BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Daftar Pustaka
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Persaingan bisnis antara prusahaan semakin kompetitif sehingga para produsen meningkatkan level
strategi pemasarannya dari segi kualitas produk ataupun harga demi kepuasaan konsumen.
Moderenisasi merupakan masa dimana kehidupan manusia yang mengalami perubahan mengenai cara
pandang terhadap berbagai macam persoalan yang menyangkut suatu individu ataupun kelompok
masyarakat dengan melakukan suatu tindakan yang praktis untuk mengatasinya.
Masuknya budaya asing ke Indonesia disebabkan salah satunya karena adanya krisis globalisasi.
Pengaruh tersebut berjalan sangat cepat dan menyangkut berbagai bidang kehidupan. Tentu saja
pengaruh tersebut akan menghasilkan dampak yang sangat luas pada sistem kebudayaan masyarakat.
Begitu cepatnya pengaruh budaya asing tersebut menyebabkan terjadinya goncangan budaya (culture
shock). Goncangan budaya adalah suatu keadaan dimana masyarakat tidak mampu menahan berbagai
pengaruh kebudayaan yang datang dari luar sehingga terjadi ketidakseimbangan dalam kehidupan
masyarakat yang bersangkutan. Masuknya budaya asing ke dalam kebudayaan bangsa Indonesia
semakin mempercepat proses perubahan gaya hidup masyarakat sendiri.
Menurut Sutisna (2002), gaya hidup secara luas didefinisikan sebagai cara hidup yang di identifikasikan
oleh bagaimana orang lain menghabiskan waktu mereka (aktivitas), apa yang mereka anggap penting
dalam lingkungan (ketertarikan), dan apa yang mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri dan juga
dunia disekitarnya (pendapat). Gaya hidup dapat dipahami sebagai sebuah karakteristik seseorang
secara kasat mata, yang menandai sisitem nilai, serta sikap terhadap diri sendiri dan lingkungannya.
Gaya hidup merupakankombinasi dan totalitas cara, tata, kebiasaan, pilihan, serta objek-objek yang
mendukungnya, dalam pelaksananya dilandasi oleh system nilai atau system kepercayaan tertentu.
Salah satu yang menandai gaya hidup dalam masyarakat modern adalah kepraktisan dalam pemenuhan
kebutuhan hidupnya. Manusia semakin meinginkan hal-hal yang instan. Karateristik inilah yang menjadi
dampak negative di era modern.
1.3.Tujuan penulisan
c. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk kategori didalam gaya hidup
e. Untuk mengetahui gaya hidup di tinjau dari aspek kultur, waktu dan uang
1.4.Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai sikap
konsumen dan pengaruhnya terhadap keputusan pembelian
2. Manfaat empiris
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi penulis atau peneliti, khususnya
peneliti yang sedang peneliti tentang pengaruh sikap terhadap keputusan pembelian
b. penulisan ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan bagi penulis dan peneliti lainnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gaya hidup didefinisikan sebagai cara hidup yang diidentifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan
waktu (aktivitas), apa yang mereka anggap penting dalam lingkungannya (ketertarikan), dan apa yang
mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri dan juga dunia disekitarnya.
Menurut Yohanes (2006) gaya hidup mempengaruhi perilaku seseorang yang pada akhirnya
menentukan pola konsumsi seseorang. Gaya hidup lebih menggambarkan perilaku seseorang, yaitu
bagaimana hidup, menggunakan uangnya dan manfaatkan waktu yang dimilikinya (sumarwan,2014)
Gaya hidup hanyalah salah satu cara mengelompokkan konsumen secara psikografis. Gaya hidup pada
prinsipnya adalah bagaimana seseorang menghabiskan waktu dan uangnya. Ada orang yang senang
mencari hiburan bersama kawan-kawannya, ada yang senang menyendiri, ada yang yang berpergian
bersama keluarga, berbelanja, melakukan aktivitas yang dinamis, dan ada pula yang memiliki dan waktu
luang dan uang berlebih untu kegiatan social keagamaan. Gaya hidu dapat mempengaruhi perilaku
seseorang dan akhirnya menentukan pilihan-pilihan konsumsi seseorang.
Gaya hidup menurut Kotler (2005) adalah pola hidup seseorang di dunia yang mengekspresikan dalam
aktivitas, minat dan opini. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang dalam berinteraksi
dengan lingkungannya. Sedangkan menurut Minor dan Mowen (2002), gaya hidup adalah menunjukan
bagaimana orang hidup, bagaimanan membelanjakan uangnya, dan bagaimana mengalokasikan waktu.
Menurut Bilson simamora (2002), gaya hidup adalah tingkah laku seseorang dalam menunjukkan pola
hidupnya yang tercermin dalam kegiatan, minat, dan pendapatnya. Konsep gaya hidup jika digunakan
oleh pemasar secara cermat, dapat membantu untuk memahami nilai-nilai tersebut mempengaruhi
perilaku konsumen.
Gaya hidup adalah sebagai cara hidup yang di identifikasikan oleh bagaimanan seseorang menghabiskan
waktu mereka, apa yang mereka anggap penting dalam lingkungannya, dan apa yang mereka pikirkan
tentang diri mereka sendiri dan juga dunia sekitarnya (sutisna, 2002)
Untuk memahami bagaimana gaya hidup, sekelompok masyarakat diperlukan program atau instrument
untuk mengukur gay hidup yang berkembang.
Menurut Mowen dan Minor (2002), psikografik berarti menggambarkan (graph) psikologi konsumen
(phyco). Psikografik sering diartikan sebagai pengukuran AIO (activity,interest,opinion)
1. Activity
Aktivitas meminta kepada konsumen untuk mengidenfikasikan apa yang mereka lakukan, apa yang
mereka beli dan bagaimana mereka mengahbiskan waktu mereka, apa yang mereka beli dan
bagaimanan mereka menghabiskan waktu mereka. Activity merukan karakteristik konsumen dalam
kehidupan sehari-harinya. Dengan adanya aktivitas konsumen, perusahaan dapat mengetahui kegiatan
apa saja yang dapat dilakukan oleh pasar sasarannya, sehingga mempermudah perusahaan untuk
menciptakan strategi-strategi dan informasi yang didapat tersebut. Aktivitas konsumen dapat diukur
melalui indicator hobi, kerja, acara social, liburan, hiburan, dan keanggotaan perkumpulan. Aplikasi dari
aktivitas konsumen yaitu perusahaan dapat mencari kesesuaian hubungan antara produk yang
ditawarkan dan kelompok gaya hidup seseorang di pasar sasaran.
2. Interest
Memfokuskan pada preferensi dan prioritas konsumen. Interest merupakan faktor pribadi konsumen
dalam mempengaruhi proses pengambilan keputusan. Setiap perusahaan dituntut untuk selalu
memahami minat pelanggannya, dapat memudahkan perusahaan dalam menciptakan ide-ide guna
mempengaruhi proses pembelian pada pasar sasarannya. Sedangkan Salomon (2009), mengungkapkan
bahwa minat terdiri dari keluarga, rumah tangga, pekerjaan, kelompok masyarakat, rekreasi, mode
pakaian, makanan, media dan prestasi.
3. Opinion
Menyelidiki pandangan dan perasaan mengenai topic-topik peristiwa dunia, local, moral, ekonomi dan
social masyarakat, nilai-nilai dan sikapnya, tahap pembangnan ekonomi, hokum dan hubungannya.
Opinion merupakan pendapat dari setiap konsumen yang berasal dari pribadi mereka sendiri. Salomon
(2009) mengatakan bahwa opini dapat terdiri dari konsumen itu sendiri, isu social, isu politik. Bisnis,
ekonomi, pendidikan, produk masa depan dan budaya. Ekonomi dapat dan sedang berubah dengan
cepat. Efeknya bias menjadi sangat jauh dan membutuhkan perubahan dalam strategi pemasaran oleh
setiap perusahaan. isu politik juga dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Konsumen
dalam Negara yang sama biasanya memiliki lingkungan politik yang sama pula, tetapi politik juga dapat
mempengaruhi peluang bisnis dalam tingkat lokal maupun internasional. Beberapa perusahaan bisnis
telah menjadi sangt suskses dengan mempelajari lingkungan politik dan menyusun strategi yang
memanfaatkan peluang yang terkait dengan perubahan dimensi politik.
Merujuk kepada kenykinan individu tentang aktivitas konsumsi individu didalam masyarakat, kultur atau
sub kultur mereka. Hal-hal ini seperti perilaku berbelanja, kesadaran harga dan keterlibatan keluarga
dalam proses pembuatan terwujud akibat dari gaya hidup pribadi. Faktor-faktor yang mempengaruhi
keinginan, kenyakinan pribadi ini meliputi pendidikan, sikap psikologi, pengalaman, situasi social dan
ekonomi yang spesifik, lingkungan fisik dan faktor yang lainnya.
Klasifikasi gaya hidup berdasarkan tipilogi values and laifestyle (VALS) dari Stanford Research
Internasional (Kotler and Armstrong, 2004) yaitu :
1. Actualizes
Orang dengan pendapatan paling tinggi dengan demikian banyak sumber daya yang dapat mereka
sertakan dalam salah satu atau semua orientasi diri.
2. Fulfilled
Professional yang matang, bertanggung jawab, berpendidikan tinggi. Mereka berpendapatan tinggi,
tetapi termasuk konsumen yang praktis dan berorientasi pada nilai
3. Belivers
Konsumen konservatif, kehidupan mereka terpusat pada keluarga, agaman, masyarakat dan bangsa
4. Achiervers
Orang yang sukses, berorientasi pada pekerjaan, konservatif dala politik yang mendapatkan kepuasan
dari pekerjaan dan keluarga mereka. Mereka menghargai otoritas dan status quo, serta dan menyukai
produk dan jasa terkenal yang memamerkan sukses mereka.
5. Strivers
Orang dengan nilai-nilai yang serupa dengan achievers tetapi sumber daya ekonomi, social dan
psikologinya lebih sedikit.
6. Experiences
Konsumen yang berkeinginan besar untu menyukai hal-hal yang baru
7. Makers
Orang yang suka mempengaruhi lingkungan mereka dengan cara yang praktis.
8. Strugglers
Orang yang berpengasilan paling rendah dan terlalu sedikit sumber dayanya untuk dimasukkan kedalam
orientasi konsumen yang manapun dengan segala keterbatasannya, mereka cendrung menjadi
konsumen yang loyal pada merek.
2.1.5 Gaya Hidup Ditinjau Dari Aspek Kultur, Waktu Dan Uang
Setiadi (2003) menyatakan gaya hidup yang berkembang di masyarakat merefleksikan nilai-nilai yang
dianut oleh masyarakat itu sendiri. Untuk memahami bagaimana gaya hidup sekelompok masyarakat
diperlukan program atau instrumen untuk mengukur gaya hidup yang berkembang Surveyor Research
Internasional telah mengembangkan program untuk mengukur gaya hidup ditinjau dari aspek kultur
yaitu :
1. Outer directed, merupakan gaya hidup konsumen yang jika dalam membeli suatu produk harus
sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma tradisonal yang telah terbentuk.
2. Inner direct, yaitu konsumen yang embeli produk untuk memiliki sesuatu dan tidak terlalu
memikirkan norma-norma budaya yang berkembang.
3. Need driven, yaitu kelompok konsumen yang membeli sesuatu didasarkan atas kebutuhan dan
bukan keinginan.
Setiadi (2003) juga mengemukakan VALS (value dan lifestyle) dengan mengelompokkan manusia
menurut bagaimana mereka mengahbiskan waktu dan uang dan di klasifikasikan kedalam :
1. Pembeli berorientasi prinsip yang membeli berdasarkan pada pandangan mereka mengenai dunia.
2. Pembeli berorientasi status yang membeli berdasarkan pada tindakan dan opini orang lain.
3. Pembeli berorientasi tindakan yang dikendalikan oleh keinginan mereka dan aktivitas, variasi dan
pengambilan resiko.
Menurut pendapat Amstrong (dalam Nugraheni, 2003) gaya hidup seseorang dapat dilihat dari perilaku
yang dilakukan oleh individu seperti kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan atau mempergunakan
barang-barang dan jasa, termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan pada penentuan
kegiatan-kegiatan tersebut. Lebih lanjut Amstrong (dalam Nugraheni, 2003) menyatakan bahwa faktor-
faktor yang mempengaruhi gaya hidup seseorang ada 2 faktor yaitu faktor yang berasal dari dalam diri
individu (internal) dan faktor yang berasal dari luar (eksternal). Faktor internal yaitu sikap, pengalaman,
dan pengamatan, kepribadian, konsep diri, motif, dan persepsi (Nugraheni, 2003) dengan penjelasannya
sebagai berikut :
a. Sikap
Sikap berarti suatu keadaan jiwa dan keadaan pikir yang dipersiapkan untuk memberikan tanggapan
terhadap suatu objek yang diorganisasi melalui pengalaman dan mempengaruhi secara langsung pada
perilaku. Keadaan jiwa tersebut sangat dipengaruhi oleh tradisi, kebiasaan, kebudayaan dan lingkungan
sosialnya.
Pengalaman dapat mempengaruhi pengamatan sosial dalam tingkah laku, pengalaman dapat diperoleh
dari semua tindakannya dimasa lalu dan dapat dipelajari, melalui belajar orang akan dapat memperoleh
pengalaman. Hasil dari pengalaman sosial akan dapat membentuk pandangan terhadap suatu objek.
c. Kepribadian
Kepribadian adalah konfigurasi karakteristik individu dan cara berperilaku yang menentukan perbedaan
perilaku dari setiap individu.
d. Konsep diri
Faktor lain yang menentukan kepribadian individu adalah konsep diri. Konsep diri sudah menjadi
pendekatan yang dikenal amat luas untuk menggambarkan hubungan antara konsep diri konsumen
dengan image merek. Bagaimana individu memandang dirinya akan mempengaruhi minat terhadap
suatu objek. Konsep diri sebagai inti dari pola kepribadian akan menentukan perilaku individu dalam
menghadapi permasalahan hidupnya, karena konsep diri merupakan frame of reference yang menjadi
awal perilaku.
e. Motif
Perilaku individu muncul karena adanya motif kebutuhan untuk merasa aman dan kebutuhan terhadap
prestise merupakan beberapa contoh tentang motif. Jika motif seseorang terhadap kebutuhan akan
prestise itu besar maka akan membentuk gaya hidup yang cenderung mengarah kepada gaya hidup
hedonis.
f. Persepsi
Persepsi adalah proses dimana seseorang memilih, mengatur, dan menginterpretasikan informasi untuk
membentuk suatu gambar yang berarti mengenai dunia.
Kelompok referensi adalah kelompok yang memberikan pengaruh langsung atau tidak langsung
terhadap sikap dan perilaku seseorang. Kelompok yang memberikan pengaruh langsung adalah
kelompok dimana individu tersebut menjadi anggotanya dan saling berinteraksi, sedangkan kelompok
yang memberi pengaruh tidak langsung adalah kelompok dimana individu tidak menjadi anggota
didalam kelompok tersebut. Pengaruh-pengaruh tersebut akan menghadapkan individu pada perilaku
dan gaya hidup tertentu.
b. Keluarga
Keluarga memegang peranan terbesar dan terlama dalam pembentukan sikap dan perilaku individu. Hal
ini karena pola asuh orang tua akan membentuk kebiasaan anak yang secara tidak langsung
mempengaruhi pola hidupnya.
c. Kelas sosial
Kelas sosial adalah sebuah kelompok yang relatif homogen dan bertahan lama dalam sebuah
masyarakat, yang tersusun dalam sebuah urutan jenjang, dan para anggota dalam setiap jenjang itu
memiliki nilai, minat, dan tingkah laku yang sama. Ada dua unsur pokok dalam sistem sosial pembagian
kelas dalam masyarakat, yaitu kedudukan (status) dan peranan. Kedudukan sosial artinya tempat
seseorang dalam lingkungan pergaulan, prestise hak- haknya serta kewajibannya. Kedudukan sosial ini
dapat dicapai oleh seseorang dengan usaha yang sengaja maupun diperoleh karena kelahiran. Peranan
merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan. Apabila individu melaksanakan hak dan kewajibannya
sesuai dengan kedudukannya maka ia menjalankan suatu peranan dalam kebudayaan. Kebudayaan yang
meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kebiasaankebiasaan
yang diperoleh individu sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang
dipelajari dari pola-pola perilaku yang normatif, meliputi ciri-ciri pola pikir, merasakan dan bertindak.
Wordpress Rafian Journey (2010) menjelaskan bahwa Definisi masyarakat modern dapat diartikan
sebagai masyarakat yang sebagian besar warganya mempunyai orientasi nilai budaya yang terarah ke
kehidupan dalam peradaban dunia masa kini.
Masyarakat modern adalah masyarakat yang sebagian besar warganya mempunyai orientasi nilai
budaya yang terarah ke kehidupan dalam peradaban masa kini. Pada umumnya masyarakat modern
tinggal di daerah perkotaan, sehingga disebut masyarakat kota. Namun tidak semua masyarakat kota
tidak dapat disebut masyarakat modern,sebab orang kota tidak memiliki orientasi ke masa kini, misalnya
gelandangan.
2.2.2 Ciri Masyarakat modern
Modernisasi merupakan proses menjadi modern. Istilah modern berasal dari kata modo yang artinya
yang kini. Sehingga, modernisasi dapat diartikan sebagai cara hidup yang sesuai dengan situasi yang kini
ada, atau konteks masa sekarang. Apabila cara hidup suatu masyarakat seperti yang diwariskan oleh
nenek-moyang atau generasi pendahulunya, masyarakat tersebut disebut masyarakat tradisional. Istilah
tradisi berasal dari kata traditum yang artinya warisan. Tekanan pengertian modernisasi adalah pada
teknologi dan organisasi sosial.
Ciri-ciri dari masyarakat modern dari wordpress Rafian Journey (2010) adalah sebagai berikut :
2. Hubungan dengan masyarakat lain dilakukan secara terbuka dengan suasana yang saling
memepengaruhi
3. Keprcayaan yang kuat akan Ilmu Pengetahuan Teknologi sebagai sarana untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat
7. Ekonomi hampir seluruhnya merupakan ekonomi pasar yang didasarkanatas penggunaan uang dan
alat-alat pembayaran lain.
Menurut Alex Inkeles, dalam Afan Gaffar (1995) bahwa ciri-cri masyarakat modern adalah sebagai
berikut:
2. Mampu menyatakan pendapat dan bahkan membentuk opini tentang persoalan apa saja yang ada
dalam masyarakat.
Pandangan Iman Kristen Terhadap Gaya Hidup Modern Dalam KBBI, gaya hidup adalah tingkah laku
seorang individu di dalam masyarakat. Sedangkan gaya hidup modern adalah tingkah laku yang
mengikuti tuntutan zaman. Seseorang cenderung berpikiran terbuka terhadap kemajuan dan
perkembangan zaman. Ia juga akan lebih menghargai waktu. Perubahan pun akan dilakukan terus
menerus. Namun, perubahan tersebut cenderung mengarah pada hal-hal negatif.
Dewasa ini, banyak orang mulai beralih dari gaya hidup tradisional menjadi modern. Bahkan banyak
diantara mereka yang mulai meninggalkan nilai-nilai kebudayaan Indonesia. Norma dan adat istiadat
bahkan sudah mulai terkikis karena pengaruh budaya asing. Hingga tiba saatnya masyarakat telah
mengadopsi 75% dari kebudayaan Barat.
Banyak juga gaya hidup yang bertentangan dengan nilai-nilai Kristiani. Alhasil, seseorang tidak lagi hidup
menurut apa yang tertulis di dalam Alkitab. Tetapi, sudah hidup menurut kehendak duniawi. Segala
aktivitas dilakukan untuk mendekatkan diri pada kesenangan, bukan kepada Yesus Kristus.
Dampak negatif tak henti-hentinya muncul dari gaya hidup tersebut. Ada beberapa hal yang
mempengaruhi gaya hidup seseorang, antara lain:
Tingkat ekonomi masyarakat yang sudah mapan. Padahal tidak semua masyarakat ekonominya mapan.
Pandangan Gaya hidup menurut iman Kristiani yang berubah secara signifikan menyebabkan timbulnya
kriminalitas. Misalnya, mencuri, tindakan asusila, dan membunuh.
1. Materialisme
Memiliki pengertian bahwa segala sesuatu dilakukan untuk memperoleh suatu hal yang bersifat
kebendaan. Pada poin ini, seseorang akan menghalalkan segala cara demi materi. Bahkan, ia tidak
segan-segan untuk mengkhianati saudaranya sendiri demi uang. Segala aktivitas yang mereka lakukan
didasarkan pada uang. Bukan lagi aspek kerohanian, bukan lagi atas dasar cinta dan kasih.
Paham ini memandang manusia bukan lagi sebuah tubuh dan jiwa. Namun, sebagai sebuah benda yang
dapat digunakan untuk mendatangkan keuntungan. Sangat sadis, bukan? 1 Timotius 6:10 “Karena akar
segala kejahatan adalah cinta akan uang”
2. Hedonisme
Adalah gaya hidup yang saat ini banyak dianut oleh kaum muda. Hedonistis berarti pandangan hidup
yang menjadikan kesenangan dan kenikmatan hidup sebagai tujuan utama. Memenuhi hasrat atau hawa
nafsu menjadi hal yang sangat penting. Hal ini sesuai dengan semboyan “YOLO = You Only Live Once”.
Sehingga, kamu bisa hidup sebebas-bebasnya. Hal inilah yang membuat banyak orang menyimpang dari
ajaran Kristiani. Misalnya, seks bebas, party all night long, dan narkoba.
Roma 13:12-14 “Hari sudah jauh malam, telah hampir siang. Sebab itu, marilah kita menanggalkan
perbuatan-perbuatan kegelapan dan mengenakan perlengkapan senjata terang! Marilah kita hidup
dengan sopan, seperti pada siang hari. Jangan dalam pesta pora dan kemabukan, jangan dalam
percabulan dan hawa nafsu, jangan dalam perselisihan dan iri hati. Tetapi kenakanlah Tuhan Yesus
sebagai perlengkapan senjata terang dan janganlah merawat tubuhmu untuk memuaskan keinginannya”
3. Individualisme
Memiliki pengertian bahwa manusia perlu diperhatikan secara pribadi. Poin ini menjelaskan bahwa diri
sendiri itu lebih penting dari orang lain. Jadi, kamu tidak perlu memikirkan orang lain, tetapi pikirkanlah
diri sendiri. Lakukan apapun yang kamu mau tanpa memperhatikan dampak yang akan timbul bagi
orang lain. Dengan kata lain, hal ini membuat manusia menjadi lebih egois.Krisis sosial terjadi dimana-
mana, tanpa seorang pun yang memperhatikan. Kemiskinan, kelaparan, dan musibah terjadi hampir di
seluruh belahan dunia. Sebagai orang Kristen, bagaimana sikapmu melihat hal tersebut? Tergerakkah
hatimu untuk menolong sesama yang membutuhkan?
4. Konsumerisme
Adalah gaya hidup yang boros, yang suka menghambur-hamburkan uang. Uang dapat digunakan untuk
belanja ini dan itu. Bahkan, ada orang dengan tingkat konsumerisme yang melampaui batas. Misalnya,
menyewa bioskop untuk dirinya sendiri. Berlebihan, bukan? Daripada menyewa bioskop, lebih baik
uangnya didonasikan. Benar, tidak?
Sifat ini juga semakin berkembang karena pusat perbelanjaan yang tersebar dimana-mana. Coba hitung,
berapa pusat perbelanjaan yang ada di kotamu? Banyak, bukan? Hadirnya mall membuat orang ingin
belanja lagi dan lagi. Belum lagi tawaran diskon yang disediakan. Alhasil, ia menjadi sangat konsumtif.
Bahkan ia lebih memilih untuk berfoya-foya ketimbang bersedekah.
5. Status
Saat ini, banyak orang yang menghalalkan segala cara untuk memperoleh status alias kedudukan di
dalam masyarakat. Selain jabatan, barang-barang yang dipakainya juga menunjukkan siapa dirinya yang
sebenarnya. Misalnya mobil, perhiasan, jam tangan, dan rumah
Bercengkerama di cafe terlihat lebih nikmat ketimbang bercengkerama di rumah bersama keluarga. Cafe
disimbolkan sebagai gaya hidup modern. Kepenatan, stress, dan kesempatan untuk berjumpa dengan
orang baru bisa dilakukan disini. Galatia 5:21 “Kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya.
Terhadap semuanya itu Kuperingatkan kamu seperti yang telah Kubuat dahulu, bahwa barang siapa
melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah”
Keempat istilah tersebut semakin populer saat ini. Bahkan kamu sering menggunakannya. Benar, tidak?
Dewasa ini, istilah tersebut biasanya digunakan untuk “melobi orang lain”. Yohanes 13:34-35 “Aku
memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah
mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian, semua orang akan tahu,
bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi”
8. Serba Instan
Siapa lagi yang mau hidup susah di era modern seperti sekarang? Perkembangan zaman menuntut
semuanya harus bisa dilakukan dengan cepat. Contohnya, hadirnya fast food atau junk food. Hanya
butuh waktu lima menit, maka kamu bisa menikmati hidangan yang nikmat.
Gaya hidup modern menjadikan pesta pernikahan menjadi perayaan besar-besaran. Bukan lagi perayaan
sederhana seperti yang diajarkan Yesus kepada kita.
Adalah gaya hidup globalisasi. Dimana keadaan di seluruh dunia bisa diakses secepat kilat, bahkan dunia
ada dalam genggaman tanganmu. Hadirnya smartphone sebagai bukti nyata di era globalisasi.
Perkembangan zaman boleh diikuti, namun jangan sampai membuat nilai Kristiani hilang begitu saja.
Tetaplah asah dirimu agar iman akan Yesus Kristus semakin kuat.
Alhasil, kamu pun bisa terhindar dari nafsu duniawi. Dengan mengetahui hal di atas, diharapkan kamu
semakin bisa menjaga diri, mengonsumsi nilai positif, dan menjauhkan hal-hal negatif. Semoga hidupmu
juga dikuatkan dalam Yesus Kristus.
BAB IV PENUTUP
Kesimpulan
Gaya hidup dapat disimpulkan bahwa gaya hidup lebih menggambarkan perilaku seseorang, yaitu
bagaimana mereka hidup, menggunakan uangnya dan memanfaatkan waktu yang dimilikinya. Menurut
Minor dan Mowen (2002), gaya hidup adalah menunjukkan bagaimana orang hidup, bagaimana
membelanjakan uangnya, dan bagaimana mengalokasikan waktu. Faktor-faktor yang mempengaruhi
gaya hidup berasal dari dalam (internal) dan dari luar (eksternal).
Faktor internal meliputi sikap, pengalaman dan pengamatan, kepribadian, konsep diri, motif , dan
persepsi. Adapun faktor eksternal meliputi kelompok referensi, keluarga, kelas sosial, dan kebudayaan.
Gaya hidup didalam masyarakat modern adalah life style (gaya hidup) yang mengikuti pola
perkembangan zaman, dengan segala bentuk kemajuan iptek. Masyarakat modern adalah masyarakat
yang telah mengalami transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi yaitu masyarakat yang mampu
menyesuaikan dengan situasi dan kondisi zamannya atau hidup sesuai dengan konstelasi zamannya.
DAFTAR PUSTAKA
Bilson, Simamora. (2002). Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Hartono, Rizky. (2015). Pengaruh Faktor-Faktor Gaya Hidup Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian
Produk Laptop Aplle Di Kota Jambi.Skripsi :Jambi,Universitas Jambi
Kotler, P. (2005). Manajemen Pemasaran Edisi Kesebelas. Jilid 1. Terjemahan oleh Benyamin Molan.
2005. Jakarta: Indeks
Kotler,Philip & Amstrong, G.. 2004. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Edisi Kesepuluh. Jakarta: PT. Indeks
Gramedia.
Raganda, Jone. (2014). Analisis Pengaruh Gaya Hidup Terhadap Keputusan Pembelian Sepeda Motor
Kawasaki Ninja 150 RR Di Kota Jambi. Skripsi : Jambi, Universitas Jambi
Setiadi, Nugroho J. (2003). Perilaku Konsumen: Konsep dan Implikasi Untuk Strategi Penelitian
Pemasaran. Edisi 1. Jakarta: prenada Media
Yohanes, S K. dan Peter, R P. (2006). Segmentasi Gaya hidup pada Mahasiswa Program Studi Pemasaran
Universitas Kristen Petra. Jurnal Jurusan manajemen Pemasaran, Fakultas Ekonomi Universitas Kristen
Petra
Sumber Internet :