Anda di halaman 1dari 7

TUGAS 1

EKONOMI MANAJERIAL / EKMA4312

Nama : Yudha Pradhita Swandi


NIM : 041758221

1. Penjelasan prinsip pada soal dan penjelasan kondisi MR>MC dan MR<MC, dan
keputusan yang diambil oleh perusahaan agar memperoleh keuntungan yang
maksimum

Dalam meningkatkan nilai perusahaan dilakukan dengan cara memaksimumkan


keuntungan secara berkesinambungan. Perusahaan tentu dapat memaksimumkan
pendapatan dengan menghadapi kendala biaya dengan meminimkan pembiayaan
terkait. Prinsip ekonomis untuk memperoleh keuntungan maksimal dapat dicapai apabila
MR=MC. Maksud penjelasan tersebut adalah menunjukan keadaan dimana hasil
penjualan marginal sama dengan biaya marginal. Dalam cara pertama keuntungan
ditentukan dengan menghitung dan membandingkan hasil penjualan total dengan biaya
total. Keuntungan adalah perbedaan antara hasil penjualan total yang diperoleh dengan
biaya total yang dikeluarkan. Keuntungan akan mencapai maksimum apabila perbedaan
antara keduanya adalah maksimum. Maka dengan cara yang pertama ini keuntungan
yang maksimum akan dicapai apabila perbedaan nilai antra hasil penjualan total dengan
biaya total adalah yang paling maksimum. Cara yang kedua adalah dengan
menggunakan bantuan kurva atau data biaya rata-rata dan biaya marginal.
Pemaksimuman keuntungan dicapai pada tingkat produksi dimana hasil penjualan
marginal (MR) sama dengan biaya marginal (MC) atau MR=MC. Suatu perusahaan
akan menambah keuntungan apabila menambah produksi pada ketika MR>MC yaitu
hasil penjualan marginal (MR) melebihi biaya marginal (MC). Dalam keadaan ini
pertambahan produksi dan penjualan akan menambah keuntungan. Dalam keadaan
sebaliknya, yaitu apabila MR < MC, mengurangi produksi dan mpenjualan akan
menambah untung. Maka keuntungan maksimum dicapai dalam keadaan dimana
MR=MC berlaku. Sebelum hal-hal yang dinyatakan diatas ditunjukan dan diterangkan,
akan dibuat contoh angka untuk menunjukan kedua cara untuk menentukan
pemaksimum keuntungan oleh suatu perusahaan. Proses dasar pembuatan keputusan
mencakup enam tahap:
(1) Mendefinisikan masalah yang dihadapi.
Bagian terpenting dari tahap mendefinisikan masalah ini adalah mengidentifikasi
konteks. Konteks adalah kondisi atau lingkungan dimana masalah terjadi, apakah
dalam sector swasta atau pemerintah. Konteks dalam contoh di atas adalah sektor
swasta. Dalam sektor swasta, pembuat keputusan biasanya adalah pihak
manajemen atau tim manajemen dan staf di tingkat tertentu yang terkait.
Sedangkan dalam sektor pemerintahan, pembuatan keputusan biasanya melibatkan
lebih banyak pihak, termasuk pihak di luar pemerintahan.
(2) Menentukan tujuan penyelesaian masalah,
Salah satu kesulitan yang dihadapi adalah masalah perbedaan waktu antara
manfaat dan biaya. Kesulitan kedua terkait dengan masalah ketidakpastian
(uncertainty). Walaupun pembuat keputusan dapat menentukan waktu dan biaya
yang dibutuhkan untuk investasi pembangunan pabrik baru, misalnya, tetapi mereka
tetap akan menghadapi ketidakpastian akan apa yang bisa terjadi selama masa
pengembangan investasi tersebut. Bisa saja terjadi bencana alam atau protes
warga sekitar yang tidak diperkirakan sebelumnya yang bisa menghambat
kelancaran pengembangan investasi. Dengan kata lain, ada risiko yang mungkin
ditanggung terkait dengan ketidakpastian yang mungkin terjadi. Risiko dan
ketidakpastian ini akan berpengaruh terhadap pembuat keputusan dalam
menentukan cara yang dapat memaksimumkan laba karena mereka tidak
mengetahui kontribusi dari cara lain dalam menghasilkan laba.
(3) Menggali alternatif-alternatif tindakan yang akan diambil,
Setelah menentukan apa yang diinginkan, selanjutnya adalah menentukan
pilihan apa yang bisa diambil. Karena keterbatasan manusiawi, pembuat keputusan
tidak dapat mengidentifikasi dan mengevaluasi semua kemungkinan pilihan. Namun
kerangka keputusan yang baik dapat membantu untuk mengenali berbagai
kemungkinan pilihan yang ada. Dalam kasus perusahaan obat-obatan, pembuat
keputusan dapat memilih alternatif untuk menjual obat yang sekarang ada dan
mengabaikan hasil penemuan atau fokus pada penjualan obat penemuan baru dan
meninggalkan obat lama. Perusahaan bisa memilih di antara dua alternatif tersebut
yang dinilai dapat mencapai tujuan memaksimumkan laba. Namun demikian,
sebetulnya perusahaan dapat menentukan alternative lain, yaitu menjual kedua
macam obat lama dan baru secara bersama-sama. Hal yang perlu dicatat adalah
bahwa keputusan manajerial bukan merupakan keputusan sekali dan selesai tetapi
biasanya merupakan keputusan yang saling berkaitan dengan alternatifalternatif lain
yang ada. Misal, keputusan untuk fokus pada menjual obat penemuan baru akan
terkait dengan keputusan keuangan (investasi pada pengadaan mesin baru atau
modifikasi mesin yang ada), pemasaran (upaya membangun pasar baru atau
mengedukasi konsumen), atau pengembangan staf, dan seterusnya. Atas dasar hal
ini, keputusan yang saling berkaitan seharusnya dipandang sebagai perencanaan
yang bersyarat (contingent plans).
(4) Memperkirakan konsekuensi dari setiap alternatif,
Upaya untuk memperkirakan konsekuensi bisa berjalan dengan mudah atau sulit
tergantung pada situasi yang dihadapi. Kadang-kadang cukup diperlukan
perhitungan aritmetika sederhana. Misal, perhitungan laba dapat dilakukan dengan
mengurangkan biaya dari pendapatan dan alternatif yang memberikan selisih
pendapatan dan biaya yang paling besar akan merupakan alternatif terbaik yang
dapat dipilih. Dalam situasi yang lebih kompleks, membuat keputusan mungkin
membutuhkan suatu model untuk membantu dan mentranslasikan pilihan ke dalam
hasil.
(5) Menentukan pilihan atas alternatif terbaik,
Pembuat keputusan dapat menentukan alternatif tindakan dengan menggunakan
enumerasi, yaitu menguji sejumlah alternatif dan memilih satu yang paling sesuai
dengan tujuan. Pembuat keputusan dapat menggunakan metode lain selain metode
enumerasi yang melelahkan tersebut untuk memecahkan masalah. Banyak metode
yang dapat mengidentifikasi dan menghasilkan secara langsung keputusan terbaik
atau optimal. Metode-metode ini antara lain analisis marjinal, pohon keputusan, teori
permainan, analisis manfaat-biaya, dan programasi linier. Metode-metode ini tidak
hanya penting untuk menghitung keputusan optimal tetapi juga dapat menguji
mengapa keputusan tersebut optimal.
(6) Melakukan analisis sensitivitas
Walaupun dilaporkan bahwa laba perusahaan meningkat signifikan dalam
beberapa tahun terakhir, tetapi pembuat keputusan di dalam perusahaan dapat
mempertanyakan kemungkinan laba di masa mendatang dengan
mempertimbangkan perubahan pada faktor-faktor yang mempengaruhi laba, seperti
tingkat harga dan biaya promosi. Apakah laba akan tetap meningkat signifikan bila
harga ditingkatkan dan/atau biaya promosi dikurangi? Apa yang akan terjadi bila
proyeksi biaya yang dilakukan tidak akurat? Pertanyaan yang terkait dengan “apa
yang terjadi jika” dapat membantu manajemen dalam menentukan sensitivitas
tingkat proyeksi laba terhadap kondisi perubahan variabel-variabel ekonomi yang
penting. Menganalisis faktor-faktor penentu laba merupakan sebuah contoh dari
analisis sensitivitas

Proses ini membantu manajer dalam perusahaan untuk membuat keputusan


dengan lebih baik. Dalam membuat keputusan harus diketahui apa yang menjadi tujuan
pembuatan keputusan. Dalam banyak kasus, laba menjadi tujuan dasar banyak
perusahaan di sektor swasta dan laba juga merupakan indikasi kinerja perusahaan.
Oleh karena itu, manajer akan mempertimbangkan alternatif tindakan yang dapat
memaksimumkan laba. Namun tujuan pembuatan keputusan pada sektor pemerintahan
lebih luas dari sektor swasta. Pembuat keputusan di pemerintahan harus
mempertimbangkan berbagai manfaat (benefit) dan biaya (cost) dan tidak hanya
sekedar pendapatan (revenue) dan pengeluaran (expenses). Dalam praktek,
maksimisasi laba dan analisis manfaat-biaya tidak selalu memberikan panduan yang
baik bagi pembuatan keputusan. Walaupun pembuat keputusan dapat menentukan
waktu dan biaya yang dibutuhkan untuk investasi pembangunan pabrik baru, misalnya,
tetapi mereka tetap akan menghadapi ketidakpastian akan apa yang bisa terjadi selama
masa pengembangan investasi tersebut. Bisa saja terjadi bencana alam atau protes
warga sekitar yang tidak diperkirakan sebelumnya yang bisa menghambat kelancaran
pengembangan investasi.
Dengan kata lain, ada risiko yang mungkin ditanggung terkait dengan ketidakpastian
yang mungkin terjadi. Risiko dan ketidakpastian ini akan berpengaruh terhadap pembuat
keputusan dalam menentukan cara yang dapat memaksimumkan laba karena mereka
tidak mengetahui kontribusi dari cara lain dalam menghasilkan laba. Misal, perusahaan
obat-obatan belum dapat memastikan berapa laba yang dapat dihasilkan dari hasil
penemuan obat baru. Apakah laba yang akan dihasilkan lebih besar dari penjualan obat
yang sekarang ada, tidak dapat ditentukan sebelumnya.
Keuntungan atau kerugian adalah perbedaan antara hasil penjualan dan biaya
produksi. Seorang produsen dikatakan memperoleh keuntungan jika hasil penjualan
lebih besar dari biaya produksi, sedangkan kerugian jika hasil penjualan lebih kecil dari
biaya produksi. Perusahaan yang rasional akan selalu berusaha memaksimumkan
keuntungannya dan keuntungan maksimum dicapai bila perbedaan antara hasil
penjualan dan biaya produksi mencapai tingkat yang paling besar.
Untuk memperoleh keuntungan maksimum, perusahaan harus memperhatikan
struktur biaya dan penerimaannya. Ada dua pendekatan yang dapat digunakan oleh
perusahaan untuk menentukan jumlah output yang dapat memaksimumkan keuntungan:
1. Pendekatan Total yakni dengan memproduksi barang hingga tingkat dimana selisih
antara hasil penerimaan total (Total Revenue = TR) dan Biaya Produksi Total (Total
Cost = TC) mencapai jumlah yang paling besar.
2. Pendekatan Marginal yakni dengan memproduksi barang hingga tingkat dimana
hasil penerimaan marjinal (Marginal Revenue = MR) sama dengan biaya produksi
marginal ( Marginal Cost = MC )

Sumber : BMP EKMA4312


https://sis.binus.ac.id/2016/12/15/pengambilan-keputusan-perusahaan-dalam-
menentukan-pangsa-pasar/
https://www.slideshare.net/chubbiembems/memaksimasi-profit-pada-pasar-persaingan-
sempurna-analisis-jangka-pendek-dan-panjang
2. Konsep elastisitas kaitannya dengan permintaan suatu barang.

Sebuah perusahaan harus mengetahui derajat kepekaan fungsi permintaan


terhadap perubahan dari variable-variable yang memengaruhinya. Salah satu ukuran
derajat kepekaan yang paling sering digunakan dalam analisis permintaan adalah
elastisitas. Elastitsitas adalah persentase perubahan kuantitas yang diminta sebagai
akibat dari perubahan nilai salah satu variable yang menentukan permintaan sebesar 1
persen. Elastisitas permintaan merupakan konsep pengembangan dari analisis
permintaan. Elastisitas permintaan menjadi sarana bagi perusahaan untuk menganalisis
tingkat pengaruh factor-faktor yang menentukan permintaan pasar akan produk yang
nantinya akan digunakan untuk keperluan perencanaan bisnis serta perumusan
kebijakan produk, harga, pemasaran, maupun operasional lainnya. Beberapa konsep
pengembangan analisis permintaan adalah surplus konsumen, eksternalitas dan
konsumsi, konsumsi intertemporal, serta teori kesejahteraan. Surplus konsumen
merupakan tambahan kesejahteraan yang diterima konsumen karena adanya selisih
harga yang mau dibayarkan oleh konsumen dan harga actual yang dibayarkan oleh
konsumen terhadap suatu produk. Konsumsi intertemporal adalah pilihan keputusan
konsumen dalam membelanjakan dan mengatur pengeluaran dalam periode waktu
sekarang maupun pada masa yang akan datang. Persoalan eksternalitas menjelaskan
bagaimana konsumsi suatu produk bisa menimbulkan dampak eksternal, baik negative
maupun positif bagi masyarakat umum yang tidak mengkonsumsinya. Sementara itu,
teori kesejahteraan bersinggungan dengan interest konsumen untuk memaksimalkan
utilitasnya. Elastisitas permintaan adalah ukuran kuantitatif yang menunjukkan
perubahan kuantitas permintaan suatu barang sebagai akibat dari perubahan harga.
Elastisitas permintaan suatu barang mempengaruhi jumlah permintaan terhadap barang
tersebut.

a) Elastisitas : Pendekatan Titik dan Busur


Elastisitas bisa dihitung dengan menggonekan pendekatan titik atau biasa disebut
elastisitas titik (point elasticity) dan menggunakan pendapatan rata-rata atau biasa
disebut elastisitas bususr (arc elasticity). Elastisitas titik mengukur elastisitas pada
suatu titik tertentu sedangkan elastisitas busur mengukur elastisitas rata-rata pada
suatu kisaran (range) tertentu dari sebuah fungsi.
b) Elastisitas harga
Elastisitas harga, yaitu elastisitas yang menunjukkan derajat kepekaan jumlah
produk yang diminta terhadap perubahan harga, ceteris paribus. Elastisitas harga
merupakan persentase perubahan jumlah barang yang diminta yang disebabkan
oleh perubahan harga barang itu sebesar 1 (satu) persen.
 Bila Eh > 1 dikatakan bahwa permintaan elastis.
 Bila Eh < 1 dikatakan bahwa permintaan barang inelastis.
 Bila Eh = 1 dikatakan elastisitas tunggal (unitary elasticity).
c) Elastisitas pendapatan
Elastisitas pendapatan merupakan suatu ukuran kepekaan dari kuantitas yang
diminta terhadap perubahan pendapatan, ceteris paribus. Elastisitas pendapatan
merupakan persentase perubahan jumlah barang yang diminta yang disebabkan
oleh perubahan jumlah barang yang diminta yang disebabkan oleh perubahan
pendapatan riil konsumen sebesar 1 (satu) persen.
 Untuk barang normal, Ep positif dan untuk barang inferior, Ep negatif.
 Barang - barang kebutuhan pokok biasanya mempunyai Ep < 1, sedangkan
barang-barang yang bukan pokok ( misal : barang-barang mewah) mempunyai
Ep > 1
d) Elastisitas silang
Hubungan langsung antara harga suatu barang dengan kuantitas barang lainnya
yang dibeli terjadi untuk semua produk yang bisa saling menggantikan (substitutif).
Untuk barang-barang yang sifatnya saling menggantikan tersebut, kenaikan harga
suatu produk akan menaikkan permintaan akan produk yang lain. Sementara itu,
hubungan antar barang yang saling melengkapi (komplementer), seperti antara
kamera dengan film atau tape recorder dengan kaset atau pulpen dengan tinta,
menunjukkan suatu hubungan yang sangat berbeda. Untuk barang-barang tersebut,
kenaikan harga suatu produk akan menurunkan permintaan akan produk yuang lain.
Konsep elastisitas (hagra) silang ini digunakan untuk melihat derajat kepekaan dari
permintaan akan suatu produk terhadap perubahan harga produk lainnya.
Elastisitas untuk barang-barang yang substitutive adalah positif karena harga suatu
barang dan permintaan akan barang lainnya bergerak dengan arah yang sama.
Sedangkan elastisitas silang untuk barang-barang yang komplementer adalah
negative karena harga dan kuantitas bergereak denngan arah yang berlawanan.
Akhirnya elastisitas sama dengan nol untuk barnag-barang yang tidak berhubungan,
artinya perubahan harga suatu barang tidak mempunyai pengaruh terhadap
permintaan akan barang lainnya. Elastisitas silang merupakan persentase
perubahan jumlah barang yang diminta yang disebabkan oleh perubahan harga
barang lain (barang yang mempunyai hubungan) sebesar 1 (satu) persen.
 Jika X danY adalah barang substitusi (saling bisa mengganti), misalnya kopi dan
teh, biasanya Es positif. Artinya, kenaikan harga barangY menyebabkan
penurunan permintaan terhadap barang X.
 Jika X danY adalah barang komplementer, misalnya kopi dan gula, biasanya Es
negatif.

Berikut adalah factor-faktor penentu elastisitas permintaan :


a. Tersedianya Barang Substitusi yang Terdekat.
Barang-barang dengan substitusi terdekat cenderung memiliki permintaan yang
lebih elastis karena mempermudah para konsumenuntuk mengganti barang
tersebut dengan yang lain. Misalnya, mentega dan margarin merupakan barang
yang mudah diganti dengan yang lain. Kenaikan harga mentega sedikit saja, jika
harga margarin tetap, akan mengakibatkan jumlah mentega yang terjual turun
dratis. Sebaliknya, karena telur merupakan makanan tanpa substitusi dekat, maka
permintaan akan telur tidak seelastis permintaan akan mentega.
b. Kebutuhan versus Kemewahan.
Kebutuhan cenderung memiliki permintaan yang inelastic, sebaliknya
kemewahan memiliki permintaan yang elastis. Ketika biaya berobat ke dokter
meningkat, oreng tidak akan secara dramatis mengubah frekuensi mereka ke
dokter, meskipun mungkin tidak sesering sebelumnya.
c. Pasar.
Elastisitas permintaan dalam segala jenis pasar bergantung pada bagaimana
kita menggambarkan batas-batas pasar. Pasar yang terdefinisi sempit cenderung
memiliki permintaan yang lebih elastis dibandingkan yang terdefinisi luas, karena
lebih mudah menemukan substitusi untuk barang-barang yang terdefinisi secara
sempit.
d. Rentang Waktu.
Barang-barang cenderung memiliki permintaan yang lebih elastis selama kurun
waktu yang lebih panjang. Ketika harga bensin naik, jumlah permintaan bensin
hanya sedikit mengalami kemerosotan pada beberapa bulan pertama. Namun
setelah itu, bagaimanapun juga, orang-orang akan membeli mobil-mobil yang lebih
irit bahan bakar, menggunakan transportasi umum, dan pindah ke tempat kerja
yang lebih dekat dengan tempat tinggal mereka.

Sumber : BMP EKMA4312/Modul2 KB 2,


https://medium.com/@badrulmuhammadl/pengertian-elastisitas-permintaan-dan-
contohnya-fa8c1e306832

3. Produsen akan menambah jumlah tenaga kerja bila nilai produktivitas marjinal
tambahan 1 tenaga kerja melebihi upah tenaga kerja. Diasumsikan bahwa upah tenaga
kerja per orang per hari adalah tetap berapapun tenaga kerja yang digunakan. Produsen
akan mengurangi penggunaan tenaga kerja apabila nilai produktivitasnya kurang dari
upah tenaga kerja. Produsen akan menambah tenaga kerja hingga nilai produktivitas
marjinal tenaga kerja sama dengan tingkat upah tenaga kerja. Produsen akan
menambah tenaga kerja hingga nilai produktivitas marjinal tenaga kerja (value of
marginal productivity, VMP) terakhir sama dengan tingkat upah tenaga kerja (w),
VMP=w. Jadi, kondisi optimal yang membuat produsen bisa menikmati keuntungan
maksimal (kerugian minimal) adalah:

VMP = w

Apabila VMP > w , produsen menambah jumlah tenaga kerja. Apabila VMP < w ,
produsen mengurangi penggunaan tenaga kerja. Jumlah penggunaan tenaga kerja yang
pas (optimal) memerlukan syarat hingga VMP = w. Formula ini adalah salah satu
bentuk fenomena price allocation theory. Produsen akan mengalokasikan dananya pada
tenaga kerja bergantung pada harga tenaga kerja (upah). Upah tinggi mencerminkan
kelangkaan tenaga kerja. Produsen harus mengalokasikan dananya hingga nilai
produktivitas marjinal jam terakhirnya sama dengan harga tenaga kerja per jam.
Tabel berikut mengilustrasikan kondisi optimal ini. Kondisi optimal menghasilkan
keuntungan maksimal atau kerugian minimal.
Jam MPL P VMPL W Πt Πt Kumulatif
(MPL x p)
1 0,41 100 41 24 16 16
2 0,32 100 32 24 8 22
3 0,27 100 27 24 3 25
4 0,24 100 24 24 0 25
5 0,01 100 1 24 -23 2

Tabel diatas keuntungan kumulatif maksimum terjadi apabila perusahaan menyewa


tenaga kerja hingga jam ke 4. (Pada jam ketiga, perusahaan masih bisa menambah
keuntungan karena VMPL > w. Kondisi ini menjadi semakin relevan dalam konteks
ilustrasi yang kontinu). Apabila perusahaan meneruskan menyewa tenaga kerja hingga
pada jam ke lima, keuntungan perusahaan akan menurun.
Apabila diasumsikan bahwa jam ke lima sudah termasuk kategori lembur sehingga
ongkos lembur per jam menjadi 48 (dua kali 24), perusahaan akan menderita kerugian.
Perusahaan biasanya menyiasati masalah jam lembur ini dengan mengganti pegawai
yang masih segar pada jam kelima.

Sumber : BMP EKMA4312,


https://www.ajarekonomi.com/2018/09/permintaan-dan-penawaran-di-pasar.html

Anda mungkin juga menyukai