Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Definisi Activity Based Management

Aktivitas utama manjemen adalah mancari laba untuk kelangsungan hidup perusahaan.
Setiap aktivitas harus memperoleh manfaat yang lebih besar daripada pengorbanannya, karena
setiap aktivitas adalah biaya. Manajemen berdasarkan aktivitas adalah perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian aktivitas untuk mencapai sasaran kerja dan
tujuan organisasi melalui proses perbaikan terus menerus. Perbaikan itu meliputi bidang alat kerja,
metode kerja, tenaga kerja, sasaran kerja, tingkat harga, kualitas produk, dan kualitas pelanggan.
Semua aktivitas adalah biaya karena aktivitas adalah pengorbanan sumber-sumber daya yang
dapat diukur dengan satuan uang atau aktivitas adalah pengorbanan input untuk memperoleh
output dan keuntungan. Manajemen harus berusaha meningkatkan aktivitas yang bernilai tambah
dan mengurangi aktivitas yang tidak bernilai tambah secara sistematis. Aktivitas bernilai tambah
seperti riset pasar, merancang dan mengembangkan produk, membuat dan menjual produk, serta
pelayanan purna jual produk. Sedangkan aktivitas yang tidak bernilai tambah seperti pemeriksaan
pekerjaan, pengerjaan ulang, memindahkan bahan baku dan barang setengah jadi, penjadwalan,
waktu tunggu, dan penyimpanan. Aktivitas ini harus dikurangi kalau mungkin dihapuskan.
Activity–Based Management (ABM) adalah suatu pendekatan di seluruh sistem dan
terintegrasi, yang memfokuskan perhatian manajemen pada berbagai aktivitas, dengan tujuan
meningkatkan nilai untuk pelanggan dan laba sebagai hasilnya (Hansen dan Mowen, 2006; 11).
Menurut Mulyadi (2007; 731), Activity-Based Management (ABM) adalah pendekatan manajemen
yang memusatkan pengelolaan pada aktivitas dengan tujuan untuk melakukan improvement
berkelanjutan terhadap value yang dihasilkan bagi customer, dan laba yang dihasilkan dari
penyedia value tersebut. Sedangkan menurut Blocher (2007; 239), Activity–Based Management
(ABM) analisis aktivitas yang digunakan untuk memperbaiki nilai produk atau jasa bagi pelanggan
dan meningkatkan keuntungan perusahaan.
Berdasarkan definisi-definisi diatas, ABM mempunyai dua frasa penting, yaitu manajemen
berbasis aktivitas berfokus pada pengelolaan aktivitas untuk meningkatkan nilai yang diterima
oleh konsumen, dan pemusatan pengelolaan pada aktivitas untuk menghasilkan laba dari penyedia
nilai tersebut.

1.2.Tujuan dan Manfaat Activity Based Management

ABM merupakan pusat dari sistem manajemen biaya oleh karena itu untuk mengelola
organisasi atau perusahaan dengan baik, harus menekankan pada ABM. ABM bertujuan untuk
meningkatkan nilai produk atau jasa yang diterima oleh para konsumen, dan oleh karena itu dapat
digunakan untuk mencapai laba dengan menyediakan nilai tambah bagi konsumennya. Manfaat
yang diperoleh dengan menggunakan ABM adalah manajemen dapat menentukan wilayah untuk
melakukan perbaikan operasi, mengurangi biaya, atau meninggkatkan nilai bagi pelanggan.
Dengan mengidentifikasi sumber daya yang dipakai konsumen, produk, dan aktivitas, ABM
memperbaiki fokus manajemen atas faktor-faktor kunci perusahaan dan meningkatkan keunggulan
kompetitif (Blocher, 2007; 239).

1.2.1. Manfaat ABM menurut Supriyono (1999;356) adalah :


1. Mengukur kinerja keuangan dan pengoperasian (nonkeuangan) organisasi dan aktivitas-
aktivitasnya.
2. Menentukan biaya-biaya dan profitabilitas yang benar untuk setiap tipe produk dan jasa.
3. Mengidentifikasikan aktivitas-aktivitas dan mengendalikannya.
4. Mengelompokkan aktivitas-aktivitas bernilai tambah dan tidak bernilai tambah.
5. Mengefisienkan aktivitas bernilai tambah dan mengeliminasi aktivitas-aktivitas tidak
bernilai tambah.
6. Menjamin bahwa pembuatan keputusan, perencanaan dan pengendalian didasarkan pada
isu-isu bisnis yang keluar dan tidak semata berdasar informasi keuangan.
7. Menilai penciptaan rangkaian nilai tambah (value-added chain) untuk memenuhi
kebutuhan dan kepuasan konsumen.
1.3.Model Dimensi dan Penerapan Activity Based Manajemen
1.3.1. Model Dimensi Activity Based Management

Activity based management menekankan pada biaya berdasarkan aktivitas atau Activity-
Based Costing (ABC) dan analisis nilai proses. Jadi, Activity–Based Management memiliki dua
dimensi, yaitu dimensi biaya dan dimensi proses (Hansen dan Mowen, 2006; 487).

a. Dimensi Biaya
Dimensi biaya adalah dimensi ABM yang memberikan informasi biaya mengenai
sumber, aktivitas, produk, dan pelanggan. Dimensi biaya ini bertujuan untuk memperbaiki
keakuratan pembebanan biaya. Sebagaimana sumber biaya ditelusuri pada aktivitas dan
kemudian biaya dibebankan pada produk dan pelanggan. Dimensi biaya atau dimensi Activity-
Based Costing (ABC), didasarkan pada ABC generasi kedua yang merupakan perkembangan
lebih lanjut dari ABC generasi pertama. ABC generasi pertama adalah sistem penentuan biaya
produk yang terdiri atas dua tahap yaitu melacak biaya pada berbagai aktivitas dan
membebankan biaya pada produk.
ABC semula diakui sebagai metode untuk menyempurnakan ketelitian biaya produk,
namun ABC generasi kedua merupakan sistem pengukuran kinerja yang bersifat
komprehensif yang digunakan sebagai sumber informasi utama Activity-Based Management
(ABM). ABC generasi kedua adalah metodologi untuk mengukur dan menyediakan informasi
mengenai biaya sumber-sumber, aktivitas-aktivitas, dan pembebanan biaya pada objek-objek
biaya. Asumsi yang mendasari adalah objek-objek biaya menciptakan perlunya aktivitas-
aktivitas dan aktivitas-aktivitas menciptakan perlunya sumber-sumber. ABC juga merupakan
sistem yang bermanfaat untuk mengorganisasi dan mengkomunikasikan informasi.

b. Dimensi Proses
Dimensi proses atau analisis nilai proses adalah dimensi ABM yang memberikan
informasi tentang aktivitas apa yang dikerjakan, mengapa dikerjakan dan seberapa baik
dikerjakannya. Tujuan dimensi proses adalah pengurangan biaya. Dimensi inilah yang
memberikan kemampuan untuk mengukur perbaikan berkelanjutan. Dimensi proses adalah
dimensi model ABM yang berisi informasi kinerja mengenai pekerjaan yang dilaksanakan
dalam organisasi sehingga mencakup analisis penyebab biaya, analisis aktivitas-aktivitas dan
evaluasi kinerja dengan menggunakan informasi dari ABC. Dimensi proses menyediakan
informasi mengenai pekerjaan yang dilakukan dalam suatu aktivitas dan hubungan antara
pekerjaan tersebut dengan aktivitas lainnya. Proses adalah serangkaian aktivitas yang terkait
untuk melaksanakan tujuan tertentu.
1.3.2. Penerapan Activity Based Manajemen
Activity based Management lebih komprehensive dibandingakn ABC. ABM dapat
dipandang sebagai suatu sistem yang memliki 2 tujuan utama, yaitu:
a. Meningkatkan kualitas pengambilan keputuan dengan menyajikan informasi biaya
yang lebih akurat.
b. Melakukan pengurangan biaya dengan mendorong dilakukannya program-program
pengurangan biaya.
Tujuan penting dari ABM adalah untuk mengidentifikasi dan menghilangkan aktivitas
dan biaya tak bernilai tambah. Aktivitas yang tidak bernilai tambah adalah operasi yang tidak
perlu dan tidak penting, perlu tapi tidak efisien dan tidak dapat dikembangkan. Biaya yang
tidak bernilai tambah adalah hasil dari beberapa aktivitas, biaya dari beberapa aktivitas yang
bisa dihilangkan tanpa mengurangi kualitas produk, daya guna, dan nilai yang dirasakan.
Berikut adalah lima langkah yang menyediakan strategi untuk menghilangkan biaya tak
bernilai tambah pada perusahaan manufaktur dan jasa, yaitu:
a. Mengidentifikasi aktivitas, langkah pertama adalah analisis aktivitas, yang
mengidentifikasi semua aktivitas penting organisasi.
b. Mengidentifikasi aktivitas tak bernilai tambah, tiga kriteria untuk menentukan
aktivitas yang bernilai tambah adalah:
1) Apakah aktivitas tersebut perlu ?
2) Apakah aktivitas tersebut efisien ?
3) Apakah aktivitas tersebut kadang bernilai tambah, kadang tidak ?
c. Memahami rantai aktivitas, akar masalah, dan pemicunya, dalam mengidentifikasi
aktivitas yang tidak bernilai tambah, sangat penting untuk memahami jalan dimana
aktivitas terhubung bersama.
d. Menetapkan ukuran kinerja, dengan pengukuran kenerja secara terus-menerus dan
membandingkan kinerja dengan tolak ukur, perhatian manajemen mungkin terarah
pada aktivitas yang tidak perlu dan tidak efisien.
e. Melaporkan biaya yang tidak bernilai tambah, biaya tak bernilai tambah harus
disoroti pada laporan pusat biaya. Dengan mengedintifikasi akktivitas tak bernilai
tambah, dan melaporkan biayanya, manajemen dapat bekerja keras untuk
mengembangkan proses dan menghilangkan biaya tak bernilai tambah.

1.4.Faktor-faktor yang Mendukung Keberhasilan Penerapan ABM Dalam Suatu


Organisasi
Faktor-faktor yang mendukung keberhasilan penerapan activity based management
dalam suatu organisasi adalah sebagai berikut:

1.4.1. Budaya Organisasi


Budaya organisasi mencerminkan kerangka berpikir dari karyawan termasuk
perilaku, nilai, keyakinan yang dianut oleh karyawan. Budaya organisasi menunjukkan
keterlibatan, kerja sama serta partisipasi yang tinggi dari seluruh karyawan. Budaya
organisasi sangatlah mendukung keberhasilan dari penerapan ABM di suatu organisasi.
1.4.2. Change process
Perubahan bisa terjadi apabila diterapkannya suatu proses yang sudah dirancang
untuk menghasilkan perubahan tersebut. Perbaikan dari proses yang sudah ada sangat
mendukung keberhasilan penerapannya. Elemen-elemen dari proses diantaranya adalah
daftar dari aktivitas, sekumpulan tujuan, dan tindakan lanjutan.
1.4.3. Top management support and commitment
Penerapan suatu system manajemen biaya yang baru seperti ABM dan ABC
membutuhkan waktu dan sumber daya, oleh karena itu dukungan dan peran serta top
manajer sangatlah diperlukan untuk keberhasilan penerapannya.
1.4.4. Continuing education
Memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengikuti pelatihan serta
meningkatkan keahlian mereka terhadap lingkungan kerja yang cepat sangatlah penting.
Keberhasilan penerapan dari program manajemen biaya yang baru membutuhkan keahlian,
peran serta dan kerja sama dari karyawan suatu organisasi

.
1.5.Langkah-langkah Value Analysis Dalam Menghasilkan Informasi
Process Value Analysis merupakan suatu analisa yang menghasilkan informasi tentang
mengapa dan bagaimana suatu aktivitas atau pekerjaan dilakukan. Analisa ini menekankan pada
upaya untuk memaksimumkan sistem penilaian kinerja secara keseluruhan dari pada performance
individu. Process Value Analysis dilakukan dengan 3 langkah di bawah ini:
1.5.1. Activity analysis
Untuk menentukan aktivitas apa yang dilakukan, jumlah pekerja yang telibat,
waktu dan sumber ekonomi yang digunakan serta rekomendasi bagi manajemen
tentang aktivitas tersebut. Analisa aktivitas akan diuraikan di bawah ini. Analisa
aktivitas merupakan inti dari process value analysis. Analisa aktivitas merupakan
suatu proses identifikasi, penjabaran serta evaluasi aktivitas-aktivitas yang dilakukan
oleh suatu organisasi. Analisa aktivitas diharapkan mampu menjawab 4 pertanyaan
berikut ini:
a. Aktivitas-aktivitas apa saja yang dilaksanakan?
b. Berapa jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam pelaksanaan setiap aktivitas?
c. Berapa jumlah waktu dan sumber-sumber ekonomi lainnya yang dibutuhkan
oleh setiap aktivitas?
d. Bagaimana manfaat aktivitas bagi organisasi secara keseluruhan organisasi
termasuk rekomendasi untuk tetap mempertahankan nilai tambah setiap aktivitas
bagi organisasi.
Dari 4 hal tersebut di atas, hasil akhir dari suatu analisa aktivitas adalah
penentuan nilai tambah setiap aktivitas bagi organisasi. Oleh karena itu dalam analisa
aktivitas, aktivitas dapat dibedakan menjadi 2 jenis aktivitas yaitu:
a. Aktivitas bernilai tambah (value-added activities)
Merupakan aktivitas yang diperlukan untuk tetap dapat mempertahankan
kegiatan operasional perusahaan. Dapat pula dikatakan bahwa aktivitas bernilai
tambah adalah aktivitas yang diperlukan dan sudah dilaksanakan dengan efisien.
Biaya untuk melaksanakan aktivitas bernilai tambah disebut dengan biaya
aktivitas bernilai tambah. Biaya ini merupakan biaya yang seharusnya terjadi
dalam melaksanakan sutau aktivitas. Aktivitas yang dapat dikategorikan sebagai
aktivitas bernilai tambah meliputi:
1) Required Activities, merupakan aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk
memenuhi peraturan atau perundangan yang berlaku.
2) Discretionary activities, merupakan aktivitas yang dilakukan untuk
memenuhi 3 kriteria berikut yaitu aktivitas menyebabkan adanya
perubahan sifat atau bentuk, perubahan sifat atau bentuk tidak dapat
dilakukan oleh aktivitas sebelumnya dan aktivitas yang memungkinkan
aktivitas lain untuk dilaksanakan.
b. Aktivitas tidak bernilai tambah (non value-added activities)
Merupakan aktivitas yang tidak diperlukan atau diperlukan tetapi
dilaksanakan dengan tidak efisien. Biaya untuk melaksanakan aktivitas ini
disebut dengan biaya aktivitas tidak bernilai tambah. Biaya inilah yang harus
dieliminasi karena menimbulkan adanya pemborosan, contohnya:
1) Scheduling, merupakan aktivitas penjadwalan proses produksi untuk
setiap jenis produk
2) Moving, merupakan aktivitas pemindahan bahan, barang dalam proses dan
barang jadi dari satu departemen. ke departemen lain
3) Waiting, merupakan aktivitas menunggu tersedianya bahan baku,
menunggu datangnya BDP yang dikirimkan dari bagian atau departemen
lain
4) Inspeksi, merupakan aktivitas pemeriksaan barang untuk meyakinkan
bahwa barang telah memenuhi spesifikasi atau kualitas yang diharapkan.
5) Storing, merupakan aktivitas penyimpanan bahan, Barang Dalam Proses,
produk selesai sebagai persediaan di gudang menunggu waktu pemakaian
atau pengiriman.
Hasil akhir yang ingin dicapai dalam analisa aktivitas adalah penurunan biaya
(cost reduction) yang ditimbulkan karena adanya continues improvement. Dalam
lingkungan yang kompetitif, perusahaan harus mampu mengirimkan produk yang
diinginkan konsumen dalam waktu yang tepat serta harga yang rendah. Hal ini
mendorong perusahaan harus selalau melakukan perbaikan yang terus menerus dalam
melaksanakan aktivitasnya. Analisa aktivitas dapat menurunkan biaya malalui dengan
4 cara berikut ini:
a. Activity elimination, memfokuskan pada aktivitas tidak bernilai tambah dengan
mengidentifikasikan kemudian mengeliminasi aktivitas tersebut.
b. Activity selection, pemilihan serangkaian aktivitas yang berbeda disebabkan
kerena srtategi yang saling bersaing. Strategi berbeda membutuhkan aktivitas
berbeda. Dipilih aktivitas yang biayanya rendah untuk hasil yang sama.
c. Activity reduction, pengurangan waktu dan konsumsi sumber ekonomi yang
diperlukan suatu aktivitas. Pendekatan ini terutama ditujukan untuk peningkatan
efisiensi dan peningkatan aktivitas tidak bernilai tambah dapat dihilangkan.
d. Activity sharing, peningkatan efisiensi aktivitas dengan memanfaatkan skala
ekonomi, khususnya dengan meningkatkan jumlah kuantitas cost driver tanpa
meningkatkan biaya aktivitasnya.
1.5.2. Driver analysis
Untuk menentukan faktor-faktor yang menyebabkan biaya suatu Aktivitas. Setiap
aktivitas pasti membutuhkan input dan menghasilkan output. Input aktivitas merupakan
sumber-sumber ekonomi yang dibutuhkan dalam melaksanakan suatu aktivitas, sedangkan
output aktivitas merupakan produk yang dihasilkan dari suatu aktivitas. Output yang
dihasilkan oleh suatu akitivitas perlu diukur dalam satuan kuantitatif tertentu yang disebut
dengan Activity Output Measure.
Apabila permintaan akan suatu aktivitas berubah akan menyebabkan perubahan
jumlah biaya aktivitas, akan tetapi satuan ukuran output aktivitas tidak selalu berhubungan
langsung dengan penyebab timbulnya biaya suatu aktivitas. Oleh karena itu perlu
dilakukan suatu analisa yang disebut dengan analisa driver. Analisa Driver bertujuan untuk
menunjukan penyebab munculnya biaya aktivitas.
1.5.3. Activity Performace Measurement
Yaitu pengukuran performance dalam pelaksanaan suatu aktivitas dengan
menggunakan alat ukur finansial maupun non finansial. Alat ukur yang digunakan harus
mampu mengetahui bagaimana suatu aktivitas dilaksanakan dan hasil yang dicapai. Alat
ukur ini juga diharapkan mampu menunjukan perbaikan yang secara terus menerus
dilakukan perusahaan. Penilaian dipusatkan pada 3 hal yaitu waktu, kualitas serta efisiensi.
a. Waktu
1) Reliability : Jumlah pengiriman yang tepat waktu atau jumlah pengiriman
2) Responsiveness : cycle time (waktu untuk melaksanakan 1
aktivitas), velocity(jumlah output aktivitas yang dihasilkan dalam satuan
waktu tertentu)
3) Manufacturing cycle efficiency : waktu pemrosesan/(waktu proses+ waktu
perpindahan + waktu inspeksi + waktu tunggu )
b. Kualitas
Jumlah produk cacat, jumlah produk cacat/total produksi, % kegagalan
eksternal, jumlah sisa bahan atau jumlah bahan yang digunakan. Untuk aktivitas
pembelian ukuran kualitas dapat dinilai dengan Jumlah kesalahan atau jumlah
total permintaan pembelian, jumlah kesalahan setiap order pembelian.
c. Efisiensi
1) Efisiensi operasi: Output/bahan, output/JKL, output/ jam mesin
2) Efisiensi mesin : % kapasitas mesin yang terpakai
3) Persediaan : Perputaran persediaan, jumlah persediaan, lamanya
persediaan.

https://www.academia.edu/27353873/Makalah_Akuntansi_Manajemen_Activity_Based_Ma
nagement_Universitas_Muhammadiyah_Buton_Fakultas_Ekonomi_Program_Studi_Akuntan
si_Periode_2015-2016

Anda mungkin juga menyukai