KULIAH
TUGAS 2
UPBJJ – UT LAMANDAU
PENGARUH URBANISASI TERHADAP DI PERKOTAAN
BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan urbanisasi di Indonesia sendiri perlu diamati secara serius. Banyak studi
memperlihatkan bahwa tingkat konsentrasi penduduk di kota-kota besar di Indonesia telah
berkembang dengan pesat. Studi yang dilakukan oleh Warner Ruts tahun 1987 menunjukkan
bahwa jumlah kota-kota kecil (<100 ribu penduduk) sangat besar dibandingkan dengan kota
menengah (500 ribu sampai 1 juta penduduk). Kondisi ini mengakibatkan perpindahan
penduduk menuju kota besar cenderung tidak terkendali. Ada fenomena kota- kota besar akan
selalu tumbuh dan berkembang, kemudian membentuk kota yang disebut kota- kota
metropolitan. Salah satu kota yang telah mengalami hal ini adalah kota Jakarta sebagai ibu
kita dari negara Indonesia sendiri. Dimulai Sebgai kota besar kemudian berkembang menjadi
kota metropolitan dan saat ini mengarah menjadi kota megapolitan.
B. Rumusan Masalah
Kondisi perkotaan yang semakin tidak terkendali akibat adanya urbanisasi yang berlebih,
telah
C. Tujuan
Ada beberapa tujuan dalam pembuatan makalah ini antara lain yaitu :
PEMBAHASAN
A. Pengertian Urbanisasi
Pengertian urbanisasi menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia adalah, suatu proses kenaikan
proporsi jumlah penduduk yang tinggal di daerah perkotaan. Selain itu dalam ilmu
lingkungan, urbanisasi dapat diartikan sebagai suatu proses pengkotaan suatu wilayah. Proses
pengkotaan ini dapat diartikan dalam dua pengertian. Pengertian pertama, adalah merupakan
suatu perubahan secara esensial unsur fisik dan sosial-ekonomi-budaya wilayah karena
percepatan kemajuan ekonomi. Contohnya adalah daerah Cibinong dan Bontang yang
berubah dari desa ke kota karena adanya kegiatan industri. Pengertian kedua adalah
banyaknya penduduk yang pindah dari desa ke kota, karena adanya penarik di kota, missal
kesempatan kerja.
Pengertian urbanisasi ini pun berbeda-beda, sesuai dengan interpretasi setiap orang yang
berbeda-beda. Dari suatu makalah Ceramah Umum di UNIJA, yang dibawakan oleh Ir.
Triatno Yudo Harjoko pengertian urbanisasi diartikan sebagai suatu proses perubahan
masyarakat dan kawasan dalam suatu wilayah yang non-urban menjadi urban. Secara spasial,
hal ini dikatakan sebagai suatu proses diferensiasi dan spesialisasi pemanfaatan ruang dimana
lokasi tertentu menerima bagian pemukim dan fasilitas yang tidak proporsional.
Pengertian lain dari urbanisasi, dikemukakan oleh Dr. PJM Nas dalam bukunya Pengantar
Sosiologi Kota yaitu Kota Didunia Ketiga. Pada pengertian pertama diutarakan bahwa
urbanisasi merupakan suatu proses pembentukan kota, suatu proses yang digerakkan oleh
perubahan struktural dalam masyarakat sehingga daerah- daerah yang dulu merupakan daerah
pedesaan dengan struktur mata pencaharian yang agraris maupun sifat kehidupan
masyarakatnya lambat laun atau melalui proses yang mendadak memperoleh sifat kehidupan
kota. Pengertian kedua dari urbanisasi adalah, bahwa urbanisasimenyangkut adanya gejala
perluasan pengaruh kota ke pedesaan yang dilihat dari sudut morfologi, ekonomi, sosial dan
psikologi.
Dari beberapa pengertian mengenai urbanisasi yang diuraikan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa pengertian urbanisasi adalah merupakan suatu proses perubahan dari desa
ke kota yang meliputi wilayah/ daerah beserta masyarakat di dalamnya dan dipengaruhi oleh
aspek- aspek fisik/ morfologi, sosial, ekonomi, budaya, dan psikologi masyarakatnya.
Latar belakang terjadinya urbanisasi pada Negara industri maju dengan negara yang
berkembang mempunyai beberapa perbedaan yang terdiri dari:
Pada negara industri maju, urbanisasi dimulai sejak industrialisasi, jadi industri merupakan
titik tolak terjadinya urbanisasi. Penduduk kota meningkat lebih lambat dibandingkan di
Negara berkembang sedangkan pertumbuhan kota relative lebih imbang (perbedaan tidak
besar), sehingga dikatakan “proses urbanisasi merupakan proses ekonomi”
Urbanisasi pada negara berkembang dimulai sejak PD II, urbanisasi merupakan titik tolak
terjadinya industri (kebalikan dari negara industry maju), penduduk kota meningkat cepat
sehingga urbanisasi tidak terbagi rata, semakin besar kotanya, semakin cepat proses
urbanisasinya, adanya konsep “Primate City”., sehingga dikatakan “proses urbanisasi bersifat
demografi”.
Hal ini lah yang terjadi di Indonesia saat ini, yaitu berduyun-duyunnya masyarakat desa ke
kota sehingga kota bertambah padat. Faktor penyebab adanya urbanisasi adalah karena
adanya faktor utama yang klasik yaitu kemiskinan di daerah pedesaan. Faktor utama ini
melahirkan dua factor penyebab adanya urbanisasi yaitu:
Alasan orang desa melakukan migrasi atau pindah ke kota didasarkan atas beberapa alasan,
yaitu:
4. Terbatasnya sarana dan prasarana di desa, misalnya sarana hiburan yang belum memadai
6. Memiliki impian kuat menjadi orang kaya, karena tingkat upah di kota lebih tinggi
8. pengaruh cerita orang, bahwa hidup di kota gampang cari pekerjaan, atau mudahnya
membuka usaha kecil-kecilan
Dalam bukunya yang berjudul Redesain Jakarta TATA KOTA TATA KITA 2020, Ahmaddin
Ahmad mengatakan bahwa “daya tarik kota besar bukan hanya luasnya lapangan kerja, tetapi
juga yang mencakup daya tarik romantisme dan avounturisme kota yang penuh dengan hal
yang heetrogen, keserbaenekaan, objek rekereasi dan seni yang beraneka ragam”.
Di sisi lain kota mempunyai daya tarik, di pihak lain keadaan tingkat hidup di desa umumnya
mempercepat proses urbanisasi tersebut, hal ini menjadi faktor pendorong timbulnya
urbanisasi. Faktor pendorong yang dimaksud diantaranya adalah:
1. keadaan desa yang umumnya mempunyai kehidupan yang statis (tidak mengalami
perubahan yang sangat lambat). Hal ini bisa terjadi karena adat istiadat yang masih kuat atau
pun pengaruh agama.
3. lapangan kerja yang hampir tidak ada karena sebagian besar hidup penduduknya hanya
bergantung dari hasil pertanian
4. pendapatan yang rendah yang di desa
6. fasilitas pendidikan sekolah atau pun perguruan tinggi yang kurang berkualitas
Dari uraian di atas, jelaslah bahwa faktor utama penyebab timbulnya urbanisasi yang paling
kuat adalah fakto ekonomi (menjadi motif utama para migran), selain itu disusul dengan
factor tingkat pendidikan. Penyebab lain dari terjadinya urbanisasi adalah karena terjadinya
“overruralisasi” yaitu tingkat dan cara produksi di pedesaan terdapat terlalu banyak orang.
1. Dampak positif
Pandangan yang positif terhadap urbanisasi, melihat urbanisasi sebagai usaha pembangunan
yang menyeluruh, tidak terbatas dalam pagar administrasi kota. Selain itu kota dianggap
sebagai “agen modernisasi dan perubahan”. Mereka melihat kota sebagai suatu tempat
pemusatan modal, keahlian, daya kreasi dan segala macam fasilitas yang mutlak diperlukan
bagi pembangunan.
Tanggapan lain adalah bahwa kita tidak mungkin membayangkan bagaimana pertumbuhan
dan keadaan Jakarta sekarang ini dan juga pusat- pusat industri di dunia lainnya bisa tercapai
bila seandainya tidak ada urbanisasi Kelompok tertentu berpendapat bahwa proses urbanisasi
hanyalah suatu fenomena temporer yang tidak menghambat pembangunan. Dan menekankan
bahwa kota merupakan suatu “leading sector” dalam perubahan ekonomi, sosial dan politik.
Urbanisasi merupakan variable independen yang memajukan pembangunan ekonomi.
2. Dampak negatif
Di Indonesia, persoalan urbanisasi sudah dimulai dengan digulirkannya beberapa kebijakan
'gegabah' orde baru. Pertama, adanya kebijakan ekonomi makro (1967-1980), di mana kota
sebagai pusat ekonomi. Kedua, kombinasi antara kebijaksanaan substitusi impor dan investasi
asing di sektor perpabrikan (manufacturing), yang justru memicu polarisasi pembangunan
terpusat pada metropolitan Jakarta. Ketiga, penyebaran yang cepat dari proses mekanisasi
sektor pertanian pada awal dasawarsa 1980-an, yang menyebabkan kaum muda dan para
sarjana, enggan menggeluti dunia pertanian atau kembali ke daerah asal. Arus urbansiasi
yang tidak terkendali ini dianggap merusak strategi rencana pembangunan kota dan
menghisap fasilitas perkotaan di luar kemampuan pengendalian pemerintah kota. Beberapa
akibat negative tersebut akan meningkat pada masalah kriminalitas yang bertambah dan
turunnya tingkat kesejahteraan.
Dampak negatif lainnnya yang muncul adalah terjadinya “overurbanisasi” yaitu dimana
prosentase penduduk kota yang sangat besar yang tidak sesuai dengan perkembangan
ekonomi negara. Selain itu juga dapat terjadi “underruralisasi” yaitu jumlah penduduk di
pedesaan terlalu kecil bagi tingkat dan cara produksi yang ada. Pada saat kota mendominasi
fungsi sosial, ekonomi, pendidikan dan hirarki urban. Hal ini menimbulkan terjadinya
pengangguran dan underemployment. Kota dipandang sebagai inefisien dan artificial proses
“pseudo- urbanisastion”. Sehingga urbanisasi merupakan variable dependen terhadap
pertumbuhan ekonomi.
Dampak negatif lainnya yang ditimbulkan oleh tingginya arus urbanisasi di Indonesia adalah
sebagai berikut :
Pertambahan penduduk kota yang begitu pesat, sudah sulit diikuti kemampuan daya dukung
kotanya. Saat ini, lahan kosong di daerah perkotaan sangat jarang ditemui. Ruang untuk
tempat tinggal, ruang untuk kelancaran lalu lintas kendaraan, dan tempat parkir sudah sangat
minim. Bahkan, lahan untuk Ruang Terbuka Hijau (RTH) pun sudah tidak ada lagi.
Lahan kosong yang terdapat di daerah perkotaan telah banyak dimanfaatkan oleh para urban
sebagai lahan pemukiman, perdagangan, dan perindustrian yang legal maupun ilegal.
Bangunan-bangunan yang didirikan untuk perdagangan maupun perindustrian umumnya
dimiliki oleh warga pendatang. Selain itu, para urban yang tidak memiliki tempat tinggal
biasanya menggunakan lahan kosong sebagai pemukiman liar mereka. hal ini menyebabkan
semakin minimnya lahan kosong di daerah perkotaan.
Masyarakat yang melakukan urbanisasi baik dengan tujuan mencari pekerjaan maupun untuk
memperoleh pendidikan, umumnya memiliki kendaraan. Pertambahan kendaraan bermotor
roda dua dan roda empat yang membanjiri kota yang terus menerus, menimbulkan berbagai
polusi atau pemcemaran seperti polusi udara dan kebisingan atau polusi suara bagi telinga
manusia. Ekologi di daerah kota tidak lagi terdapat keseimbangan yang dapat menjaga
keharmonisan lingkungan perkotaan.
Para urban yang tidak memiliki pekerjaan dan tempat tinggal biasanya menggunakan lahan
kosong di pusat kota maupun di daerah pinggiran Daerah Aliran Sungai (DAS) untuk
mendirikan bangunan liar baik untuk pemukiman maupun lahan berdagang mereka. Hal ini
tentunya akan membuat lingkungan tersebut yang seharusnya bermanfaat untuk menyerap air
hujan justru menjadi penyebab terjadinya banjir. Daerah Aliran Sungai sudah tidak bisa
menampung air hujan lagi.
Kepergian penduduk desa ke kota untuk mengadu nasib tidaklah menjadi masalah apabila
masyarakat mempunyai keterampilan tertentu yang dibutuhkan di kota. Namun, kenyataanya
banyak diantara mereka yang datang ke kota tanpa memiliki keterampilan kecuali bertani.
Oleh karena itu, sulit bagi mereka untuk memperoleh pekerjaan yang layak. Mereka terpaksa
bekerja
sebagai buruh harian, penjaga malam, pembantu rumah tangga, tukang becak, masalah
pedagang kaki lima dan pekerjaan lain yang sejenis. Hal ini akhitnya akan meningkatkan
jumlah pengangguran di kota yang menimbulkan kemiskinan dan pada akhirnya untuk dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya, orang-orang akan nekat melakukan tindak kejahatan seperti
mencuri, merampok bahkan membunuh. Ada juga masyarakat yang gagal memperoleh
pekerjaan sejenis itu menjadi tunakarya, tunawisma, dan tunasusila.
Pada negara berkembang, kota-kotanya tdiak siap dalam menyediakan perumahan yang layak
bagi seluruh populasinya. Apalagi para migran tersebut kebanyakan adalah kaum miskin
yang tidak mampu untuk membangun atau membeli perumahan yang layak bagi mereka
sendiri. Akibatnya timbul perkampungan kumuh dan liar di tanah-tanah pemerintah.
Tata kota suatu daerah tujuan urban bisa mengalami perubahan dengan banyaknya urbanisasi.
Urban yang mendirikan pemukiman liar di pusat kota serta gelandangan- gelandangan di
jalan-jalan bisa merusak sarana dan prasarana yang telah ada, misalnya trotoar yang
seharusnya digunakan oleh pedestrian justru digunakan sebagai tempat tinggal oleh para
urban. Hal ini menyebabkan trotoar tersebut menjadi kotor dan rusak sehingga tidak
berfungsi lagi.
Masalah urbanisasi ini dapat ditangani dengan memperlambat laju pertumbuhan populasi
kota yaitu diantaranya dengan membangun desa , adapun program-program yang
dikembangkan
diantaranya:
• intensifikasi pertanian
• mengurangi/ membatasi tingkat pertambahan penduduk lewat pembatasan kelahiran, yaitu
program Keluarga Berencana
• perlu dukungan politik dari pemerintah, diantaranya adanya kebijakan seperti reformasi
tanah
Berdasarkan kebijakan tersebut, maka yang yang berperan adalah pemerintah setempat dalam
penerapannya. Pemerintah daerah perlu berbenah diri dan perlu mengoptimalkan seluruh
potensi ekonomi yang ada di daerah, sehingga terjadi kegiatan ekonomi dan bisnis yang
benarbenar berorientasi pada kepentingan warganya. Tapi bukan berarti pemerintah daerah
saja yang berperan, di tingkat pusat, pemerintah juga perlu membuat kebijakan lebih adil dan
tegas terkait pemerataan distribusi sumber daya ekonomi. Arus balik ialah fenomena tahunan.
Banyak pelajaran berharga yang bisa dipetik untuk mengantisipasi meledaknya jumlah
penduduk perkotaan dengan segala macam persoalannya.
BAB III
A. Kesimpulan
Urbanisasi adalah masalah penyebaran penduduk yang tidak merata antara wilayah desa
dengan wilayah kota yang dapat menimbulkan beragam permasalahan dalam kehidupan
sosial dan bermasyarakat. Urbanisasi merupakan salah satu proses yang tercepat di antara
berbagai perubahan sosial di seluruh dunia termasuk Indonesia sendiri. Masyarakat yang
melakukan urbanisasi memiliki beberapa alasan dilihat dari faktor pendorong dan penarik.
Faktor-faktor tersebut bisa mengarahkan masyarakat untuk mendapatkan kehidupan yang
layak, tetapi hal tersebut hanya bisa terlaksana bila para urban memiliki skill yang dibutuhkan
di daerah tujuan.
B. Saran
Urbanisasi merupakan proses yang wajar dan tidak perlu dicegah pertumbuhannya. Karena,
proses urbanisasi tersebut dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Namun
demikian, proses urbanisasi tersebut perlu diarahkan agar tidak terjadi tingkat primacy yang
berlebihan. Pada saat ini pemerintah telah mengembangkan dua kelompok kebijaksanaan
untuk mengarahkan proses urbanisasi, yaitu mengembangkan apa yang dikenal dengan
istilah“urbanisasi pedesaan” dan juga mengembangkan“pusat-pusat pertumbuhan ekonomi
baru”.
Salah satu kebijaksanaan yang perlu dibuat pemerintah adalah pemisahan kawasan di daerah
perkotaan, misalnya dengan memisahkan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Dengan
begitu, hanya daerah pusat ekonomi saja yang diserbu oleh para urbanisasi sementara daerah
pusat pemerintahan tetap stabil. Sehingga angka urbanisasinya tidak mengalami peningkatan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Ahmaddin.2002. Redesain Jakarta Tata Kota Tata Kita 2020. Jakarta:
KotaKitaPress
Gilbert, Alan & Josef Gugler. 1996. Urbanisasi dan Kemiskinan di Dunia Ketiga. Ed.
Anshori & Juanda. Jakarta: PT. Tiara Wacana Yogya.
Hans dan Dieter Evers. 1979. Sosiologi Perkotaan : Urbanisasi dan Sengketa Tanah di
Indonesia dan Malaysia. Jakarta: LP3ES Marbun, BN. 1990. Kota Indonesia Masa Depan
Masalah dan Prospek. Edisi kedua. Erlangga: Jakarta.
Suparlan, Parsudi (ed.). 1995. Kemiskinan di Perkotaan. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia
http://robbyalexandersirait.wordpress.com/2007/10/05/urbanisasi-mobilitas-dan-
perkembangan- perkotaan-di-indonesia/ diakses tanggal 26 november 2010