Abstract
This article aims to find out how changes in lifestyle in urban communities are a symptom
that will always exist in society, because society is always changing even in the smallest
aspects. Social change and cultural change are actually two different concepts but are
related to each other, where social change refers to changes in social structure and social
relations in society, while cultural change refers to changes in the cultural aspects of society.
But changes in social relations will also cause changes in aspects of values and norms
that are part of cultural change. To photograph the phenomenon of changing lifestyles of
urban people, we can look at their behavioral tendencies. Even teenagers, adults and parents
are so avid to continue spending their money, even though they are not in a position of great
need. This change in style is the impact caused by advertisements that continue to hit the
public, even advertising persuasion reaches their subconscious (Solihin, 2015).
Abstrak
Artikel ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perubahan gaya hidup pada masyarakat
urban merupakan suatu gejala yang akan selalu ada dalam masyarakat, karena masyarakat
selalu berubah dalam aspek terkecil sekalipun. Perubahan sosial maupun perubahan budaya
sebenarnya dua konsep yang berbeda tetapi saling berkaitan satu sama lain, di mana
perubahan sosial mengacu pada perubahan struktur sosial dan hubungan sosial di masyarakat
sedangkan perubahan budaya mengacu pada perubahan segi budaya di masyarakat. Tetapi
perubahan pada hubungan sosial akan menimbulkan pula perubahan pada aspek nilai dan
norma yang merupakan bagian dari perubahan budaya.Untuk memotret fenomena perubahan
gaya hidup masyarakat urban, kita bisa dengan melihat kecenderungan prilaku mereka.
Kalangan remaja, dewasa bankan orang tua sekalipun begitu keranjingan untuk terus-terusan
membelanjakan uangnya, meskipun mereka tidak dalam posisi yang sangat membutuhkan.
Perubahan gaya ini merupakan dampak yang ditimbulkan oleh iklan yang terus-terusan
menerpa masyarakat, bahkan persuasi iklan sampai masuk pada alam bawah sadarnya
(Solihin, 2015)
Kata Kunci : gaya hidup, dampak kaum urban , perubahan kaum urban
Pendahuluan
Masyarakat urban pada titik ini didefinisikan sebagai masyarakat yang telah mengalami
perubahan dalam kehidupan sehari-hari, semangat, pekerjaan, dan lingkungan. Kelompok
masyarakat ini juga telah melihat perubahan di lokasi, tempat kerja dan sikap orang-orang di
kota dan desa. Menurut Ufer (2010), yang ditulis dalam studinya, kota-kota yang dulunya
sederhana seperti Amsterdam dan Leiden tidak hanya menjadi pusat komersial, tetapi juga
pusat produksi pembelajaran, ilmu pengetahuan dan budaya, katanya berkembang menjadi
kota. Dari perkembangan tersebut, kini memiliki harapan besar di tengah masyarakat dan
berpotensi meningkatkan kesejahteraan serta memajukan pendidikan dan kebudayaan.
Dengan demikian, komunitas urban berfungsi sebagai sarana untuk secara aktif
meningkatkan organisasi sosial negara (Apriliyanti, n.d.).
Tinjauan Pustaka
c. Pengertian gaya hidup
Gaya Hidup Menurut Engel, Blackwell, dan Miniard (1995) dan Mowen (1995) gaya hidup
adalah suatu pola hidup yang menyangkut bagaimana orang menggunakan waktu dan
uangnya. Gaya hidup juga dapat didefinisikan sebagai suatu frame of reference atau kerangka
acuan yang dipakai seseorang dalam bertingkah laku, dimana individu tersebut berusaha
membuat seluruh aspek kehidupannya berhubungan dalam suatu pola tertentu, dan mengatur
strategi begaimana ia ingin dipersepsikan oleh orang lain. Gaya hidup terdiri dari kegiatan,
minat, dan opini. Kegiatan adalah tindakan nyata seperti menonton suatu media, berbelanja di
toko, atau menceritakan kepada orang lain mengenai hal baru (perilaku konsumtif). Minat
akan semacam objek, peristiwa, atau topik adalah tingkat kegairahan yang menyertai
perhatian khusus maupun terus menerus kepadanya. Opini adalah “jawaban” lisan atau
tertulis yang orang berikan sebagai respon terhadap situasi stimulus dimana semacam
pertanyaan diajukan (Solihin, 2015)
Perubahan gaya hidup kaum urban sangat berpengaruh pada kehidupan masyarakat
terutama pada wilayah perkotaan. Weber menjelaskan bahwa masyarakat kota adalah
masyarakat yang telah berkembang pemikirannya (rasional).Pemikiran masyarakat bergeser
dari cara berfikir tradisional menjadi pola berfikir yang rasional, praktis dan modern. Ciri-ciri
masyarakat kota adalah umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa bergantung pada
orang lain atau dengan kata lain bersifat individu. Perubahan-perubahan sosial tampak nyata
di kota-kota karena kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh dari luar (Soerjono,
1982: 139-140).Dalam wilayah perkotaan, terdapat wilayah sub urban yang sering diartikan
sebagai wilayah peralihan. Wilayah ini sering disebut menjadi wilayah desa-kota.Jika dilihat
dari lingkungan, maka wilayah ini merupakan daerah yang berada pada wilayah perkotaan
(urban) dan juga pedesaan (rural), serta bila dilihat dari sebuah komunitas maka wilayah sub
urban merupakan komunitas yang memiliki sifat rural dan juga sifat urban. Berdasarkan
karakteristiknya, wilayah sub urban merupakan wilayah bagian dari kota namun
menampakkan kenampakan desa dan juga kota secara bersamaan. Jadi di satu sisi wilayah ini
menampakkan sifat urban dan di sisi lain juga menampakkan sifat rural.
Perubahan secara umum dalam kehidupan dari kaum atau masyarakat urban adalah
sistem nilai serta sikap terhadap diri sendiri dan lingkungannya, karakteristik tersebut
berkaitan dengan beberapa aspek, misalnya dengan aspek bagaimana cara berpakaian, cara
berbelanja, dan juga kebiasaan berbelanjanya (Sukirno & Harianto, 2017).
Pembahasan
Gaya hidup masyarakat sub urban telah mengalami pergeseran. Gaya hidup yang
dimaksudkan adalah perihal perilaku berbelanja individu. Hal ini juga didukung dengan
perkembangan bentuk-bentuk pasar yang semkain beragam. Jika dahulu masyarakat sub
urban berbelanja di pasar tradisional untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, namun
saat ini masyarakat diberikan pilihan yang lebih beragam dengan semakin banyak munculnya
pasar-pasar yang berbentuk modern.Gaya hidup baru masyarakat sub urban memiliki
berbagai pilihan tempat berbelanja seperti pasar modern yaitu Sanrio, Papaya swalayan, Tk
mart, Alfamart, Indomaret, Keraton, Carrefour, Superindo, Mitra swalayan, dan Pasifik
swalayan. Pilihan-pilihan tempat berbelanja modern menawarkan simbol status karena
fasiltas-fasilitas yang dimiliki seperti berada di tempat tertutup dan bersih, dilengkapi
pendingin ruangan, tempat yang bersih dan rapi serta konsumen dapat menghabiskan waktu
luang di tempat perbelanjaan modern.
Harga pada pasar modern tidak melalui proses tawar menawar, setiap barang yang dijual
akan diberikan label harga masingmasing dan pembayaran melalui meja kasir. Pasar modern
juga memakai iklan sebagai media pemasaran dan menawarkan potongan harga menjadi
salah satu faktor pendorong minat beli masyarakat. Frekuensi berbelanja masyarakat bulanan
(satu bulan sekali) dengan alasan efisien. Selain kebutuhan primer, masyarakat sub urban
juga menjadikan kebutuhan sekunder sebagai kebutuhan yang dipenuhi. Gaya hidup baru
masyarakat dalam melakukan aktifitas berbelanja tidak hanya sebagai pemenuhan kebutuhan
melainkan untuk menampilkan simbol status dan juga pemanfaatan waktu luang (Sukirno &
Harianto, 2017).
Tingkat pendidikan dan keterbatasan ekonomi juga turut berperan dalam gaya hidup
masyarakat urban Kebutuhan masyarakat urban akan gaya hidup tentu dipengaruhi oleh tren
yang selalu bergeser (Nediari, 2013). Dan juga Faktor ekonomi menjadi dasar yang kuat saat
ini dalam pemenuhan gaya hidup yang dimana Bukan lagi identitas diri yang ingin
didapatkan namun kenyamanan serta kemiripan produk yang meskipun bukan produk
original yang menjadi salah satu keinginan yang ingin dicapai dalam mengonsumsi produk
imitasi. Artinya masyarakat urban saat ini bukan hanya mengedepankan identitasnya, tetapi
lebih mengutamakan faktor ekonomi dalam setiap tindak konsumsi (Afdholy, 2019).
Penutup
Dapat disimpulkan bahwasanya Perubahan gaya hidup pada masyarakat urban
merupakan suatu gejala yang akan selalu ada dalam masyarakat, karena masyarakat selalu
berubah dalam aspek terkecil sekalipun. Perubahan sosial maupun perubahan budaya
sebenarnya dua konsep yang berbeda tetapi saling berkaitan satu sama lain, di mana
perubahan sosial mengacu pada perubahan struktur sosial dan hubungan sosial di masyarakat
sedangkan perubahan budaya mengacu pada perubahan segi budaya di masyarakat. Tetapi
perubahan pada hubungan sosial akan menimbulkan pula perubahan pada aspek nilai dan
norma yang merupakan bagian dari perubahan budaya (Solihin, 2015).
Gaya hidup memberi cara mendefiniskan suatu sikap, nilai, dan menunjukkan
kekayaan serta posisi sosial seseorang. Secara umum, gaya hidup sebagai suatu yang dikenali
dengan bagaimana individu akan menghabiskan waktunya (aktivitas), apa yang penting bagi
individu untuk dipertimbangkan pada lingkungan (minat), dan juga apa yang individu
pikirkan tentang diri sendiri dan dunia di sekitar (opini) (Sukirno & Harianto, 2017). Salah
satu contoh perubahan gaya hidup yang meliputi bagaimana cara berpakaian yang cenderung
memilih produk branded, kebiasaan nongkrong, dll. Kondisi demikian terjadi karena proses
pergesran budaya dari daerah yang cenderung sederhana menjadi budaya kota yang identik
dengan kehidupan mall dan nongkrong, sehingga bukan hanya cara berpakaian yang yang
berubah namun pola kebiasaan orang daerah juga mengalami perubahan. Faktor yang
mempengaruhi perubahan gaya hidup pada kalangan mahasiswa yang berasal dari desa
adalah lingkungan dan teman sebaya baik teman kampus maupun teman kost bagi yang
mahasiswa. Selain faktor eksternal berupa lingkungan dan teman, faktor lain juga dari
individu sendiri. Setiap individu memiliki rasa ingin tahu tentang suatu hal (Novitasani &
Handoyo, 2014).
Referensi
A. Ahmadin, “Dialektika Ruang dan Proses Produksi Sosial: Studi Sosiologi Pola
Pemukiman Etnik di Makassar.” PhD diss., Universitas Hasanuddin, 2011.
A. Ahmadin, “Lonceng Kematian Komunitas Urban: Telaah Sosiologi Pusat Pemukiman
Etnik di Makassar,” Predestinasi J. Penelitian, Gagasan, Sosiologi, dan Pengajaran, vol. 3, no.
2, hal. 153–162, 2010.
Ahmadin, A. (2021). Konstruksi Sosial-Budaya dalam Pembangunan Ruang Publik di Kota
Makassar: Menatap Pantai Losari Dulu, Kini, dan Masa Mendatang. Jurnal Kajian Sosial dan
Budaya: Tebar Science, 5(1), 14-20.
Afdholy, N. (2019). Perilaku Konsumsi Masyarakat Urban Pada Produk Kopi Ala Starbucks.
Jurnal Satwika, 3(1), 43. https://doi.org/10.22219/satwika.vol3.no1.43-53
Anggari, G. (2010). Representasi gaya hidup kaum urban di surabaya pada arsitektur kafe.
071311533052, 12–13.
Apriliyanti, R. (n.d.). Lebih Mudah , Bebas dan Kaya : Representasi Gaya Hidup Masyarakat.
Nediari, A. (2013). Fenomena Mal bagi Masyarakat Urban di Jakarta. Humaniora, 4(1), 183.
https://doi.org/10.21512/humaniora.v4i1.3428
Novitasani, L., & Handoyo, P. (2014). Perubahan Gaya Hidup Konsumtif pada Mahasiswa
Urban di UNESA. Paradigma, 02(chapt 1), 7.
Solihin, O. (2015). Terpaan Iklan Mendorong Gaya idup Konsumtif Masyarakat Urban.
Jurnal Ilmu Politik Dan Komunikasi, Volume V N(2), 41–50.
https://repository.unikom.ac.id/30951/1/jurnal-4.pdf
Sukirno, F. S., & Harianto, S. (2017). “Pergeseran gaya hidup masyarakat sub urban area di
kota mojokerto.” Paradigma, 5(1), 1–9.
https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/paradigma/article/view/18102