Anda di halaman 1dari 12

MODERNISASI DAN PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA

MASYARAKAT URBAN
Riska Widiarnita
Prodi Pendidikan Antropologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum
Universitas Negeri Makassar
Alamat e-mail: riskawidiarnita@gmail.com

Abstract
The purpose of writing this article is to introduce readers of all ages in the
community to the Modernization and Social-Cultural Change of Urban Society.
The results of the discussion compiled in this article show that urban society is
experiencing a form of social-cultural change in society. Changes that occur are
closely related to the development and civilization of the modernization era is one
of the descriptions of the changes that exist and lead to changes in social norms.
Social values, patterns of social behaviour, technological systems, discovery, and
renewal of science and education as well as all aspects inherent in people’s lives.
As a young generation for the nation, we should be a generation thet can
understand the impact of modernization and social-cultural changes with the aim
of preventing social problems that arise from the changes that occur.
Keywords : modernization, change, social-cultural, community, development

Abstrak
Tujuan dari penulisan artikel ini yaitu untuk memperkenalkan kepada pembaca
dari semua kalangan usia dalam lingkungan masyarakat mengenai Modernisasi
dan Perubahan Sosial-Budaya Masyarakat Urban. Hasil pembahasan yang disusun
dalam artikel ini menunjukkan bahwa msyarakat urban mengalami bentuk
perubahan sosial-budaya masyarakat. Perubahan yang terjadi erat kaitannya
dengan perkembangan dan peradaban zaman. Modernisasi adalah salah satu
gambaran dari perubahan yang ada dan mengarah pada perubahan norma sosial,
nilai sosial, pola perilaku sosial, sistem teknologi, penemuan, dan pembaruan
mengenai ilmu pengetahuan dan pendidikan serta segala aspek yang melekat
dalam kehidupan masyarakat. Sebagai generasi muda untuk bangsa, patutlah kita
menjadi generasi yang dapat memahami dampak yang diberikan oleh modernisasi
dan perubahan sosial-budaya ini dengan tujuan untuk mencegah masalah-masalah
sosial yang timbul dari perubahan yang terjadi.
Kata kunci : modernisasi, perubahan, sosial-budaya, masyarakat, perkembangan

PENDAHULUAN
Kota pada umunya dipahami sebagai bentuk kehidupan masyarakat yang
sangat individual, penuh kemewahan, gedung-gedung yang menjulang tingga,
kendaraan yang berlalu lalang yang berakhir pada terciptanya kemacetan disetiap
jalan, dan adanya kantor juga pabrik yang besar. Kota sering kali dianggap
sebagai tempat tujuan masyarakat pedesaan untuk mencari pekerjaan, sebab pusat-
pusat industry dan perbabrikan banyak berdiri di daerah perkotaan. Asumsi ini
didasari oleh sebuah pandangan terhadap kota yang merupakan tempat kesuksesan
seseorang atau sekelompok orang. Kehidupan masyarakat perkotaan dipahami
sebagai kelompok masyarakat beradab, pintar, terdidik, modern, lebih mudah
menerima perubahan, lebih mudah menerima, dan tidak sulit untuk mendapatkan
informasi. Kebudayaan masyarakat perkoataan sering kali dikatakan modern.
Secara sosiologi pengertian kota memberikan penekanan pada kesatuan
masyarakat industri, bisnis, dan wirausaha lainnya dalam struktur sosial yang
lebih kompleks. (Jamaludin 2017)
Secara sosial, kehidupan masyarakat perkotaan dinilai sebagai kehidupan
yang heterogen, individual, persaingan yang tinggi, dan merupakan pusat dari
perubahan yang dapat menimbulkkan konflik. Masyarakat perkotaan cenderung
meninggalkan kepercayaan yang berkaitan dengan kekuatan alam serta pola-pola
hidupnya dan lebih bersifat rasional dengan mempertimbangkan aspek untung
rugi. Mayoritas masyarakat perkoataan adalah pendatang dari berbagai daerah
dengan latar belakang sosiokultur yang bermacam-macam corak dan bentuknya.
Kedatangan warga dari berbagai daerah memiliki tujuan yang bermacam-macam,
selain mencari pekerjaan secara keseluruhan, ada juga yang sekedar mencari
hiburan, juga menempuh jenjang pendidikan tertentu. Perjalanan evolusi
kebudayaan sering dimulai dari pusat-pusat khusus desa, yang menuntutnya
menjadi kota besar. Adanya masyarakat pedesaan sangat penting bagi proses
pertumbuhan kota. (Burlian 2016)

TINJAUAN PUSTAKA
a. Pengertian Masyarakat Urban
Merujuk pada kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), urban
diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan kota, bersifat kekotaan,
atau orang yang pindah dari desa ke kota. Sementara itu, dilihat dari aspek
dinamikanya, maka masyarakat urban adalah masyarakat yang lahir dan
direproduksi oleh proses modernitas dalam dinamika institusi modern.
Anthony Gindden membayangkan masyarakat urban sebagai tipikal
manusia yang hidup pada decade terakhir abad ke-20 yang memiliki
kesempatan luas untuk menyebar keberbagai belahan dunia menikmati
eksistensinya. Bahkan ia membayangkan masyarakat urban yang modern
tersebut, memiliki sisi-sisi mengerikan yang menurutnya adalah fenomena
nyata dewasa ini (A. Ahmadin, 2021)

b. Ciri-Ciri Struktur Sosial Masyarakat Urban


Menurut Daljoeni, ciri-ciri struktur sosial kota terdiri atas beberapa
gejala sebagaimana diuraikan berikut:
1. Heterogenitas sosial, yakni kepadatan penduduk mendorong terjadinya
persaingan-persaingan dalam pemanfaatan ruang. Orang dalam
bertindak memilih-milih mana yang paling menguntungkan baginya,
sehingga akhirnya tercapai spesialisasi. Kota juga merupakan melting
pot bagi aneka suku maupun rasa.
2. Hubungan sekunder, yakni pengenalan dengan orang lain serta terbatas
pada bidang tertentu. Hal ini disebabkan antara lain karena tempat
tinggal orang juga cukup terpencar dan saling mengenalnya hanya
menurut perhatian antara pihak.
3. Kontrol (pengawasan sekunder), yakni di kota orang tidak
mempedulikan perilaku pribadi sesamanya. Meski ada kontrol sosial,
tetapi ini sifatnya non pribadi; asal tidak merugikan bagi umum,
tindakan dapat ditoleransikan.
4. Toleransi sosial, yakni orang-orang kota dapat berdekatan secara fisik,
tetapi secara sosial berjauhan.
5. Mobilitas sosial, yakni perubahan status sosial seseorang. Orang
menginginkan kenaikan dalam jenjang kemasyarakatan (sosial
climbing). Dalam kehidupan kota segalanya diprofesikan, dan melalui
profesi seseorang dapat naik posisinya.
6. Ikatan sukarela (voluntary association), yakni secara sukarela orang
menggabungkan diri ke dalam perkumpulan yang disukainya.
7. Individualisasi, yakni merupakan akibat dari sejenis atomisasi dimana
orang dapat memutuskan sesuatu secara pribadi, merencanakan
kariernya tanpa desakan orang lain.
8. Segragasi keruangan (spatial segragation), yakni akibat kompetisi ruang
yang terjadi pola sosial yang berdasarkan persebaran tempat tinggal
atau sekaligus kegiatan sosio-ekonomis. Segragasi ini tampak pada
munculnya wilayah-wilayah sosial tertentu seperti, kaum Cina, Arab,
kaum elit, gelandangan, pelacuran, dan sebagainya (Ahmadin, 2021).
Peningkatan jumlah penduduk baik karena faktor urbanisasi maupun
kelahiran, pada gilirannya mempengarauhi kebijakan pemerintah tentang tata
ruang kota (Ahmadin, 2011). (Ahmadin 2010)

Secara historis, modernisasi merupakan suatu proses perubahan yang


menuju pada tipe sistem-sistem sosial, ekonomi, dan politik yang telah
berkembang di Eropa Barat dan Amerika Utara pada abad ke-17 sampai abad ke-
19. Pada dasarnya modernisasi mencakup transformasi total dari kehidupan
bersama yang tradisional atau pramodern dalam arti teknologi dan organisasi
sosial ke arah pola-pola ekonomi dan politik yang menandai Negara-negara barat
yang stabil. Proses modernisasi mencakup proses yang sangat luas dimana batas-
batasnya tidak dapat ditetapkan secara mutlak. Dengan demikian, modernisasi
merupakan perubahan pada nilai-nilai dan norma-norma kemasyarakatan,
sratifikasi sosial, hubungan-hubungan sosial dan sebagainya. (Bakri 2016)
Sistem sosial budaya merupakan konsep untuk menelaah asumsi-asumsi
dasar dalam kehidupan masyarakat. Menurut Bakker (1984:37) kebudayaan
sebagai penciptaan dan perkembangan nilai yang meliputi segala apa yang ada
dalam alam fisik, personal dan sosial, yang disempurnakan untuk realisasi tenaga
manusia dan masyarakat. Kebudayaan dilihat sebagai mekanisme kontrol bagi
kelakuan dan tindakan-tindakan sosial manusia atau sebagai pola-pola kelakuan
(Keesing dan Felix M. Keesing, 1971). Perubahan sosial dan perubahan budaya
adalah proses-proses yang secara tetap dan terus menerus dialami oleh setiap
masyarakat manusia, cepat atau lambat, berlangsung dengan tenang ataupun
berlangsung dengan kekacauan (A.W. Widjaja, 1986). (Bahri and Halif 2017)
Umumnya mobilitas penduduk dari desa menuju kota disebut urbanisasi
atau dapat pula dikatakan bahwa urbanisasi adalah proses terjadinya masyarakat
perkotaan. Menurut Prof. Prijono Tjiptoherijanto, urbanisasi merupakan
persentase penduduk yang tinggal didaerah perkotaan adalah mereka yang awam
dengan ilmu kependudukan sering kali mendefinisikan urbanisasi sebagai
perpindahan penduduk dari desa ke kota. (Ramdhani 2019)

PEMBAHASAN
Proses urbanisasi bisa dikatakan sebagai sesuatu hal yang terjadi diseluruh
dunia, baik pada negara-negara yang sudah maju, maupun yang secara relatif
belum. Urbanisasi mempunyai akibat-akibat negatif terutama dirasakan oleh
negara agraris seperti Indonesia. Hal ini disebabkan oleh produksi pertanian yang
sangat rendah bila dibandingkan dengan jumlah manusia yang dipergunakan
dalam produksi tersebut. Faktor kedatangan penduduk ke dalam suatu daerah
melebihi populasi merupakan gejala umum di negara agraris, yang secara
ekonomis masih terbelakang. Proses urbanisasi dapat terjadi dengan lambat
maupun cepat, tergantung pada keadaan masyarakat yang bersangkutan.
Sehubungan dengan proses urbanisasi yang mengakibatkan suatu daerah tempat
tinggal mempunyai penduduk yang banyak, artinya suatu daerah bisa saja
mempunyai daya tarik sedemikian rupa sehingga orang-orang pendatang semakin
banyak. Salah satu pendorong yang menyebabkan terjadinya urbanisasia ialah
kesempatan untuk menambah pengetahuan yang minim, sehingga banyak orang
yang ingin maju kemudian meninggalkan desa
Urbanisasi mengakibatkan perluasan kota karena pusat kota tidak akan
mungkin menampung perpindahan penduduk desa yang begitu banyak. Timbullah
tempat-tempat tinggal baru di pinggiran kota. Proses tersebut dalam sosiologi
dikenal sebagai proses pembentukan suburban. Urbanisasi yang terlampau pesat
dan tidak teratur mengakibatkan beberapa keadaan yang merugikan kota.
Penduduk desa yang berbondong-bondong mencari pekerjaan di kota menjumpai
kekecewaan di karenakan besarnya jumlah mereka sendiri yang ditambah pula
dengan persaingan yang datang dari penduduk kota sendiri. Pertambahan
penduduk kota yang pesat mengakibatkan pula persoalan perwismaan. Orang-
orang tinggal bersempit-sempit dalam rumah yang tidak memenuhi persyaratan
sosial maupun kesehatan. Penyebab lain yang mempengaruhi terjadinya proses
urbanaisasi ialah pertumbuhan alamiah penduduk perkotaan, perluasan wilayah,
maupun perubahan status wilayah dari daerah pedesaan menjadi daerah perkotaan.
(Moeis 2008)
Dalam zaman perubahan sosial mau tidak mau urbanisasi harus dihadapi
masyarakat. Bidang yang akan diutamakan oleh suatu masyarakat tergantung dari
kebijaksanaan penguasa yang memimpin masyarakat tersebut. Modernisasi pada
awalnya akan disorganisasi dalam masyarakat. Apalagi modernisasi mulai
menyangkut nilai-nilai masyrakat dan norma-norma masyarakat. Modernisasi
tidak sama dengan reformasi yang menekankan pada faktor-faktor rehabilitasi.
Modernisasi bersifat preventif dan konstruktif, dan agar proses tersebut tidak
mengarah pda angan-angan, sebaliknya modernisasi harus dapat memproyeksikan
kecenderungan yang ada dalam masyarakat kearah waktu-waktu mendatang.
disamping itu, tentu akan dapat dijumpai perlawanan terhadap transformasi
sebagai akibat dari hadirnya modernisasi. Keyakinan yang kuat terhadap
kebenaran tradisi, sikap yang tidak toleran terhadap penyimpangan-
penyimpangan, pendidikan, dan perkembangan ilmiah yang tertinggal merupakan
beberapa faktor yang menghambat proses modernisasi.
Proses pudarnya atau melemahnya norma-borma dan nilai-nilai dalam
msyarakat yang disebabkan terjadinya suatu perubahan. Indikasi adanya
disorganisasi ditunjukkan dengan adanya masalah sosial yang muncul sebagai
akibat dari adanya penyimpangan terhadap norma-norma kemasyarakatan yang
merupakan persoalan bagi masyarakat pada umumnya. Masalah sosial adalah
terbatas pada masalah-masalah keluarga, kelompok, atau tingkah laku individual
yang menuntut adanya campur tangan dari masyarakat yang teratur agar
masyarakat dapat menuruskan fungsinya (Cohen, 1964). Persoalan yang ada pada
akhirnya membuat modernisasi apakah harus berjalan tanpa diimbangi oleh aspek
moralitas. Dengan demikian, tolak ukur apakah yang harus dijadikan sebagai
indikasi bagi kehidupan masyrakat modern agar penyimpangan-penyimpangan
sebagai akibat modernisasi tidak lagi menimbulkan persoalan yang begitu
menonjol. Para ahli pada umumnya menyatakan bahwa terjadinya urbanisasi
banyak kaitannya dengan peluang-peluang yang ada di kota, karena pada umunya
perekembangan suatu kota diikuti oleh pertumbuhan ekonomi yang pesat.
Perubahan fisik spasial yang berlangsung sangat cepat mendorong percepatan
pembangunan dan modernisasi suatu daerah. (Sciences 2016)
Modernisasi tidak semata-mata membangun fasilitas (infrastruktur)
perkoataan, namun juga membangun penduduk pedesaan sehingga memiliki ciri-
ciri modern penduduk perkotaan seperti mata pencaharian lebih besar pada sektor
non-pertanian terutama pencegahan ekstensifikasi pertanian serta meningkat home
indsutri, masyarakat yang mengenal dan memanfaatkan lembaga keuangan, dan
memiliki aspirasi yang tinggi terhadap dunia pendidikan. Nilai dan sistem nilai
dalam struktur masyarakat perkotaan lebih bersifat formal. Artinya pola pergaulan
dan interaksi lebih banyak diwarnai oleh pola-pola sosial yang didsarkan pada tata
aturan resmi, seperti hukum dan perundang-undangan. Pola-pola modern
berdasarkan hukum positif lebih dominan dibandingkan dengan pola-pola sosial
yang bersifat informal. Adat istiadat tidak berperan menentukan pola-pola
interaksi sosial dimana setiap permasalahan yang muncul selalu diselesaikan
berdasarkan hukum dipengadilan.
Mac Iver dan Page mengatakan bahwa masyarakat ialah suatu sistem dari
kebiasaan dan tata cara, dari wewenang dan kerja sama antara berbagai kelompok
dan penggolongan, dari pengawasan tingkah laku serta kebebasan-kebebasan
manusia. Keseluruhan yang selalu berubah ini dinamakan masyarakat. Perubahan
sosial sebagai suatu perubahan di dalam pola interaksi sosial yang berlaku.
Kehidupan masyarakat sebagai sistem sosial merupakan komponen dari sistem
bertindak yang lebih umum (Talcot Parsons). Perubahan sosial yang terjadi tidak
lepas dari pengaruh lingkungan melihat salah satu dari sistem sosial sendiri adalah
memiliki sifat yang dapat menerima unsur-unsur baru. Sebagai konsekuensi dari
sistem sosial yang sifatnya terbuka akan mengalami pertukaran dengan
lingkungannya dan kemudian mengalami perubahan. Perubahan tersebut diakui
sebagai unsur dinamis, ditata sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan
kegoncangan dalam sistem sosial. Perubahan memberi pengaruh dalam kehidupan
masyarakat, seperti terlihat dalam hubungan masyarakat. Perubahan yang terjadi
banyak berpengaruh terhadap pola pikir masyarakat. Sosial budaya mengalami
perubahan atau tidak adalah suatu hal yang cukup sulit untuk diamati secara kasat
mata, karena perubahannya tidak serta merta dapat terlihat secara nyata dalam
kehidupan sehari-hari. (Istiani and Islamy 2020)
Bagian penting dari kelangsunga hidup sosial suatu masyarakat yang
tinggal disuatu wilayah tertentu adalah bentuk simbol sosial. Simbol sosial
sebagai bentuk penanda identitas, juga menjadi kebanggaan etnis tertentu. Pada
dasarnya tidak ada satupun manusia yang normal kehidupannya yang merasakan
kepuasan terhadap apa yang ada pada saat itu. Ketidakpuasaan ini didorong oleh
keinginan hidup yang lebih mudah, lebih mapan, lebih baik, dan sebagainya.
Keinginan ini mendorong manusia untuk mencari cara atau metode penyelesaian
masalah permasalahan sebagaimana yang diinginkannya. Dunia pendidikan telah
mengantarkan manusia memiliki wawasan teknologi yang akan membawa
perubahan disegala bidang kehidupan. Untuk mengimbangi laju pertumbuhan
penduduk, diciptakan mekanisme produksi barang-barang kebutuhan manusia
terutama bahan pangan. Sifat penemuan baru dari beberapa rangkaian penemuan
itu sendiri dapat mengakibatkan satu jenis perubahan sosial. Warga masyarakat
atau individu-individu yang melakukan urbanisasi akan dapat menyesuaikan diri
dengan situasi kehidupan kota apabila mereka menemukan dan memanfaatkan
saluran yang tepat. Pada umumnya saluran penyesuaian diri yang dipergunakan
oleh para individu yang melakukan urbanisasi menurut Baoman (1982) adalah
kelompok-kelompok teman senegeri (sedesa) yang secara bersama-sama
mempertahankan bahasa, kesusilaan, dan kebiasaan daerah asal mereka, yang
telah terlebih dahulu berurbanisasi dan bermukim di kota.
Sebagai gambaran yang diberikan, kita dapat melihat melalui mobilitas
sosial masyarakat pedesaan sebelum memasuki daerah perkotaan. Pada umunya
dalam struktur masyarakat pedesaan tidak jauh dengan tingkat mobilitas sosial
didalam struktur masyarakat perkotaan. Tinggi rendahnya tingkat pendidikan
yang berpengaruh pada status dan peranan seseorang didalam struktur masyarakat
pedesaan juga berpengaruh terhadap mobilitas sosial. Dalam hal ini biasanya pada
masyarakat pedesaan adat istiadat dan tradisi desa berpengaruh pada mobilitas
sosialnya. Terjadinya urbanisasi mengakibatkan suatu perubahan dimana
mobilitas sosial masyarakat perkotaan kini lebih dinamis disbanding dengan
masyarakat pedesaan. Sifat kedinamisan itu dapat dilihat dari gejala dimana
mobilitas sosial di daerah perkotaan lebih mudah ketimbang di daerah pedesaan.
Terkait dengan interaksi sosial yang terjadi kelompok masyarakat pedesaan
merujuk pada istilah Ferdinand Tonies bahwa kelompok masyarakat pedesaan
adalah bentuk kehidupan sosial yang tiap-tiap anggota kelompok diikat oleh
hubungan batin yang murnih dan bersifat alamiah serta bersifat kekal. Gambaran
kelompok sosial masyarakat pedesaan paling mudah di temui dengan cara melihat
keadaan kelompok keluarga, kekerabatan, dan rukun tetangga. Terjadinya
modernisasi dalam masyarakat urban membuat kontak dan komunikasi sosial
membentuk interaksi sosial yang biasanya terjadi secara personal dengan
mempertimbangkan aspek untung rugi dari interaksi yang di lakukan. Mengingat
masyarakat perkotaan menjalani hubungan yang kurang atau tidak saling kenal
mengenal antar anggota masyarakatnya, sehingga hubungan yang terjadi biasanya
hanya seperlunya.
Standar kehidupan masyarakat pedesaan biasanya di ukur dari kepemilikan
benda-benda yang dianggap memiliki nilai yang dalam hal ini adalah harta benda.
Standar hidup masyarakat pedesaan tradisional biasanya sebatas pada ketersediaan
kebutuhan hidup untuk hari ini dan hari esok. Ketersediaan bahan-bahan pangan
dan kebutuhan pokok lainnya lebih penting dari pada kepemilikn tabungan dalam
bentuk deposito, kepemilikan mobil mewah dan sebagainya. Tingkat kebutuhan
masyarakat pedesaan hanya sebatas untuk pemenuhan kebutuhan hidup yang
seperlunya. Perubahan sosial yang terjadi pada standar kehidupan masyarakat
urban biasanya tidak terbatas pada ketersediaan kebutuhan hidup untuk hari ini
dan hari esok. Masyarakat urban kini mengenal deposito, perbankan, tabungan
sebagai mana yang biasa di gunakan di dalam struktur masyarakat modern dari
pada tempat penyimpanan bahan makanan, seperti lumbung dan sebagainya.
Tingkat kebutuhan masyarakat urban tidak hanya sebatas untuk pemenuhan
kebutuhan hidup tetap, nilai lebih dari apa yang di butuhkan akan lebih
meningkatkan status mereka di dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain,
perubahan dan perbedaan kepentingan (kebutuhan) masing-masing orang, lalu
melahirkan kecenderungan hidup baru yang sebelumnya berciri collective action
(solidaritas mekanik) berubah menjadi individual action (solidaritas organis).
(Lingkungan et al. 2018)

PENUTUP
Umumnya mobilitas penduduk dari desa menuju kota disebut urbanisasi
atau dapat pula dikatakan bahwa urbanisasi adalah proses terjadinya masyarakat
perkotaan. Proses urbanisasi bisa dikatakan sebagai sesuatu hal yang terjadi
diseluruh dunia, baik pada negara-negara yang sudah maju, maupun yang secara
relatif belum. Proses modernisasi mencakup proses yang sangat luas dimana
batas-batasnya tidak dapat ditetapkan secara mutlak. Dengan demikian,
modernisasi merupakan perubahan pada nilai-nilai dan norma-norma
kemasyarakatan, sratifikasi sosial, hubungan-hubungan sosial dan sebagainya.
Sistem sosial budaya merupakan konsep untuk menelaah asumsi-asumsi dasar
dalam kehidupan masyarakat. Sosial-budaya merupakan suatu sistem kehidupan
masyarakat yang didalamnya merupakan keseluruhan dari unsur-unsur atau
bagian-bagian yang berkaitan dan berhubungan satu sama lain dalam suatu
kesatuan.

REFERENSI
 Ahmadin, A. 2010. “Lonceng Kematian Komunitas Urban: Telaah
Sosiologi Pusat Pemukiman Etnik Di Makassar.” Predestinasi: Jurnal
Penelitian, Gagasan, Sosiologi, Dan Pengajaran 3(2):153–62.
 Bahri, Syamsul:, and Harifnudin Halif. 2017. “Book Sistem Sosial Budaya
Indonesia.”
 Bakri, Syamsul. 2016. “Modernisasi Dan Perubahan Sosial Dalam
Lintasan Sejarah Islam.” Kalimah 14(2):173. doi:
10.21111/klm.v14i2.611.
 Burlian, Paisol. 2016. Patologi Sosial.
 A. Ahmadin, (2010). Dulu, Losari, and Masa Mendatang. 2021.
“Kontruksi Sosial-Budaya Dalam Pembangunan Ruang Publik Di Kota
Makassar : Menatap Pantai.” 5(1):7–8.
 Istiani, Nurul, and Athoillah Islamy. 2020. “Fikih Media Sosial Di
Indonesia.” Asy Syar’Iyyah: Jurnal Ilmu Syari’Ah Dan Perbankan Islam
5(2):202–25. doi: 10.32923/asy.v5i2.1586.
 Jamaludin, Adon Nasrullah. 2017. “Sosiologi Perkotaan Memahami
Masyarakat Kota Dan Problematikanya.” Sosiologi Perkotaan 2–415.
 Lingkungan, Pengaruh, Masyarakat Perkotaan, Pedesaan Terhadap,
Prestasi Belajar, Aqidah Akhlaq, Perilaku Siswa, D. I. Man, Siti Aisyah,
Universitas Islam, Negeri Sunan, Ampel Surabaya, Jurusan Pendidikan
Islam, Fakultas Tarbiyah, D. A. N. Keguruan, Program Studi, and
Pendidikan Agama. 2018. “Pengaruh Lingkungan Masyarakat Perkotaan
Dan Pedesaan Terhadap Prestasi Belajar Aqidah Akhlaq Dan Perilaku
Siswa Di Man Bangkalan.”
 Moeis, Syarif. 2008. “Perkembangan Kelompok Dalam Masyarakat
Multikultural.” 219–42.
 Ramdhani, Fitri. 2019. “Munich Personal RePEc Archive Impact of
Urbanization for City Developments in Indonesia.” (92781).
 Sciences, Health. 2016.No Title. Vol. 4.

Anda mungkin juga menyukai