Anda di halaman 1dari 7

TUGAS 1 BANK & LEMBAGA KEUANGAN NONBANK

Nama : Yudha Pradhita Swandi


NIM : 041758221
Jurusan: S-1 Manajemen

SOAL 1

1. Jelaskan Pengertian dan fungsi Lembaga Keuangan?


2. Jelaskan perbedaan Lembaga keuangan bank dan Lembaga keuangan bukan bank?
3. Jelakan faktor apa saja yang mengakibatkan kondisi perbankan nasional menjadi rentan terhadap
gejolak ekonomi yang terjadi tahun 1997?
4. Jelakan pengelompokan bank menurut kegiatan usaha, bentuk badan usaha, dan pendriran dan
kepemilikannya serta target pasar? berikan contoh
Jawaban :

1. Lembaga keuangan adalah perusahaan yang memberikan jasa layanan utama berupa jasa keuangan.
Jasa-jasa keuangan utama yang diberikan oleh lembaga keuangan antara lain, mengubah asset
keuangan yang didapatkan dari pasar menjadi bentuk asset keuangan yang berbeda, untuk tujuan
yang berbeda pula; membantu menciptakan berbagai bentuk asset keuangan untuk berbagai
kepentingan, baik kepentingan perusahaan keuangan sendiri, maupun kepentingan pihak lain (klien);
memberikan jasa perlindungan atas risiko yang lain; memberikan jasa konsultasi untuk para investor
dan pelaku pasar keuangan lainnya; memberikan jasa pengelolaan portofolio, baik untuk pelaku
pasar keuangan maupun untuk masyarakat umum.
2. Lembaga keuangan bank (depository) sebagian besar dananya diperoleh dengan cara menghimpun
dana dari masyarakat, yang dilakukan dengan menawarkan jasa tabungan atau simpanan. Simpanan
ini bisa berupa giro, tabungan, deposito, dan simpanan-simpanan lain. Selanjutnya dana ini
ditawarkan pada masyarakat yang membutuhkan dalam bentuk lain misalnya kredit, atau untuk
membeli asset keuangan lain. Contoh lembaga keuangan depository adalah bank (bank umum, bank
perkreditan rakyat, bank Syariah, bank perkreditan rakyat Syariah), dan lembaga simpan pinjam
(misalnya koperasi). Lembaga keuangan bukan bank (non-depository), adalah lembaga keuangan
dimana penghimpunan dana masyarakat tidak dilakukan dengan menawarkan produk tabungan atau
simpanan, melainkan dengan cara lain. Contoh lembaga keuangan non-depository adalah asuransi,
lembaga pembiayaan, lembaga dana pension, lembaga reksa dana (mutual funds), dan lembaga-
lembaga lain.
3. Faktor-faktor yang mengakibatkan kondisi perbankan nasional menjadi rentan diantaranya adalah
jatuhnya nilai tukar Negara Thailand yaitu Baht terhadap Dollar sejak pertengahan 1997. Indonesia
merupakan negara yang mengalami dampak krisis yang cukup parah selain Negara Thailand dan
Korea. Beberapa faktor yang menyebabkan Indonesia mengalami imbas yang cukup besar dari Krisis
ekonomi Thailand dibanding negara-negara lain salah satunya adalah besarnya defisit neraca berjalan
dan utang luar negeri, ditambah dengan lemahnya sistim perbankan nasional sebagai akar dari
terjadinya krisis finansial, Nasution (1997). Sementara itu, menurut Menurut World Bank (1998) Ada
4 penyebab krisis ekonomi yang menyebabkan negara menuju kebangkrutan, yang pertama adalah
akumulasi utang swasta luar negeri yang cepat dari tahun 1992 hingga Juli 1997, sehingga l.k. 95%
dari total kenaikan utang luar negeri berasal dari sektor swasta ini, dan jatuh tempo rata-ratanya
hanyalah 18 bulan. Bahkan selama empat tahun terakhir utang luar negeri pemerintah jumlahnya
menurun. Sebabyang kedua adalah kelemahan pada sistim perbankan. Ketiga adalah masalah
governance, termasuk kemampuan pemerintah menangani dan mengatasi krisis, yang kemudian
menjelma menjadi krisis kepercayaan dan keengganan donor untuk menawarkan bantuan finansial
dengan cepat. Yang keempat adalah ketidakpastian politik menghadapi pemilu yang lalu dan
pertanyaan mengenai kesehatan Presiden Soeharto pada waktu itu. Oleh karena itu, sektor
perbankan adalah salah satu sector yang terkena dampak terbesar yang disebabkan oleh krisis
ekonomi di Indonesia tahun 1997. Akibat paket Desember 1988 terjadi liberalisasi perbankan di
Indonesia. Salah satu isi dari paket Desember 1988 adalah memperbolehkan siapapun yang memilki
uang setidaknya 10 milyar rupiah dapat mendirikan bank di Indonesia. Oleh karena itu, banyak
bermunculan bank-bank swasta di Indonesia sekitar 160an bank baru lahir ditambah 200 bank swasta
yang sudah ada. Hal ini adalah penyebab mengapa ada banyak bank yang mengalami kebangkrutan
dan gagal kliring pada dekade 90an menuju krisis moneter tahun 1997-1998. Ada lagi faktor lain juga
yang menyebabkan terjadinya kebangkrutan pada dunia perbankan, yaitu suku bunga kredit yang
lebih tinggi dari suku bunga pinjaman. Akibatnya terjadi negative spread yang menyebabkan beban
para banker  terlalu besar. Juga ressesi ekonomi mebuat kredit-kredit yang disalurkan menjadi tidak
berarti. Bisa dikatakan, bank- bank hanya tinggal gedung saja tanpa isi. Terdapat 5 faktor yang
menyebabkan kerentanan pada sektor mikro industri perbankan yaitu:
1. Realtif lemahnya kemampuan manajerial bank telah menyebabkan penurunan kualitas aset
produktif dan meningkatnya resiko yang dihadapi bank. Hal ini diperparah dengan lemahnya
sistem pengawasan dan sistem informasi internal bank dalam memantau, mendeteksi, dan
menyelesaikan permasalahan kredit serta posisi risiko yang berlebihan. Kelemahan ini semakin
membatasi kemampuan bank dalam mengatasi gejolak keuangan yang dihadapi.
2. Besarnya pemberian kredit dan jaminan bank secara langsung atau tidak langsung baik terhadap
individu atau kelompok usaha yang terkait dengan bank (connected lending) telah meningkatkan
risiko kemacetan kredit yang dihadapi oleh bank. Berbagai upaya telah dilakukan untuk
melakukan pencegahan terhadap penyaluran kredit yang tidak wajar dan tidak sesuai dengan
asas- asas perkreditan yang sehat. Namun pelanggaran terhadap masalah connected
lending tetap merupakan masalah yang besar dan masih harus dihadapi industri perbankan
nasional. Hal ini terutama, menyangkut struktur perbankan nasional yang dimiliki oleh kelompok
– kelompok bisnis tertentu. Masalah lain yaitu, penyaluran kredit bagi usaha yang memiliki risiko
kredit yang tinggi, misalnya sector properti. Pada sisi pasiva, masalah utama adalah banyaknya
penggunaan sumber dana dengan masa jangka pendek dari luar negeri tanpa hedging yang
ditanamkan pada proyek-proyek jangka panjang.
3. Adanya jaminan terselubung (implicit guarantee) dari bank sentral kepada suatu bank untuk
menjamin kelangsungan hidup bank tetsebut dan menjaga dari kegagalan sistemik dalam
industry perbankan sehingga risiko yang dihadapi bank dalam menghadapi kasus likuiditas praktis
menjadi bergeser kepada bank sentral. Hal tersebut telah menyebabkan moral
hazard  dikalangan pengelola dan pemilik bank, yaitu tanapa kekhawatairan akan risiko
kekurangan likuiditas, perbankan cenderung mengambil langkah yang kurang hati-hati dalam
pengambilan hutang yang berlebihan dan member kredit ke sector- sector yang berisiko tinggi.
Kecenderungan tersebut membuat distorsi dalam pemberian kredit dan meningkatkan risiko
terjadinya krisis perbankan.
4. Kurang transparannya informasi mengenai kondisi perbankan selain telah menyebabkan
kesulitan dalam melakukan analisis secara akurat tentang kondisi keuangan suatu bank juga telah
melemahkan upaya untuk melakukan control social dan menciptakan disiplin pasar. Hal tersebut
meberikan kesan negatif dan mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap perbankan sehingga
meningkatkan risiko sistemik industry perbankan.
5. Sitem pengawasan oleh bank sentral kurang efektif karena belum sepenuhnya mampu
mengimbangi kegiatan operasional yang dilakukan bank. Hal ini mendorong bank-bank
mengabaikan prinsip kehati-hatian dalam kegiatan operasional mereka. Meskipun, sistem
tentang kehati-hatian perbankan nasional telah baik dan mengikuti standar dari Bank for
international Settlements, lemahnya law enforcement  dan kurangnya independensi bank sentral
membuat langkah-langkah tersebut sulit dilakukan
4. Menurut jenis usahanya, bank diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu
a. Bank Umum, adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau
berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran. Contoh : Bank BRI, BNI, Mandiri, BTPN dll
b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR), adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran. Contoh PT. BPR Artha Makmur Lestari

Berdasarkan kepemilikannya, bank diklasifikasikan menjadi :

a. Bank Persero, yaitu bank yang dimiliki oleh Pemerintah. Contoh : BRI, BNI
b. Bank Umum Swasta Nasional, yaitu bank yang dimiliki oleh swasta domestic ( warga negara
Indonesia). Contoh Bank Muamalat
c. Bank Asing, yaitu bank yang diimiliki oleh warga negara asing. Contoh CitiBank
d. Bank Campuran, yaitu bank yang dimiliki warga negara Indonesia dan warga negara asing.
Contoh Bank DBS Indonesia
e. Bank Pemerintah Daerah, yaitu bank yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah. Bank Kalteng, Bank
BPD DIY

Secara umum, jenis bank atas dasar target pasarnya dapat digolongkan menjadi tiga :
a. Retail Bank, Bank jenis ini memfokuskan pelayanan dan transaksi kepada nasabah-nasabah retail.
Pengertian retail di sini adalah nasabah-nasabah individual, perusahaan, dan lembaga lain yang
skalanya kecil.
b. Corporate Bank, Bank jenis ini memfokuskan pelayanan dan transaksi kepada nasabah-nasabah
yang berskala besar. Mengingat nasabah yang berskala besar ini biasanya berbentuk korporasi,
maka bank kelompok ini disebut corporate bank. Meskipun namanya adalah bank korporat
(corporate bank) tidak berarti seluruh nasabahnya berbentuk suatu perusahaan.
c. Retail-Corporate Bank, disamping kedua jenis bank di atas, terdapat juga bank yang tidak
memfokuskan pada kedua pilihan jenis nasabah di atas. Bank jenis ini memberikan pelayanannya
tidak hanya kepada nasabah retail juga kepada nasabah korporasi
Jenis Bank Menurut Bentuk Badan Usaha

a. Bank berbentuk Perseroan Terbatas (PT).


b. Bank berbentuk Firma.
c. Bank berbentuk Koperasi.
d. Bank berbentuk Perusahaan Perseorangan.

SOAL 2

1. Jelaskan dua peranan aset keuangan dalam perkekonomian beserta contoh penjelasannya?
2. Sebutkan dan jelaskan klasifikasi pasar keuangan berdasarkan jatuh tempo klaim ? 
3. Sebutkan manfaat dari suatu sistem keuangan yang modern atau sistem keuangan yang baik bagi
suatu perekonomian ?
4. Jelaskan jasa-jasa keuangan utama apa saja yang dapat diberikan / ditawarkan oleh lembaga
keuangan sebagai industri jasa keuangan?
5. Sebutkan klasifikasi lembaga keuangan sebagai lembaga perantara (intermediary) beserta contohnya?
6. Sebutkan dan jelaskan peranan mendasar dan fungsi utama dari Bank Sentral dalam perekonomian?
7. Sebutkan dan jelaskan 2 pendekatan yang dilakukan BI dalam menjalankan tugas pengawasan bank ?
8. Sebutkan tiga tugas pokok Bank Indonesia berdasarkan UU no. 23 tahun 1999 yang telah diubah
dengan UU no.3 tahun 2004 ?
Jawaban :

1. Pertama adalah sebagai media untuk intermediasi antara pihak yang membutuhkan dana, dan pihak
yang kelebihan dana. Sebagai media untuk memindahkan dana, asset keuangan dapat mengalihkan
dana dari pihak yang kelebihan dana kepada pihak yang membutuhkan dana. Contoh : Seorang
pengusaha membutuhkan tambahan modal untuk membesarkan usahanya. Untuk itu, dia bias
menerbitkan asset keuangan (misalnya dalam bentuk saham, ataupun obligasi), dan dijual kepada
pemilik dana dan selanjutnya dana tersebut bias untuk membiayai perluasan usaha.
Kedua adalah sebagai media untuk membagi risiko asset. Sebagai media untuk membagi risiko (risk
sharing), asset keuangan mampu membagikan risiko arus kas dari asset fisik yang tak terhindarkan.
Contoh : Tuan A sebetulnya memiliki dana Rp 200.000,00 untuk bisnis mebelnya, dan untuk
membiayai produksinya tinggal kurang Rp 150.000,00,. Kenyataannya Tuan A menerbitkan asset
keuangan senilai RP 200.000,00 yang berarti tidak bersedia menginvestasikan semua dana yang
dimiliki karena mengandung risiko. Meskipun yang memesan dari pelanggannya, namun risiko
kegagalan bisnis tetap saja ada meskipun kecil. Tuan A tampaknya tidak mau menanggung risiko
sendiri, dan membagi risiko Bersama pihak lain dengan cara menerbitkan asset keuangan.

2. Klasifikasi berdasarkan jatuh tempo klaim :


a. Pasar uang (money market)
Merupakan pasar yang memperdagangkan asset keuangan dengan instrument utang jangka
pendek. Pada umumnya jangka waktu jatuh tempo surat utang dibawah 12 bulan.
b. Pasar modal (capital market)
Adalah pasar bagi asset-aset keuangan jangka Panjang, yaitu asset keuangan yang jatuh
temponya diatas 12 bulan. Di pasar ini asset keuangan yang diperdagangkan bias dengan
instrument utang, bias juga dengan instrument ekuitas.

3. Manfaat dari suatu sistem keuangan yang modern antara lain


a. Kemudahan untuk melakukan transaksi pembayaran sehingga produksi dan perekonomian dapat
tumbuh dengan pesat
b. Memudahkan pemindahan dana dari pihak yang kelebihan kepada pihak yang membutuhkan,
yang selanjutnya akan dibelanjakan alat-alat investasi untuk meningkatkan produksi
c. Memberikan keleluasaan bagi rumah tangga dan institusi-institusi lain untuk melakukan
investasi, meskipun mereka tidak perlu melakukan usaha secara teknis
d. Menentukan harga asset keuangan termasuk didalamnya bunga kredit
e. Mampu memberikan sinyal perkembangan ekonomi makro kedepan

4. Jasa-jasa keuangan utama yang dapat diberikan / ditawarkan oleh lembaga keuangan adalah sebagai
berikut
a. Mengubah asset keuangan yang didapatkan dari pasar menjadi bentuk asset keuangan yang
berbeda, untuk tujuan yang berbeda pula. Contoh, Lembaga keuangan memberikan jasa
mengubah asset keuangan beruoa tabungan menjadi kredit. Selanjutnya asset berupa tabungan
ini menjadi kewajiban mereka, sementara kredit menjadi klaim mereka. Pemberian jasa merubah
bentuk asset keuangan ini, merupakan fungsi dari Lembaga keuangan sebagai Lembaga
perantara (intermediary) dari pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana.
b. Membantu menciptakan berbagai bentuk asset keuangan untuk kepentingan klien
perusahaannya
c. Memperdagangkan asset keuangan untuk berbagai kepentingan, baik kepentingan perusahaan
keuangan sendiri maupun kepentingan pihak lain (klien)
d. Memberikan jasa perlindungan atas risiko yang mungkin dihadapi oleh kliennya, baik risiko bisnis,
maupun risiko yang lain
e. Memberikan jasa konsultasi untuk para investor dan pelaku pasar keuangan lainnya;
f. Memberikan jasa pengelolaan portofolio, baik untuk pelaku pasar keuangan maupun untuk
masyarakat umum.
5. Sebagai lembaga perantara (intermediary), amtara pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang
membutuhkan dana, lembaga keuangan diklasifikasikan menjadi dua, yaitu lembaga keuangan
depository dan lembaga keuangan non-depository. Lembaga keuangan bank (depository) sebagian
besar dananya diperoleh dengan cara menghimpun dana dari masyarakat, yang dilakukan dengan
menawarkan jasa tabungan atau simpanan. Simpanan ini bisa berupa giro, tabungan, deposito, dan
simpanan-simpanan lain. Selanjutnya dana ini ditawarkan pada masyarakat yang membutuhkan
dalam bentuk lain misalnya kredit, atau untuk membeli asset keuangan lain. Contoh lembaga
keuangan depository adalah bank (bank umum, bank perkreditan rakyat, bank Syariah, bank
perkreditan rakyat Syariah), dan lembaga simpan pinjam (misalnya koperasi). Lembaga keuangan
bukan bank (non-depository), adalah lembaga keuangan dimana penghimpunan dana masyarakat
tidak dilakukan dengan menawarkan produk tabungan atau simpanan, melainkan dengan cara lain.
Contoh lembaga keuangan non-depository adalah asuransi, lembaga pembiayaan, lembaga dana
pension, lembaga reksa dana (mutual funds), dan lembaga-lembaga lain.
6. Peranan yang paling mendasar adalah sebagai penyedia uang inti, yaitu yang bertugas mencetak dan
mengedarkan uang. Di semua negara, bank sentral merupakan satu-satunya Lembaga yang
berwenang untuk menyediakan dan mengedarkan mata uang yang diperlukan masyarakat sebagai
alat pembayaran. Ada tiga fungsi utama lain bank sentral dalam perekonomian. Ketiga fungsi itu
meliputi :
a. Fungsi kebijakan moneter
Untuk menjaga stabilitas nilai uang, bank sentral diberi beberapa kewenangan, antara lain
merumuskan dan melaksanakan kebijakan moneter untuk mengendalikan jumlah uang yang
beredar. Stabilitas nilai uang dalam hal ini adlah stabil terhadap barang dan jasa maupun stabil
terhadap mata uang negara lain, yang dari keduanya berarti inflasi rendah. Seperti diketuhi,
apabila jumlah uang beredar bertambah secara tak terkendali, maka akan mengakibatkan inflasi
dari sisi permintaan, sementara jika jumlah uang beredar terlalu sedikit maka akan
mengakibatkan inflasi dari sisi biaya produksi.
b. Melakukan pengaturan dan pelaksanaa system pembayaran
Fungsi terkait dengan pengaturan dan pelaksanaan system pembayaran mencakup sekumpulan
kesepakatan, aturan, standar, dan prosedur peredaran uang antar pihak dengan mengunakan
instrument pembayaran yang sah. Pada prinsipnya terdapat dua system pembayaran, yaitu
pembayaran tunai, tugas bank sentral adalah menyediakan dan menyalurkan alat pembayaran
atau uang kartal. Sementara untuk system pembayaran non-tunai tugas bank sentral adalah
mengatur dan mengendalikan peredaran uang giral, dan produk perbankan lain, misalnya kratu
kredit, ATM, dan produk-produk perbankan lainnya.
c. Bank sentral sebagai banknya para bank (bank’s of the bank’s)
Selain sebagai otoritas moneter dan pengatur system pembayaran, bank sentral juga berperan
sebagai banknya para bank. Artinya, jika perbankan membutuhkan uang untuk memenuhi
kebutuhan likuiditasnya, maka bank akan meminjam uang dari bank sentral.
d. Mengatur dan mengawasi perbankan
Bank merupakan Lembaga yang cukup vital dalam proses intermediasi. Di beberapa negara,
khususnya negara sedang berkembang, proses intermediasi antara pihak yang kelebihan dana
dengan pihak yang membutuhkan dana lebih banyak menggunakan bank dari pada Lembaga
keuangan lain. Hal ini dikarenakan di negara sedang berkembang, Lembaga keuangan non-bank
pada umumnya belum berkembang baik. Selain itu, bank juga merupakan infrastuktur kebijakan
moneter dan bank juga berperan penting dalam proses pembayaran transaksi antar anggota
masyarakat. Oleh karena itu bank sentral perlu mengatur dan mengawasi perbankan.

7. Dalam menjalankan tugas pengawasan bank, saat ini BI melaksanakan sistem pengawasannya
dengan menggunakan 2 pendekatan yaitu
a. Pengawasan berdasarkan kepatuhan (compliance based supervision) dan pengawasan
Pendekatan pengawasan berdasarkan kepatuhan pada dasarnya menekankan pemantauan
kepatuhan bank untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan yang terkait dengan operasi dan
pengelolaan bank.
b. Pengawasan berdasarkan risiko (risk based supervision/RBS).
Pendekatan pengawasan berdasarkan risiko merupakan pendekatan pengawasan yang
berorientasi ke depan (forward looking). Dengan menggunakan pendekatan tersebut
pengawasan/pemeriksaan suatu bank difokuskan pada risiko-risiko yang melekat (inheret risk)
pada aktivitas fungsional bank serta system pengendalian risiko (risk control system). Melalui
pendekatan ini akan lebih memungkinkan otoritas pengawasan bank untuk proaktif dalam
melakukan pencegahan terhadap permasalahan yang potensial timbul.

8. Tiga tugas pokok Bank Indonesia berdasarkan UU no. 23 tahun 1999 yang telah diubah dengan UU
no.3 tahun 2004 :
a. menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter;
b. mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran;
c. mengatur dan mengawasi Bank

Anda mungkin juga menyukai