Anda di halaman 1dari 4

PERANGKAT DAERAH SEBAGAI PELAKSANA OTONOMI DAERAH

Dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi adalah adanya urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah, yang terdiri dari urusan wajib dan urusan
pilihan, namun tidak berarti bahwa setiap penanganan urusan pemerintahan harus dibentuk ke
dalam organisasi tersendiri.

Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib, diselenggarakan oleh seluruh


Provinsi, Kabupaten, dan Kota, sedangkan penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat
pilihan hanya dapat diselenggarakan oleh Daerah yang memiliki potensi unggulan dan kekhasan
Daerah, yang dapat dikembangkan dalam rangka pengembangan otonomi daerah. Hal ini
dimaksudkan untuk efisiensi dan memunculkan sektor unggulan masing-masing Daerah sebagai
upaya optimalisasi pemanfaatan sumber daya daerah dalam rangka mempercepat proses
peningkatan kesejahteraan rakyat.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah,
implementasi penataan kelembagaan perangkat daerah menerapkan prinsip-prinsip organisasi,
antara lain visi dan misi yang jelas, pelembagaan fungsi staf dan fungsi lini serta fungsi
pendukung secara tegas, efisiensi dan efektifitas, rentang kendali serta tata kerja yang jelas. Hal
ini dimaksudkan memberikan arah dan pedoman yang jelas kepada daerah dalam menata
organisasi yang efisien, efektif, dan rasional sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan daerah
masing-masing serta adanya koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplifikasi serta komunikasi
kelembagaan antara pusat dan daerah.

Sekretariat Daerah merupakan unsur staf. Sekretariat Daerah mempunyai tugas dan kewajiban
membantu Gubernur, Bupati atau Walikota dalam menyusun kebijakan dan mengoorDinasikan
Dinas Daerah dan Lembaga Teknis Daerah. Pengertian pertanggung jawaban Kepala Dinas,
Sekretaris DPRD, dan Kepala Badan/Kantor/Direktur Rumah Sakit Daerah melalui Sekretaris
Daerah adalah pertanggungjawaban administratif yang meliputi penyusunan kebijakan,
perencanaan, pelaksanaan, monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas Dinas Daerah,
Sekretariat DPRD dan Lembaga Teknis Daerah, dengan demikian Kepala Dinas, Sekretaris
DPRD, dan Kepala Badan/Kantor/Direktur Rumah Sakit Daerah bukan merupakan bawahan
langsung Sekretaris Daerah.

Dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Kepala Daerah dibantu oleh Perangkat Daerah
yang terdiri dari:

unsur staf yang membantu penyusunan kebijakan dan koordinasi, diwadahi dalam
Sekretariat;
unsur pengawas yang diwadahi dalam bentuk Inspektorat;
unsur perencana yang diwadahi dalam bentuk Badan;
unsur pendukung tugas Kepala daerah dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan
daerah yang bersifat spesifik, diwadahi dalam Lembaga Teknis Daerah; serta
unsur pelaksana urusan daerah yang diwadahi dalam Dinas Daerah.
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

Dewan Perwkilan Rakyat Daerah) - merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah dan
berkedudukan sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan daerah, di samping Pemerintah
Daerah. DPR Daerah mempunyai fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan. Sehubungan
dengan fungsinya itu, maka DPRD mempunyai tugas dan wewenang, serta hak dan kewajiban,
baik secara institusional maupun individual.

PROSES PEMILIHAN KEPALA DAERAH


Pemilihan Kepala Daerah adalah Pemilu untuk memilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala

Daerah secara langsung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 19451[1].Pemilihan langsung Kepala

Daerah menjadi consensus politik nasional2[2], yang merupakan salah satu instrument penting

penyelenggaraan pemerintahan setelah digulirkannya otonomi daerah di Indonesia. Sedangkan

Indonesia sendiri telah melaksanakan Pilkada secara langsung sejak diberlakukannya Undang-

undang nomor 32 tahun 2004. tentang pemerintahan daerah. Hal ini apabila dilihat dari

perspektif desentralisasi, Pilkada langsung tersebut merupakan sebuat terobosan baru yang

bermakna bagi proses konsolidasi demokrasi di tingkat lokal. Pilkada langsung akan membuka

ruang partisipasi yang lebih luas bagi masyarakat dalam proses demokrasi untuk menentukan

kepemimpinan politik di tingkat lokal. Sistem ini juga membuka peluang bagi masyarakat untuk

mengaktualisasi hak-hak politiknya secara lebih baik tanpa harus direduksi oleh kepentingan-

kepentingan elite politik, seperti ketika berlaku sistem demokrasi perwakilan. Pilkada langsung

juga memicu timbulnya figure pemimpin yang aspiratif, kompeten, legitimate, dan berdedikasi.

Sudah barang tentu hal ini karena Kepala Daerah yang terpilih akan lebih berorientasi pada

warga dibandingkan pada segelitir elite di DPRD.


Pembahasan pemilihan Kepala Daerah Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati/Walikota dan
Wakil Bupati/Walikota yang demokratis dan berkualitas, seharunya dikaitkan tidak dengan

PERATURAN DAERAH(PERDA)
Sesuai dengan ketentuan Undang- Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan yang dimaksud dengan Peraturan Daerah (Perda) adalah
peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
dengan persetujuan bersama Kepala Daerah .
Definisi lain tentang Perda berdasarkan ketentuan Undang-Undang tentang Pemerintah
Daerah1 adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk bersama oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah dengan Kepala Daerah baik di Propinsi maupun di
Kabupaten/Kota. Dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (UU Pemda), Perda dibentuk dalam rangka penyelenggaraan
otonomi daerah Propinsi/ Kabupaten/ kota dan tugas pembantuan serta merupakan
penjabaran lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dengan
memperhatikan ciri khas masing-masing daerah.
Sesuai ketentuan Pasal 12 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan, materi muatan Perda adalah seluruh materi muatan
dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan dan menampung
kondisi khusus daerah serta penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundang-undangan yang
lebih tinggi. Rancangan Peraturan Daerah dapat berasal dari Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD), Gubernur atau Bupati/ Walikota. Apabila dalam satu kali masa sidang
Gubernur atau Bupati/ Walikota dan DPRD menyampaikan rancangan Perda dengan
materi yang sama, maka yang dibahas adalah rancangan Perda yang disampaikan oleh
DPRD, sedangkan rancangan Perda yang disampaikan oleh Gubernur atau Bupati/
Walikota dipergunakan sebagai bahan persandingan.

KEUANGAN DAERAH

Dalam Peraturan Pemerintah No. 105 tahun 2000, menyebutkan bahwa keuangan daerah
adalah semua hak dan kewjiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang
dapat dinilai dengan uang temasuk didalamnya segala bentuk kekayaan lain yang berhubungan
dengan hak dan kewajiban daerah tersebut dalam kerangka APBD.

Sehubungan dengan pentingnya posisi keuangan tersebut, keuangan daerah sebagai salah satu
indikator untuk mengetahui kemampuan daerah dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya
sendiri. Dengan dikeluarkannya undang-undang tentang Otonomi Daerah, membawa
konsekuensi bagi daerah yang akan menimbulkan perbedaan antar daerah yang satu dengan yang
lainnya, terutama dalam hal kemampuan keuangan daerah, antara lain (Nataluddin, 2001:167):

Daerah yang mampu melaksanakan otonomi daerah.


Daerah yang mendekati mampu melaksanakan otonomi daerah.
Daerah yang sedikit mampu melaksanakan otonomi daerah dan
Daerah yang kurang mampu melaksanakan urusan otonomi daerah
Selain itu ciri utama yang menunjukkan suatu daerah mampu melaksanakan otonomi daerah
adalah sebagai berikut (Nataluddin, 2001:167):

Kemampuan keuangan daerah, artinya daerah harus memiliki kewenangan dan


kemampuan untuk menggali sumber-sumber keuangan, mengelola dan menggunakan
keuangan sendiri yang cukup memadai untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintahannya.
Ketergantungan kepada bantuan pusat harus seminimal mungkin agar Pendapatan Asli
Daerah (PAD) harus menjadi bagian sumber keuangan terbesar, yang didukung oleh
kebijakan perimbangan keuangan pusat dan daerah, sehingga peranan pemerintah daerah
menjadi lebih besar.

KESIMPULAN :

Dari uraian di atas dapat kita mengerti bahwa sebenarnya, lembaga parlemen itu adalah lembaga
politik, dan karena itu pertama-tama haruslah dipahami sebagai lembaga politik. Sifatnya sebagai
lembaga politik itu tercermin dalam fungsinya untuk mengawasi jalannya pemerintahan,
sedangkan fungsi legislasi lebih berkaitan dengan sifat-sifat teknis yang banyak membutuhkan
prasyarat-prasyarat dan dukungan-dukungan yang teknis pula. Sebagai lembaga politik, prasyarat
pokok untuk menjadi anggota parlemen itu adalah kepercayaan rakyat, bukan prasyarat keahlian
yang lebih bersifat teknis daripada politis. Meskipun seseorang bergelar Prof. Dr. jika yang
bersangkutan tidak dipercaya oleh rakyat, ia tidak bisa menjadi anggota parlemen. Tetapi,
sebaliknya, meskipun seseorang tidak tamat sekolah dasar, tetapi ia mendapat kepercayaan dari
rakyat, maka yang bersangkutan paling legitimate untuk menjadi anggota parlemen.

Anda mungkin juga menyukai