Anda di halaman 1dari 22

3.

1 Definisi Sistem Kepariwisataan


3.1.1 Pengertian Sistem Kepariwisataan

Sistem kepariwisataan terdiri dari kata “sistem” dan “kepariwisataan”. Sistem


adalah suatu kesatuan yang yang terdiri dari komponen atau elemen yang dihubungkan
bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi, atau energi. Sistem juga
merupakan kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan yang berada dalam suatu
wilayah serta memiliki item-item penggerak.

Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan


pariwisata. Sistem kepariwisataan adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang terdiri dari
komponen atau elemen yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata. Elemen-
elemen dalam sistem kepariwisataan terdiri dari objek kepariwisataan, atribut
kepariwisataan, hubungan internal, dan lingkungan.

Kepariwisataan memiliki tiga komponen:

a) Asal, tempat tinggal wisatawan.

b) Perjalanan, sarana untuk tiba di tempat tujuan dan kembali ke tempat asal.

c) Tujuan, tempat kunjungan yang jauh dari asal.

3.1.2 Fungsi Sistem Kepariwisataan


Adapun fungsi dari sistem kepariwisataan ini terdiri dari 4 fungsi, antara lain :
1. Melakukan pendataan/inventarisasi sumber - sumber potensi daerah, terutama di
sektor Pariwisata, termasuk didalamnya :
a. Pemetaan wilayah pariwisata (raw data)
b. Pembuatan peta tematik daerah wisata dan sebarannya berdasarkan jenis obyek
wisata (wisata pantai/laut, gunung/tebing, hutan/kebun atau wisata lainnya),
lokasi obyek wisata, dan lain-lain.
c. Pembuatan peta tematik sarana dan prasarana wisata meliputi hotel, restoran,
tempat ibadah, SPBU, tempat belanja, bank, dan lain-lain (site map wisata).
2. Menyediakan fungsi pengelolaan basis data pariwisata
3. Menyediakan sistem informasi pariwisata, meliputi
a. Jenis dan deskripsi obyek wisata, letak daerahnya dan transportasi menuju ke
obyek.
b. Sarana dan prasarana wisata meliputi hotel, restoran, tempat ibadah, spbu, bank,
dll.
4. Menyediakan sistem aplikasi kepariwisataan, meliputi
a. Administrasi pengunjung (tiket masuk, retribusi, statistik pengunjung, dll
b. Sistem layanan wisata (pemesanan tiket, koordinasi dengan biro perjalanan)
c. Pembukuan, administrasi umum, keuangan (untuk pengelolaan byek wisata
daerah)

3.2 Dimensi Wilayah dalam Sistem Kepariwisataan


Dimensi wilayah adalah penjelasan mengenai suatu wilayah yang menjadi tujuan wisata
seperti wilayah perairan, daratan, pegunungan, dan sebagainya. Dimensi wilayah juga
menjelaskan mengenai garis-garis batas suatu perairan atau pulau di suatu wilayah tujuan
pariwisata.

3.3 Terminologi Kepariwisataan


Berikut beberapa istilah yang sering kita temui dalam kepariwisataan

a. Pariwisata atau turisme adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi atau liburan,
dan juga persiapan yang dilakukan untuk aktivitas ini. Seorang wisatawan atau turis adalah
seseorang yang melakukan perjalanan paling tidak sejauh 80 km (50 mil) dari rumahnya
dengan tujuan rekreasi, merupakan definisi oleh Organisasi Pariwisata Dunia

b. Accessibility (Aksesibilitas) adalah derajat kemudahan dicapai oleh orang terhadap suatu
objek, pelayanan ataupun lingkungan.

c. Agritourism adalah suatu kegiatan perjalanan / wisata yang dipadukan dengan aspek-aspek
kegiatan pertanian. Pengertian ini mengacu pada unsur rekreatif yang memang sudah
menjadi ciri kegiatan wisata, unsur pendidikan dalam kemasan paket wisatanya, serta unsur
sosial ekonomi dalam pembangunan pertanian dan perdesaan.

1
d. Backpacker adalah seorang yang melakukan perjalanan / traveling yang membawa selalu
membawa tas dipunggungnya

e. Bahari adalah perjalanan pariwisata yang berhubungan pada rekreasi atau melancong, yang
objeknya adalah laut dan isinya (berselancar, menyelam, berperahu ).

f. Cinderamata adalah sebuah jenis oleh-oleh yang khas dari suatu tempat wisata

g. Diving adalah kegiatan menyelam di dalam laut biasanya bertujuan untuk melihat dan
menikmati keindaha bawah laut.

h. Eduwisata adalah salah satu metode perjalanan wisata dengan tujuan belajar.

i. Ekowisata adalah metode perjalanan wisata dengan dasar tourism responsibility dimana
baik pengunjung maupun pengelola bertanggung jawab terhadap tempat wisata tersebut.

j. Jet Lag adalah suatu perasaan yang sangat lelah sewaktu melakukan penerbangan yang
sangat lama.

k. LO (Liaison Officer) adalah petugas penghubung / perantara yang membantu pengunjung


atau tamu untuk mengantar ketempat-tempat tujuannya.

3.4 Klasifikasi Kepariwisataan

Demikian beragamnya motif wisata yang mendorong seseorang melakukan perjalanan


wisata, Akan tetapi tidak ada kepastian apakah semua jenis motif wisata telah atau dapat
diketahui. Pada hakikatnya motif orang motif orang untuk mengadakan perjalanan wisata itu
tidak terbatas dan tidak dapat dibatasi. McIntosh mengklasifikasikan motif-motif wisata yang
dapat diduga menjadi empat (4) kelompok, yaitu:

1. Motif Fisik, yaitu motif-motif yang berhubungan dengan kebutuhan badaniah, seperti
olahraga, istirahat, kesehatan dan sebagainya
2. Motif budaya, yang harus diperhatikan disini adalah yang bersifat budaya seperti, sekedar
untuk mengenal atau memahami tata cara dan kebudayaan bangsa atau daerah lain:

2
kebiasaannya, kehidupannya sehari-hari, kebudayaannya yang berupa bangunan, musik,
tarian dan sebagainya;
3. Motif Interpersonal, yang berhubungan dengan keinginan untuk bertemu dengan
keluarga, teman, tetangga, atau sekedar dapat melihat tokoh-tokoh terkenal: penyanyi,
penari, bintang film, tokoh politik dan sebagainya;
4. Motif status atau motif prestise. Banyak orang beranggapan bahwa orang yang pernah
mengunjungi tempat lain itu dengan sendirinya melebihi sesamanya yang tidak bepergian.
Orang yang pernah bepergian ke daerah-daerah lain dianggap atau merasa dengan
sendirinya naik gengsinya atau statusnya.

Klasifikasi McIntosh tersebut sudah tentu dapat disubklasifikasikan menjadi kelompok-


kelompok motif yang lebih kecil. Motif-motif yang lebih kecil tersebut digunakan untuk
menentukan tipe perjalanan wisata. Misalnya, tipe wisata rekreasi, olahraga, ziarah,
kesehatan.
Dibawah ini tercantum sejumlah subkelas motif wisata serta tipe wisatanya yang sering
disebut-sebut sebagai berikut:
a. Wisata Bersenang-senang atau Tamasya. Motif bersenang-senang atau tamasya,
melahirkan tipe wisata tamasya. Wisatawan tipe ini ingin mengumpulkan pengalaman
sebanyak-banyaknya, mendengarkan dan menikmati apa saja yang menarik perhatian. Ia
tidak terikat pada satu sasaran yang sudah ditentukan dari rumah. Wisatawan tamasya
berpindah-pindah dari tempat yang satu ke tempat yang lain dengan menikmati
pemandangan alam, adat kebiasaan setempat, pesta rakyat, hiruk pikuk kota besar atau
ketenangan tempat yang sepi, monumen, peninggalan sejarah dan sebagainya. Wisatawan
tipe ini sukar dibedakan dari tipe wisatawan tipe berikutnya.
b. Wisata Rekreasi. Motif rekreasi dengan tipe wisata rekreasi ialah kegiatan yang
menyelenggarakan kegiatan yang menyenangkan yang dimaksudkan untuk memulihkan
kesegaran jasmani dan rohani manusia. Kegiatan-kegiatannya dapat berupa olahraga (tenis,
berkuda, mendaki gunung), membaca, mengerjakan hobi dan sebagainya; juga dapat diisi
dengan perjalanan tamasya singkat untuk menikmati keadaan di sekitar tempat menginap
(Sightseeing). Bedanya dengan wisatawan tipe wisata tamasya adalah; wisatawan tipe

3
rekreasi biasanya menghabiskan waktunya di satu tempat saja, sedang wisatawan tamasya
berpindah-pindah tempat.
c. Wisata Kebudayaan. Dalam tipe wisata kebudayaan orang tidak hanya sekedar
mengunjungi suatu tempat untuk menyaksikan dan menikmati atraksi, akan tetapi lebih
dari itu. Ia mungkin datang untuk mempelajari atau mengadakan penelitian tentang
keadaan setempat. Seniman-seniman sering mengadakan perjalanan wisata untuk
memperkaya diri, menambah pengalaman dan mempertajam kemampuan penghayatannya.
Pelukis-pelukis sering menjelajahi daerah-daerah tertentu untuk mencari dan
mengumpulkan obyek lukisan. Mereka itu semua mengadakan perjalanan berdasarkan
motif kebudayaan. Jelaslah bahwa atraksi tidak selalu berupa kebudayaan, dapat juga
berupa keindahan alam, atau seniman, atau guru yang terkenal, untuk mengadakan
wawancara, bertukar pikiran dan sebagainya. Dalam wisata budaya itu juga termasuk
kunjungan wisatawan ke berbagai peristiwa khusus (special events) seperti upacara
keagamaan, penobatan raja, pemakaman tokoh tersohor, pertunjukan rombongan kesenian
yang terkenal dan sebagainya.
d. Wisata Olahraga. Wisata olahraga ialah pariwisata di mana wisatawan mengadakan
perjalanan wisata karena motif olahraga. Wisata olahraga ini merupakan bagian yang
penting dalam kegiatan pariwisata. Olahraga dewasa ini merata di kalangan rakyat dan
tersebar di seluruh dunia, dengan bermacam-macam organisasi baik yang bersifat nasional
maupun internasional. Dalam hubungan dengan olahraga, harus dibedakan antara pesta
olahraga atau pertandingan olahraga (sporting events).
e. Wisata Bisnis. Bisnis merupakan motif dalam wisata bisnis. Banyak hubungan terjadi
antara orang-orang bisnis. Ada kunjungan bisnis, ada pertemuan-pertemuan bisnis, ada
pekan raya dagang yang perlu dikunjungi dan sebagainya, ada yang besar, ada yang kecil.
Semua peristiwa itu mengundang kedatangan orang-orang bisnis, baik dari dalam maupun
dari luar negeri. Arus wisatawan itu tidak hanya bertambah besar pada waktu peristiwa-
peristiwa itu terjadi.
f. Wisata Konvensi. Banyak pertemuan-pertemuan nasional maupun internasional untuk
membicarakan bermacam-macam masalah: Kelaparan dunia, pelestarian hutan,
pemberantasan penyakit tertentu, sekadar untuk pertemuan tahunan antara ahli-ahli di

4
bidang tertentu, dan sebagainya. Perjalanan wisata yang timbul karenanya pada umumnya
disebut wisata konvensi.
g. Wisata Spiritual. Motif spiritual dan wisata spiritual merupakan salah satu tipe wisata yang
tertua. Sebelum orang mengadakan perjalanan untuk rekreasi, bisnis, olahraga dan
sebagainya, orang sudah mengadakan perjalanan untuk berziarah (pariwisata ziarah) atau
untuk keperluan keagamaan lain. Tempat-tempat ziarah di Palestina, Roma, Mekkah dan
Madinah merupakan tempat-tempat tujuan perjalanan pariwisata yang penting.
h. Wisata Kesehatan. Wisata kesehatan (health tourism) pada zaman dahulu merupakan tipe
wisata yang penting sekali. Selalu ada kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan
pariwisata di tempat-tempat sumber air mineral (spa) yang dianggap memiliki khasiat
untuk menyembuhkan penyakit. Atau wisata kesehatan seperti yang sekarang sering
dilakukan pasien Indonesia yang berobat ke Singapura, Jepang, check up ke Amerika
Serikat, dan sebagainya. Perjalanan pasien-pasien tersebut adalah perjalanan wisata
kesehatan.
i. Wisata Sosial (Social Tourism). Wisata yang dimaksud bukanlah wisata yang berdasarkan
motif sosial. Seperti motif wisata pada umumnya, motif wisata sosial ialah reakreasi,
bersenang-senang (pleasure tourism) atau sekadar mengisi waktu libur. Akan tetapi
perjalanannya dilaksanakan dengan bantuan pihak-pihak tertentu yang diberikan secara
sosial. Bantuan itu dapat berupa kendaraan, tempat penginapan seperti wisma
peristirahatan atau hotel, yang hanya menarik sewa yang rendah sekali. Sebagai contohnya,
wisata sosial buruh suatu pabrik untuk mengisi waktu liburan yang diberi subsidi oleh
perusahaan, berupa angkutan, makan, dan wisma peristirahatan.

4.1 Ekonomi Nasional


Perekonomian nasional adalah sistem yang digunakan oleh suatu negara untuk
mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya. Sehinga ekononomi nasional ini
diperuntukkan bagi masyarakat yang menginginkan agar Indonesia menjadi negara yang
mandiri sehingga segala hasil sumber daya alam bisa digunakan untuk kemakmuran rakyat
dan tidak tergantung oleh hutang luar negeri atau lembaga seperti IMF.
Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, ihwal
Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial antara lain dinyatakan sebagai berikut:

5
1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan;
2) Cabang-cabang produski yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup
orang banyak dikuasai oleh negara;
3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara
dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat;
4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas asas demokrasi ekonomi dengan
prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan,
kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi
nasional.

Kondisi ekonomi suatu Negara mencerminkan bagaimana keadaan Negara tersebut,


apakah Negara tersebut maju atau tidak, tingkat keamanannya, serta masalah kesehatannya.
Saat ini Negara Indonesia masih dalam masa perbaikan atas peristiwa krisis ekonomi yang
terjadi saat pemerintahan orde baru tahun 1998.
Sebenarnya pertumbuhan perekonomian Indonesia yang sangat bagus terjadi pada masa
orde baru, atau pada masa pemerintahan Soeharto. Pada saat itu pemerintah mencanangkan
pelaksanaan pola umum pembangunan jangka panjang (25-30 tahun) secara periodik lima
tahunan yang disebut pelita ,yang kebijakan ekonominya mencakup segala bidang seperti,
kebutuhan pokok,pendidikan dan kesehatan, kesempatan kerja, kesempatan berusaha,
penyebaran pembangunan, dan lain- lain.
Pada tahun 1984 Indonesia berhasil swasembada beras, kesuksesan ini mendapatkan
penghargaan dari FAO(Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia) pada tahun 1985. Ini suatu
prestasi yang sangat luar biasa bagi Indonesia , dan sangat sulit di ulangi hingga saat ini.
Namun dampak negative pada saat pemerintahan Soeharto ialah terjadinya krisis
moneter yang melanda negara ini, yang disebabkan banyaknya hutang luar negeri. Selain
itu KKN pun merajalela, kemudian timbulah perbedaan ekonomi antar daerah, antar
golongan pekerjaan, antar kelompok dalam masyarakat terasa semakin tajam. Hal ini yang
menyebabkan runtuhnya orde baru.
Setelah orde baru sampai saat ini Indonesia masih berusaha untuk memperbaiki kondisi
ekonominya dan hal itu membawa dampak yang positif. Dimana pertumbuhan ekonomi
Indonesia dinilai terus membaik dan terjaga disekitar 5 persen dalam 3 tahun terakhir. Pada

6
2015, ekonomi tumbuh 4,88 persen, 5,02 persen di 2016, dan diperkirakan 5,01 persen
pada 2017.

4.2 Kontribusi Pariwisata Terhadap Ekonomi Nasional dan Regional


A. Kontribusi Pariwisata Terhadap Ekonomi Nasional
Kontribusi pariwisata terhadap pendapatan pemerintah dapat diuraikan menjadi dua,
yakni: kontribusi langsung dan tidak langsung. Kontribusi langsung berasal dari pajak
pendapatan yang dipungut dari para pekerja pariwisata dan pelaku bisnis pariwisata pada
kawasan wisata yang diterima langsung oleh dinas pendapatan suatu destinasi.
Sedangkan kontribusi tidak langsung pariwisata terhadap pendapatan pemerintah
berasal dari pajak atau bea cukai barang-barang yang di import dan pajak yang dikenakan
kepada wisatawan yang berkunjung.
Dalam kedua konteks di atas, WTO memprediksi bahwa usaha perjalanan wisata dan
bisnis pariwisata tersebut secara langsung dan tidak langsung termasuk juga pajak
perorangan telah berkontribusi terhadap pariwisata dunia melampaui US$ 800 billion pada
tahun 1998, dan pada tahun 2010 berlipat dua kali jika dibandingkan tahun 1998. Pariwisata
dapat meningkatkan pendapatan bagi pemerintah di mana pariwisata tersebut dapat
dikembangkan dengan baik.
Pada beberapa negara yang telah mengembangkan sektor pariwisata, terbukti bahwa
sektor pariwisata secara internasional berkontribusi nyata terhadap penciptaan peluang kerja,
penciptaan usaha-usaha terkait pariwisata seperti usaha akomodasi, restoran, klub, taxi, dan
usaha kerajinan seni souvenir.
Menurut Canada Government Revenue Attributable to Tourism, (2007), mendifinisikan
bahwa yang dimaksud “Tourism employment” adalah ukuran yang dipakai untuk mengukur
besarnya tenaga kerja yang terserap secara langsung pada sector pariwisata termasuk juga
besarnya tenaga kerja yang terserap di luar bidang pariwisata akibat keberadaan
pembangunan pariwisata. Dan WTO mencatat kontribusi sector pariwisata terhadap
penyediaan lahan pekerjaan sebesar 7% secara internasional.
Sedangkan menurut Mitchell dan Ashley 2010, mencatat bahwa sumbangan pariwisata
dalam penyerapan tenaga kerja jika dibandingkan dengan sector lainnya menunjukkan angka
yang cukup berarti, dan indeks terbesar terjadi di Negara New Zealand sebesar 1,15 disusul

7
oleh Negara Philipines, kemudian Chile, Papua New Guinea, dan Thailand sebesar 0,93.
Sementara di Indonesia indeks penyerapan tenaga kerja dari sector pariwisata sebesar 0,74,
masih lebih rendah jika dibandingkan Negara Afrika Selatan yang mencapai 0,84.
Dalam dua kasus di atas, pariwisata memegang peranan penting dalam penyerapan
tenaga kerja di hampir semua Negara yang mengembangkan pariwisata, walaupun harus
diakui sector pertanian “agriculture” masih lebih besar indeks penyerapannya dan berada di
atas indeks penyerapan tenaga kerja oleh sector pariwisata di hampir semua Negara.

B. Kontribusi Pariwisata Terhadap Ekonomi Regional


Berdasarkan fakta yang ada, pariwisata memberikan dampak yang cukup signifikan
terhadap keadaan suatu daerah baik itu dampak sosial, budaya sampai dengan ekonomi.
Namun, dampak yang sangat berperan dalam pengembangan masyarakat suatu daerah
adalah dampak ekonomi. Dengan adanya sektor pariwisata ini mampu mengembangkan
ekonomi lokal terutama pada daerah yang mempunyai daya tarik wisata yang cukup baik.
Selain itu, dampak ekonomi juga dapat bersifat positif maupun negatif dalam setiap
pengembangan obyek wisata.
 Segi Positif
Dampak ekonomi dari segi positif ini ada yang langsung dan ada juga yang tidak
langsung. Dampak positif langsungnya antara lain membuka lapangan pekerjaan yang
baru untuk komunitas lokal, yang sesuai dengan kemampuan dan skill dari masyarakat
sekitar sehingga masyarakat lokal bisa mendapatkan peningkatan taraf hidup yang
layak. Namun, selain untuk masyarakat lokal, dampak ekonomi juga akan berpengaruh
bagi pemerintah daerah yang akan mendapatkan pendapatan dari pajak. Pajak yang
didapatkan oleh pemerintah biasanya dalam bentuk pajak hiburan dan sebagainya.
Sedangkan dampak ekonomi yang tidak langsung adalah kemajuan pemikiran akan
pengembangan suatu obyek wisata, terutama dengan adanya emansipasi wanita
sehingga wanita pun bisa bekerja. Dengan begitu dapat lebih mengembangkan
perekonomian lokal melalui pemberdayaan masyarakat dari semua kalangan, tidak
terkecuali kaum wanita.

8
 Segi Negatif
Dari segi negatifnya, dampak terhadap ekonomi lokal sebenarnya tidak serta merta
berjalan lancer, banyak faktor yang menyebabkan tidak semua masyarakat lokal
menerima dampak dari perkembangan perekonomian, antara lain adanya kebocoron.
Kebocoran dalam pariwisata ini banyak disebabkan karena adanya investor yang
menanamkan modalnya untuk mengembangkan objek wisata di suatu daerah. Hal
seperti inilah yang sebenarnya harus dapat dicegah oleh pemerintah daerah agar
pendapatan yang diterima oleh daerah tidak dijajah oleh para investor luar.
Pengembangan suatu obyek wisata yang dilakukan dengan baik akan menghasilkan
pendapatan ekonomi yang baik juga untuk komunitas setempat (Joseph D. Fritgen, 1996).
Menurut Prof.Ir Kusudianto Hadinoto bahwa suatu tempat wisata yang direncanakan
dengan baik, tidak hanya memberikan keuntungan ekonomi yang memperbaiki taraf ,
kualitas dan pola hidup komunitas setempat, tetapi juga peningkatan dan pemeliharaan
lingkungan yang lebih baik. Menurut Mill dalam bukunya yang berjudul “The Tourism,
International Business” (2000, p.168-169), menyatakan bahwa : “pariwisata dapat
memberikan keuntungan bagi wisatawan maupun komunitas tuan rumah dan dapat
menaikkan taraf hidup melalui keuntungan secara ekonomi yang dibawa ke kawasan
tersebut.
4.3 Pertumbuhan Pariwisata dan Dampaknya terhadap Suatu Perekonomian

A. Pertumbuhan Pariwisata
Pariwisata merupakan industry perdagangan jasa yang memiliki mekanisme
pengaturan yang kompleks karena mencakupn pengaturan pergerakan wisatawan dari
Negara asalnya, di daerah tujuan wisata hingga kembali ke Negara asalnya yang
melibatkan berbagai hal, seperti: transportasi, penginapan, restoran, pemandu wisata, dan
lain-lain. Oleh karena itu, industry pariwisata memegang peranan yang sangat penting
dalam pengembangan pariwisata.
Dalam menjalankan perannya, industry pariwisata harus menerapkan konsep dan
peraturan serta panduan yang berlaku dalam pengembangan pariwisata agar mampu
mempertahankan dan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan yang nantinya
bermuara pada pemberian manfaat ekonomi bagi industry pariwisata dan masyarakat
local. Industry-industri pariwisata yang sangat berperan dalam pengembangan pariwisata

9
adalah: biro perjalanan wisata, hotel dan restoran. Selain itu juga di dukung oleh industry-
industri pendukung pariwisata lainnya.
Pariwisata Indonesia menjadi sektor paling menjanjikan. Bahkan, sektor ini
memiliki peran penting terhadap perekonomian. Ini bisa dilihat dari tren pertumbuhannya
yang selalu di atas pertumbuhan ekonomi Indonesia dan melebihi perkembangan
pariwisata dunia.
Menurut Arief Yahya selaku Menteri Pariwisata Republik Indonesia dalam acara
Jumpa Pers Akhir Tahun di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona
Kementerian Pariwisata "Untuk tahun 2017, Indonesia diproyeksikan hanya akan
mendapatkan 16,2 juta wisman atau sekitar 95 persen dari target yang ditetapkan sebesar
17 juta wisman. Meskipun target wisman meleset, namun perolehan devisa pariwisata
tahun ini mencapai US$ 17,6 miliar atau di atas target," ungkap Menpar. Ditambahkan
Menpar, perolehan devisa pariwisata sebesar US$ 17,6 miliar tersebut dengan perhitungan
capaian 16,2 juta wisman dikalikan ASPA (Average Spending per Arrival) atau rata-rata
pengeluaran per kunjungan sebesar US$ 1.100/wisman. Perolehan devisa pariwisata tahun
ini akan menempatkan posisinya sebagai penghasil devisa terbesar, mengalahkan atau
sejajar dengan devisa Crude Palm Oil (CPO) sebesar US$ 16 miliar berada di urutan
teratas.
Untuk pengembangan destinasi pariwisata, tambahnya, akan difokuskan pada
pengembangan 15 Destination Management Organization (DMO), desa wisata, pusat
rekreasi masyarakat, pasar wisata, zona kreatif, daya tarik wisata serta melakukan
kerjasama dan kemitraan.
Untuk sektor ekonomi kreatif, visi yang diusulkan adalah meningkatkan kualitas hidup,
toleransi, dan penciptaan nilai tambah. Langkah-langkah yang akan dilakukan agar sejalan
dengan visi tersebut adalah peningkatan daya saing dan penciptaan nilai tambah,
pengembangan institusi, apresiasi dan penegakan hukum, promosi terpadu dan
berkesinambungan, pengembangan SDM dan bahan baku, serta pengembangan teknologi
dan akses pembiayaan.

10
B. Dampak Pertumbuhan Pariwisata Terhadap Suatu Perekonomian
Pariwisata disambut sebagai industri yang membawa aliran devisa, lapangan pekerjaan
dan cara hidup modern. Industri periwisata memberikan keunikan tersendiri dibandingkan
dengan sektor ekonomi lain karena adanya empat faktor, yaitu :
a. Pariwisata adalah Industri Ekspor Fana
Segala transaksi yang terjadi di industri pariwisata berupa pengalaman yang dapat
diceritakan kepada orang lain, tetapi tidak dapat dibawa pulang sebagai cinderamata.
b. Butuhnya Barang dan Jasa Tambahan oleh Wisatawan
Saat seorang wisatawan mengunjungi suatu destinasi, ia selalu membutuhkan barang
dan jasa tambahan, seperti transportasi dan kebutuhan air bersih.
c. Pariwisata adalah Produk Fragmented But Intergreted
Maksudnya disini adalah pariwisata sebagai produk yang terpisah-pisah tetapi
terintegrasi dan langsung mempengaruhi sektor ekonomi lain. UU nomor 10 tahun 2009
tentang kepariwisataan secara jelas menyatakan, pariwisata berkaitan dengan banyak
sektor atau multisektor. Koordinasi strategis lintas sektor terkait dengan pariwisata di
antaranya dengan bidang pelayanan ke pelayanan kepabeanan, keimigrasian, dan
karantina; bidang keamanan dan ketertiban; bidang prasarana umum yang mencakupi
jalan, air abersih, listrik, telekomunikasi, dan kesehatan lingkungan; bidang transportasi
darat, laut, dan udara; dan bidang promosi pariwisara dan kerjasama luar negeri.
Kerjasama antarsektor harus diatur dengan tata kerja, mekanisme dan hubungan baik
untuk manfaat bersama.
d. Pariwisata Merupakan Ekspor yang Sangat Tidak Stabil
Sifat kepariwisataan yang dinamis dan musiman, membuat industri ini mngalami
fluktuasi yang sangat tinggi. Industri pariwisata rentan terhadap banyak hal, seperti
politik, sosial budaya, dan pertahanan keamanan.
Dampak pariwisata terhadap perekonomian bisa bersifat positif dan bisa negatif. Secara
umum dampak tersebut dapat dikelompokkan(Cohen, 1984) sebagai berikut :
1. Dampak terhadap peneriamaan devisa
2. Dampak terhadap pendapatan masyarakat
3. Dampak terhadap peluang kerja
4. Dampak terhadap harga dan tarif

11
5. Dampak terhadap distribusi manfaat dan keuntungan
6. Dampak terhadap kepemilikan dan pengendalian
7. Dampak terhadap pembangunan
8. Dampak terhadap pendapatan pemerintah

Keunikan industri pariwisata terhadap perekonomian berupa dampak ganda (multiplier


effect) dari pariwisata terhadap ekonomi. Pariwisata memberikan pengaruh tidak hanya
terhadap sektor ekonomi yang langsung terkait dengan industri periwisata, tetapi juga
industri tidak langsung terkait dengan industri pariwisata.

Gambar A. Dampak Ganda Pariwisata terhadap Perekonomian

Pariwisata memberikan keuntungan berganda ke bawah, terutama bagi masyarakat


setempat (trickle down). Secara ideal, pariwisata menghidupkan pemaok-pemasok lokal dan
mengurangi ketergantungan terhadap import. Dampak ganda dapat memperbaiki kualitas
pelayanan lokal dengan berinvestasi dan mendorong pembelajaan dalam negeri. Namun,
tidak tertutup kemungkianan, dampak ganda memperbesar kebocoran devisa, apabila
pembelanjaan masyarakat sarat dengan import.
Pariwisata memberikan keuntungan sebagai dampak positif, yang juga memberikan
kerugian sebagai dampak negatif. Beberapa keuntungan dari pariwisata terhadap
perekonomian di antaranya sebagai berikut :

12
a. Dampak terhadap Penerimaan Devisa
Di Indonesia, kontribusi pariwisata terhadap neraca peneriamaan negara dihitung
melalui Neraca Pariwisata Nasional (Nesparnas). Pada umumnya diistilahkan dengan
Tourism Satellite Account (TSA). Nesparnas menghitung secara kuantitatif melaui
standar statistik dengan mengacu pada UN System of National Accounts yang
menampilkan definisi dan klasifikasi yang dipergunakan untuk survey sesuai standar
internasional. Berdasarkan data dapat diketahui bahwa sumbangan periwisata terhadap
perekonomian dan keterkaitannya dengan berbagai sektor ekonomi lain baik konsumsi
yang dilakukan oleh wisatawan untuk sektor pariwisata maupun sektor lain.
Perhitungan Nesparnas terdiri atas beberapa subsektor dalam ekonomi
(perdagangan, hotel, restoran, transportasi dan jasa), faktor pendapatan (upah,
keuntungan, dan bunga) serta komposisi pengeluaran (konsumsi, pemerintah, investasi,
ekspor, dan impor). Ketiga komponen itu dihitung menjadi satu sebagai devisa dari sektor
kepariwisataan. Nesparnas menggambarkan besaran devisa yang mengalir masuk dan
mengalir keluar dari sektor pariwisata.
b. Dampak terhadap Pendapatan Masyarakat
Setiap kegiatan pariwisata menghasilkan pendapatan khususnya bagi masyarakat
setempat . Pendapatan itu dihasilkan dai transaksi antara wisatawan dan tuan rumah dalam
bentuk pembelanjaan yang dilakukan oleh wisatawan. Pengeluaran wisatawan
terdistribusi tidak hanya ke pihak-pihak yang terlibat langsung dalam industri pariwisata
seperti hotel, restoran, biro perjalanan wisata, dan pemandu wisata. Distribusi
pengeluaran wisatawan juga diserap ke sektor pertanian, sektor industri kerajinan, sektor
angkutan, sektor komunikasi, dan sektor lain yang terkait.
c. Dampak terhadap Peluang Kerja
Pariwisata merupakan industri yang menawarkan beragam jenis pekerjaan kreatif
sehingga mampu menampung jumlah tenaga kerja yang cukup banyak. Seorang
wisatawan dilayani oleh banyak orang. Sebagai contoh, wisatawan yang bersantai di
pantai dapat memberikan pendapatan bagi penjual makan-minum, penyewa tikar,
pemijat, dan pekerja lain.

13
d. Dampak terhadap Struktur Ekonomi
Peningkatan pendapatan masyarakat dari industri pariwisata membuat struktur
ekonomi masyarakat menjadi lebih baik. Masyarakat bisa memperbaiki kehidupan dari
bekerja di industri pariwisata.
e. Dampak dalam Membuka Peluang Investasi
Keragaman usaha dalam industri pariwisata memberikan peluang bagi para
investor untuk menanamkan modal. Kesempatan berinvestasi di daerah wisata berpotensi
membentuk dan meningkatkan perekonomian masyarakat setempat.
f. Dampak terhadap Aktivitas Wirausaha
Adanya kebutuhan wisatawan saat berkunjung ke destinasi wisata mendorong
masyarakat untuk menyediakan kebutuhannya dengan membuka usaha atau wirausaha.
Pariwisata membuka peluang untuk berwirausaha dengan menjajahkan berbagai
kebutuhan wisatawan, baik produk barang maupun produk jasa.
Selain keuntungan-keuntungan itu, pariwisata memberikan dampak yang merugikan
bagi masyarakat di antaranya sebagai berikut :
a. Bahaya Ketergantungan terhadap Industri pariwisata
Melihat banyaknya keuntungan yang dapat diperoleh dari sektor pariwisata namun
beberapa daerah tujuan wisata menjadi sangat tergantung dari kepariwisataan untuk
kehidupannya. Hal ini menjadikan wisatawan sangat rentan terhadap perubahan
permintaan wisata.
b. Pengembalian Modal Lambat
Industri pariwisata adalah Industri dengan investasi yang besar dan pengembalian
modal yang lambat. Hal ini menyebabkan kesulitan bagi pengusaha pariwisata untuk
mendapatkan pinjaman untuk modal usaha.
c. Mendorong Timbulnya Biaya Eksternal Lain
Pengembangan pariwisata menyebabkan muncul biaya eksternal lain bagi penduduk
di daerah tujuan wisata, seperti biaya kebersihan lingkungan, biaya pemeliharaan
lingkungan yang rusak akibat aktivitas wisata, dan peluang lain.

14
4.4 Mengukur Sumbangan Pariwisata
a. Foreign Exchange Earnings
Pengeluaran sektor pariwisata akan menyebabkan perekonomian masyarakat local
menggeliat dan menjadi stimulus berinvestasi dan menyebabkan sektor keuangan
bertumbuh seiring bertumbuhnya sektor ekonomi lainnya.
Pengalaman di beberapa negara bahwa kedatangan wisatawan ke sebuah destinasi wisata
juga menyebabkan bertumbuhnya bisnis valuta asing untuk memberikan pelayanan dan
kemudahan bagi wisatawan selama mereka berwisata.
b. Contributions To Government Revenues
Kontribusi pariwisata terhadap pendapatan pemerintah dapat diuraikan menjadi
dua, yakni: kontribusi langsung dan tidak langsung. Kontribusi langsung berasal dari
pajak pendapatan yang dipungut dari para pekerja pariwisata dan pelaku bisnis pariwisata
pada kawasan wisata yang diterima langsung oleh dinas pendapatan suatu destinasi.
Sedangkan kontribusi tidak langsung pariwisata terhadap pendapatan pemerintah berasal
dari pajak atau bea cukai barang-barang yang di import dan pajak yang dikenakan kepada
wisatawan yang berkunjung.
Dalam kedua konteks di atas, WTO memprediksi bahwa usaha perjalanan wisata
dan bisnis pariwisata tersebut secara langsung dan tidak langsung termasuk juga pajak
perorangan telah berkontribusi terhadap pariwisata dunia melampaui US$ 800
billion pada tahun 1998, dan pada tahun 2010 berlipat dua kali jika dibandingkan tahun
1998.
Menurut penelitian, pariwisata Kanada menghasilkan $ 19, 7 Juta pendapatan untuk
ketiga tingkat pemerintahan gabungan di Kanada pada tahun 2007. Dan Belanja Kanada
menyumbang tiga dari setiap empat dolar, sementara satu dari empat dolar berasal dari
wisatawan asing yang berwisata di Kanada.
c. Employment Generation
Pada beberapa negara yang telah mengembangkan sektor pariwisata, terbukti
bahwa sektor pariwisata secara internasional berkontribusi nyata terhadap penciptaan
peluang kerja, penciptaan usaha-usaha terkait pariwisata seperti usaha akomodasi,
restoran, klub, taxi, dan usaha kerajinan seni souvenir.

15
Menurut Canada Government Revenue Attributable to Tourism, (2007), mendifinisikan
bahwa yang dimaksud “Tourism employment” adalah ukuran yang dipakai untuk
mengukur besarnya tenaga kerja yang terserap secara langsung pada sector pariwisata
termasuk juga besarnya tenaga kerja yang terserap di luar bidang pariwisata akibat
keberadaan pembangunan pariwisata. Dan WTO mencatat kontribusi sector pariwisata
terhadap penyediaan lahan pekerjaan sebesar 7% secara internasional.
d. Infrastructure Development
Berkembangnya sektor pariwisata juga dapat mendorong pemerintah lokal untuk
menyediakan infrastruktur yang lebih baik, penyediaan air bersih, listrik, telekomunikasi,
transportasi umum dan fasilitas pendukung lainnya sebagai konsekuensi logis dan
kesemuanya itu dapat meningkatkan kualitas hidup baik wisatawan dan juga masyarakat
local itu sendiri sebagai tuan rumah.
Sepakat membangun pariwisata berarti sepakat pula harus membangun yakni daya tarik
wisata “attractions” khususnya daya tarik wisata man-made, sementara untuk daya tarik
alamiah dan budaya hanya diperlukan penataan dan pengkemasan. Karena Jarak dan
waktu tempuh menuju destinasi “accesable” akhirnya akan mendorong pemerintah untuk
membangun jalan raya yang layak untuk angkutan wisata, sementara fasilitas pendukung
pariwisata “Amenities” seperti hotel, penginapan, restoran juga harus disiapkan.
Pembangunan infrastruktur pariwisata dapat dilakukan secara mandiri ataupun
mengundang pihak swasta nasional bahkan pihak investor asing khususnya untuk
pembangunan yang berskala besar seperti pembangunan Bandara Internasional, dan
sebagainya. Perbaikan dan pembangunan insfrastruktur pariwisata tersebut juga akan
dinikmati oleh penduduk local dalam menjalankan aktifitas bisnisnya, dalam konteks ini
masyarakat local akan mendapatkan pengaruh positif dari pembangunan pariwisata di
daerahnya.
e. Development of Local Economies
Pendapatan sektor pariwisata acapkali digunakan untuk mengukur nilai ekonomi
pada suatu kawasan wisata. Sementara ada beberapa pendapatan lokal sangat sulit untuk
dihitung karena tidak semua pengeluaran wisatawan dapat diketahui dengan jelas seperti
misalnya penghasilan para pekerja informal seperti sopir taksi tidak resmi, pramuwisata
tidak resmi, dan lain sebagainya. WTO memprediksi bahwa pendapatan pariwisata secara

16
tidak langsung disumbangkan 100% secara langsung dari pengeluaran wisatawan pada
suatu kawasan. Dalam kenyataannya masyarakat local lebih banyak berebut lahan
penghidupan dari sector informal ini, artinya jika sector informal bertumbuh maka
masyarakat local akan mendapat menfaat ekonomi yang lebih besar.
Sebagai contoh, peran pariwisata bagi Provinsi Bali terhadap perekonomian daerah
“PDRB” sangat besar bahkan telah mengungguli sector pertanian yang pada tahun-tahun
sebelumnya memegang peranan penting di Bali. Salah satu cara melihat sumbangan sektor
pariwisata terhadap PDRB dapat dilihat dengan dua cara, yaitu: Dari sisi permintaan
(demand side) yang berkaitan dengan pengeluaran wisatawan. Gabungan dari sisi
penawaran (supply side) dan sisi permintaan (demand side). Dari sisi penawaran sebagian
sektor pariwisata bisa dilihat dalam PDRB yang mencakup restoran/rumah makan dan
jasa hiburan. Sedangkan sisi permintaan adalah semua pengeluaran wisatawan baik
wisman maupun wisnus, di luar pengeluaran yang telah ada dalam sisi penawaran, yang
merupakan output dari usaha-usaha yang melayani para wisatawan. Dengan mengalikan
rasio nilai tambah dari usaha-usaha tersebut dengan outputnya maka diperoleh nilai
tambah yang ditimbulkan oleh permintaan wisatawan. Sehingga dengan menjumlahkan
kedua nilai tambah dari sisi penawaran dan permintaan dapat diperoleh nilai tambah
sektor pariwisata secara keseluruhan.
Sementara itu barang-barang impor akan menjadi mahal apabila diukur dengan mata uang
rupiah, sehingga bahan baku usaha industri yang masih banyak mengandalkan dari luar
negeri akan semakin tidak efisien. Kenaikan harga barang dan jasa pada umumnya tidak
bisa terelakkan lagi. Ini bisa dilihat dengan tingginya laju inflasi pada tahun 1998 yang
hampir mencapai 80 persen. Daya beli masyarakat menjadi turun, suku bunga pinjaman
di bank menjadi tinggi mengakibatkan lesunya roda perekonomian nasional maupun
regional. Banyak perusahaan yang gulung tikar akibat resesi ini sehingga peningkatan
pengangguran tidak terelakkan lagi dengan banyaknya pekerja yang di-PHK.
Di sisi lain banyak usaha-usaha kecil yang sifatnya informal bermunculan dengan
menampung tenaga kerja korban PHK, seperti munculnya cafe-cafe di ibukota. Usaha-
usaha tersebut berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 tahun 1990 tentang Pariwisata
merupakan bagian dari usaha penyediaan sarana pariwisata. Tampaknya dengan

17
terpuruknya berbagai usaha akhir-akhir ini menjadikan sebagian usaha pariwisata tetap
bisa bertahan.

f. Sumbangan Sektor Pariwisata dari Sisi Permintaan


Dari total pengeluaran wisman pada tahun 1998 sebesar Rp 7.796,89 milyar dan
wisnus sebesar Rp 4.725,82 milyar tercipta nilai tambah Rp 7.455,53 milyar. Nilai tambah
ini ternyata yang terbesar terserap pada usaha jasa akomodasi, yaitu 24,5 persen diikuti
dengan pengeluaran untuk transport sebesar 20,7 persen. Sedangkan porsi terkecil
dikeluarkan untuk keperluan tamasya yang hanya mencapai 2,8 persen dari total nilai
tambah yang diciptakan wisatawan.
Namun apabila di lihat pada tahun 1997 dan 1998 di mana krisis ekonomi melanda
Indonesia, justru pariwisata memberikan sumbangan yang lebih besar jika dibandingkan
dengan tahun-tahun tidak terjadinya krisis. Ini menunjukkan bahwa pariwisata bisa
merupakan sektor yang bisa diharapkan menjadi sektor andalan dalam menciptakan nilai
tambah dimasa krisis. Bahkan sesuai dengan GBHN bahwa sektor pariwisata khususnya
pemasukan devisa dari wisman dapat menjadi sektor andalan penerimaan devisa setelah
menurunnya ekspor Indonesia akhir-akhir ini. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah
untuk terus bisa meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia
yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan masyarakat dan meningkatkan
mobilitas masyarakat Indonesia yang pada akhirnya akan meningkatkan jumlah
kunjungan wisnus.
Jumlah kunjungan wisnus maupun PDRB menurut harga yang berlaku
menunjukkan adanya peningkatan dari tahun ke tahun. Sedangkan jumlah wismannya
terlihat adanya tren yang menurun sejak tahun 1997. Hal ini berkaitan dengan peristiwa-
peristiwa yang terjadi di ibukota mulai dari bulan Mei 1998 di mana pemberitaan
terjadinya kerusuhan di luar negeri sudah tidak bisa dibendung lagi yang mengakibatkan
ditundanya atau dibatalkannya rencana perjalanan wisman untuk berkunjung ke Indonesia
pada umumnya dan Jakarta pada khususnya.
g. Sumbangan Sektor Pariwisata dari Sisi Permintaan Dan Penawaran
Selama kurun waktu tujuh tahun (1992 - 1998) sumbangan sektor pariwisata
berdasarkan metode gabungan antara sisi permintaan dan penawaran mengalami fluktuasi

18
naik turun. Sumbangan terbesar terjadi pada tahun 1997 yang mencapai 10,95 persen dan
paling rendah terjadi pada tahun 1993 sebesar 8,80 persen. Namun bila dilihat menurut
jenis kegiatan sumbangan paling banyak selama kurun waktu tujuh tahun adalah rumah
makan/restoran.
Pada tahun 1997 di mana krisis ekonomi mulai melanda Indonesia, justru sektor
pariwisata memberikan sumbangan terbesar terhadap PDRB selama kurun waktu 7 tahun
(1992 - 1998). Tahun berikutnya, 1998, krisis ekonomi semakin terasa dampaknya oleh
masyarakat dan dunia usaha pada umumnya, termasuk usaha pariwisata. Sehingga
sumbangan sektor pariwisata terhadap PDRB pada tahun tersebut mengalami penurunan
sebesar 14,43 persen, yaitu dari 10,95 persen pada tahun 1997 menjadi 9,37 persen pada
tahun 1998.
4.5 Kasus : Tentang Perkembangan Pariwisata Bali dan Kontribusinya terhadap
Perekonomian Bali
Seperti yang telah kita ketahui bersama, Pulau Bali merupakan daya tarik wisata yang
dimiliki oleh Negara Indonesia secara Internasional. Oleh karena itu, harus ada perhatian
khusus dari pemerintah pusat mengenai bagaimana mengatur perputaran perekonomian yang
terjadi di Pulau Bali. Jangan sampai terjadi kebocoran yang cukup besar sehingga menjadi
tidak ada gunanya keberadaan pariwisata di Pulau Bali.
Berdasarkan fakta yang didapatkan, Pembangunan di Propinsi Bali didasarkan pada
bidang ekonomi dengan titik berat pada sektor pertanian dalam arti luas guna melanjutkan
usaha-usaha memantapkan swasembada pangan, pengembangan sektor pariwisata dengan
karakter kebudayaan Bali yang dijiwai oleh agama Hindu, serta sektor industri kecil dan
kerajinan yang berkaitan dengan sektor pertanian dan sektor pariwisata (Anonim, 1999;
Anonim, 2001.
Dari pernyataan diatas, diketahui bahwa keadaan perekonomian Bali sangat bergantung
pada sektor pariwisata salah satunya. Tentu juga dengan didukung oleh perkembangan sektor
industri kecil yang memainkan peran dalam sektor pariwisatanya juga. Hal itu juga ditandai
dengan pertumbuhan ekonomi Bali yang selalu lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi
nasional. Pada perencanaan lima tahun yang dikeluarkan oleh pemerintah, Bali mengalami
kenaikan-kenaikan yang cukup signifikan.

19
Pertumbuhan perekonomian Bali 1999-2003 atas dasar harga konstan tahun 1993 sebesar
2,78%, Pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan lima tahun sebelumnya yang disebabkan
oleh dampak krisis ekonomi nasional 1997/1999 dan Bom Kuta I tahun 2002. Namun
pertumbuhan ekonomi Bali 2004-2005 atas harga konstan tahun 2000 mengalami kenaikan
rata-rata sebesar 5.09%. Walau tahun 2005 Bali lagi-lagi diguncang Bom Kuta II, tetapi tidak
banyak berpengaruh terhadap perekonomian Bali karena wisatawan tetap datang ke Bali
walau sedikit mengalami penurunan.
Pulau Bali mengalami pertumbuhan ekonomi lokal yang cukup signifikan disamping faktor
pariwisata yang sangat indah, Pulau Bali memiliki adat yang cukup kuat sehingga masyarakat
lokal tidak mudah mengalami degradasi sosial walaupun banyak wisatawan mancanegara
yang datang ke Pulau Bali. Dengan begitu, keekonomian lokal di Pulau Bali sangat terjaga
dan tidak terlalu banyak kerugian yang terjadi sehingga masyarakat lokal dapat terberdayakan.

20
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/uploaddocument?archive_doc=90588473&escape=false&metadata=%7
B%22context%22%3A%22archive_view_restricted%22%2C%22page%22%3A%22read%22%2
C%22action%22%3A%22download%22%2C%22logged_in%22%3Atrue%2C%22platform%22
%3A%22web%22%7D

https://www.slideshare.net/mayahabary/ppt-bispar-sap-4?from_action=save

https://media.neliti.com/media/publications/259351-upaya-pemerataan-kontribusi-pariwisata-p-
a8b2ba08.pdf

https://dokumen.tips/documents/bisnis-pariwisata-pertumbuhan-pariwisata-ekonomi
nasional.html

http://www.baliekbis.com/pereknomian-bali-2017-pariwisata-masih-jadi-tumpuan-utama/

21

Anda mungkin juga menyukai