EKONOMI PARIWISATA
Disusun Oleh :
UNIVERSITAS JEMBER
JEMBER
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas segala karunia Tuhan Yang Maha Esa, sehingga dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Tugas Ekonomi Pariwisata” dengan baik dan tepat
pada waktunya. Kami menegucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terkait yang
telah memberi bantuannya dalam penulisan makalah ini.
Akhirnya, kami sebagai penyusun menyadari bahwasanya makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan, baik dalam penulisan maupun isi. Oleh sebab itu, kami meminta maaf
kepada pembaca atas kekurangan-kekurangan tersebut, dan kami sangat mengharapkan saran,
tanggapan dan kritik dari pembaca guna sebagai pedoman dan perbaikan ke masa yang akan
datang. Kami mengharapkan makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Semoga Tuhan senantiasa memberikan petunjuk dan membimbing kita.
KATA PENGANTAR………………………………………………. i
DAFTAR ISI………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................. 1
1.1 Latar Belakang…………….…………………………….. 1
1.2 Rumusan Masalah……….………………………………. 1
1.3 Tujuan....................…………….……………………….. 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................... 2
2.1 Pengertian Pariwisata…………….……………………… 2
2.2 Jenis-Jenis Pariwisata…………….……………………… 4
2.3 Perkembangan pariwisata ……………………………….. 6
2.4 Dampak pariwisata......................……………………….. 8
BAB III STUDY CASE…….…………………………………….... 10
BAB IV PENUTUP............................................................................ 11
4.1 Kesimpulan……………………………………………… 11
DAFTAR PUSTAKA…….…………………………………………. 12
BAB I
PENDAHULUAN
Pariwisata adalah suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan
masyarakat, sehingga membawa berbagai manfaat terhadap masyarakat setempat dan
sekitarnya. Bahkan pariwisata dikatakan mempunyai energi dobrak yang luar biasa, yang
mampu membuat masyarakat setempat mengalami metamorphose dalam berbagai aspeknya.
Pariwisata mempunyai banyak manfaat bagi masyarakat bahkan bagi Negara sekalipun,
manfaat pariwisata dapat dilihat dari berbagai aspek/segi yaitu manfaat pariwisata dari segi
ekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup, nilai pergaulan dan ilmu pengetahuan, serta
peluang dan kesempatan kerja.
Adapun beberapa masalah yang dapat dirumuskan dalam pembuatan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1.3 Tujuan
Secara etimologis kata pariwisata yang berasal dari bahasa sansekerta, sesungguhnya
bukanlah berarti tourisme (bahasa belanda) atau tourism (bahasa Inggris). Kata pariwisata
terdiri dari dua suku kata yaitu masing-masing kata pari dan wisata. Pari yang berarti banyak,
berkali-kali, berputar-putar, lengkap. Sedangkan Wisata, berarti perjalanan, berpergian yang
dalam hal ini sinonim dengan kata travel dalam bahasa inggris.
Pada tahun 1969 jumlah kunjungan wisatawan ke Indonesia telah mencapai 86.000
wisatawan. Hal ini kemudian disikapi dengan membuat perencanaan induk pengembangan
pariwisata untuk pertama kalinya di Indonesia dengan membentuk Bali Tourist Development
Corporation (BTDC) pada tahun 1970. Bali menjadi pilot project pengembangan pariwisata
Indonesia pada saat itu tidak terlepas dari publikasi jurnalis dari Amerika Hickman Powell
dalam bukunya The Last Paradise: An American’s ‘Discovery’ of Bali in the 1920s yang
diterbitkan pada tahun 1930, dan karena publikasi tersebut jumlah wisatawan yang datang ke
Bali berangsur-angsur meningkat dari 11,278 pada tahun 1969 hingga mencapai
2.114.991 pada tahun 2008. Momen inilah yang kemudian menjadi titik awal perkembangan
kepariwisataan di Indonesia.Pada saat itu ikon pemasaran pariwasata Indonesia
memanfaatkan alam dan budaya Bali sebagai daya tarik utamanya.
Indonesia sejak tahun 1970an hingga sekarang telah mengalami berbagai macam
metamorfosis dalam upayanya menarik wisatawan untuk datang berkunjung ke Indonesia.
Jika kita menelaah kembali media masa di sekitar tahun 1970 hingga 1980 berbagai “tagline”
promosi pariwisata Indonesia telah dikumandangkan. “Indonesia, there is more to it than
Bali”, “Indonesia, Bali and Beyond”, serta “Indonesia, Bali plus Nine” yang dihembuskan
seiring dengan pembentukan 10 daerah tujuan wisata (DTW) dalam Rencana Pembangungan
Lima Tahun (Pelita) III Pariwisata Indonesia.
Pada tahun 1980an Indonesia untuk pertama kali mengkuti World Tourism
Market (WTM) menandai dimulainya era promosi pariwisata secara internasional, seiring
dengan lahirnya 7 kebijakan strategi pokok pariwisata dalam Pelita V yakni 1) Promosi
pariwisata yang konsisten 2) Penambahan aksesibilitas, 3) Mempertinggi kualitas pelayanan
dan produk pariwisata, 4) Pengembangan DTW, 5) Promosi daya tarik alam, satwa dan
wisata bahari, 6) Mempertinggi kualitas SDM, 7) Melaksanakan kampanye sadar wisata
melalui Sapta Pesona. Pada tahun 1992 melalui Keputusan Presiden RI Nomor 60 tahun 1992
ditetapkanlah Dekade Kunjungan Wisata (Dekuni) sebagai bagian kampanye pariwisata
Indonesia dengan mengambil tema berbeda setiap tahunnya.
Hal yang menarik adalah pemerintah pada saat itu telah menyadari potensi sumber
daya alam dan budaya yang dimiliki oleh Indonesia untuk dijadikan daya tarik utama
pariwisata Indonesia. Hal ini terbukti setelah 41 tahun potensi ini belum berubah berdasarkan
laporan World Economic Forum (WEF). Hal lain yang menarik adalah selama masa itu
pariwisata Indonesia belum beranjak dari bayang-bayang Bali sebagai ikon pariwisata
Indonesia.
Kampanye promosi pariwisata Indonesia secara formal ditandai dengan
dicanangkannya “Visit Indonesia Year (VIY)” pertama kali pada tahun 1991 seiring dengan
dikeluarkannya Undang-undang Pariwisata No. 9 tahun 1990, yang dilanjutkan dengan Visit
Indonesia Year 1992, 2008, 2009 dan 2010.
Pada 1991 kampanye pariwisata Indonesia pada saat itu masih dalam tahap
membangunkan kesadaran (awareness) masyarakat terhadap kegiatan kepariwisataan melalui
program Sapta Pesona (keamanan, ketertiban, kebersihan, kenyamanan, keindahan,
keramahan dan kenangan). Logo atau maskot kampanye pariwisata pada saat itu
mengetengahkan hewan yang dilindungi yakni badak bercula 1 yang habitatnya berada di
daerah Ujung Kulon Banten.
Melalui VIY pada tahun 1991, wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke
Indonesia sebesar 2,6 juta dengan jumlah devisa sebesar USD 2,5 milyar. Mencoba
mengulang sukses tahun 1991, tahun 1992 kembali dicanangkan Tahun Kunjungan Indonesia
dengan mengangkat tema “Let’s go Archipelago”. Pada tahun ini kebijakan pemasaran
pariwisata sudah mencoba mengangkat potensi sumber daya (alam) yang dimiliki oleh
Indonesia. Namun pada tahun ini meskipun kunjungan wisatawan internasional menurun
akibat perang di Timur Tengah, pariwisata Indonesia mengalami kenaikan sebesar 23% dari
tahun 1991 dengan Bali dan Jakarta mendominasi jumlah kunjungan masing-masing sebesar
1.024.231 dan 958.818 wisatawan.
Pada tahun 1993 pariwisata Indonesia mencoba mengangkat isu “mass tourism”
dengan dengan merenovasi Bali Beach Bunker yang sekarang dikenal dengan Hotel Grand
Bali Beach dimana tempat ini dikenal sebagai bunker pasukan sekutu pada perang dunia II.
Setelah 1993, hampir dapat dikatakan promosi pariwisata Indonesia mengalami masa-masa
suram akibat gejolak politik di dalam negeri. Beberapa peristiwa penting antara tahun 1995
hingga tahun 2000 yang mempengaruhi kunjungan wisatawan adalah gejolak politik di Timor
Timur pada Desember 1996 serta peristiwa kejatuhan presiden kedua RI pada tahun 1998.
Pada tahun 2000 pariwisata Indonesia mencatat rekor tertinggi rata-rata lama tinggal
wisatawan mancanegara yakni sebesar 12,26 hari dengan jumlah kunjungan wisatawan
sebanyak 5,064,217. Pada tahun 2002 pariwisata Indonesia kembali mengalami masa suram
akibat peristiwa bom Bali pada tanggal 12 Oktober 2002. Peristiwa ini menyebabkan
penurunan wisatawan secara drastis di Bali dari 156.923 menjadi 86.901 dan mengurangi
secara kumulatif jumlah kunjungan wisman ke Indonesia sebesar 0,21%.
Secara umum dinamika pariwisata Indonesia dapat digambarkan sebagai berikut:
Pada tahun 2008 merupakan titik balik kampanye pariwisata Indonesia dengan kembali
digulirkannya Visit Indonesia Year 2008 dengan mengambil tema Kebangkitan Nasional.
Pada tahun inilah slogan “Unity in Diversity” (Bhinneka Tunggal Ika) mulai digaungkan.
Meskipun tema yang diangkat belum menggambarkan dengan jelas apa produk pariwisata
Indonesa yang hendak dijual. Tahun-tahun ini juga menggambarkan tahun yang berat bagi
pariwista Indonesia terutama dengan munculnya isu terorisme di Indonesia. Angka
kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia belum beranjak dari angka “keramat” 6 juta
wisatawan, bandingkan dengan Malaysia yang telah mencapai angka 23, 6 juta wisatawan.
Dampak Positif :
1. Pariwisata adalah penghasil devisa yang cukup besar, yang tersedia untuk
pembayaran barang-barang atau bahan baku dasar yang diimpor yang digunakan
dalam proses produksi.
2. Pariwisata memainkan peranan penting dalam mendorong investasi pada infrastruktur
baru dan persaingan antar perusahaan lokal dengan perusahaan di negara turis lainnya.
3. Pariwisata menstimulasi industri-industri lainnya, baik secara langsung, tidak
langsung maupun efek stimulasi.
4. Pariwisata memberikan kontribusi untuk menciptakan lapangan kerja dan
meningkatkan pendapatan.
5. Pariwisata bisa menimbulkan eksploitasi yang positif dari skala ekonomis (economies
of scale) perusahaan-perusahaan nasional
6. Pariwisata adalah faktor penting untuk difusi pengetahuan teknis, stimulasi riset dan
pengembangan, dan akumulasi modal sumber daya manusia.
Pariwisata juga membawa implikasi negatif terhadap negara tujuan wisata (host country) dan
komunitas daerahnya.
Dampak Negatif :
1. Terjadinya leakages impor dan ekspor, penurunan pendapatan pekerja dan penerimaan
bisnis lokal. Leakage impor meliputi pengeluaran impor untuk peralatan, makanan
dan minuman, serta produk-produk lain yang tidak bisa dipenuhi oleh host country,
yang sesuai dengan standar pariwisata internasional. Leakage ekspor adalah aliran
keluar keuntungan yang diraih oleh investor asing yang mendanai resorts dan hotel.
Para investor asing mentransfer penerimaan atau keuntungan pariwisata keluar dari
host country.
2. Adanya batasan manfaat bagi masyarakat daerah yang terjadi karena pelayanan
kepada turis yang serba inklusif. Keberadaan paket wisata yang “serba inklusif”
dalam industri pariwisata dimana segala sesuatu tersedia, termasuk semua
pengeluaran didefinisikan menurut ukuran turis internasional dan memberikan lebih
sedikit peluang bagi masyarakat daerah untuk memperoleh keuntungan dari
pariwisata.
Pengembangan industri pariwisata tidak sulit untuk dilakukan, karena modal utama yaitu
keindahan alam sudah dimiliki. Salah satu daerah di Indonesia yang mampu mengembangkan
industri pariwisatanya adalah Kota Batu. Kondisi alam yang indah dan wisata-wisata yang
disuguhkan Kota Batu mampu menjadi kota wisata di Jawa Timur.
Dengan daerah pegunungan yang wilayahnya subur, Batu dan sekitarnya memiliki panorama
alam yang indah dan berudara sejuk. Kondisi ini menarik minat masyarakat lain untuk
mengunjungi dan menikmati Batu sebagai kawasan pegunungan yang mempunyai daya tarik
tersendiri. Sejak awal abad 19 Batu berkembang menjadi daerah tujuan wisata, khususnya
orang-orang Belanda, sehingga orang-orang Belanda membangun tempat-tempat
peristirahatan (Villa) bahkan bermukim di Batu. Kota Batu memberikan gambaran tentang
industri pariwisata yang dikelola dengan baik dan akan mendatangkan keuntungan dan juga
kesejahteraan bagi masyarakat sekitar.
Dari sini dapat diketahui bahwa pengembangan pariwisata di Kota Batu adalah rencana yang
telah dibuat sejak Batu menjadi Pemerintahan Kota sejak pada 2001, sehingga kebijakan-
kebijakan pariwisata ke depan dapat mengadopsi kebijakan sebelumnya dan memberikan
inovasi baru yang bertujuan membangun kepariwisataan di Kota Batu.
Dalam perkembangannya, kegiatan pariwisata juga tidak lepas dari peran serta swasta dan
juga masyarakat. Peranan swasta yang terlibat dalam pengembangan wisata besar sekali
pengaruhnya, seperti dalam pembangunan hotel, rumah makan, panti pijat dan pengadaan
biro perjalanan wisata dan lain-lain. Pihak swasta yang ikut membantu perkembangan
pariwisata Kota Batu di antaranya adalah Jawa Timur Park Group. Jawa Timur Park Group
yang didirikan oleh Paul Sastro asal Malang ini, merupakan perusahaan yang bergerak di
bidang industri pariwisata terbesar di Jawa Timur dan Pulau Jawa dan banyak anak
perusahaan tersebar khususnya di wilayah Jawa Timur. Anak perusahaanya yang terletak di
Kota Batu di antaranya Jawa Timur Park 1, Jawa Timur Park 2, Batu Night Spectaculer,
Hotel Pohon Inn, Pondok Jatim Park dan Eco Green Park. Alasan memilih Kota Batu sebagai
pembangunan wisata dari Jawa Timur Park Group adalah keindahan Kota Batu dan faktor
lingkungan yang mendukung. Dengan adanya investor tersebut secara tidak langsung
membantu pembangunan Kota Batu dalam hal perekonomian. Mereka adalah pihak swasta
yang ikut membantu perkembangan pariwisata Kota Batu. Keberadaan swasta akan membuka
lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat Kota Batu. Tingkat pengangguran di Kota Batu
pada tahun 2013 menurun menjadi 3.404 orang atau 2,32 persen dibandingkan tahun 2012
kurang lebih 6.000 orang atau 4,34 persen.
Dengan semakin terkenalnya wisata Kota Batu, maka kunjunganpun tiap tahunnya semakin
meningkat. Dengan semakin besar kunjungan, semakin memperbesar pula usaha masyarakat
untuk menunjang dunia kepariwisataan di Kota Batu, sehingga terjadi peningkatan taraf
ekonomi masyarakat. Dengan semakin meningkatnya kunjungan wisatawan ke Kota Batu
membuat penduduk setempat ikut serta memperlancar pembangunan pariwisata. Hal ini
dibuktikan dengan semakin banyaknya toko-toko suvenir, warung, hotel dan vila disepanjang
jalan menuju wisata Kota Batu.
Pembangunan pariwisata di Kota Batu sedikit banyak telah membawa pengaruh besar
terhadap lingkungan, terlebih terhadap sumber mata. Sebanyak 60 titik sumber mata air yang
dimiliki Kota Batu, Jawa Timur, terganggu. Hal tersebut diduga akibat ulah para investor
yang berinvestasi di sektor perhotelan dan villa serta obyek wisata lainnya yang menjamur di
Kota wisata tersebut. Terganggunya 60 titik sumber mata air itu diungkapkan Wahana
Lingkungan Hidup (Walhi) Jawa Timur. Oleh karena itu, Walhi Jatim memberi peringatan
agar gencarnya investasi di bidang pariwisata di Kota Batu harus memerhatikan kelestarian
lingkungan.
Masuknya investor jangan sampai berimbas pada terjadinya kerusakan lingkungan. Pada
2012, kerusakan lingkungan dan sumber air di Kota Batu sudah tampak dan hal itu ditandai
dengan ditemukannya jumlah sumber mata air yang ada. Dari 115 sumber mata air, pada
2012 tinggal 55 sumber mata air saja. Jadi 60 titik sumber mata air yang terganggu atau
mengering. Hal ini menjadi evaluasi bagi Pemkot Batu, jika tidak bisa menjaga dan
mengelola kelestarian alam dan lingkungan, maka dikhawatirkan dunia pariwisata yang
tengah berkembang pesat tidak akan bertahan lama. Jika tidak diperhatikan, 5 atau 10 tahun
ke depan Kota Batu akan terancam kering serta kehilangan kesejukan dan keindahan
alamnya.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dengan daerah pegunungan yang wilayahnya subur, Batu dan sekitarnya memiliki
panorama alam yang indah dan berudara sejuk. Kondisi ini menarik minat masyarakat untuk
mengunjungi destinasi pariwisata di kota Batu. Dengan semakin meningkatnya kunjungan
wisatawan ke kota Batu membuat peningkatan terhadap pendapatan ekonomi pariwisata
tersebut, sehingga pariwisata di kota Batu terus berkembang menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
http://abstraksiekonomi.blogspot.co.id/2013/07/jenis-jenis-pariwisata-dan-unsur.html
http://pariwisatablogku.blogspot.co.id/2015/08/pengantar-pariwisata.html
https://ryanaryagunawan.wordpress.com/2012/02/04/pariwisata-ekonomi-kreatif/
https://felixzkurniawan.wordpress.com/2013/05/13/ekonomi-pariwisata/