Anda di halaman 1dari 8

Warga Kota Menurut Sudut Pandang Buku The City Reader Sixth Edition

Ria Purnamasari (2206123240)


Kajian Pengembangan Perkotaan, Sekolah Kajian Stratejik dan Global, Universitas Indonesia
___________________________________________________________________________

PENDAHULUAN

Berangkat dari Buku The City Reader Sixth Edition, seorang ahli sosiologi dan
demografi Amerika yaitu Kingsley Davis dalam The Urbanization of the Human Population
menjelaskan bahwa urbanisasi merupakan proses, sebuah siklus perpindahan yang memiliki
asal dan tujuan. Setiap urbanisasi ke kota memiliki alasan dan tujuan masing-masing baik
dari segi ekonomi, lingkungan, sosial dan budaya. Dengan adanya urbanisasi merupakan
salah satu bentuk sumbangsih terbesar terhadap populasi perkotaan dan meningkatkan
kepadatan penduduk di suatu kota diluar angka kelahiran. Dengan tingginya nilai kepadatan
penduduk setiap tahunnya, mempengaruhi terjadinya aglomerasi perkotaan sehingga wilayah
perkotaan menjadi meluas serta mempengaruhi daerah di sekitarnya.

Menurut Robert Bruegmann dalam The Causes Sprawl, urban sprawl ditandai dengan
pola pembangunan yang tersebar serta pola pengembangannya yang terletak di pinggiran
kota. Kemacetan yang terjadi menjadi pengaruh buruk terhadap kehidupan manusia karena
kota itu diuji keefisiensinya. Faktor-faktor penyebab terjadinya urban sprawl adalah
munculnya perilaku anti-perkotaan dan rasisme dimana warga menganggap pinggiran kota
sebagai tempat yang baik untuk tempat tinggal, baik untuk bekerja maupun membesarkan
generasi selanjutnya. Pusat kota berfungsi sebagai tempat hiburan dan tempat wisata yang
dapat dikunjungi saat liburan. Warganya melakukan pemisahan imigran berdasarkan strata
sosialnya dan juga secara fisik melalui warna kulit serta agama yang dianut.

Faktor ekonomi merupakan faktor utama dalam interaksi sosial dan sistem
kapitalisme bagi para pelaku sektor swasta yang melakukan pembangunan di pinggiran kota.
Kebijakan Pemerintah menjadi salah satu pemicu terhadap terjadinya urban sprawl seperti
kebijakan subsidi kepemilikan rumah, pembangunan jalan tol, subsidi infrastruktur dan
keringanan pajak. Peningkatan teknologi transportasi seperti terciptanya moda transportasi
yang massive dan cepat seperti kereta. Hal ini bukan hanya mendukung urban sprawl tetapi
turut mendukung terhadap sentralisasi ke pusat kota. Peningkatan kemakmuran warganya
Tugas minggu ke-5 sejarah dan perkembangan perkotaan 1
ditandai dengan naiknya taraf hidup sehingga mereka dapat memilih tempat tinggal sesuai
yang diinginkan. Kehidupan yang demokratif memungkinkan warga kota dapat menentukan
segala aspek dalam pilihan di kehidupan masing-masing.

PEMBAHASAN

Perkembangan perkotaan yang pesat diiringi dengan permasalah perkotaan yang


terjadi. Aktivitas manusia yang membentuk sebuah kota, sehingga kota diibaratkan sebagai
pertunjukan. Lewis Mumford dalam What is a City mengemukakan bahwa masyarakat kota
terdiri dari sekumpulan orang-orang, kelompok-kelompok yang memiliki tujuan tertentu yang
saling berkaitan satu sama lain. Kumpulan orang tersebut membentuk aktivitas bersama
kemudian menghasilkan strata sosial tidak hanya dari segi ekonomi tapi dari kontribusi dan
keterlibatan terhadap kegiatan masyarakatnya. Kota harus memiliki batasan-batasan area
sehingga aktivitas warganya dapat terjalin dengan baik. Terjadinya interaksi sosial
merupakan pembentuk utama perkotaan. Pembangunan industri dan pasar mengikuti dari
kegiatan interaksi sosial tersebut. Dengan pembangunan fasilitas sosial yang menjadi
prioritas dalam membentuk suatu kota dan fasilitas tersebut saling berhubungan dengan baik.
Kemudian dapat menciptakan interaksi antara kota dengan warga yang tinggal di teritori
tertentu.

Louis Wirth dalam Urbanism as a Way of Life memiliki pandangan yang kontradiktif
dalam teori kekotaannya. Urbanisme merupakan sebuah pandangan hidup dimana dapat
membentuk gaya hidup masyarakatnya. Hal tersebut mempengaruhi luas kota yang relatif
besar dan padat serta karakteristik penduduk yang heterogen. Masalah kota pun timbul seperti
tingginya angka kepadatan penduduk serta latar belakang pada setiap warga kotanya berbeda.
Jumlah penduduk di suatu kota berpengaruh terhadap karakter kota dan menimbulkan
kesenjangan antar masyarakat yang semakin terlihat jelas baik dari segi individu, pekerjaan,
budaya. Rendahnya tingkat interaksi sosial antar warga kota menjadi karakteristik yang khas
dalam sebuah kota. Pengkotak-kotakan masyarakat yang dibagi berdasarkan strata sosial dan
ekonomi menjadi cikal bakal terjadinya kesenjangan. Hal tersebut menimbulkan sifat
individualisme dimana kepentingan pribadi dan kelompok masing-masing diatas segalanya,
sehingga mengenyampingkan solidaritas terhadap masyarakat secara luas.

Dalam tulisan The Great Towns karya Friedrich Engels menceritakan tentang
terjadinya kesenjangan sosial dan ekonomi antara kaum borjuis dan para kelas pekerja
dengan sistem tuan dan budak. Hal yang sama diceritakan oleh Jane Jacobs dalam The Uses

Tugas minggu ke-5 sejarah dan perkembangan perkotaan 2


of Sidewalks tentang pemilik toko yang mengintimidasi kaum minoritas yang hidup di
trotoar. Sehingga terjadilah yang dinamakan penindasan manusia oleh manusia. Di Indonesia,
hal tersebut terjadi ketika zaman penjajahan Hindia Belanda dan Jepang yang dikenal dengan
istilah kerja rodi dan romusha. Semenjak Kemerdekaan Republik Indonesia Tahun 1945,
Indonesia dinyatakan bebas dari masa penjajahan sesuai dengan isi Undang-undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan
keadilan. Dalam konstitusi negara tersebut diatur dalam Bab X Pasal 26, 27 dan 28 tentang
Warga Negara dan Penduduk.

Definisi warga negara menurut UUD 1945 adalah orang-orang bangsa Indonesia yang
disebut dengan Warga Negara Indonesia (WNI) dan orang-orang bangsa lain yang disahkan
dengan Undang-undang sebagai warga negara atau yang disebut dengan Warna Negara Asing
(WNA). Seluruh warga negara yang bertempat tinggal di Indonesia disebut dengan
penduduk. Warga negara diatur dengan undang-undang karena memiliki kewajiban dan hak
yang harus dipenuhi. Kewajiban sebagai warga negara adalah menjunjung hukum dan
pemerintahan dengan tidak ada pengecualian karena seluruh warga negara berkedudukan
sama. Hak sebagai warga negara adalah mendapatkan pekerjaan serta penghidupan yang
layak bagi manusia. Setiap warga negara memiliki kewajiban dan hak berkontribusi terhadap
keikut sertaannya dalam upaya pembelaan negara. Warga negara memiliki hak untuk
kebebasan dalam berserikat dan berkumpul, mengemukakan pendapat melalui lisan dan
tulisan yang telah diatur dalam Undang-undang.

Sama halnya dengan warga negara, warga kota memiliki kewajiban dan hak, namun
perbedaannya dalam ruang lingkup yang lebih kecil dari skala nasional ke lokal. Dilansir dari
Wikipedia, penggunaan istilah warga kota adalah untuk menentukan hak-hak yang dimiliki
seseorang dalam suatu kota. Hak atas kota yang dimiliki oleh warga kota dalam segi sosial.
Hak terhadap hubungan sosial sebagai penguasa ruang sosialnya dan kebebasan dalam hidup
sesuai keinginannya. Kota sebagai tempat untuk tinggal dan melakukan kegiatan agar warga
kota dapat hidup di dalamnya. Dengan memiliki hak dalam kebebasan dalam hidup seorang
warga kota, mereka bebas untuk melakukan dan menjadikan dirinya sesuai dengan kapasitas
dan cita-cita yang dimiliki masing-masing individu. Hal ini sesuai dengan teori Kelas Kreatif
yang dituliskan oleh Richard Florida dalam The Creative Class.

Kelas kreatif merupakan perkumpulan orang yang membentuk kelas sosial ekonomi
baru yang menciptakan ide dan inovasi sehingga dapat bermanfaat bagi khalayak luas dan

Tugas minggu ke-5 sejarah dan perkembangan perkotaan 3


memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Menurut Florida, kelas kreatif memiliki dua lapisan,
lapisan yang pertama adalah lapisan pekerja super creative core dan yang kedua adalah
lapisan pekerja creative professional. Kelas kreatif ini terdiri dari orang-orang yang
memecahkan masalah melalui kreativitasnya dan memiliki nilai ekonomi. Kemudian mereka
berkumpul membentuk suatu kelas sosial ekonomi baru yang saling mendukung satu sama
lain dalam memilih sosial, budaya dan gaya hidup para anggotanya.

Kemudian untuk mengetahui lebih lanjut terkait 2 lapisan kreatif, di lapisan pertama
yaitu super creative core, terdiri dari mereka yang melalui kreativitasnya yang tinggi dapat
memecahkan sebuah masalah serta memiliki nilai ekonomi yang tinggi sehingga bermanfaat
bagi kahalayak luas. Super creative core adalah mereka yang berkerja sebagai ilmuwan dan
insinyur, professor universitas, penyair dan novelis, artis, entertainer, actor, desainer dan
arsitek, penulis non fiksi, editor, toko budaya, peneliti, analis dan para pembuat opini lainnya.
Kemudian di lapisan kedua merupakan creative professional. Mereka adalah yang bekerja di
berbagai industri sesuai keahliannya yang menambahkan nilai kreatif terhadap pekerjaannya.
Contohnya adalah para pekerja yang bekerja di sektor high-technology, lembaga keuangan,
hukum, tenaga pelayanan kesehatan serta manajemen bisnis.

Kelas kreatif pada abad ke 19, berfungsi sebagai kunci dari kebangkitan ekonomi
kreatif dan sebagai kekuatan pendorong utama kota-kota pada masa pasca industrial di
Amerika Serikat dalam aspek pembangunan ekonomi. Jumlah kelas kreatif seiring
berjalannya waktu semakin bertambah banyak seiring dengan pesatnya kemajuan teknologi
akibat globalisasi. Kelas kreatif menjadi salah satu perhatian Pemerintah melalui
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam subsektor Ekonomi Kreatif. Dalam
subsektor tersebut terdapat beberapa bidang yaitu pengembang permainan, kriya, desain
interior, musikm seni rupa, desain produk, fashion, kuliner, film, animasi dan video,
fotografi, desain komunikasi visual, televisi dan radio, arsitektur, periklanan, seni
pertunjukan, penerbitan dan aplikasi.

Salah satu kota yang menyediakan ruang bagi warga kotanya agar dapat menyalurkan
kretivitasannya adalah Kota Bogor melalui Forum Ekonomi Kreatif Kota Bogor untuk
perkumpulan para pelaku kelas kreatif dan menyediakan Bogor Creative Center (BCC)
sebagai tempat untuk berkreasi, berinovasi dan berkolaborasi. Adapun persentase pelaku
ekonomi kreatif yang telah di data oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bogor adalah
sebagai berikut:

Tugas minggu ke-5 sejarah dan perkembangan perkotaan 4


Diagram.1
Presentase Pelaku Ekonomi Kreatif Kota Bogor Tahun 2021

Presentase Pelaku Ekonomi Kreatif Kota Bogor

6%
1%4%
29 Kuliner Kriya
2%
6% % Film Animasi dan Video Desain Komunikasi Visual
Musik Seni Rupa
5% Seni Pertujukan Photography
Periklanan Arsitektur
4%
Penerbit Desain Interior

18 13
% %
7%
4%

Sumber: disparbud.kotabogor.go.id

Pada Diagram.1 dapat dilihat persentase paling besar dalam ekonomi kreatif Kota
Bogor Tahun 2021 adalah industri kuliner sebesar 29% dari 10 bidang ekonomi kreatif
lainnya. Dengan banyaknya pelaku industri kuliner dapat memberikan kontribusi terhadap
pendapatan Kota Bogor dari sektor tersebut. Untuk mengetahui dampak langsung dari sektor
industri kuliner maka perlu mengetahui data dari realisasi Pendapatan Pemerintah Kota
Bogor. Data tersebut terlampir dalam tabel berikut:

Tabel.1
Realisasi Pendapatan Pemerintah Kota Bogor Menurut Jenis Pendapatan Tahun 2021

Tugas minggu ke-5 sejarah dan perkembangan perkotaan 5


Dapat dilihat berdasarkan Tabel.1 Realisasi Pendapatan Pemerintah Kota Bogor
Menurut Jenis Pendapatan Tahun 2021 bahwa Pendapatan Asli Daerah Tahun 2021 sebesar
Rp 914.550.650.320,00 terbanyak didapatkan dari Pendapatan Pajak Daerah sebesar Rp
565.600.000.000,00. Untuk mengetahui kontribusi dari masing-masing wajib pajak maka
dibutuhkan besaran pajak daerah dari masing-masing sektor industri. Data tersebut dapat
dilihat dalam diagram berikut:

Diagram.2
Presentase Pelaku Ekonomi Kreatif Kota Bogor Tahun 2021

Persentase Penerimaan Pajak Daerah


2% 1 Pajak Restoran
2 Pajak Hotel
22%
3 Pajak Hiburan
43%
4 Pajak Parkir
4% 5 Pajak Reklame
6 Pajak Penerangan Jalan (PPJ)
3%
2% 7 Air Tanah

24%

Sumber: layanan-bapenda.kotabogor.go.id

Berdasarkan Diagram.2 kontribusi terbesar dari 7 sektor wajib pajak terhadap Pajak
Daerah adalah Pajak Restoran. Dengan banyaknya pelaku industri kuliner, maka kontribusi
kuliner terhadap Kota Bogor adalah meningkatkan Pendapatan Asli Daerah melalui Pajak

Tugas minggu ke-5 sejarah dan perkembangan perkotaan 6


Daerah dalam sektor Pajak Restoran. Dalam hal ini, teori kelas kreatif dari Richard Florida
terbukti bahwa kelas kreatif menciptakan sesuatu yang bermanfaat dan memiliki nilai
ekonomi yang tinggi. Dalam hal ini warga Kota Bogor yang termasuk dalam kelas kreatif
dapat berkontribusi terhadap kotanya melalui pekerjaannya di sektor industri kuliner. Warga
Kota Bogor tersebut menambahkan nilai kreatif terhadap pekerjaannya sehingga dapat
menjadi sumber pembangkit ekonomi kreatif.

KESIMPULAN DAN SARAN

Melihat fenomena kepadatan penduduk di kota-kota besar, perlu adanya pembatasan


penduduk baikpeningkatan yang berasal dari urbanisasi maupun dari angka kelahiran melalui
Program Keluarga Berencana (KB). Selain itu, aglomerasi perkotaan dengan perluasan
cakupan wilayah kota dapat menjadi solusi. Pemerintah dapat bekerja sama dengan sektor
swasta untuk membangun kota-kota baru dalam lingkup yang lebih kecil agar interaksi
masyarakat dapat terjalin. Dengan begitu, interaksi sosial antar warga kota dapat berjalan
lebih efektif. Indonesia dapat belajar dari negara tetangga yaitu Singapura dalam menekan
laju pertumbuhan penduduknya melalui pembatasan imigran yang masuk dan menurunkan
angka kelahiran. Hal tersebut dapat diterapkan di Indonesia diawali dengan kebijakan
Pemerintah serta adanya insentif dan disinsentif dalam aspek demografi.

Fenomena kota dihuni dengan masyarakat yang heterogen menjadi sebuah tantangan
dalam perkembangan zaman saat ini. Warga kota dituntut untuk dapat bersaing satu sama lain
agar dapat bertahan hidup dengan layak. Salah satu cara warga kota untuk bertahan adalah
menambahkan nilai kreatif terhadap pekerjaannya. Pada dasarnya seluruh pekerjaan dapat
menjadi golongan kelas kreatif jika warga kotanya mampu melakukan inovasi dan
bermanfaat bagi kotanya. Di penghujung masa pandemi Covid-19 ini, ekonomi kreatif dapat
menjadi sumber kebangkitan ekonomi. Hal ini didukung dengan pesatnya kemajuan
teknologi sehingga pelaku kelas kreatif dapat secara global memberikan inspirasi dan
motivasi untuk mengajak masyarakat luas bergabung menjadi salah satu kelas kreatif apapun
bidang pekerjaannya. Peningkatan softskill saat ini dapat dilakukan secara daring sehingga
tidak ada batasan waktu dan ruang dalam meng-upgrade diri.

DAFTAR PUSTAKA

Republik Indonesia. 1945. Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Tugas minggu ke-5 sejarah dan perkembangan perkotaan 7


Anonim. Wikipedia Ensiklopedia Bebas https://id.wikipedia.org/wiki/Kota. Diakses pada
tanggal 23 September 2022

Badan Pusat Statistik Kota Bogor. 2022. Kota Bogor Dalam Angka Tahun 2022. Bogor: BPS
Kota Bogor

Badan Pendapatan Daerah Kota Bogor. http://layanan-bapenda.kotabogor.go.id/dashboard.


Diakses pada 25 September 2022

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bogor. https://disparbud.kotabogor.go.id/


index.php/ekraf/album/Data-Pelaku-Ekraf. Diakses pada 25 September 2022

LeGates, R.T. & Stout, F. 2015. The City Reader. Sixth Edition. London: Routledge Urban
Reader Series.

Tugas minggu ke-5 sejarah dan perkembangan perkotaan 8

Anda mungkin juga menyukai