Kelompok 1
Ketua:Salma maulida.s
Anggota:Sinta yanuri
Yuli yuliana
Risma fitriani
Ikna alfaridji
Dani ramdani
A.Bank sentral…………………………………………………………………………………………..………..…………………1
2.Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, dalam hal ini Bank
Indonesia berwenang untuk melaksanakan dan memberikan persetujuan dan
izin atas penyelenggaraan jasa sistem pembayaran, mewajibkan
penyelenggaraan jasa sistem pembayaran untuk menyampaikan laporan
tentang kegiatannya, dan menetapkan penggunaan alat pembayaran.
Melihat pentingnya peran BI-RTGS dalam sistem pembayaran nasional, sudah barang
tentu harus dijaga kontinuitas dan stabilitasnya. Bila sesaat saja sistem BI-RTGS ini
ngadat atau mengalami gangguan jelas akan sangat menganggu kelancaran dan
stabilitas sistem keuangan di dalam negeri. Hal itu belum memperhitungkan dampak
material dan nonmaterial dari macetnya sistem BI-RTGS tadi. Untuk itulah BI sangat
peduli menjaga stabilitas BI-RTGS yang dikategorikan sebagai Systemically Important
Payment System (SIPS). SIPS adalah sistem yang memproses transaksi pembayaran
bernilai besar dan bersifat mendesak (urgent).Adalah wajar saja apabila Bank
Indonesia sangat peduli menjaga kestabilan SIPS dengan mengelola risiko, desain,
kehandalan teknologi, jaringan pendukung dan aturan main dalam SIPS. Selain SIPS
dikenal pula System Wide Important Payment System (SWIPS), yaitu sistem yang
digunakan oleh masyarakat luas. Sistem Kliring dan APMK termasuk dalam kategori
SWIPS ini. BI juga peduli dengan SWIPS karena sifat sistem yang digunakan secara
luas oleh masyarakat. Apabila terjadi gangguan maka kepentingan masyarakat untuk
melakukan pembayaran akan terganggu pula, termasuk kepercayaan terhadap sistem
dan alat-alat pembayaran yang diproses dalam sistem.
Perlu diketahui bahwa BI bukan semata peduli akan terciptanya efisiensi dalam sistem
pembayaran, tapi juga kesetaraan akses hingga ke urusan perlindungan konsumen.
Yang dimaksud terciptanya sistem pembayaran, itu artinya memberi kemudahan bagi
pengguna untuk memilih metode pembayaran yang dapat diakses ke seluruh wilayah
dengan biaya serendah mungkin. Sementara yang dimaksud dengan kesetaraan akses,
BI akan memperhatikan penerapan asas kesetaraan dalam penyelenggaraan sistem
pembayaran. Sedangkan aspek perlindungan konsumen dimaksudkan penyelenggara
wajib mengadopsi asas-asas perlindungan konsumen secara wajar dalam
penyelenggaraan sistemnya.
Sejarah Uang
Sekarang anda menggunakan uang untuk membeli sesuatu yang diperlukan. Tapi
tahukan anda sejak kapan uang mulai digunakan sebagai alat pembayaran?
Pertanyaan tersebut anda mungkin dihadapkan pada persoalan kapan, siapa, dan
bagaimana perkembangan uang. Uang dikenal pertama kali di negeri Tiongkok lebih
kurang 2700 SM oleh Huang (Kaisar Kuning). Namun, sejarah purba juga telah
mencatat bahwa orang Assyria, Phunisia, dan Mesir juga telah menggunakan uang
sebagai alat tukar. Cikal bakal uang diawali dengan kegiatan tukar menukar barang
atau disebut dengan istilah barter. Namun seiring dengan semakin banyaknya
kebuluhan manusia, rnaka barter mulai mengalami kesulitan. Faktor yang
menyebabkan sulitnya barter, di antaranya yaitu :
Kesulitan untuk menemukan orang yang memiliki barang yang dibutuhkan dan
mau menukarkan barangnya;
tidak adanya standar nilai untuk dipertukarkan.
Dengan kesulitan tersebut, maka akhirnya cara barter pun ditinggalkan dan manusia
mulai mencari alternatif benda lain untnk dipergunakan dalam proses pertukaran.
Setidaknya terdapat beberapa syarat agar sebuah benda dapat digunakan sebagai
uang, yaitu dapat diterima, digemari di mana-mana, setiap waktu dapat ditukar dengan
barang apa saja, sulit mendapatkannya.
Benda-benda yang dijadikan sebagai alat pertukaran berupa kulit binatang, kerang dari
laut, dan benda-benda yang memiliki syarat tersebut. Benda itu kemudian disebut uang
barang. Uang barang tidak dapat terus dipergunakan sebagai alat pertukaran, hal
tersebut disebabkan ada kesulitan dalam ulturan, berat, dan bentuk. Berdasarkan
permasalahan tersebut, orang mulai mencari benda/logam yang memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut.
Tidak mudah rusak.
Diterima oleh umum,
Mudah disimpan dan mudah dibawa-bawa.
Harganya tinggi walaupun dalam jumlah yang kecil.
Sifatnya sama dan dapat saling mengganti.
Mudah dibagi tanpa mengurangi nilai.
Harganya tetap dalam jangka waktu panjang.
Berdasarkan persyaratan tersebut, alternatif benda yang dijadikan alat tukar adalah
emas dan perak. Misalnya mata uang India, Rupee yang artinya per ale atau mata uang
Belanda Golden yang artinya emas. Uang emas dan perak tersebut dinamakan uang
logam dan disebut full bodied money yang mengandung arti bahwa nilai uang tersebut
dijamin penuli (100%) oleh bodynya., artinya antara nilai nominal dan nilai bahan sama.
Dari uraian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa uang merupakan segala benda
yang diterima oleh masyarakat sebagai alat perantara dalam melakukan kegiatan tukar-
menukar atau perdagangan.
1. Fungsi uang
Menurut ilmu ekonomi, uang digunakan sebagai alat perantara dalam berdagang dan
memiliki dua kelompok fungsi, yaitu:
a. Fungsi asli
Uang sebagai alat tukar guna mempermudah kita untuk mendapatkan suatu
barang. Dengan begitu, kita dapat menghemat waktu serta tenaga karena tinggal
menukarkan uang untuk membeli kebutuhan.
Uang sebagai alat ukur mampu menentukan besaran nilai suatu barang.
Misalnya, harga penggaris yang akan dibeli Tedy senilai Rp3.000, menunjukkan
bahwa Tedy cukup membayar uang sejumlah Rp3.000 untuk mendapatkan
penggaris.
b. Fungsi turunan
Uang sebagai alat pembayaran berbeda dengan uang sebagai alat tukar.
Maksudnya di sini adalah ketika uang dibayarkan tanpa ditukar dengan
benda/jasa apapun. Contohnya, membayar pajak.
Uang sebagai penunjuk harga memiliki nilai yang berbeda-beda, misalnya
harga jeruk 1 kg Rp8.000 sementara harga apel Rp9.000.
Uang sebagai alat pembayaran utang digunakan untuk melunasi utang
piutang.
Uang sebagai alat penimbun kekayaan dapat digunakan ketika ada keperluan
mendadak.
2. Jenis uang
Uang logam terbuat dari logam, emas, atau perak dan nominalnya kecil seperti
Rp100, Rp200, Rp500, dan Rp1.000.
Uang kertas dibuat agar tidak mudah robek, luntur, dan tahan terhadap air.
Nominalnya besar contohnya Rp10.000, Rp20.000, atau Rp100.000.
Full bodied money (bernilai penuh) merupakan uang yang nilai intrisiknya
sama dengan nilai nominal, misalnya nilai emas pada uang logam Rp500 bernilai
sama dengan nominalnya.
Representative full bodied money (tidak bersifat penuh) yaitu nilai instrisik
lebih kecil dari nilai nominal. Biasanya terdapat pada jenis uang kertas.
Uang kartal diterbitkan oleh Bank Sentral yaitu Bank Indonesia serta digunakan
oleh seluruh masyarakat dalam bentuk logam dan kertas.
Uang giral diterbitkan oleh bank umum dalam bentuk cek atau bilyet giro.
d. Berdasarkan kawasan
Uang lokal hanya berlaku di satu negara tertentu, misalnya mata uang peso
hanya dapat digunakan di negara Filipina.
Uang regional berlaku di suatu kawasan yang lebih luas daripada uang lokal,
misalnya mata uang euro dapat digunakan untuk beberapa negara yang ada di
benua Eropa seperti Jerman, Spanyol, Austria, Spanyol, dan lain-lain.
Uang internasional berlaku di seluruh dunia sebagai standar pembayaran,
contohnya US dollar.
3. Syarat uang
Uang yang telah disepakati oleh masyarakat harus memenuhi 7 syarat sebagai berikut:
I.pengel Bank Indonesia menerbitkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 21/10/PBI/2019 tentang
Pengelolaan Uang Rupiah. PBI tentang Pengelolaan uang Rupiah ini meliputi perencanaan,
pencetakan, pengeluaran, pengedaran, pencabutan dan penarikan, serta pemusnahan, dilakukan
untuk menyediakan uang rupiah yang layak edar, denominasi sesuai, tepat waktu sesuai dengan
kebutuhan masyarakat, serta aman dari upaya pemalsuan, dengan memperhatikan efisiensi dan
kepentingan nasional.
Apabila anda secara tidak sengaja menemukan, mendapatkan uang rupiah yang rusak, atau rusak
karena tidak disengaja maka dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 21/10/PBI/2019 tentang
Pengelolaan Uang Rupiah diatur juga bagaimana menukarkannya ke Bank Indonesia. Bahkan
uang rupiah yang terbakar. Dijelaskan juga dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor
21/10/PBI/2019 tentang Pengelolaan Uang Rupiah bagaimana tatacara dan proses penggantian
uang rupiah yang rusak.
Peraturan Bank Indonesia Nomor 21/10/PBI/2019 tentang Pengelolaan Uang Rupiah ini
mencabut:
Agar setiap orang mengetahuinya Peraturan Bank Indonesia Nomor 21/10/PBI/2019 tentang
Pengelolaan Uang Rupiah ditempatkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019
Nomor 154. Penjelasan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 21/10/PBI/2019 tentang
Pengelolaan Uang Rupiah ditempatkan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6378. Peraturan Bank Indonesia Nomor 21/10/PBI/2019 tentang Pengelolaan Uang
Rupiah ditetapkan oleh Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo pada tanggal 30 Agustus 2019
di Jakarta. Peraturan Bank Indonesia Nomor 21/10/PBI/2019 tentang Pengelolaan Uang Rupiah
diundangkan oleh Menkumham Yasonna H. Laoly di Jakarta pada tanggal 30 Agustus 2019.
Baik dengan kartu atau aplikasi. Apakah kedepannya opsi pembayaran dengan uang tunai akan
semakin langka? Apakah masyarakat tanpa uang tunai merupakan sesuatu yang baik?