Anda di halaman 1dari 12

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 2

Nama Mahasiswa : RIZKIA RAIS

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 041395948

Kode/Nama Mata Kuliah : ISIP4216/Metodelogi Penelitian Sosial

Kode/Nama UPBJJ : 84 / MANADO

Masa Ujian : 2019/20.2 (2020.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
NAMA : RIZKIA RAIS
NIM : 041395948
E-MAIL : rais.rizkya@yahoo.com
UPBJJ-UT : 84 / MANADO
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Maraknya pembangunan di Indonesia khususnya kota besar dapat
memacu pertumbuhan ekonomi. Sebagai dampaknya kota tersebut akan
menjadi magnet bagi penduduk untuk berdatangan mencari pekerjaan dan
bertempat tinggal atau yang sering disebut dengan urbanisasi. Namun,
urbanisasi ini menimbulkan berbagai macam masalah karena tidak ada
pengendalian di dalamnya. Masalah tersebut yang dihadapi Negara Indonesia
saat ini yaitu pertumbuhan konsentrasi penduduk yang tinggi. Hal ini tidak
diikuti dengan kecepatan yang sebanding dengan perkembangan
industrialisasi yang dapat menimbulkan urbanisasi berlebih. Adanya
urbanisasi yang berlebih tidak hanya menimbulkan masalah di kota tapi juga
menimbulkan masalah di desa yang ditinggalkan.
Masalah yang terjadi antara lain meningkatnya angka kemiskinan
sehingga pemukiman kumuh juga meningkat, peningkatan urban crime, dan
masih banyak masalah lain. Sedangkan di desa juga akan timbul masalah
diantaranya berkurangnya sumber daya manusia dan akhirnya pedesaan tidak
mengalami perkembangan yang nyata. Filipina misalnya, penyebaran kota
merata secara gradual boleh dikatakan tidak ada, yang ada disana adalah
peranan kota Metropolitan Manila yang mendominasi segala kegiatan seperti
kegiatan ekonomi, politik administratif, budaya, pendidikan, dan sebagainya.
Jakarta adalah ibu kota Negara Indonesia yang merupakan kota Metropolitan
atau primate city yang memiliki daya tarik yang kuat bagi penduduk daerah
disekitarnya, jadi wajar apabila banyak masyarakat yang beradu nasib
mencari pekerjaan disana.
Pandangan positif terhadap urbanisasi, melihat urbanisasi sebagai usaha
pembangunan yang menyeluruh, tidak terbatas dalam pagar administrasi
kota. Selain itu kota dianggap sebagai agen modernisasi dan perubahan.
Mereka melihat kota sebagai suatu tempat pemusatan modal, keahlian, daya
kreasi, dan segala macam fasilitas yang mutlak diperlukan bagi
pembangunan. Tanggapan lain adalah bahwa kita tidak mungkin
membayangkan bagaimana pertumbuhan dan keadaan Jakarta sekarang ini
serta pusat – pusat industri di dunia lainnya bisa tercapai bila seandainya tidak
ada urbanisasi. Akibat dari pengembangan dan pembangunan dapat
menimbulkan berbagai jenis dampak lingkungan hidup baik yang positif
maupun negatif.

B. Permasalahan
Masalah kemiskinan, pengangguran, dan tekanan hidup dalam hal ini
memberikan kontribusi terhadap terjadinya konflik sosial dan kriminalitas.
Konflik tersebut secara langsung maupun tidak langsung dipengaruhi oleh
tekanan penduduk. Jumlah penduduk yang terlalu banyak dan terdistribusi
tidak merata, sumber daya yang terbatas, dan perpindahan/pergerakan
penduduk memberikan sumbangan untuk terlahirnya konflik. Hal tersebut
terjadi di ibu kota Negara Indonesia yaitu Jakarta yang merupakan kota
metropolitan. Sebagai ibu kota negara tentunya membuat Jakarta menjadi
pusat perekonomian Indonesia, ini yang menjadi daya tarik masyarakat
pedesaan untuk mencari pekerjaan di Jakarta. Namun, hal itu juga dapat
menyebabkan kepadatan pendudukan yang semakin tinggi, pada akhirnya
tingkat kriminalitas menjadi tinggi pula.
Tingginya angka kriminal di Indonesia disebabkan oleh berbagai
macam faktor, antara lain kemiskinan, disfungsi norma dan hukum, ketidak
harmonisan unsur terkait serta karakter bangsa yang sudah bergeser. Hal ini
diperparah dengan sistem pendidikan yang tidak lagi mengajarkan nilai – nilai
etika termasuk pendidikan agama yang hanya menekankan pada aspek
kognitif saja (Randan, 2012). Kalau dibiarkan terus menerus akan
menimbulkan dampak lingkungan yang bersifat negatif misalnya
pertambahan penduduk kota yang begitu cepat sudah sulit diikuti dengan
kemampuan daya dukung kotanya, pertambahan kendaraan bermotor roda
dua dan roda empat sehingga menimbulkan berbagai polusi atau pencemaran
udara, serta pengembangan industri yang menyebabkan penumpukan limbah
pabrik sehingga menimbulkan pencemaran sungai ataupun danau.
Masyarakat tidak tinggal diam dalam usaha mengatasi masalah
urbanisasi, program yang sedang dilaksanakan antara lain, mempelajari,
meneliti, dan melaksanakan pengembangan wilayah diberbagai tempat
terutama di kota besar, mengembangkan industri kecil atau industri rumah
tangga diberbagai daerah pedesaan, mengatur arus penduduk dari daerah
pedesaan ke kota melalui kegiatan administratif dan kebijaksanaan lainnya,
melancarkan kegiatan keluarga berencana dengan lebih ketat di desa maupun
di kota, serta menghidupkan daerah pedesaan dengan berbagai kegiatan
pembangunan antara lain pengembangan dan peningkatan jalur transportasi
dan komunikasi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Landasan Teori
1. Pengertian Masalah Sosial
Menurut Soerjono Soekanto, masalah social adalah
ketidaksesuaian antara unsur – unsur kebudayaan atau masyarakat yang
membahyakan kehidupan kelompok sosial.
2. Pengertian Kriminalitas
Kata kriminalitas berasal dari Bahasa Inggris, yaitu crime yang
berarti kejahatan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
kriminalitas diartikan sebagai perbuatan yang melanggar hukum pidana
atau kejahatan. Secara yuridis, kriminalitas atau kejahatan adalah
bentuk tingkah laku yang bertentangan dengan moral kemanusiaan
(imoril), merugikan masyarakat, sifatnya asosial dan melanggar hukum
serta undang – undang. Sementara, menurut Kartini Kartono, crime atau
kejahatan adalah tingkah laku yang melanggar hukum dan norma
social, sehingga masyarakat menentangnya.
3. Pengertian Kota
Kota adalah kelompok orang – orang dalam jumlah tertentu hidup
dan bertempat tinggal Bersama dalam suatu wilayah geografis tertentu
yang mempunyai pola hubungan rasional, ekonomis, dan
individualistis. Sementara menurut Bintarto kota adalah sebuah bentang
budaya yang ditimbulkan oleh unsur – unsur alami dan non alami
dengan gejala – gejala pemusatan penduduk yang cukup besar dan
corak kehidupan yang bersifat heterogen dan materialistis
dibandingkan dengan daerah disekitarnya.
4. Kesimpulan Pengertian
Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka kami mendefinisikan
masalah sosial kriminalitas perkotaan sebagai sekumpulan Tindakan
sosial yang terjadi di wilayah perkotaan yang tidak selaras dengan
aturan hukum dan norma sosial yang berlaku sehingga menyebabkan
adanya kepincangan sosial.

B. Analisis Permasalahan
Kriminalitas atau kejahatan merupakan perilaku atau tindakan yang
bisa merugikan dari segi material juga psikologis, dan melanggar norma –
norma hukum, social, dan agama. Tindakan kriminal ini sendiri ada beragam
jenisnya termasuk diantaranya adalah pencurian, penganiayaan, tindak
asusila, perampokan, hingga pembunuhan. Masalah ini menyebabkan
merugikan banyak pihak, seperti halnya korban kehilangan harta bendanya
ataupun kehilangan nyawa mereka. Kriminalitas menjadi masalah social yang
serius di negara kita, menjadi salah satu negara berkembangan yang ada di
dunia dengan memiliki jumlah penduduk yang terus berkembang dengan
jumlah populasi sekarang ini sekitar 250.000.000 lebih penduduk. Layaknya
negara yang lain, ada saja tindak kejahatan yang terjadi di Indonesia, terutama
di kota – kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, dan juga Yogyakarta.
Kota sebagai pusat kegiatan pendidikan, sosial, ekonomi, dan politik
menjadi magnet bagi masyarakat desa untuk mengadu nasib dan mencari
peruntungan di kota. Urbanisasi masyarakat desa ke kota merupakan sebuah
masalah sosial. Salah satu penyebab terjadinya urbanisasi adalah kurangnya
fasilitas umum yang ada di desa, sementara fasilitas umum di kota lebih
lengkap. Kepentingan dan keinginan seseorang terkadang sejalan dan seirama
dengan keinginan dan kepentingan orang lain, tetapi seringkali atau tidak
jarang juga terjadi perbedaan dan pertentangan. Muara dari perbedaan dan
pertentangan demikian dapat melahirkan perselisihan. Begitupun juga dengan
setiap orang yang melakukan urbanisasi. Mereka datang Bersama sekelumit
kepentingan dan keinginan ke kota. Namun, terkadang kepentingan dan
keinginan tersebut tidak selaras dengan realita atau berbenturan dengan
kepentingan yang lain hingga memunculkan konflik.
Dengan demikian, salah satu dampak negatif dari adanya urbanisasi
adalah meningkatkan angka kriminalitas di perkotaan. Gemerlapnya dunia
perkotaan menjadi daya Tarik tersendiri bagi masyarakat desa untuk
melakukan mobilitas sosial vertikal naik. Namun, ternyata realitas sosial
perkotaan tidak semudah yang dibayangkan. Persaingan yang ketat dan
diperlukannya keterampilan khusus membuat tantangan utama untuk meraih
kesuksesan. Diskrepansi atau ketidaksesuaian atara harapan – harapan dengan
realitas sosial perkotaan menimbulkan adanya disorientasi yang memicu
untuk bertindak asocial.
Jakarta merupakan ibu kota Indonesia ini bahkan menjadi kota yang
paling tidak aman di dunia. Penilaian ini bedasarkan survei yang dilakukan
oleh Economist Intelligence Unit. Dari 50 (lima puluh) kota di dunia yang
dijadikan sampel, Jakarta menduduki peringkat terakhir yakni peringkat ke
50 (lima puluh). Sedangkan dalam kawasan atau region Asia Tenggara
(ASEAN), Indonesia mendudukan peringkat ke 4 (empat). Tingginya tingkat
kriminalitas yang terjadi di kota besar tak luput dari dampak besarnya jumlah
pendatang baru. Para urbaners ini diperkirakan juga membawa pengaruh
yang kurang baik dan membawa sikap individualis mereka ke kota yang
menjadi tempat tujuan mereka.
Yogyakarta menjadi salah satu contoh, kota tersebut terkenal akan
keramahannya, kekayaan budayanya, mistis, dan jawa yang kentara, juga
menjadi kota yang nyaman dan aman. Seiring berjalannya masa, Yogyakarta
menjadi sesak akan hotel dan mall – mall besar dan juga restoran kapitalis.
Berkembang pesatnya arus globalisasi dan perkembangan kota juga secara
tidak langsung menjadi berkurangnya urgensi pendidikan agama. Tingkat
kriminalitas di kota Yogyakarta pun menjadi meningkat seiring berjalannya
waktu. Pertambahan penduduk dari warga pendatang khususnya pinggiran
kota membawa dampak kepada perilaku dan polo hidup masyarakat. Hal ini
dapat dibuktikan dengan salah satu kasus kejahatan di Condong Catur yang
ternyata pelakunya adalah dari orang luar.
Miras dan narkoba juga disinyalir ikut meningkatkan jumlah kasus
kejahatan, terutama dimana remaja menjadi pelaku kejahatan. Banyak kasus
kejahatan yang dilakukan para remaja seperti, pencurian, tindak asusila,
pembacokan, penjambretan yang disebabkan pengaruh dari minuman keras
juga narkoba. Miras dan narkoba dapat mempengaruhi tingkat emosional dan
pikiran konsumennya. Remaja saat ini mudah sekali kehilangan kendali
emosi sehingga mudah tersinggung, marah, pendendam, dan yang menjadi
semakin masalah adalah apabila mereka melampiasan kegundahan serta
emosi mereka melalui tindak kejahatan. Rendahnya lapangan pekerjaan di
daerah asal menjadi alasan utama seseorang berniat menanam asa di ibu kota.
Alasan lain menyebutkan, bahwa seseorang bermigrasi dari desa ke kota
merupakan refleksi atas gejala kemandekan denyut ekonomi pedesaan.
Adapun faktor yang menarik seseorang merantau ke kota adalah cerita
kisah kesuksesan para pemudik dengan segala bumbunya bahwa penghasilan
di kota lebih tinggi ketimbang di desa. Permasalahan urbanisasi tidak dapat
hanya dipandang sebatas dalam konteks demografi saja, karena urbanisasi
mengandung pengertian yang multidimensional. Urbanisasi dari pendekatan
demografis berarti sebagai suatu proses peningkatan konsentrasi penduduk di
perkotaan sehingga proporsi penduduk yang tinggal menjadi meningkat.
Secara sederhana konsentrasi tersebut diukur dari proporsi penduduk yang
tinggal di perkotaan, kecepatan perubahan proporsi tersebut, dan perubahan
jumlah pusat – pusat kota. Sedangkan urbanisasi menurut pendekatan
ekonomi politik didefinisikan sebagai transformasi sosial ekonomi yang
timbul sebagai akibat dari pengembangan dan ekspansi kapitalisme
(capitalist urbanization).
Dari permasalahan urbanisasi terdapat berbagai jenis teori muncul
sebagai analisis terhadap perilaku kejahatan, namun dari banyaknya teori
kejahatan tersebut, ada 4 (empat) teori yang dirasa lebih berkaitan dengan
sudut pandang sosiologi, yaitu :
1. Teori Mazhab Sosial
Teori ini menyatakan bahwa faktor penyebab munculnya kejahatan
adalah faktor eksternal yaitu lingkungan sosial dan kekuatan – kekuatan
sosial. Dalam suatu lingkungan sosial akan selalu ada faktor sosial yang
menjadi kecenderungan untuk melakukan kejahatan. Seperti halnya
yang terjadi pada lingkungan sosial terkecil, yaitu keluarga. Keluarga
merupakan agen sosialisasi primer yang memberikan fondasi primer
mengenai nilai – nilai dan norma – norma sosial. Seorang anak biasanya
akan meniru tindakan – tindakan yang dilakukan oleh orang tuanya.
Tingkah laku kriminal orang tua bisa saja menular pada anaknya.
Sehingga menurut teori ini kejahatan diturunkan bukan melalui gen,
melainkan karena adanya proses sosialisasi dan internalisasi nilai –
nilai.
2. Teori Mazhab Bio-sosiologi
Teori ini merupakan kombinasi antara faktor internal dan eksternal,
yaitu dimana suatu faktor kejahatan tidak hanya muncul dari individu
itu sendiri, melainkan juga karena pengaruh lingkungan sosial terhadap
individu tersebut.
3. Teori Mazhab Spritualis dengan Teori Non-religius
Menurut teori ini, agama dan keyakinan merupakan sesuatu yang
mempengaruhi pola piker dan perilaku manusia. Sehingga orang yang
memiliki agama dan keyakinan yang kuat akan mampu untuk
mengendalikan diri dari perbuatan – perbuatan yang tidak selaras
dengan nilai dan norma agama. Selain itu, juga karena agama
merupakan salah satu lembaga sosial yang peran sebagai sistem
pengendalian sosial (social control).
4. Teori Susunan Ketatanegaraan
Negara sebagai asosiasi dan sistem pengendalian sosial dipandang ikut
mempengaruhi terjadinya suatu kejahatan. Beberapa filsuf dan
negarawan seperti, Plato, Aristoteles, dan Thomas More memandang
bahwa struktur ketatanegaraan dan falsafah negara menentukan
kejahatan.
BAB III
SIMPULAN

A. Kesimpulan
Masalah sosial kriminalitas perkotaan adalah sekumpulan tindakan
sosial yang terjadi di wilayah perkotaan yang tidak selaras dengan aturan
hukum dan normal sosial yang berlaku sehingga menyebabkan adanya
kepincangan sosial. Tindakan kriminal ini sendiri ada beragam jenisnya
termasuk diantaranya adalah pencurian, penganiayaan, tindak asusila,
perampokan, hingga pembunuhan. Masalah ini menyebabkan merugikan
banyak pihak, seperti halnya korban kehilangan harta bendanya ataupun
kehilangan nyawa mereka. Dampak negatif dari adanya urbanisasi adalah
meningkatkan angka kriminalitas di perkotaan. Gemerlapnya dunia perkotaan
menjadi daya Tarik tersendiri bagi masyarakat desa untuk melakukan
mobilitas sosial vertikal naik. Namun, ternyata realitas sosial perkotaan tidak
semudah yang dibayangkan. Adapun faktor yang menarik seseorang
merantau ke kota adalah cerita kisah kesuksesan para pemudik dengan segala
bumbunya bahwa penghasilan di kota lebih tinggi ketimbang di desa.
Permasalahan urbanisasi tidak dapat hanya dipandang sebatas dalam konteks
demografi saja, karena urbanisasi mengandung pengertian yang
multidimensional. Terdapat beberapa teori kriminal berdasarkan sudut
pandang sosial ada 4 (empat) teori, yaitu Teori Mazhab Sosial, Teori Mazhab
Bio-sosiologi, Teori Mazhab Religius, dan Teori Susunan Ketatanegaraan.
DAFTAR PUSTAKA

Bintarto, R.,1993, Urbanisasi dan Permasalahannya, Ghalia Indonesia,


Jakarta.
Direktorat Analisis Dampak Kependudukan Dampak Kependudukan
Terhadap Kriminalitas dan Keamanan Individu. 2011. BKKBN
Soekanto, S. (2004). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
Prijono Tjiptoherijanto, Migrasi Urbanisasi dan Pasar Kerja di Indonesia.
Jakarta:Universitas Indonesia Press.
Rahardjo Adisasmita, Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan.
Yogyakarta:Graha Ilmu, 2016.

Anda mungkin juga menyukai