Nama : NPM :
BANDUNG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Implementasi ABC belum memberikan kontribusi yang optimal bagi perusahaan dalam
peningkatan kinerja. Bahkan di Negara asalnya, minat untuk menggunakna sistem ini masih
sangat kecil. Artinya masih ada alternatif sistem lain yang diyakini dapat membantu perusahaan
dalam usaha untuk mencapai tujuan organisasi. Implementasi sistem ini selain membutuhkan
SDM yang berkmpoten juga memerlukan dukungan teknologi dan semangat kerja tim. Selain itu,
seperangkat alat untuk kepentingan mekanisme kontrol perlu disusun agar sistem dapat berjalan
efektif dan efisien. Selain dapat mengevaluasi dan mengukur kinerja, alat kontrol ini dapat
memberikan umpan balik untuk perbaikan rencana strategis perusahaan.
c. Product-Mix
Keputusan product mix adalah keputusan yang dibuat perusahaan tentang jenis produk apa dan
dalam jumlah berapa produk tersebut dijual. Keputusan ini diambil dengan memilih produk
yang menghasilkan kontribusi marjin per unit yang paling tinggi dengan menggunakan sumber
daya yang terbatas.
d. Customer Profitability
Keputusan didasarkan pada kemampuan memberikan keuntungan yang dimiliki pelanggan,
sehingga pilihan alternatif yang diambil melalui penambahan atau pengurangan suatu pelanggan
berkaitan dengan kenaikan perolehan laba operasi perusahaan.
f. Equipment Replacement
Biaya historis, akumulasi depresiasi, dan nilai buku peralatan yang dimiliki serta fenomena
akuntansi keuangan mengenai potensi kerugian/keuntungan transaksi penggantian peralatan
merupakan informasi yang tidak relevan dan seringkali menyulitkan dalam pengambilan
keputusan penggantian peralatan. Oleh karena itu, analisa pendapatan/biaya relevan dilakukan
untuk memilih alternatif yang menghasilkan laba operasi paling tinggi.
3. Mengidentifikasi biaya – biaya dan keuntungan yang berhubungan dengan tiap alternative
yang fisibel. mengelompokan biaya – biaya dan keuntungan sebagai unsur relevan dan
mengeliminasi faktor – faktor yang tidak relevan dari pertimbangan.
misalnya , lebih spesifik dipertimbangkan alternative 4 , membeli mesin baru yang
berkapasitas besar , sambil kembali menyewakan mesin yang ada sekarang. alternative 5
membeli barang dagangandari luar dengan data biaya dan pendapatan sebagai berikut :
Alternatif 4 :
Biaya produksi variable…………………………………………Rp.345.000
Biaya penyusutan mesin baru ………………………………….Rp.135.000
Pendapatan sewa mesin dari mesin lama……………………….Rp.100.000
Alternatif 5 :
Pembelian barang dagangan dari luar……………………………Rp.410.000
4. menjumlahkan biaya dan keuntungan yang relevan untuk tiap alternative keputusan.
misalnya :
6. Membuat keputusan dengan memilih alternative yang memberikan keuntungan paling besar.
berdasarkan analisis tahap 1-5 dapat dibuat keputusan untuk meneruskan produksi komponen
secara internal dengan cara :
a. Membeli mesin baru yang berkapasitas lebih besar
b. Menyewakan mesin yang lama
Dengan asumsi semua faktor kualitatif pada langkah 5 cukup mendukung, maka
secara kuantitatif alternative 4 layak dipilih karena menghasilkan penghematan biaya sebesar
Rp.30.000 , dan merupakan alternative yang lebih menguntungkan dibandingkan alternative
5 . model analisis yang dibuat dalam bab ini bertitik tolak dari asumsi perhitungan harga
pokok berdasarkan akuntansi akrual dan biaya atau harga pokok penuh.
1. KOMPOSISI PRODUK
Perbandingan produk yang sedemikian rupa, untuk diproduksi /dijual, yang mana
komposisi tersebut memberikan total laba yang paling besar sesuai dengan informasi yang
tersedia.
2. ALTERNATIF DUA PRODUK
Kesimpulan:
semakin banyak produk A terjual, semakin besar keuntungan yang dapat disumbangkan
pada perusahaan.
Dengan komposisi seperti ini total laba yang di peroleh sebesar Rp 90.000.000
Komposisi Produk
Produk A : 4.000 unit
Produk B : 80.000 unit
Contoh:
Perusahaan ingin membuat suku cadang sesuai kebutuhan sebanyak 100.000 unit, harga
yang ditawarkan oleh pasar sebesar Rp 250/unit.
Data biaya produksi Sbb:
Keterangan Tarif Total Biaya
Komponen Biaya:
■ Bahan baku 50 5.000.000
■ Tenaga kerja (v) 100 10.000.000
■ Biaya overhead pabrik (v) 30 3.000.000
■ Biaya overhead (tetap) dihindari 40 4.000.000
■ Biaya overhead (tetap) bersama 50 5.000.000
Total Biaya Produksi 270 27.000.000
Kesimpulan:
Jika membeli produk, maka terdapat biaya overhead tetap bersama yang tidak dapat
dihindarkan, sehingga terdapat selisih biaya sebesar Rp 3.000.000 (100.000 unit x Rp 30)
sebagai kerugian (beban lebih tinggi).
25.272.000
25.000.000
272.000
Investasi Fasilitas:
Rp 25.000.000
Kesimpulan:
Nilai tunai penghematan selama umur ekonomis Rp 25.272.000 lebih besar
dibanding dengan investasinya Rp 25.000.000. Jadi memproduksi sendiri
diterima, karena akan memberi tambahan keuntungan bagi perusahaan melalui
penghematan biaya selama umur proyek tersebut.
Untuk memutuskan penutupan divisi yang rugi harus di buat perbandingan antara margin
konribusi divisi dan biaya-biaya divisi yang dapat di hindarkan. Biaya yang terhindarkan dalam
konteks ini meliputi biaya-biaya yang dapat di tusuri hubungan kejadianya dengan keberadaan
segmen yang akan ditutup. Penutupan dapat di lakukan jika jumlah biaya terhindarkan dari
penutupan tersebut melalui margin kontribusi divisi yang akan di tutup.
Biaya-biaya relevan berupa biaya terhindarkan akan menambah laba setelah penutupan
divisi. Biaya tak terhindarkan tidak akan berpengaruh pada perhitungan laba rugi untuk alternatif
mengahpukan divisi pakaian, maka semua biaya terhindarkan akan hilang tidak akan terjadi lagi.
Tapi biaya terhindarkan akan menjadi tambahan beban biaya bagi divisi makanan.
Data lain adalah biaya tetap yang berasal dari segmen lain, atau menjadi tanggungan
bersama. Bagian biaya ini tidak akan hilang bersamaan dengan penutupan segmen yang rugi jika
divisi yang rugi ditutup, maka pembebanan biaya ini akan dialihkan pad divisi lain dan akan
tetap menjadi tanggungan perusahaan, namanya biaya tidak terhindarkan.
Contoh:
PT. WIRAYUDA
Laporan Laba-rugi Per Lini Produk
Periode Semester I Tahun 2008
Kesimpulan:
Jika produk “C” dihentikan, potensi rugi akan bertambah sebesar Rp 25.000.000 karena
perusahaan telah kehilangan potensi laba yang disumbangkan oleh produk “C” melalui laba
kontribusi sebesar Rp 25.000.000.
Alternatif yang disodorkan adalah perlunya mengatur pembebanan biaya tetap ke masing
masing lini produk bukan atas dasar nilai omzet penjualan, tetapi menggu nakan alokasi atas
dasar kemampuan dari masing masing produk yang tercermin melalui perolehan laba kontribusi
yang disumbangkan oleh masing masing lini produk tersebut, sehingga perhitungan laba-rugi
dari semua lini menjadi tidak rugi dan total laba tetap tidak berubah.
Solusi Alternatif:
PT. WIRAYUDA
Laporan Laba-rugi Per Lini Produk
Periode Semester I Tahun 2008
Contoh:
PT. Wirayuda memiliki kapasitas produksi sebesar 200.000 unit, kapasitas yang telah
diguna kan baru sebesar 150.000 unit (75%), harga jual produk sebesar Rp 1.250/unit. Anggaran
tahun 2008 untuk 150 unit sebagai berikut:
Biaya Variabel:
· Biaya produksi (V) Rp 400 Rp 60.000.000
· Biaya komersial (V) Rp 120 Rp 18.000.000
Biaya Tetap:
· Biaya overhead (T) Rp 300 Rp 45.000.000
· Biaya komersial (T) Rp 150 Rp 22.500.000
Total biaya penuh produk “A” Rp 970 Rp 145.500.000
Jika pesanan khusus sebanyak 30.000 unit dengan harga Rp 750 per unit, apakah
di terima atau ditolak?
INFORMASI AKUNTANSI UNTUK KEPUTUSAN
Keterangan Jumlah
Pendapatan Differensial:
■ 30.000 unit x Rp 750 22.500.000
Biaya Differensial:
■ Biaya produksi (v) 12.000.000
■ Biaya komersial (v) 3.600.000
15.600.000
Laba Differensial 6.900.000
Kesimpulan:
Pesanan khusus diterima, karena memberi kontribusi margin sebesar Rp 6.900.000 yaitu selisih
dari tambahan pendapatan dan tambahan biaya yang muncul karena ke putusan yang harus
diambil.
DAFTAR PUSTAKA
https://myekonotes.blogspot.com/2017/12/biaya-relevan-dan-pendapatan-relevan.html
https://www.scribd.com/doc/314507800/Makalah-Tactical-Decision-Making
https://docplayer.info/35299926-Tactical-decision-making-pembuatan-keputusan-taktis.html