Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

BANK SENTRAL,SISTEM PEMBAYARAN,DAN ALAT


PEMBAYARAN

Kelompok 1
Ketua:Salma maulida.s
Anggota:Sinta yanuri
Yuli yuliana
Risma fitriani
Ikna alfaridji
Dani ramdani

SMA DARUSSALAM WANARAJA


JL.KH.YUSUF TAUZIRIE NO.4OO
2020\2021
Daftar isi

A.Bank sentral…………………………………………………………………………………………..………..…………………1

B.pengertian sistem pembayaran ……………………………………………………………………….…………………2

C.peran sistem pembayaran dan perekonomian…………………………………………………………………..3

D.peran bank Indonesia dalam system pembayaran…………………………………………………….………4

E. penyelenggaraan system pembayaraan nontunai oleh bank Indonesia………………………………5

F. pengertian dan sejarah alat pembayaran tunai(uang)…………………………………………………………6

G.fungsi,jens, dan syarat uang………………………………………………………………………………………………..7

H.unsur pengamanan rupiah …………………………………………………………………………………………………8

I.pengelolaan uang rupiah oleh bank Indonesia………………………………………………………………………9

J.pengelolaan keuangan Negara……………………………………………………………………………………………10

k.Alat pembayaran non tunai……………………………………………..…………………………………………………11


A. Bank sentral
1.pengertian bank sentral
Bank sentraldapat d definsiskan sebagai sebuah badan
keuangan,yang pada umumnyadi miliki pemerintah yang bertugas intuk
mengatur kesetabilan badan-badan keungan tersebut dapat menciptakan
tinggat krgiatan ekonomi yang tinggi dan stabil.
Bank Indonesia adalah lembaga Negara yang di indefenden dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya,bebas dari campur tangan
pemerintah dan atau pihak lain kecuali untuk hal hal yang secara tegas di
atur dalam undang undang.
Bank Indonesia sebagai bank sentral btujuan untuk mencapai dan
memelihara kesetabilan nilai rupiah.
2.fungsi,tugas dan wewenang bank Indonesia sbg bank sentral
Kesetabilan nilai ripiah ini mengandung 2 aspek ,yaitu kesetabilan nilai
mata uang terhadap barang dan jasa ,serta kesetabilan terhadap mata uang
Negara lain
Berikut tugas tugas bank Indonesia antara lain;

1.menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter;

2.mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta

3.menjaga stabilitas sistem keuangan di Indonesia


Berikut
wewenang bank Indonesia:

1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, dalam hal ini Bank


Indonesia memiliki wewenang yaitu menetapkan sasaran moneter dengan
memperhatikan sasaran laju inflasi dan melakukan pengendalian  moneter
di luar operasi pasar terbuka, tingkat diskonto, cadangan wajib minimum dan
pengaturan kredit atau pembiayaan baik secara konvensional maupun secara
syariah.

2.Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, dalam hal ini Bank
Indonesia berwenang untuk melaksanakan dan memberikan persetujuan dan
izin atas penyelenggaraan jasa sistem pembayaran, mewajibkan
penyelenggaraan jasa sistem pembayaran untuk menyampaikan laporan
tentang kegiatannya, dan menetapkan penggunaan alat pembayaran.

3, peran bank Indonesia dalam stabilitas system keuangan


BI dituntut untuk mampu menetapkan kebijakan moneter secara tepat dan
berimbang. Hal ini mengingat gangguan stabilitas moneter memiliki dampak
langsung terhadap berbagai aspek ekonomi. Kebijakan moneter melalui
penerapan suku bunga yang terlalu ketat, akan cenderung bersifat mematikan
kegiatan ekonomi.
 
Kedua, BI memiliki peran vital dalam menciptakan kinerja lembaga keuangan
yang sehat, khususnya perbankan. Penciptaan kinerja lembaga perbankan
seperti itu dilakukan melalui mekanisme pengawasan dan regulasi.
 
Ketiga, BI memiliki kewenangan untuk mengatur dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran. Bila terjadi gagal bayar (failure to settle) pada salah satu peserta
dalam sistem sistem pembayaran, maka akan timbul risiko potensial yang cukup
serius dan mengganggu kelancaran sistem pembayaran.
 
Keempat, melalui fungsinya dalam riset dan pemantauan, BI dapat mengakses
informasi-informasi yang dinilai mengancam stabilitas keuangan. Melalui
pemantauan secara macroprudential, BI dapat memonitor kerentanan sektor
keuangan dan mendeteksi potensi kejutan (potential shock) yang berdampak
pada stabilitas sistem keuangan.
 
Kelima, BI memiliki fungsi sebagai jaring pengaman sistim keuangan melalui
fungsi bank sentral sebagai lender of the last resort (LoLR). Fungsi LoLR
merupakan peran tradisional BI sebagai bank sentral dalam mengelola krisis
guna menghindari terjadinya ketidakstabilan sistem keuangan.
 
Fungsi sebagai LoLR mencakup penyediaan likuiditas pada kondisi normal
maupun krisis. Fungsi ini hanya diberikan kepada bank yang menghadapi
masalah likuiditas dan berpotensi memicu terjadinya krisis yang bersifat sistemik.
 
Pada kondisi normal, fungsi LoLR dapat diterapkan pada bank yang mengalami
kesulitan likuiditas temporer namun masih memiliki kemampuan untuk
membayar kembali. Dalam menjalankan fungsinya sebagai LoLR, BI harus
menghindari terjadinya moral hazard.
B.pengertian system pembayran
Sistem pembayaran adalah sistem yang mencakup seperangkat aturan,
lembaga dan mekanisme yang digunakan untuk melaksanakan pemindahan
dana guna memenuhi suatu kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi.
[1]
Sistem Pembayaran merupakan sistem yang berkaitan dengan pemindahan
sejumlah nilai uang dari satu pihak ke pihak lain. Media yang digunakan untuk
pemindahan nilai uang tersebut sangat beragam, mulai dari penggunaan alat
pembayaran yang sederhana sampai pada penggunaan sistem yang kompleks
dan melibatkan berbagai lembaga berikut aturan mainnya. Kewenangan
mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran di Indonesia
dilaksanakan oleh Bank Indonesia yang dituangkan dalam Undang Undang Bank
Indonesia.
c. peran system pembayaran dalam perekonomian
Sistem pembayaran sendiri merupakan salah satu komponen terintegrasi dari fungsi
bank sentral yang lain, yakni moneter dan perbankan. Berikut ini merupakan peran dari
sistem pembayaran dalam perekonomian sebuah negara.

 Menjamin lancarnya pasar sebagai tempat terjadinya transaksi jual-beli.


 Memungkinkan adanya sosialisasi di dalam produksi.
 Membantu menentukan seberapa besar efisien transaksi yang dilakukan dan
diselesaikan.
 Mempengaruhi tingkat laju ekonomi dan juga efisien dari pasar keuangan.
 Mendukung efisiensi serta efektivitas fungsi intermediasi dari lembaga keuangan.
 Sebagai penjaga dari stabilitas keuangan serta perbankan.
 Untuk sarana transmisi ari kebijakan moneter.
 Menjadi alat untuk meningkatkan efisiensi ekonomi dalam suatu negara
 Mengetahui seperti apa maju-mundurnya ekonomi dalam suatu negara.

D.peranbank Indonesia dalam system


pembayaran
Ada beberapa peran lembaga keuangan, dan Bank Indonesia adalah salah satu
lembaga keuangan yang memiliki peran penting. Bank Indonesia bersifat independen
yang memiliki peran sebagai bank sentral di Indonesia. Bank sentral di sini juga
memiliki makna sebagai bank sirkulasi, karena Bank Indonesia yang memiliki fungsi
untuk memberikan kredit kepada bank-bank lainnya di Indonesia. Bank Indonesia juga
memiliki fungsi dalam menjalankan tugas pengawasan dan pembinaan terhadap bank-
bank di Indonesia, seperti menjaga prinsip kegiatan usaha perbankan di Indonesia.

Peraturan terkait Bank Indonesia dijelaskan di dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun


1999. Dalam undang-undang tersebut dijelaskan bahwa tujuan Bank Indonesia adalah
untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai mata uang rupiah, karena nantinya
akan terdapat pengaruh nilai tukar rupiah. Untuk mencapai tujuan tersebut

E.penyelenggaraan system pembayaran notunai oleh


bank Indonesia
Alat pembayaran nontunai sudah berkembang dan semakin lazim dipakai masyarakat.
Kenyataan ini memperlihatkan kepada kita bahwa jasa pembayaran nontunai yang
dilakukan bank maupun lembaga selain bank (LSB), baik dalam proses pengiriman
dana, penyelenggara kliring maupun sistem penyelesaian akhir (settlement) sudah
tersedia dan dapat berlangsung di Indonesia. Transaksi pembayaran nontunai dengan
nilai besar diselenggarakan Bank Indonesia melalui sistem BI-RTGS (Real Time Gross
Settlement) dan Sistem Kliring. Sebagai informasi, sistem BI-RTGS adalah muara
seluruh penyelesaian transaksi keuangan di Indonesia.
Bisa dibayangkan, hampir 95 persen transaksi keuangan nasional bernilai besar dan
bersifat mendesak (urgent) seperti transaksi di Pasar Uang AntarBank (PUAB),
transaksi di bursa saham, transaksi pemerintah, transaksi valuta asing (valas) serta
settlement hasil kliring dilakukan melalui sistem BI-RTGS. Pada tahun 2010, BI-RTGS
melakukan transaksi sedikitnya Rp174,3 triliun per hari. Sedangkan transaksi nontunai
dengan alat pembayaran menggunakan kartu (APMK) dan uang elektronik masing-
masing nilai transaksinya hanya Rp8,8 triliun per hari yang dilakukan bank atau LSB.  

Melihat pentingnya peran BI-RTGS dalam sistem pembayaran nasional, sudah barang
tentu harus dijaga kontinuitas dan stabilitasnya. Bila sesaat saja sistem BI-RTGS ini
ngadat atau mengalami gangguan jelas akan sangat menganggu kelancaran dan
stabilitas sistem keuangan di dalam negeri. Hal itu belum memperhitungkan dampak
material dan nonmaterial dari macetnya sistem BI-RTGS tadi. Untuk itulah BI sangat
peduli menjaga stabilitas BI-RTGS yang dikategorikan sebagai Systemically Important
Payment System (SIPS). SIPS  adalah sistem yang memproses transaksi pembayaran
bernilai besar dan bersifat mendesak (urgent).Adalah wajar saja apabila Bank
Indonesia sangat peduli menjaga kestabilan SIPS dengan mengelola risiko, desain,
kehandalan teknologi, jaringan pendukung dan aturan main dalam SIPS. Selain SIPS
dikenal pula System Wide Important Payment System (SWIPS), yaitu sistem yang
digunakan oleh masyarakat luas. Sistem Kliring dan APMK termasuk dalam kategori
SWIPS ini. BI  juga peduli dengan SWIPS karena sifat sistem yang digunakan secara
luas oleh masyarakat. Apabila  terjadi gangguan maka kepentingan masyarakat untuk
melakukan pembayaran akan terganggu pula, termasuk kepercayaan terhadap sistem
dan alat-alat pembayaran yang diproses dalam sistem.

Perlu diketahui bahwa BI bukan semata peduli akan terciptanya efisiensi dalam sistem
pembayaran, tapi juga kesetaraan akses hingga ke urusan perlindungan konsumen.
Yang dimaksud terciptanya sistem pembayaran, itu artinya memberi kemudahan bagi
pengguna untuk memilih metode pembayaran yang dapat diakses ke seluruh wilayah
dengan biaya serendah mungkin. Sementara yang dimaksud dengan kesetaraan akses,
BI akan memperhatikan penerapan asas kesetaraan dalam penyelenggaraan sistem
pembayaran. Sedangkan aspek perlindungan konsumen dimaksudkan penyelenggara
wajib mengadopsi asas-asas perlindungan konsumen secara wajar dalam
penyelenggaraan sistemnya.

f.pengertian dan sejarah alat pembayaran tunai


uang didefinisikan sebagai segala sesuatu (benda) yang diterima oleh masyarakat
sebagai alat pembayaran sah dalam melakukan tukar-menukar atau perdagangan.
Agar masyarakat menerima dan menyetujui penggunaan benda sebagai uang, maka
harus memenuhi dua persyaratan sebagai berikut.

Persyaratan psikologis, yaitu benda tersebut harus dapat memuaskan bermacam-


macam keinginan dari orang yang inemilikinya sehingga semua orang mau mengakui
dan menerimanya.
Persyaratan teknis, yaitu syarat yang melekat pada uang, di antaranya:

1) tahan lama dan tidak mudah rusak;

2) mudah dibagi-bagi tanpa mengurangi nilai;

3) mudah disimpan dan dibawa;

4) nilainya relatif stabil;

5) jumlahnya tidak berlebihan;

6) terdiri atas berbagai nilai nominal;

7) harganya tetap dalam jangka panjang.

Sejarah Uang

Sekarang anda menggunakan uang untuk membeli sesuatu yang diperlukan. Tapi
tahukan anda sejak kapan uang mulai digunakan sebagai alat pembayaran?
Pertanyaan tersebut anda mungkin dihadapkan pada persoalan kapan, siapa, dan
bagaimana perkembangan uang. Uang dikenal pertama kali di negeri Tiongkok lebih
kurang 2700 SM oleh Huang (Kaisar Kuning). Namun, sejarah purba juga telah
mencatat bahwa orang Assyria, Phunisia, dan Mesir juga telah menggunakan uang
sebagai alat tukar. Cikal bakal uang diawali dengan kegiatan tukar menukar barang
atau disebut dengan istilah barter. Namun seiring dengan semakin banyaknya
kebuluhan manusia, rnaka barter mulai mengalami kesulitan. Faktor yang
menyebabkan sulitnya barter, di antaranya yaitu :

 Kesulitan untuk menemukan orang yang memiliki barang yang dibutuhkan dan
mau menukarkan barangnya;
 tidak adanya standar nilai untuk dipertukarkan.

Dengan kesulitan tersebut, maka akhirnya cara barter pun ditinggalkan dan manusia
mulai mencari alternatif benda lain untnk dipergunakan dalam proses pertukaran.
Setidaknya terdapat beberapa syarat agar sebuah benda dapat digunakan sebagai
uang, yaitu dapat diterima, digemari di mana-mana, setiap waktu dapat ditukar dengan
barang apa saja, sulit mendapatkannya.

Benda-benda yang dijadikan sebagai alat pertukaran berupa kulit binatang, kerang dari
laut, dan benda-benda yang memiliki syarat tersebut. Benda itu kemudian disebut uang
barang. Uang barang tidak dapat terus dipergunakan sebagai alat pertukaran, hal
tersebut disebabkan ada kesulitan dalam ulturan, berat, dan bentuk. Berdasarkan
permasalahan tersebut, orang mulai mencari benda/logam yang memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut.
 Tidak mudah rusak.
 Diterima oleh umum,
 Mudah disimpan dan mudah dibawa-bawa.
 Harganya tinggi walaupun dalam jumlah yang kecil.
 Sifatnya sama dan dapat saling mengganti.
 Mudah dibagi tanpa mengurangi nilai.
 Harganya tetap dalam jangka waktu panjang.

Berdasarkan persyaratan tersebut, alternatif benda yang dijadikan alat tukar adalah
emas dan perak. Misalnya mata uang India, Rupee yang artinya per ale atau mata uang
Belanda Golden yang artinya emas. Uang emas dan perak tersebut dinamakan uang
logam dan disebut full bodied money yang mengandung arti bahwa nilai uang tersebut
dijamin penuli (100%) oleh bodynya., artinya antara nilai nominal dan nilai bahan sama.

Dalam perkembangannya, sehubungan dengan terbatasnya jumlah logam, orang


mencari benda lain untuk dijadikan uang. Akhirnya, dibuadah uang dari bahan kertas,
hal tersebut dikarenakan beberapa alasan sebagai berikut.

 Jumlahnya dapat memadai sesuai dengan kebutuhan.


 Biaya pembuatannya tidak terlalu mahal.
 Mudah disimpan dan dibawa-bawa.
 Penerimaan uang kertas oleh masyarakat, di antaranya karena adanya
kepercayaan.

Dari uraian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa uang merupakan segala benda
yang diterima oleh masyarakat sebagai alat perantara dalam melakukan kegiatan tukar-
menukar atau perdagangan.

G.fungsi,jenis,dan syarat uang

1. Fungsi uang

Menurut ilmu ekonomi, uang digunakan sebagai alat perantara dalam berdagang dan
memiliki dua kelompok fungsi, yaitu:

a. Fungsi asli

 Uang sebagai alat tukar guna mempermudah kita untuk mendapatkan suatu
barang. Dengan begitu, kita dapat menghemat waktu serta tenaga karena tinggal
menukarkan uang untuk membeli kebutuhan.
 Uang sebagai alat ukur mampu menentukan besaran nilai suatu barang.
Misalnya, harga penggaris yang akan dibeli Tedy senilai Rp3.000, menunjukkan
bahwa Tedy cukup membayar uang sejumlah Rp3.000 untuk mendapatkan
penggaris.

 b. Fungsi turunan

 Uang sebagai alat pembayaran berbeda dengan uang sebagai alat tukar.
Maksudnya di sini adalah ketika uang dibayarkan tanpa ditukar dengan
benda/jasa apapun. Contohnya, membayar pajak.
 Uang sebagai penunjuk harga memiliki nilai yang berbeda-beda, misalnya
harga jeruk 1 kg Rp8.000 sementara harga apel Rp9.000.
 Uang sebagai alat pembayaran utang digunakan untuk melunasi utang
piutang.
 Uang sebagai alat penimbun kekayaan dapat digunakan ketika ada keperluan
mendadak.

2. Jenis uang

Berdasarkan pengelompokkannya, jenis uang dibagi menjadi 4 yaitu:

a. Berdasarkan bahan pembuatnya

 Uang logam terbuat dari logam, emas, atau perak dan nominalnya kecil seperti
Rp100, Rp200, Rp500, dan Rp1.000.
 Uang kertas dibuat agar tidak mudah robek, luntur, dan tahan terhadap air.
Nominalnya besar contohnya Rp10.000, Rp20.000, atau Rp100.000.

 b. Berdasarkan nilai

 Full bodied money (bernilai penuh) merupakan uang yang nilai intrisiknya
sama dengan nilai nominal, misalnya nilai emas pada uang logam Rp500 bernilai
sama dengan nominalnya. 
 Representative full bodied money (tidak bersifat penuh) yaitu nilai instrisik
lebih kecil dari nilai nominal. Biasanya terdapat pada jenis uang kertas.

c. Berdasarkan lembaga yang menerbitkan

 Uang kartal diterbitkan oleh Bank Sentral yaitu Bank Indonesia serta digunakan
oleh seluruh masyarakat dalam bentuk logam dan kertas.
 Uang giral diterbitkan oleh bank umum dalam bentuk cek atau bilyet giro.
d. Berdasarkan kawasan

 Uang lokal hanya berlaku di satu negara tertentu, misalnya mata uang peso
hanya dapat digunakan di negara Filipina.
 Uang regional berlaku di suatu kawasan yang lebih luas daripada uang lokal,
misalnya mata uang euro dapat digunakan untuk beberapa negara yang ada di
benua Eropa seperti Jerman, Spanyol, Austria, Spanyol, dan lain-lain.
 Uang internasional berlaku di seluruh dunia sebagai standar pembayaran,
contohnya US dollar. 

3. Syarat uang

Uang yang telah disepakati oleh masyarakat harus memenuhi 7 syarat sebagai berikut:

 Ada jaminan artinya harus dijamin pemerintah sehingga penggunaannya untuk


berbagai keperluan dapat dipercaya oleh masyarakat.
 Diterima secara umum (acceptability) yakni kegunaannya harus diterima
sebagai alat tukar, penimbun kekayaan, atau pembayar utang. 
 Nilainya stabil (stability of value) artinya tidak naik-turun (fluktuatif) supaya
orang-orang mau menggunakaannya sebagai alat tukar.
 Mudah disimpan (storable) berarti bentuk fisiknya tidak boleh terlalu besar.
 Mudah dibawa (portability) berarti harus mudah dipindahkan dari satu tangan
ke tangan lain.
 Tidak mudah rusak (durability) agar dapat bertahan untuk jangka waktu yang
relatif lama.
 Mudah dibagi (divisibility) maksudnya apabila nominal uang hanya terdiri dari
satu jenis pecahan, maka tidak memungkinkan kita untuk bertransaksi
H.unsur pengaman rupiah
Selain melihat unsur-unsur pengaman tadi, kamu juga bisa mengenali ciri-ciri utama
pecahan uang Rupiah kertas dengan menerapkan 3D yaitu Dilihat, Diraba,
Diterawang Squad, dengan 3D kamu bisa melihat ciri-ciri yang langsung dapat dikenali seperti
gambar, warna, gradasi warna dan lainnya. Uang Rupiah kertas dapat dikenali keasliannya
dengan meraba permukaannya yang biasanya terasa kasar ketika diraba. Selanjutnya adalah
menerawang uang memakai cahaya. Di uang Rupiah kertas, logo Bank Indonesia akan
terlihat menyatu atau utuh, begitu juga gambar pahlawan dan ornamen pada tanda air.
Bahkan pada sudut pandang tertentu pada uang kertas dapat telihat gambar tersembunyi hingga
perubahan warna

I.pengel Bank Indonesia menerbitkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 21/10/PBI/2019 tentang
Pengelolaan Uang Rupiah. PBI tentang Pengelolaan uang Rupiah ini meliputi perencanaan,
pencetakan, pengeluaran, pengedaran, pencabutan dan penarikan, serta pemusnahan, dilakukan
untuk menyediakan uang rupiah yang layak edar, denominasi sesuai, tepat waktu sesuai dengan
kebutuhan masyarakat, serta aman dari upaya pemalsuan, dengan memperhatikan efisiensi dan
kepentingan nasional.

Apabila anda secara tidak sengaja menemukan, mendapatkan uang rupiah yang rusak, atau rusak
karena tidak disengaja maka dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 21/10/PBI/2019 tentang
Pengelolaan Uang Rupiah diatur juga bagaimana menukarkannya ke Bank Indonesia. Bahkan
uang rupiah yang terbakar. Dijelaskan juga dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor
21/10/PBI/2019 tentang Pengelolaan Uang Rupiah bagaimana tatacara dan proses penggantian
uang rupiah yang rusak.

Peraturan Bank Indonesia Nomor 21/10/PBI/2019 tentang Pengelolaan Uang Rupiah ini
mencabut:

a. Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/7/PBI/2012 tanggal 27 Juni 2012 tentang


Pengelolaan Uang Rupiah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor
138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5323);
b. Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/13/PBI/2012 tanggal 16 Oktober 2012 tentang
Penitipan Sementara Surat yang Berharga dan Barang Berharga pada Bank Indonesia
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 191, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5350); dan
c. Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/15/PBI/2016 tanggal 29 Agustus 2016 tentang
Penyelenggara Jasa Pengolahan Uang Rupiah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2016 Nomor 177, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5923),

Agar setiap orang mengetahuinya Peraturan Bank Indonesia Nomor 21/10/PBI/2019 tentang
Pengelolaan Uang Rupiah ditempatkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019
Nomor 154. Penjelasan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 21/10/PBI/2019 tentang
Pengelolaan Uang Rupiah ditempatkan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6378. Peraturan Bank Indonesia Nomor 21/10/PBI/2019 tentang Pengelolaan Uang
Rupiah ditetapkan oleh Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo pada tanggal 30 Agustus 2019
di Jakarta. Peraturan Bank Indonesia Nomor 21/10/PBI/2019 tentang Pengelolaan Uang Rupiah
diundangkan oleh Menkumham Yasonna H. Laoly di Jakarta pada tanggal 30 Agustus 2019.

olaan uang rupiah oleh bank Indonesia

J.pengelolaan keuangan Negara


Pengelolaan keuangan adalah perencanaan, pengarahan, pemantauan, pengorganisasian, dan
pengendalian sumber daya moneter dari sebuah organisasi yang efisien dan efektif untuk
mencapai tujuan organisasi. ... Mengoptimalkan segala perencanaan kegiatan yang akan
dilakukan dalam kurun waktu tertentu.

K.Alat pembayaran nontunai

Jenis-jenis alat pembayaran non tunai:


1. Uang elektronik (e-money)
2. Kartu prabayar (prepaid)
3. Kartu ATM/Debit
4. Kartu kredit
5. Nota Kredit
6. Nota Debet
7. Bilyet Giro
8. Cek

Baik dengan kartu atau aplikasi. Apakah kedepannya opsi pembayaran dengan uang tunai akan
semakin langka? Apakah masyarakat tanpa uang tunai merupakan sesuatu yang baik?

Anda mungkin juga menyukai