Anda di halaman 1dari 58

KELOMPOK 3

Fajar Nurani (354618)


Nur Tri Widiyastuti (354359)
Ramdhan Nailum Nabhan ()
Renita Prima P.S. (352307)
Siti Wariyullarum (355214)
Vinna Fauziyah (350838)

Pengambilan Keputusan Jangka


Pendek

Pengambilan Keputusan
Proses Pengambilan Keputusan
Jenis Pengambilan Keputusan
Model Pembuatan Keputusan
Taktis
Analisis Diferensial
Biaya Relevan

Menerima atau Menolak Pesanan Khusus


Menambah atau Memberhentikan
Departemen atau Produk
Membeli dari Luar atau Memproduksi
Sendiri
Memproses Setelah Split Off Point atau
Menjual
Memilih Produk

Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan (decision making)
adalah memilih salah satu di antara berbagai
alternative tindakan yang ada. Berbagai
keputusan tersebut antara lain adalah
menerima atau menolak pesanan khusus,
mempertahankan
atau
memberhentikan
segmen tertentu, membeli suku cadang dari
luar atau membuatnya sendiri, memproses
lebih lanjut suatu produk atau menjual
langsung setelah titik pisah untuk produksi
bersama, dan memilih produk tertentu.

Lanjutan

Keputusan-keputusan yang telah dicontohkan


tersebut memerlukan informasi. Semakin
tinggi kualitas informasi, semakin tinggi
kualitas keputusan yang diambil. Informasi
akuntansi manajemen menyediakan informasi
kuantitatif,
meskipun
informasi
yang
dibutuhkan oleh manajemen meliputi juga
informasi kualitatif seperti kesan masyarakat,
intuisi manajemen, tanggung jawab social,
reaksi pelanggan, sikap karyawan dan
sebagainya.

Lanjutan

Para manajer berusaha menyusun situasi


pengambilan
keputusan
dalam
bentuk
kuantitatif sebanyak mungkin, sehingga
pilihan di antara berbagai alternative dapat
dibuat dengan dasar yang sistematik. Jadi,
dengan informasi kuantitatif, para pengambil
keputusan: (1) dapat mengikuti proses yang
logis di dalam memilih berbagai alternative,
(2) dapat mempertanggungjawabkan setiap
langkah yang diambil, dan (3) dapat
mengevaluasi hasil-hasil yang dicapai.

Proses pengambilan keputusan


meliputi empat tahap, yaitu:
1. Menentukan masalah dengan penekanan
pada tujuan yang hendak dicapai.
2. Mengidentifikasi berbagai alternative
tindakan.
3. Mendapatkan informasi relevan dan
menyingkirkan informasi yang tak
relevan.
4. Membuat keputusan

Jenis-jenis Pengambilan Keputusan


a. Pengambilan Keputusan Taktis
Pengambilan keputusan taktis terdiri dari pemilihan di
antara berbagai alternative dengan hasil yang langsung atau
terbatas. Menerima pesanan khusus dengan harga yang lebih
rendah dari harga jual normal untuk memanfaatkan kapasitas
menganggur dan meningkatkan laba tahun ini merupakan
suatu contoh. Jadi, beberapa keputusan taktis cenderung
bersifat jangka pendek ; namun, harus diperhatikan bahwa
keputusan jangka pendek sering kali mengandung konsekuensi
jangka panjang. Jadi, keputusan taktis sering kali berupa
tindakan berskala kecil yang bermanfaat untuk tujuan jangka
panjang. Tujuan keseluruhan dari pengambilan keputusan
strategis adalah untuk memilih strategi alternatif sehingga
keunggulan bersaing jangka panjang dapat tercapai.

b. Pengambilan Keputusan Stratejik


Manajemen strategik adalah sekumpulan keputusan
dan tindakan yang menghasilkan formulasi dan
implementasi rencana yang dirancang untuk mencapai
sasaransasaran perusahaan. Strategi adalah rencana
jangka panjang dengan diikuti tindakan-tindakan yang
ditujukan untuk mencapai tujuan tertentu, yang
umumnya adalah kemenangan. Asal kata strategi
adalah turunan dari kata dalam bahasa Yunani,
strategos. Istilah manajemen berasal dari kata
management (bahasa Inggris), turunan dari kata to
manage yang artinya mengurus atau tata laksana atau
ketata laksanaan. Sehingga manajemen dapat diartikan
bagaimana
cara
manajer
(orangnya)
mengatur,
membimbing dan memimpin semua orang yang menjadi
pembantunya agar usaha yang sedang digarap dapat
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Model Pembuatan Keputusan Taktis (Jangka


Pendek)
Pendekatan umum dalam pembuatan keputusan taktis
meliputi enam langkah yang menggambarkan tentang proses
pembuatan keputusan yang direkomendasi, yaitu:
Mengidentifikasi masalah.
Mengidentifikasi setiap alternatif sebagai solusi yang tepat
atas masalah tersebut; mengeliminasi alternatif secara nyata
tidak layak.
Mengidentifikasi biaya dan manfaat yang berkaitan dengan
setiap alternatif yang layak, relevan, serta mengeliminasi yang
tidak relevan dari pertimbangan.
Menjumlahkan biaya dan manfaat yang relevan dari masungmasing alternatif.
Memilih faktor-faktor kualitatif.
Memilih alternatif yang memberi manfaat yang terbesar.

ANALISIS DIFERENSIAL
Analisis
diferensial
(differential
analysis) adalah sebuah model
keputusan yang dapat digunakan
untuk
mengevaluasi
perbedaan
dalam pendapatan dan kos yang
berkaitan
melalui
alternative
tindakan.

Klasifikasi kos dalam pertimbangan


analisis diferensial untuk tujuan
pengambilan keputusan meliputi:
Kos relevan adalah kos yang akan
terjadi di masa yang akan datang
Kos
dan kos tersebut berbeda di antara
Relevan
alternative yang ada.

Kos
Diferensial

Perbedaan kos relevan antara dua


alternative atau lebih.

Kos Tak
Terhindark
an

Kos yang tidak akan berbeda di antara


alternative keputusan entah itu kos yang
akan terjadi di masa mendatang atau telah
terjadi di masa lalu (sunk cost). Contoh kos
yang telah terjadi adalah kos penyusutan
mesin yang sedang dipertimbangkan untuk
diganti dengan mesin yang baru.

Manfaat (benefit) yang dikorbankan untuk


menerima alternative lain. Manfaat yang
Kos
dikorbankan dapat berupa pendapatan atau
Kesempata penghematan kos (Saving cost).

Biaya Relevan
Biaya relevan mempunyai 2 karakteristik yaitu:
Biaya masa yang akan datang, yang baru akan terjadi
Biaya yang berbeda diantara alternative yang ada.
Biaya yang tidak memenuhi 2 kriteri tersebut
merupakan irrelevant cost (biaya tidak relevan). Biaya
tidak relevan me-liputi baya masa lalu dan biaya masa
yang akan datang te-tapi tidak berbeda di antara
alternatif yang ada. Sunk cost yang merupakan biaya
masa lalu akan selalu merupakan biaya yang tidak
relevan dalam pengambilan keputusan.

Lanjutan
Biaya Relevan ialah biaya yang dapat dihindari dan
harus selalu dipertimbangkan didalam setiap kali
mengambil keputusan oleh manajemen. Definisi lainnya
mengatakan bahwa biaya relevan ialah biaya yang akan
terjadi dimasa datang dengan nilai yang berbeda untuk
setiap alternatif yang akan dipilih. Dari kedua difinisi ini
dapat diketahui ciri-ciri biaya relevan sbb:
a. Biaya dapat dihindari dengan suatu keputusan
manajemen
b. Biaya tersebut belum terjadi (masa depan)
c. Biaya yang akan terjadi itu memiliki nilai berbeda
untuk setiap alternatif.
d. Biaya tersebut benar-benar memberi pengaruh
didalam keputusan

1. Menerima atau Menolak Pesanan


Khusus
Pengambilan keputusan ini dapat terjadi pada
perusahaan yang masih mempunyai kapasitas
yang belum optimal atau masih adanya
kapasitas yang menganggur. Suatu pesanan
dikatakan khusus apabila pesanan tersebut
berbeda dengan produk reguler perusahaan
dan tidak akan mengganggu pasar produk
reguler perusahaan. Salah satu ciri suatu
pesanan khusus adalah harga jual yang diminta
pembeli biasanya lebih rendah diban-dingkan
dengan harga jual produk regular yang sejenis

Lanjutan
Pengambilan
keputusan
tentang
pesanan
khusus,
biasanya bekaitan dengan harga
yang ditawarkan pembeli dapat
diterima atau tidak. Sebelum
mempertimbangkan
apakah
menerima/menolak
pesanan
khusus
perusahaan
harus
memenuhi kondisi berikut

Syarat agar pesanan khusus dapat


dipertimbangkan untuk diterima atau
ditolak:
a. Masih adanya kapasitas yang belum
digunakan sehingga dengan adanya
tambahan
pesanan
tidak
akan
mempengaruhi jumlah biaya tetap.
b. Dapat dilakukan pemisahan pasar
untuk produk regular & pesanan
khusus, supaya penjualan produk
regular tidak terganggu dengan
adanya pesanan khusus ini.

Contoh :
Untuk gambaran, anggaplah bahwa sebuah
perusahaan berkapasitas maksimum 10.000
unit produk. Selama ini perusahaan hanya
beroperasi pada kapasitas normal 8.000 unit.
Perusahaan sedang mempertimbangkan
pesanan khusus sebanyak 1.500 unit dengan
harga jual Rp.14 yang lebih rendah daripada
harga jual normal Rp.20. Perhitungan labarugi dengan format margin kontribusi untuk
tahun lalu adalah sebagai berikut

Perhitungan Laba-Rugi Dengan Pendekatan Margin


Kontribusi
Penjualan (8.000 @Rp.20)

Rp.160.000

Harga Pokok Penjualan

Rp.88.000

Variabel (8.000 x Rp.11)


Margin Kontribusi

Rp.72.000

Biaya Tetap:

Overhead

Rp.34.000

Administrasi dan penjualan

Rp.20.000

Laba Bersih

Rp.54.000
Rp.18.000

Analisis Diferensial Dengan dan Tanpa


Pesanan Khusus

Penjualan:
8.000 x Rp.20
1.500 x Rp.14

Biaya Variabel:
8.000 x Rp.11
1.500 x Rp.11
Margin
kontribusi
Biaya tetap:
Overhead
Administrasi &
Penjualan

Laba Bersih

Tanpa Pesanan
Khusus
(1)

Dengan
Pesanan
Khusus
(2)

Beda

(3) = (2) (1)

Rp160.000
Rp160.000

Rp88.000
Rp72.000

Rp160.000
Rp21.000
Rp181.000

Rp88.000
Rp16.500
Rp76.500

Rp21.000
Rp21.000

Rp16.500
Rp4.500

Rp34.000
Rp20.000

Rp34.000
Rp20.000

Rp54.000
Rp18.000

Rp54.000
Rp22.500

Rp4.500

Laba bersih bertambah Rp.4.500


meskipun harga pesanan khusus lebih
rendah daripada harga jual normal.
Pesanan khusus diterima karena
memberi kontribusi margin positif.
Selama harga jual masih dapat
menutup kos variabel, maka menerima
pesanan khusus adalah keputusan
yang sehat. Jadi, harga minimum yang
dapat diterima adalah sebesar kos

2. Menambah atau
Memberhentikan Departemen
atau Produk
Managemen
selalu
dihadapakan
dengan keputusan-keputusan yang
melibatkan
pemilihan
kombinasi
produk yang menghasilkan laba yang
tertinggi. Bila produk baru, maka
pendapatan
dan
biayanya
harus
dievaluasi secara hati-hati untuk
meyakinkan apakah labanya cukup
besar untuk membenarka keputusan
keputusan menjual produk tersebut.

Jika produk baru, dapat saja terjadi produk


lama mulai pudar ketenarannya karena ada
perubahan
preferensi
konsumen
dan
menjadi tidak menguntungkan lagi. Jika
produk lama tidak menguntungkan lagi,
maka sebaiknya produk ini diberhentikan.
Keputusan-keputusan
mengenai
penambahan atau pemberhentian produk
atau departemen tertentu harus dilakukan
dengan hati-hati.

Pertimbangan-pertimbangan dalam
keputusan menambah atau
memberhentikan produk adalah
apakah produk di masa yang akan
datang akan memberi peningkatan
laba bersih perusahaan. Analisis
diferensial dapat digunakan
mengevaluasi pengaruh penambahan
atau pemberhentian ini pada laba di
masa yang akan datang.

Contoh :
Misalnya dalam perusahaan dagang
terdapat laporan laba-rugi dari dua
departemen

Dep. A (Rp) Dep. B (Rp)

Total

Penjualan

300.000

700.000

1.000.000

Biaya Variabel

250.000

440.000

690.000

Margin kontribusi

50.000

260.000

310.000

Biaya Tetap :

Gaji Pramuniaga

40.000

84.000

124.000

Iklan

24.000

56.000

80.000

Asuransi

900

2.100

3000

PBB

1.500

3.500

5.000

Penyusutan

21.000

49.000

70.000

Rupa-rupa

600

1.400

2.000

Total

88.000

196.000

284.000

Laba Bersih

(38.000)

64.000

26.000

Berikut perhitungan jika departemen A


diberhentikan :
Total

Hanya Dept.

Selisih

Penjualan

B
1.000.00 700.000

300.000

Biaya Variabel
Margin

0
690.000 440.000
310.000 260.000

250.000
50.000

Kontribusi
Biaya Tetap :
Gaji

124.000 84.000

40.000

Pramuniaga
Tak

160.000 160.000

terhindarkan
Total Biaya

284.000 244.000

40.000

3. MEMBELI DARI LUAR ATAU


MEMPRODUKSI SENDIRI

Masalah yang dihadapi managemen dalam


perusahaan pabrikasi adalah menghadapi
keputusan untuk memproduksi sendiri
seluruh suku cadangnya atau membeli
dari pihak luar karena satu suku cadang
atau lebih yang tersedia di pasar.

Lanjutan

Analisis Diferensial.
Misalnya perusahaan
selama ini
memproduksi sendiri
suku cadang A
sebanyak 100 unit
dengan kost sebagai
berikut.

Keterangan

per unit

total

Bahan baku

Rp

1.000

Rp
100.000

tenaga kerja
langsung

Rp

4.000

Rp
400.000

overhead
variabel

Rp

2.000

Rp
200.000

membeli

Rp

3.000

Rp
300.000

total cost relevan

Rp

10.000

Rp
1.000.000

Lanjutan
ada pemasok yang
menawarkan komponen
tersebut dengan harga Rp8.000
per unit. Diperkirakan kos
pemesanan, penerimaan dan
pemeriksaan tiap unit Rp1.000

Beli dari
pemasok ; cost
Rp9.000
(Rp8.000 +
Rp1.000) ?

produksi
sendiri ?

Lanjutan
per unit

total 100 unit

Keterangan
buat
Bahan baku
tenaga

kerja

langsung
overhead variabel
membeli
total cost relevan

beli

Rp

1.000

Rp

4.000

Rp
Rp

Rp

2.000
-

7.000

Rp
Rp
Rp
Rp

buat

beli

Rp

100.000

Rp

400.000

Rp
Rp

200.000

Rp
Rp
Rp
-

- Rp

9.000

900.000

Rp

Rp

9.000

Rp

700.000

900.000

Lanjutan
Cost overhead pabrik tetap tidak
ikut
dipertimbangkan
dalam
keputusan ini karena tidak relevan
dan tidak akan berubah apapun
keputusannya.
Dari analisis di atas keputusannya
adalah tetap memproduksi sendiri
suku
cadangan
A.
Dengan
menghemat Rp200.000 perusahaan
dapat menghilangkan pemborosan.

Konsep Opportunity Cost


Dari
kasus
di
atas,
apabila
memproduksi sendiri maka opportunity
costnya nol, tetapi apabila membeli dari
luar, opportunity costnya Rp200.000
(yakni penghematan kos yang hilang
karena memilih membeli dari luar dan
menolak memproduksi sendiri). Hal ini
membiarkan kapasitas menganggur jika
perusahaan membeli dari luar.

Kasus lain yang lebih kompleks


adalah apabila perusahaan membeli
dari luar, dan kapasitas yang semula
untuk memproduksi suku cadang akan
dimanfaatkan untuk membuat produk
lain. Misalnya kapasitas semula dapat
digunakan untuk membuat produk X
dengan kos dan dapat dijual dengan
harga sebagai berikut

harga

jual

per

unit...........................................................
harga

Rp

14.500

pokok

penjualan :
bahan
baku...................................................

Rp 2.000

..
tenaga

kerja

langsung.....................................
overhead

Rp 2.000

variabel..........................................
overhead

tetap

(berdasarkan

unit)...........
laba

Rp 8.000

100

Rp 3.000

rugi

per

unit.....................................................................
laba rugi total

(100xRp500)

Rp (15.000)

100

Rp

(500)

Rp (50.000)

Rugi Rp500 sepintas memberi kesan bahwa


alternatif memproduksi X tidak mungkin
diterima sebagai keputusan yang masuk akal.
Kesan ini timbul karena overhead tetap per
unit Rp3000 (totalnya Rp300.000) ikut
diperhitungkan dalam analisis, padahal kos
ini tidak relevan. Kos overhead tetap akan
tetap terjadi dan tidak berubah. Oleh karena
itu, kos takterhindarkan ini harus dikeluarkan
dari analisis diferensial. Bila langkah yang
ditempuh, maka kos produksi per unit adalah
Rp12.000 (Rp2.000 + Rp 8.000 + Rp2.000),
dan margin kontribusi tambahannya per unit
Rp2.500 atau totalnya Rp250.000.

Lanjutan
Masalah
yang
dihadapi
oleh
managemen
adalah
mengambil
keputusan untuk (1) membeli suku
cadang dari luar dengan membiarkan
kapasitas terdahulu menganggur atau
(2) membeli suku cadang dari luar
denga memanfaatkan kapasitas yang
ada untuk memproduksi X.

Konsep Opportunity Cost :


Bila keputusan nomor (1) diambil, maka
opportunity cost adalah Rp250.000 (yakni
tambahan kontribusi total yang hilang
karena tidak memproduksi X)
Bila keputusan nomor (2) diambil, maka
opportunity cost adalah Rp200.000 (yakni
hilangnya
penghematan
kos
karena
perusahaan membeli suku cadang dari luar
dengan
membiarkan
kapasitasnya
menganggur).
Jadi alternatif pilihan yang sebaiknya
diambil adalah keputusan nomor (2) karena
kosnya paling kecil.

4. Memproses Setelah Split-off


Point atau Langsung Menjual
Beberapa
produk
dihasilkan
secaa
bersama-sama dari bahan baku yang sama
atau dari satu proses produksi yang
sama.bensin , minyak tanah, dan minyak
pelumas adalah produk-produk yang bersal
dari proses penyulingan petroleum. Akuntan
menyebut produk-produk ini sebagai joint
product atau co-products. Saat dapat di
pisahkannya produk-produk itu dari proses
produksi disebut split-of point.

Kos produk untuk produk-produk ini


sebelum titik pemisahan adalah joint cost
atau common cost.oleh karna itu kos
produksi
untuk
masing-masing
jenis
produk itu harus diketahui, maka usaha
untuk megalokasikan kos bersamaan harus
dilakukan secara adil dan teliti. Salah satu
pemecahannya adalah mengalokasi kos
bersama dengan menggunakan nilai jual
relatif dari produk-produk tersebut.

Dalam kasus tertentu, setelah titik


pemisahan semua produk adalah
produk akhir yang harus segera di jual
kepada pelanggan. Dalam kasus lain,
setelah titik pemisah, satu atau lebih
produk dapat langsung dijual kepada
pelanggan, atau dapat pula di proses
lebih lanjut. Jika produk di proses lebih
lanjut sudah barang tentu dibutuhkan
kos produksi tambahan.

Setelah proses lanjutan ini selesai ,


produk dijual dengan harga yang lebih
tinggi
dibanding
dengan
harga
seandainya produk langsung dijual
setelah titik pemisahan.
Masalah yang akan dibahas adalah
keputusan managemen yang rasional,
apakah produk lebih baik dijual
langsung setelah split-off point atau di
proses lebih lanjut.

Contoh kasus joint product


Sebagai ilustrasi , berikut ini ditunjukkan
contoh yang terjadi pada PT kebun Raa,
sebuah perusaaan besar dibidang pertanian
yang
mengkhususkan
bisnisnya
pada
enanaman apel.setap lahan menghasilkan
kira-kira satu ton apel. Pohon apel disetiap
lahan harus di semprot,dipupuk,disiram, dan
di pangkas. Pada saat apel matang,pekerja
disewa untuk memetiknya . apel-apel
tersebut selanjutnya dikirim ke gudang
untuk di cuci dan di sortir. Perkiraan biaya
untuk semua aktivitas tersebut (termasuk
pemrosesan) adalah Rp 3.000.000 per ton

Apel di sortir ke dalam 3 kelompok (A,B


dan
C)
menurut
ukuran
dan
kerusakan.apel besar tanpa kerusakan
(lecet,terpotong,berlubang
dan
seterusnya) disisihkan dalam satu
tempat
dan
klasifikasi
sebagai
kelompok A. Apel kecil tanpa kerusakan
disisihkan dalam tempat kedua dan
diklasifikasi
sebagai
kelompok
B.
Sedangkan apel sisanya yang tidak
termasuk kedalam kelompok A dan
kelompok B dimasukkan kedalam
tempat ketiga dan diklasifikasikan
kedalam kelompok C. Setiap ton apel

Apel kelompok A dijual ke supermarket besar


dengan harga Rp 400 per kilogram.apel B
dikemas dalam kantong ukuran 5 kilogram
dan dijual ke supermarket dengan harga Rp
1.300 per kantong(biaya setiap kantong
adalah Rp 50). Apel kelompok C di proses
lebih lanjut untuk proses menjadi selai apel
yang akan dijual ke dalam kalengukuran 16
ons dengan harga Rp 750 per kaleng. Biaya
prosesan adalah Rp 100 perkilo gram apel.
Hasil akhirnya adalah 500 kaleng.

Oleh karena terdapat 600


kilogram apel kelompok B
pada titik pisah,PT kebun
raya menjual 120 kantong
ukuran 5 kilogram dengan
pemrosesan
harga
per
unit
bersih Biaya
tambahan adalah sebesar
sebesar Rp 1.250 (Rp 1.300Rp 50). Dengan demikian,
Rp 120.000 (Rp 200 X Rp
pendapatan
bersih
total
600
kilogram).
Oleh
pada titik pisah adalah
karena pendapatan naik
sebesar Rp 150.000 ( Rp
sebesar Rp 300.000 dan
1.250- Rp 120). Apabila apel
biaya harga naik sebesar
diproses menjadi pai apel ,
Rp 120.000, maka laba
maka
pendapatan
total
bersih pemrosesan lebih
adala
sebesar
Rp
lanjut adalah sebesar Rp
450.000(Rp 900 X Rp 500).
180.000.
dengan
Oleh karna itu, pendapatan
demikian, PT Kebun Raya
tambahan lanjutan adalah
sebesar Rp 300.000 (Rp
harus memproses apel
450.000-Rp 150.000).
kelompok B menjadi pei

Analisisnya di ikhtisarkan sebagai


berikut.
Keterangan

pendapatan
baiaya
pemrosesan
total

Memproses
Lebih lanjut

Menjual

Rp150.000

Rp150.000

Rp450.000

-120.000

Rp330.000

jumlah
deferensial
untuk
memproses
lebih lanjut
Rp300.000

-120.000

Rp180.000

5. MEMILIH PRODUK
Apabila perusahaan menghadapi
masalah pemilihan produk yang harus
diproduksi (dan dijual), maka
keputusan yang bijaksana adalah
memilih produk yang memberi margin
kontribusi total tertinggi.

Lanjutan
Misalnya,
perusahaan
pemanukfaturan
mempunyai kapasitas produksi berupa jam
tenaga kerja langsung atau jam mesin dalam
jumlah yang terbatas.Dalam departement
store, batasan utamanya adalah jumlah lantai
yang tersedia untuk memajang barang
dagangannya. Jadi, margin total kontribusi total
tertinggi tercapai bila perusahaan membuat
produk yang margin kontribusinya sehubungan
dengan batasan tadi adalah tertinggi.

Lanjutan
Seperti, apabila batasannya adalah
jam mesin, maka margin kontribusi
tertingginya adalah margin kontribusi
per jam mesin, bukan per unit produk
Sebagai contoh : Sebuah perusahaan
memproduksi dan menjual dua macam
produk: meja dan kursi

Meja

Kursi

Harga jual per

Rp 10.000

Rp 7.500

unit

Rp 8.000

Rp 4.800

Rp 2.000

Rp 2.700

Biaya variabel
per unit
Margin kontribusi
per unit
Rasio margin
kontribusi

20%

36%

Meja

Kursi

a. Jumlah jam mesin

6.000

6.000

20

30

300

200

maksimum yang
tersedia
b. Jumlah jam mesin
yang dibutuhkan
untuk memproduksi
satu unit produksi
c. Jumlah unit
maksimum yang
dapat diproduksi (a)
: (b)

Perhitungan margin kontribusi total dan per unit


sebagai berikut.

a. Margin kontribusi

Meja

Kursi

Rp 2.000

Rp 2.700

20 jam

30 jam

Rp 100

Rp 90

6.000 jam

6.000 jam

Rp 600.000

Rp 540.000

per unit
b. Jam mesin yang
dibutuhkan per unit
c. Margin kontribusi
per jam (a) : (b)
d. Jam mesin
maksimum yang
tersedia
e. Margin kontribusi
total 9c) X (d)

Dari analisis di atas, maka margin


kontribusi total terbesar adalah jika
diproduksi
meja
(Rp
600.000)
meskipun margin kontribusi meja per
unit lebih kecil dibanding dengan
margin kontribusi kursi per unit.

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai