41 s/d 70 71 s/d 100 101 s/d 140 141 s/d 180 1 2 3 4 5 6

Jumlah Jamban

Jumlah Wastafel

1 2 2 3 3 5 4 6 5 7 6 8 Setiap penambahan 40-100 karyawan harus ditambah satu kamar mandi, satu jamban, dan satu wastafel

2.4.3.11 Instalasi Menurut KEMENTERIAN KESEHATAN (2002) i nstalasi adalah

penjaringan pipa/kabel untuk fasilitas listrik, air limbah, air bersih, telepon dan lain-lain yang diperlukan untuk menunjang kegiatan industri. Instalasi listrik,

pemadam kebakaran, air bersih, air kotor, air limbah, air hujan harus dapat menjamin keamanan sesuai dengan ketentuan teknis yang berlaku. Selain itu,

jika bangunan kantor yang lebih tinggi dari 10 meter atau lebih tinggi dari bangunan lain di sekitarnya harus dilengkapi dengan penangkal petir. instalasi yang terpasang sesuai dengan persyaratan teknis yang ada, maka : 1. Instalasi untuk masing-masing peruntukan sebaiknya menggunakan kode warna dan label. 2. Diupayakan agar tidak terjadi hubungan silang dan aliran balik antara jaringan distribusi air limbah dengan air bersih sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 3. Jaringan instalasi agar ditata sedemikian rupa agar me menuhi syarat estetika. 4. Jaringan instalasi tidak menjadi tempat perindukan serangga dan tikus. Agar

18

5. Pengoperasian ditentukan.

instalasi

sesuai

dengan prosedur tetap

yang

telah

6. Konstruksi instalasi diupayakan agar sesuai dengan standar desain yang berlaku.

2.5 Produksi Bersih Produksi Bersih merupakan strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif, terpadu dan diterapkan secara terus -menerus pada setiap kegiatan mulai dari hulu ke hilir yang terkait dengan proses produksi, produk, dan jasa untuk meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya alam, mencegah terjadinya pencemaran lingkungan dan mengurangi terbentuknya limbah pada sumbernya sehingga dapat meminimalisasi resiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia serta kerusakan lingkungan (KEMENTERIAN

LINGKUNGAN HIDUP, 2009). Produksi bersih adalah suatu program strategis yang bersifat proaktif yang diterapkan untk menselaraskan kegiatan pembangunan ekonomi dengan upaya perlindungan lingkungan (YANCE, 2004). Produksi bersih ( clean production ) merupakan suatu strategi untuk menghindari timbulnya pencemaran industri melalui pengurangan timbulan limbah (waste generation ) pada setiap tahap dari proses produksi untuk meminimalkan atau mengeliminasi limbah sebelum segala jenis potensi pencemaran terbentuk (KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN, 2007. Keberhasilan upaya ini akan menghasilkan penghematan ( saving ) yang luar biasa karena penurunan biaya produksi yang signifikan sehingga pendekatan ini menjadi sumber pendapatan ( revenue generator ). Produksi bersih ( clean production )

adalah salah satu pendekatan untuk merancang ulang industri yang bertujuan untuk mencari cara-cara pengurangan produk -produk samping yang berbahaya, mengurangi polusi secara keseluruhan, dan menciptakan produk -produk dan limbah-limbahnya yang aman dalam kerangka siklus ekologis. Pengembangan pelaksanaan dan penerapan produksi bersih intinya adalah merubah pola pikir tradisional end of pipe . Strategi konvensional dalam pengelolaan limbah didasarkan pada pendekatan pengelolaan limbah yang terbentuk ( end-of pipe treatment ). Secara umum, tujuan dari penerapan produksi bersih adalah untuk mencapai efisiensi produk/jasa melalui upaya penghematan penggunaan materi

19

dan energi serta memperbaiki kualitas lingkungan melalui upaya minimisasi limbah. Adapun prinsip-prinsip dari produksi bersih adalah sebagai berikut :
y

Dirancang secara komprehensif dan pada tahap sedini mungkin. Produksi bersih dipertimbangkan pada tahap sedini mungkin dalam pengembangan proyek -proyek baru atau pada saat mengkaji proses atau aktivitas yang sedang berlangsung.

Bersifat proaktif, harus diprakarsai oleh industri dan kepentingan kepentingan yang terkait.

Bersifat

fleksibel, di

dapat bidang teknologi

mengakomodasi politik, ekonomi,

berbagai

perubahan, ilmu

perkembangan

sosial -budaya,

pengetahuan da n masyarakat.
y

dan kepentingan

berbagai kelompok

Perbaikan yang berkelanjutan.

2.5.1 Manfaat Penerapan Produksi Bersih Penerapan produksi bersih memberikan manfaat yang akan berdampak luas baik bagi produsen maupun lingkungan , antara lain :
y

Mencegah terjadinya pencemaran dan perusakan lingkungan melalui upaya minimisasi limbah, daur ulang, pengolahan dan pembuangan limbah yang aman.

Mendukung prinsip pemeliharaan lingkungan dalam rangka pelaksanaan Pembangunan Berkelanjutan.

Dalam jangka panjang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui penerapan proses produksi, penggunaan bahan baku dan energi yang efisien.

Mencegah atau memperlambat degradasi lingkungan dan mengurangi eksploitasi sumber daya alam melalui penerapan daur ulang limbah dari dalam proses yang akhirnya menuju pada upaya konservasi sumber daya alam untuk mencapai tujuan Pembangunan Berkelanjutan .

Memberi peluang keuntungan ekonomi, sebab di dalam produksi bersih terdapat strategi pencegahan pencemaran pada sumbernya ( source

reduction and in process recycling ), yaitu mencegah terbentuknya limbah


secara dini, dengan demikian dapat mengurangi biaya investasi yang

20

harus dikeluarkan untuk pengolahan dan pembuangan upaya perbaikan lingkungan.


y y

limbah atau

Memperkuat daya saing prod uk di pasar global. Meningkatkan citra produsen dan meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produk yang dihasilkan.

Mengurangi tingkat bahaya kesehatan dan keselamatan kerja.

2.5.2 Elemen Utama Produksi Bersih

2.5.2.1 Minimisasi Limbah Upaya untuk mencegah dan atau mengurangi timbulnya limbah, dimulai sejak pemilihan bahan, teknologi proses, penggunaan materi dan energi dan pemanfaatan produk sampingan pada suatu sistem produksi. Minimisasi limbah dapat dilakukan dengan cara re-think, reduce, reuse,

recycle, recovery (4R).




Re-think (berpikir ulang), adalah suatu konsep pemikiran yang harus


dimiliki pada saat awal kegiatan aka n beroperasi, dengan implikasi perubahan dalam pola produksi dan konsumsi berlaku baik pada proses maupun produk yang dihasilkan, sehingga harus dipahami betul analisis daur hidup produk . Upaya produksi bersih tidak dapat berhasil dilaksanakan tanpa adanya perubahan dalam pola pikir, sikap dan tingkah laku dari semua pihak terkait pemerintah, masyarakat maupun kalangan usaha

Reduce

merupakan

upaya

untuk

mengurangi

pemakaian/penggunaan bahan baku seefisien mungkin di dalam suatu proses produksi. terbuang menjadi sedikit.  Juga memperhatikan agar limbah yang

Reuse adalah upaya penggunaan limbah untuk digunakan kembali


tanpa mengalami proses pengolahan atau perubahan bentuk.

Reuse

dapat dilakukan di dalam atau di luar daerah proses produksi yang bersangkutan. 

Recycle merupakan salah satu upaya pemanfaatan limbah den gan


cara proses daur ulang melalui pengolahan fisik atau kimia, baik untuk menghasilkan produk yang sama maupun produk yang

21

berlainan. Daur ulang dapat dilakukan di dalam atau di luar daerah proses produksi yang bersangkutan. 

Recovery
memproses

adalah untuk

upaya

pemanfa atan

limbah

dengan

jalan yang

memperoleh

kembali

materi/energi

terkandung di dalamnya. Metode 4 R ( reduce, reuse, recycle, recovery ) pada dasarnya ditujukan untuk efisiensi penggunaan materi dan energi, pemisahan ketidak -murnian dari limbah sehingga dapat digunakan kembali dan pemanfaatan kembali limbah untuk menghasilkan bahan baku sekunder atau memanfaatkan limbah yang semula dianggap tidak berharga menjadi produk lain. Adapun teknologi yang digunakan dalam 4R adalah sebagai berikut : 1. 2. 3.

Absorbsi (penyerapan). Filtrasi (penyaringan). Clarification (klarifikasi), suatu atau kombinasi proses yang tujuan
utamanya untuk mengurangi konsentrasi bahan padat tersuspensi dalam cairan.

4.

Segregation , upaya memisahkan suatu limbah (cairan limbah) dari


limbah yang lain untuk tujuan pengolahan tertentu. Cara ini dapat mengurangi beban dan biaya pengolahan limbah.

5.

Reverse Osmose (osmose terbalik) adalah proses pemisahan yang


dikendalikan tekanan membran. Proses RO menggunakan membran

semipermeable yang dapat melewatkan air yang dimurnikan dan


menahan garam-garam terlarut. 6.

Ion exchange (penukar ion), digunakan untuk merecover drag out


dari larutan pembilas encer.

7. 8.

Recovery Nutrient dan Energi


Bioteknologi.

Dengan makin meningkatnya tuntutan untuk melaks anakan produksi bersih dan tidak mencemari lingkungan, maka usaha pencegahan timbulnya buangan yang berbahaya dan beracun sampai ke tingkat minimal merupakan prioritas pertama. Pertimbangan selanjutnya baru kemungkinan proses daur Pe rtimbangan akhir adalah bagaimana mengolah

ulang bahan buangan.

buangan yang tidak dapat dihindari pembentukannya. Dalam hal ini, nilai usaha pencegahan lebih diutamakan dari penanggulangan akibat negatif dari limbah yang terbentuk. Limbah yang tidak dapat dimanfaatkan lagi d iolah melalui

22

berbagai teknik pengolahan limbah, seperti teknik pengolahan secara mekanis, kimia, biologi.

2.5.3 Pengelolaan Lingkungan Kerja yang Baik ( Good House Keeping) Pengelolaan lingkungan yang selama ini dilakukan selalu dianggap sebagai suatu pengelolaan yang memerlukan pengoperasian dan biaya yang mahal. Persepsi ini terkadang menyebabkan keengganan suatu kegiatan usaha untuk melakukan pengelolaan lingkungan, baik pada kegiatan usaha skala besar, menengah maupun kecil. Para pakar telah membuat suatu konsep pengelolaan lingkungan yang dilakukan secara bertahap, dimulai dari tahap yang paling sederhana dan murah. Tahap awal dalam pengelolaan lingkungan adalah

melalui Good House Keeping (GHK) atau pengelolaan internal yang baik. GHK merupakan serangkaian kegiatan yang pada prinsipnya ditujukan untuk mengamati hal -hal yang sederhana namun dalam pelaksanaannya tidak hanya didasarkan pada cara membersihkan lingkungan kerja Anda. Selain itu GHK juga memerlukan komitmen dari setiap bagian perusahaan untuk mengatur penggunaan bahan baku, energi dan air secara optimal, yang pada akhirnya akan meningkatkan produktifitas kerja dan upaya pencegahan pencemaran lingkungan. GHK mengutamakan penyelesaian masalah lingkungan melalui tata kerja yang baik (manajemen) yang baik, bukan melalui penyelesaian secara teknis yang mahal. Melalui GHK dapat dit emukan adanya suatu permasalahan yang selama ini mungkin tidak di sadari. permasalahan, maka selanjutnya Setelah ditemukan dan dip ahami sumber -sumber permasalahan

mencari

tersebut dan mencari upaya penyelesaiannya. Penerapan GHK dipandu oleh seperangkat daftar periksa yang memuat

pertanyaan-pertanyaan untuk menemukan masalah yang mungkin adanya dan penyebabnya. Bila Anda dapat menemukan suatu masalah dan penyebabnya, maka Anda dapat menemukan langkah perbaikan yang perlu dilakukan.

2.6 Pengelolaan Limbah Padat Limbah atau sampah yaitu limbah atau kotoran yang dihasilkan karena pembuangan sampah atau zat kimia dari pabrik -pabrik. Limbah atau sampah juga merupakan suatu bahan yang tidak berarti dan tidak berharga, tapi kita tidak mengetahui bahwa limbah juga bisa menj adi sesuatu yang berguna dan

23

bermanfaat jika diproses secara baik dan benar. Limbah atau sampah juga bisa berarti sesuatu yang tidak berguna dan dibuang oleh kebanyakan orang, mereka menganggapnya sebagai sesuatu yang tidak berguna dan jika dibiarkan terl alu lama maka akan menyebabkan penyakit padahal dengan pengolahan sampah maka bisa menjadikan sampah ini menjadi benda ekonomis. Limbah padat adalah hasil buangan industri yang berupa padatan, lumpur atau bubur yang berasal dari suatu proses pengolahan (PR ANOWO, 2009). Limbah padat berasal dari kegiatan industri dan domestik. Limbah domestik

pada umumnya berbentuk limbah padat rumah tangga, limbah padat kegiatan perdagangan, perkantoran, peternakan, pertanian, serta dari tempat -tempat umum. Jenis-jenis limbah padat antara lain kertas, kayu, kain, karet/kulit tiruan, plastik, metal, gelas/kaca, organik, bakteri, kulit telur, dll. Sumber-sumber dari limbah padat sendiri meliputi seperti pabrik gula,

pulp, kertas, rayon, plywood, limbah nuklir, pengawetan buah, ikan, atau daging.
Secara garis besar limbah padat terdiri dari : (1) limbah padat yang mudah terbakar, (2) limbah padat yang sukar terbakar, (3) limbah padat yang mudah membusuk, (4) limbah yang dapat didaur ulang, (5) limbah radioaktif, (6) bongkaran bangunan, dan (7) lumpur. Limbah padat industri pangan terutama terdir i dari bahan-bahan organik seperti karbohidrat, protein, lemak, serat kasar dan air. Bahan -bahan ini mudah terdegradasi secara biologis dan menyebabkan pencemaran lingkungan, terutama menimbulkan bau busuk. 2.6.1 Dampak Pencemaran Limbah Padat Limbah pasti akan berdampak negatif pada lingkungan hidup jika tidak ada pengolahan yang baik dan benar, dengan adanya limbah padat di dalam lingkungan hidup maka dapat menimbulkan pencemaran seperti : 1. Timbulnya gas beracun, seperti asam sulfida (H 2S), amoniak (NH 3),

methan (CH4), CO2 dan sebagainya.

Gas ini akan timbul jika limbah

padat ditimbun dan membusuk dikarenakan adanya mikroorganisme. Adanya musim hujan dan kemarau, terjadi proses pemecahan bahan organik oleh bakteri penghancur dalam suasana a erob/anaerob. 2. Dapat menimbulkan penurunan kualitas udara, dalam sampah yang ditumpuk, akan terjadi reaksi kimia seperti gas H 2S, NH3 dan methan

24

yang jika melebihi NAB (Nilai Ambang Batas) akan merugikan manusia. Gas H2S dengan kadar 50 ppm dapat mengakib atkan mabuk dan pusing. 3. Penurunan kualitas air, karena limbah padat biasanya langsung dibuang dalam perairan atau bersama -sama air limbah. Maka akan dapat

menyebabkan air menjadi keruh dan rasa dari ai pun berubah. 4. Kerusakan permukaan tanah. Dari sebagian dampak-dampak limbah padat di atas, ada beberapa dampak limbah yang lainnya yang ditinjau dari aspek yang berbeda secara umum. Dampak limbah secara umum di tinjau dari dampak terhadap kesehatan dan terhadap li ngkungan adalah sebagai berikut : 1. Dampak Terhadap Kesehatan Dampaknya yaitu dapat menyebabkan atau menimbulkan penyakit. Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut : a. Penyakit diare dan tikus, penyakit ini terjadi karena virus yang berasal dari sampah dengan pengelo laan yang tidak tepat. b. Penyakit kulit misalnya kudis dan kurap. 2. Dampak Terhadap Lingkungan Cairan dari limbah-limbah yang masuk ke sungai akan mencemarkan airnya sehingga mengandung virus -virus penyakit. sehingga mungkin lama kelamaan akan punah. Berbagai ikan dapat mati Tidak jarang manusia juga

mengkonsumsi atau menggunakan air untuk kegiatan sehari -hari, sehingga manusia akan terkena dampak limbah baik secara langsung maupun tidak langsung. Selain mencemari, air lingkungan juga menimbulkan banjir karena

banyak orang-orang yang membuang limbah rumah tangga ke sungai, sehingga pintu air mampet dan pada waktu musim hujan air tidak dapat mengalir dan air naik menggenangi rumah -rumah penduduk .

2.6.2 Pengolahan Limbah Padat Pengolahan limbah padat dapat dilakukan dengan berbagai cara yang tentunya dapat menjadikan limbah tersebut tidak berdampak buruk bagi lingkungan ataupun kesehatan. Menurut sifatnya pengolahan limbah padat

adapat dibagi menjadi dua cara yaitu pengolahan limbah pada t tanpa pengolahan dan pengolahan limbah padat dengan pengolahan.

25

2.6.2.1 Limbah Padat tanpa Pengolahan Limbah padat tanpa pengolahan adalah limbah padat yang tidak mengandung unsur kimia yang beracun dan berbahaya dapat langsung dibuang ke tempat tertentu sebagai TPA (Tempat Pembuangan Akhir).

2.6.2.2 Limbah Padat dengan Pengolahan Limbah padat dengan pengolahan adalah limbah padat yang

mengandung unsur kimia beracun dan berbahaya sehingga harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke tempat -tempat tertentu. Pengolahan limbah juga dapat dilakukan dengan cara sederhana lainnya misalnya, dengan cara mendaur ulang, dijual ke pasar loak atau tukang rongsokan yang biasa lewat di depan rumah -rumah. Cara ini bisa menjadikan limbah atau sampah yang semula b ukan apa-apa sehingga bisa menjadi barang yang ekonomis dan bisa menghasilkan uang. Dapat juga dijual kepada tetangga kita yang menjadi tukang loak ataupun pemulung. Dapat juga dengan cara

pembakaran. Cara ini adalah cara yang paling mudah untuk dilaku kan karena tidak membutuhkan usaha keras. Cara ini bisa dilakukan dengan cara Kelebihan cara

membakar limbah-limbah padat misalnya kertas -kertas.

membakar ini adalah mudah dan tidak membutuhkan usaha keras, hanya membutuhkan tempat atau lokasi yang cukup kecil dan dapat digunakan sebagai sumber energi baik untuk pembangkit uap air panas, listrik, dan pencairan logam.

2.6.2.3 Faktor-faktor yang perlu Diperhatikan Sebelum Mengolah Limbah Padat Faktor-faktor yang perlu diperhatikan sebelum kita mengolah limbah padat tersebut adalah sebagai berikut : 1. Jumlah limbah Sedikit dapat dengan mudah kita tangani sendiri. Apabila banyak

maka kita akan membutuhkan penanganan khusus tempat dan sarana pembuangan. 2. Sifat fisik dan kimia limbah Sifat fisik mempengaruhi tempat pembuangan, sarana pengangkutan dan pilihan pengolahannya. Sifat kimia dari limbah padat akan

26

merusak dan mencemari lingkungan dengan cara membentuk senyawa-senyawa baru. 3. Kemungkinan pencemaran dan kerusakan lingkungan Karena lingkungan ada yang peka atau tidak peka terhadap pencemaran, maka perlu kita perhatikan tempat pembuangan akhir (TPA), unsur yang akan terkena, dan tingkat pencemaran yang akan timbul. 4. Tujuan akhir dari pengolahan Terdapat tujuan akhir dari pengolahan yaitu bersif at ekonomis dan bersifat non-ekonomis. Tujuan pengolahan yang bersifat ekonomis adalah dengan meningkatkan efisiensi pabrik secara menyeluruh dan mengambil kembali bahan yang masih berguna untuk didaur ulang atau dimanfaatkan kembali. Sedangkan tujuan pe ngolahan yang

bersifat non-ekonomis adalah untuk mencegah pencemaran dan kerusakan lingkungan.

2.6.3 Proses Pengolahan Limbah Padat Dalam memproses pengolahan limbah padat terdapat empat proses yaitu pemisahan, penyusunan ukuran, pengomposan, dan pembuangan limbah.

2.6.3.1 Pemisahan Menurut PRANOWO (2009) ka rena limbah padat terdiri dari ukuran yang berbeda dan kandungan bahan yang berbeda juga maka harus dipisahkan terlebih dahulu, supaya peralatan pengolahan menjadi awet. Sistem pemisahan ada tiga diantaranya : 1. Sistem Balistik adalah sistem pemisahan untuk mendapatkan

keseragaman ukuran/berat/volume. 2. Sistem Gravitasi adalah sistem pemisahan berdasarkan gaya berat misalnya barang yang ringan/terapung dan barang yang berat/tenggelam. 3. Sistem Magnetis adalah sistem pemisahan berdasarkan sifat magnet yang bersifat magnet, akan langsung menempelkan. memisahkan campuran logam dan non logam. Misalnya untuk

27

2.6.3.2 Penyusunan Ukuran Penyusunan ukuran dilakukan untuk memperoleh ukuran yang lebih kecil agar pengolahannya menjadi mudah.

2.6.3.3 Pengomposan Pengomposan dilakukan terhadap buangan/limbah yang mudah

membusuk, sampah kota, buangan atau kotoran hewan ataupun juga pada lumpur pabrik. Supaya hasil pengomposan baik, limbah pad at harus dipisahkan dan disamakan ukurannya atau volumenya. Selain itu, pengomposan pun

merupakan salah satu alternatif pemecahan masalah dalam manajemen limbah padat khususnya industri pangan. Pengomposan adalah suatu proses biologis dimana bahan organi k didegradasi pada kondisi aerobik terkendali

(KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN, 2007).

Dekomposisi dan transformasi

tersebut dilakukan oleh bakteri fungi dan mikroorganisme lainnya. Pada kondisi optimum, pengomposan dapat mereduksi volume bahan bau sebesar 50 -70%. Kompos memiliki tekstur dan bau seperti tanah. Kompos dapat ,meningkatkan kandungan bahan organik dan nutrien, serta memperbaiki tekstur dan kemampuan untuk mempertahankan kelembaban tanah. Kompos dapat

diaplikasikan untuk pertamanan, pengendalian erosi, dan kondisioner tanah kebun, pembibitan, dan lapangan golf . Bahan yang harus dihindari untuk

dikomposkan antara lain, daging, ikan, tulang, produk susu dan sisa makanan berlemak.

2.6.3.4 Pembuangan Limbah Padat Proses akhir dari pengolahan limbah padat adalah pembuangan limbah yang dibagi menjadi dua yaitu : 1. Pembuangan di Laut Pembuangan limbah padat di laut, tidak boleh dilakukan pada sembarang tempat dan perlu diketahui bahwa tidak semua limbah padat dapat dibuang ke laut. Hal ini disebab kan : a. Laut sebagai tempat mencari ikan bagi nelayan. b. Laut sebagai tempat rekreasi dan lalu lintas kapal. c. Laut menjadi dangkal.

28

d. Limbah padat yang mengandung senyawa kimia beracun dan berbahaya dapat membunuh biota laut. 2. Pembuangan di Darat atau Tanah Untuk pembuangan di darat perlu dilakukan pemilihan lokasi yang harus dipertimbangkan sebagai berikut : a. Pengaruh iklim, temperatur dan angin. b. Struktur tanah. c. Jaraknya jauh dengan pemukiman. d. Pengaruh terhadap sumber lain, perkebunan, perikanan, peternakan, flora atau fauna. Pilih lokasi yang benar -benar tidak ekonomis lagi untuk kepentingan apapun.

2.7 Pengelolaan Limbah Cair Air adalah semua air yang terdapat di atas dan di bawah permukaan tanah, kecuali air laut dan air fosil. Air limbah (limbah cair) adalah sisa dari suatu hasil usaha dan/atau kegia tan yang berwujud cair (KEMENTERIAN

LINGKUNGAN HIDUP, 2010). Air limbah adalah kotoran dari masyarakat dan rumah tangga dan juga yang berasal dari industri, air tanah, air permukaan serta buangan lainnya, dengan demikian air buangan ini merupakan hal yang bersifat kotoran umum (SANTI, 2004). Pencemaran air adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu air limb ah yang telah ditetapkan (KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP, 2010).

2.7.1 Jenis-jenis Air Limbah Air limbah berasal dari dua jenis sumber yaitu air limbah rumah tangga dan air limbah industri. Secara umum di dalam limbah rumah tangga tidak

terkandung zat-zat berbahaya, sedangkan di dalam limbah industri harus dibedakan antara limbah yang mengandung zat -zat yang berbahaya dan yang tidak. Untuk yang mengandung zat -zat yang berbahaya harus dilakukan diminimalisasi

penanganan khusus tahap awal sehingga kandungannya bisa

terlebih dahulu sebelum dialirkan ke sewage plant , karena zat-zat berbahaya itu

29

bisa mematikan fungsi mikro organisme yang berfungsi menguraikan senyawa senyawa di dalam air limbah. Sebagian zat -zat berbahaya bahkan kalau dialirkan ke sewage plant hanya melewatinya tanpa terjadi perubahan yang berarti misalnya logam berat. Penanganan limbah industri tahap awal ini biasanya dilakukan secara kimiawi dengan menambahkan zat -zat kimia yang bisa mengeliminasi zat-zat berbahaya. 2.7.2 Dampak Pencemaran Air Limbah Sesuai dengan batasan air limbah yang merupakan benda sisa, maka sudah barang tentu bahwa air limbah merupakan benda yang sudah tidak dipergunakan lagi. Akan tetapi tidak berarti bahwa air limbah tersebut tidak perlu dilakukan pengelolaan, karena apabila limbah tersebut tidak dikelola secara baik akan dapat menimbulkan gangguan, baik terhadap lingkungan maupun terhadap kehidupan yang ada.

2.7.2.1 Gangguan Terhadap Kesehatan Air limbah sangat berbahaya terhadap kesehatan manusia mengingat bahwa banyak penyakit yang dapat ditularkan melalui air limbah. Air limbah ini ada yang hanya berfungsi sebagai media pembawa saja seperti kolera, radang usus, hepatitis infektiosa , serta schitosomiasis. Selain sebagai pembawa

penyakit di dalam air limbah itu sendiri banyak terdapat bakteri pat ogen penyebab penyakit seperti yang terlihat pada Tabel 9. Tabel 9. Bakteri Patogen dan Penyakit yang Dapat Timbul
Nama Bakteri Patogen
Virus Vibrio cholera Salmonella typhosa a dan Salmonella typhosa b Salmonella spp Shigella spp Basillus antraksis Brusella spp Mycobacterium tuberculosa Leptospira Entamuba histolitika Schistosoma spp Taenia spp Ascaris spp. Enterobius spp

Penyakit yang ditimbulkan


Polio, myelitis, dan hepatitis Kolera asiatika Typhus abdomonalis dan para typhus Keracunan makanan Disentri bacsillair Antrhak Brusellosis, demam malta, dan keguguran (pada domba) Tuberculosis Weii Amuba disentri Schistosomiasis Cacing pita Cacingan

Sumber : Santi (2004)

30

Selain sebagai pembawa dan kandungan kuman penyakit maka air limbah juga dapat mengandung bahan -bahan beracun, penyebab iritasi, bau dan bahkan suhu yang tinggi serta bahan -bahan lainnya yang mudah terbakar. Keadaan demikian ini sangat dipengaruhi oleh sumber asal air limbah.

2.7.2.2 Gangguan terhadap Kehidupan Biotik Banyaknya zat pencemar yang ada di dalam air limbah, maka akan menyebabkan menurunnya kadar oksigen yang terlarut di dalam air limbah. Dengan demikian akan menyebabkan kehidupan di dalam air yang

membutuhkan oksigen akan terganggu, dalam hal ini akan mengu rangi perkembangannya. Selain kematian kehidupan di dalam air disebabkan karena kurangnya oksigen di dalam air dapat juga karena adanya zat beracun yang berada di dalam air limbah tersebut. Selain matinya ikan dan bakteri -bakteri di dalam air juga dapat menimbulkan kerusakan pada tanaman atau tumbuhan air. Sebagai akibat matinya bakteri -bakteri, maka proses penjernihan sendiri yang seharusnya bisa terjadi pada air limb ah menjadi terhambat. Akibat selanjutnya adalah air limbah akan sulit untuk diuraikan . Selain bahan-bahan kimia yang dapat mengganggu kehidupan di dalam air, maka kehidupan di dalam air juga dapat terganggu dengan adanya pengaruh fisik seperti adanya temperatur tinggi yang dikeluarkan oleh industri yang memerlukan proses pendinginan. Pan asnya air limbah dapat mematikan semua organisme apabila tidak dilakukan pendinginan terlebih dahulu sebelum dibuang ke dalam saluran air limbah.

2.7.2.3 Gangguan terhadap Kerusakan Benda Apabila air limbah mengandung gas karbondioksida yang agresif, maka mau tidak mau akan mempercepat proses terjadinya karat pada benda yang terbuat dari besi serta bangunan air yang kotor lainnya. Dengan cepat rusaknya benda tersebut maka biaya pemeliharaannya akan semakin besar juga, yang berarti akan menimbulkan ker ugian material. Selain karbondioksida agresif,

maka tidak kalah pentingnya apabila air limbah itu adalah air limbah yang berkadar pH rendah atau bersifat asam maupun pH tinggi yang bersifat basa. Melalui pH yang rendah maupun pH yang tinggi mengakibatkan kerusakan pada benda -benda yang dilaluinya. timbulnya

31

Lemak yang merupakan sebagian dari komponen air limbah yang mempunyai sifat yang menggumpal pada suhu udara normal, dan akan berubah menjadi cair apabila berada pada suhu yang lebih panas. Lemak yang

merupakan benda cair pada saat dibuang ke saluran air limbah akan menumpuk secara kumulatif pada saluran air limbah karena mengalami pendinginan dan lemak ini akan menempel pada dinding saluran air limbah yang pada akhirnya akan dapat menyumbat aliran air limbah. Selain penyumbatan akan dapat terjadi juga kerusakan pada tempat dimana lemak tersebut menempel yang akhirnya dapat berakibat timbulnya bocor.

2.7.3 Pengolahan Limbah Cair Secara umum, pengolahan limbah cair dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu pengolahan primer, pengolahan sekunder, dan pengolahan tersier. Pengolahan primer merupakan pengolahan secara fisik untuk menyisihkan benda-benda terapung atau padatan tersuspensi terendapkan ( settleable solids ). Pengolahan primer ini berupa penyar ingan kasar, dan pengendapan primer untuk memisahkan bahan inert seperti butiran pasir/tanah. Saringan kasar

digunakan untuk menahan benda yang berukuran relatif besar. Karena butiran pasir/tanah merupakan bahan non -biodegradable dan dapat terakumulasi d i dasar instalasi pengolahan limbah cair, maka bahan tersebut harus dipisahkan dari limbah cair yang akan diolah. Penyisihan butiran pasir/tanah dapat

dilakukan dengan bak pengendapan primer. Pengendapan primer ini umumnya dirancang untuk waktu tinggal s ekitar 2 jam. Pengolahan primer hanya dapat mengurangi kandungan bahan yang mengambang atau bahan yang dapat terendapkan oleh gaya gravitasi. Sebagian polutan limbah cair industri pangan terdapat dalam bentuk tersuspensi dan terlarut yang relatif tidak t erpengaruh oleh pengolahan primer tersebut. Untuk menghilangkan/mengurangi kandungan polutan tersuspensi atau terlarut diperlukan pengolahan sekunder dengan proses biologis ( aerobik maupun anaerobik). Pengolahan secara biologis pada prinsipnya adalah pem anfaatan aktivitas mikroorganisme seperti bakteri dan protozoa . Mikroba tersebut

mengkonsumsi polutan organik biodegradable dan mengkonversi polutan organik tersebut menjadi karbondioksida, air dan energi untuk pertumbuhan dan reproduksinya. Oleh karena itu, sistem pengolahan limbah cair secara biologis

32

harus mampu memberikan kondisi yang optimum bagi mikroorganisme, sehingga mikroorganisme tersebut dapat menstabilkan polutan organik

biodegradable

secara optimum guna mempertahankan agar mikroorganisme tet ap aktif dan produktif, mikroorganisme tersebut harus dipasok dengan oksigen cukup, cukup waktu untuk kontak dengan polutan organik, temperatur dan komposisi medium yang sesuai. Perbandingan BOD 5 : N : P juga harus seimbang. BOD 5 :N : P juga = 100 : 5 : 1 dianggap optimum untuk proses pengolahan limbah cair secara aerobik. Sistem pengolahan limbah cair yang dapat diterapkan untuk pengolahan sekunder limbah cair industri pangan antara lain adalah sistem lumpur aktif (activated sludge ), trickling filter, biodisc atau rotating contactor (RBC), septik tank, sistem up-flow anaerobic sludge blanket (UASB), dan kolam oksidasi. Dengan pengolahan sekunder BOD dan TSS dalam limbah cair dapat dikurangi secara signifikan, tetapi efluen masih mengandung amonium atau nitrat, dan fosfor dalam bentuk terlarut. Kedua bahan ini merupakan unsur hara (nutrien) bagi tanaman akuatik. Nitrogen dalam efluen instalasi pengolahan

sekunder kebanyakan dalam bentuk senyawa amonia atau ammonium, tergantung pada nilai pH. Senyawa amonia ini bersifat toksik terhadap ikan, jika konsentrasinya cukup tinggi. Permasalahan lain yang berkaitan dengan amonia adala h penggunaan oksigen terlarut selama proses konversi dari amonia menjadi nitrat oleh

mikroorganisme (nitrifikasi). Oleh karena itu, untuk meningkatkan kualitas efluen dibutuhkan pengolahan tambahan yang dikenal sebagai pengolahan tersier (advanced waste waten treatment ) untuk mengurangi/menghilangkan konsentrasi BOD, TSS dan nutrien (N,P). Proses pengolahan tersier yang dapat diterapkan antara lain adalah filtrasi pasir, eliminasi nitrogen (nitrifikasi dan denitrifikasi), dan eliminasi fosfor (secara kimi a maupun biologis). Salah satu cara penanganan limbah cair yang dapat digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan konsentrasi BOD, TSS dan nutrien (N, P) adalah dengan menggunakan tanaman air enceng gondok ( eichhornia crassipes (Mart) Solm). Enceng gondok merupakan tanaman perairan yang tetap hijau sepanjang tahun. Menurut ORT dalam ALU, et al. (2011) bahwa jenis tanaman yang disenangi untuk kolam air limbah di negara berkembang adalah enceng gondok. Hal ini diawali dari penemuan Dymond bahwa enceng gondok dapat tumbuh di dalam air limbah domestik dan limbah industri yang mengandung

33

unsur N dan P yang cukup tinggi (GOPAL, 1987 dalam ALU, et al. 2011). Selain dapat menyerapa unsur N dan P, tanaman ini juga dapat menyerap logam berat seperti Ni, Zn, Fe, Co, Cr, Pb, Cu dan Cd, terutama di dalam akarnya (ZARANYIKA & NDAPWADZA, 1995 dalam ALU, et al. 2011). Menurut NEIS dalam ALU, et al.(2011) enceng gondok memiliki akar yang bercabang -cabang halus, permukaan akarnya digunakan oleh mikroorganisme sebag ai tempat pertumbuhan. SUDIBYO dalam ALU, et al.(2011) menjelaskan, bahwa enceng gondok dapat digunakan untuk menghilangkan polutan, karena fungsinya sebagi sistem filtrasi biologis, menghilangkan nutrien mineral. Enceng gondok sangat

peka terhadap keada an yang unsur haranya di dalam air kurang mencukupi, tetapi responnya terhadap kadar unsur hara juga cukup besar. Menurut FARDIAZ dalam ARSIL & SUPRIYANTO (2007) menjelaskan, bahwa enceng gondok sebagai biofilter diduga dapat mempercepat penguapan air melalui proses evapotranspirasi. Proses evapotranspirasi yang terjadi akan mendukung laju pengambilan unsur hara yang dibutuhkan dalam proses fotosintesis melalui mekanisme penyerapan air me lalui bulu-bulu akarnya. Aktivitas fotosintesis yang tinggi, akan menghasilkan oksigen yang tinggi pula sehingga oksigen terlarut dalam limbah cair akan meningkat. Enceng gondok

mensuplai oksigen ke dalam air limbah melalui akar dan menambah jumlah oksigen terlarut dalam air limbah sehingga akan memacu kerja mikroorganisme dalam menguraikan senyawa -senyawa pencemar. Kemampuan penanganan limbah cair yang dilakukan dengan enceng

gondok tersebut banyak digunakan juga dalam pengolahan limbah cair industri. Selain efektif dalam penanganan limbah, biayanya juga murah dan mudah didapat. Selain itu, dengan memanfaatkan enceng gondok untuk pengolahan limbah cair, enceng gondok yang tumbuh dapat dimanfaatkan juga sebagai kerajinan. Dengan demikian, limbah cair yang dihasilkan oleh industri kecil dapat ditangani dengan baik sehingga tidak mencemari lingkungan.

2.7.4 Parameter Utama dan Baku Mutu Limbah Cair Pengolahan Ikan

2.7.4.1 Parameter Utama Limbah Cair Perikanan Parameter utama dari limbah cair pengolahan ikan adalah pH, BOD, TSS, minyak dan lemak yang nilainya sangat tergantung dari proses pengolahan serta jenis ikan yang diolah.

34

2.7.4.1.1 pH pH adalah parameter untuk mengetahui intensitas tingkat keasaman atau kebasaan dari suatu larutan yang dinyatakan dengan konsentrasi ion hidrogen terlarut (GUNAWAN, 2006). Pengukuran pH dapat juga dilakukan dengan

menggunakan kertas pH universal. Keasaman air diukur dengan pH meter atau dengan kertas pH universal. Keasaman ditetapkan berdasarkan tinggi

rendahnya konsentrasi ion hidrogen dalam air. Air buangan yang mempunyai pH tinggi atau rendah menjadikan air steril dan sebagai akibatnya membunuh mikroorganisme air yang diperlukan untuk keperluan biota tertentu. Demikian juga makhluk-makhluk lain tidak dapat hidup seperti ikan. Air yang mempunyai pH rendah membuat air menjadi korosif terhadap bahan -bahan konstruksi besi yang kontal dengan air. Limbah air dengan keasaman tinggi bersumber dari buangan yang mengandung asam.

2.7.4.1.2 Biochemical Oxygen Demand (BOD) Kebutuhan oksigen biokimia 5 hari (BOD5) adalah jumlah miligram yang dibutuhkan oleh mikroba aerobik untuk menguraikan bahan organik karbon dalam 1 L air selama 5 hari pada suhu 20 0C 10C (SNI 06-6989.72-2009).

Biological oxygen demand (BOD), atau kebutuhan o ksigen biologis


adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme dalam air lingkungan untuk memecah (mendegradasi) bahan buangan organik yang ada di dalam air lingkungan tersebut (WARDHANA, 2004). S ebenarnya peristiwa

penguraian bahan buangan organik melalui proses oksidasi oleh mikroorganisme di dalam air lingkungan adalah proses alamiah yang mudah terjadi apabila air lingkungan mengandung oksigen yang cukup. Mikroorganisme yang memerlukan oksigen untuk memecah bahan buangan organik sering disebut dengan bakteri aerobik . Sedangkan bakteri

mikroorganisme yang tidak memerlukan oksigen, disebut dengan

anaerobik. Proses penguraian bahan buangan organik melalui proses oksidasi oleh mikroorganisme atau oleh bakteri aerobik adalah sebagai berikut : Cn Ha Ob Nc + (n + - - 3 ) O2 nCO2 + ( - 3 ) H2O + c NH3

Seperti tampak pada reaksi diatas, bahan buangan organik dipecah dan diuraikan menjadi gas CO2, air dan gas NH3. Timbulnya gas NH 3 inilah yang

35

menyebabkan bau busuk pada air lingkungan yang telah tercemar oleh bahan buangan organik. Reaksi tersebut di atas memerlukan waktu yang cukup lama, kira -kira 10 hari. Dalam waktu 2 hari mungkin reaksi telah mencapai 50% dan dalam waktu 5 hari mencapai 75%. Bila dibandingkan dengan reaksi COD yang hanya

memakan waktu sekitar 2 jam, maka reaksi uji BOD ini relatif sangat lambat karena tergantung pada kerja bakteri. Reaksi uji COD relatif lebih cepat karena tidak tergantung pada cara kerja bakteri. Adapun jenis bahan buangan yang dapat dioksidasi secara BOD dan juga ada yang hanya dapat dioksidasi secara COD seperti yang terlihat pada Tabel 10 . Tabel 10. Bahan Buangan yang dapat dioksidasi dengan Uji COD atau BOD Dapat dioksidasi dengan uji Jenis Bahan Buangan COD BOD Bahan buangan organik yang termasuk Ya ya biodegradable. Contoh : protein, gula, karbohidrat, dll Serat sintetik, selulosa, dll Ya tidak Bahan buangan yang termasuk non Ya tidak biodegradable. Contoh : NO 2, Fe2+, S 2-, Mn3+, dll N bebas. Contoh NH 4 tidak ya Hidrokarbon rantai dan aromatik Ya tidak Sumber : WARDHANA (2004) 2.7.4.1.3 Total Suspended Solid (TSS)

Total suspended solid (TSS) adalah residu dari padatan total yang
tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2 m atau lebih besar dari ukuran partikel koloid (SNI 06-6989.3-2004). Dalam limbah ditemukan zat padat yang secara umum diklasifikasikan ke dalam dua golongan besar yaitu padatan terlarut dan padatan tersuspensi. Padatan tersuspensi terdiri dari

partikel koloid dan partikel biasa. Jenis partikel dapat dibedakan berdasark an diameternya. Jenis padatan terlarut maupun tersuspensi dapat bersifat organis maupun sifat inorganis tergantung dari mana sumber limbah. Zat padat

tersuspensi yang mengandung zat -zay organik umumnya terdiri dari protein, gangguan dan bakteri.

36

2.7.4.1.4 Minyak dan Lemak Minyak dan lemak merupakan minyak mineral, minyak nabati, asam lemak, sabun, malam yang dapat terekstrak oleh pelarut campuran n -heksana dan methyl tert buthyl ether (MTBE) (80:20) (SNI 06-6989.10-2004). Kandungan lemak dan minyak yang terdapat dalam limbah bersumber dari industri yang mengolah bahan baku mengandung minyak yang bersumber dari proses klasifikasi dan proses perebusan. Menurut GINTING (2007) minyak dan lemak merupakan bahan organis bersifat tetap dan sukar diuraikan bakteri. Berat jenis yang kecil dari minyak dan lemak dibandingkan dengan berat jenis air menyebabkan minyak dan lemak akan membentuk lapisan tipis (selaput) di permukaan air dan m enutup permukaan yang mengakibatkan terbatasnya oksigen masuk dalam air. Pada sebagian lain minyak dan lemak ini membentuk lumpur dan mengendap sehingga sulit untuk diuraikan. Minyak dan lemak dijumpai dalam bentuk larutan dengan struktur kimia yang berb eda-beda. Reaksi dengan kimia pada suhu

tertentu akan terdekomposisi dengan karbon, oksigen dan hidrogen.

2.7.4.2 Baku Mutu Limbah Cair Kegiatan Pengolahan Hasil Perikanan Baku mutu air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan pengolahan hasil perikanan yang melakukan satu jenis kegiatan pengolahan berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 6 Tahun 2007 (Tabel 11 ). Tabel 11. Baku Mutu Air Limbah bagi Usaha dan/atau Keg iatan Pengolahan Hasil Perikanan yang Melakukan Satu Jenis Pengolahan
Pembuatan Tepung Ikan Parameter Kadar (mg/L) Beban Pencemaran (kg/ton) 6-9 100 1 5 100 300 15 1,2 0,012 0,06 1,2 3,6 0,18 12

pH TSS Sulfida Amonia Klor bebas BOD COD Minyak Lemak

Kuantitas Air Limbah (m3/ton)

Anda mungkin juga menyukai