Anda di halaman 1dari 4

METODE PENELITIAN KUALITATIF I (E3)

Masyarakat Konsumsi Jean baudrillard: Aktivitas Nongkrong Sebagai gaya


Hidup Pemuda Konsumsi Cafe Balung Kabupaten Jember

Minggu Ke-2

Nama Angggota Kelompok 13 :

Ivana Grace Sofia Radja (220910302022)

Leo Riski Sunjaya (220910302068)

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS JEMBER

2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam era globalisasi dan kemajuan teknologi, konsumsi telah menjadi bagian
penting dari identitas individu. Konsumsi barang-barang tertentu atau merek-merek
tertentu dapat menjadi simbol status sosial, gaya hidup, atau kepribadian seseorang.
Hal ini sering kali mempengaruhi keputusan konsumen dalam memilih barang atau
jasa yang dikonsumsinya. Tidak dapat dihindari juga bahwa di dalam ruang lingkup
modernisasi yang besar ini menjadikan beberapa produk ataupun sesuatu yang
sedang trend sulit untuk dibatasi. Pola konsumsi juga dapat mencerminkan nilai-
nilai sosial dan budaya suatu masyarakat. Misalnya, masyarakat yang
mengutamakan kesederhanaan dan keberlanjutan cenderung memiliki pola
konsumsi yang lebih hemat dan ramah lingkungan, sedangkan masyarakat yang
mengutamakan status sosial dan kekayaan cenderung memiliki pola konsumsi yang
lebih boros dan materialistik. Modernisasi saat ini sangatlah berpengaruh dalam
masing – masing kehidupan masyarakat, sehingga menimbulkan beberapa
kebutuhan hidup yang beragam. Tidak hanya itu saja, modernisasi juga mengambil
alih kemajuan pada disiplin ilmu pengetahuan, sosial, teknologi, ekonomi hingga
ke budaya. Proses adaptasi ini dapat mengarah pada perubahan yang melewati tahap
demi tahap untuk mendorong manusia agar memiliki pikiran dan tindakan secara
modern dan global. Dalam era modern, masyarakat juga didorong untuk mejadi
masyarakat yang serba instan, cepat, dan praktis.

Konsumsi merupakan proses penggunaan atau pemakaian barang atau jasa oleh
individu atau masyarakat untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan mereka.
Konsumsi dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, seperti konsumsi makanan,
konsumsi pakaian, konsumsi barang elektronik, atau konsumsi jasa seperti
perjalanan wisata atau layanan kesehatan. Konsumsi dapat dilakukan oleh individu
secara pribadi maupun oleh kelompok atau masyarakat secara kolektif. Konsumsi
juga dapat dilakukan dalam berbagai skala, mulai dari konsumsi individu hingga
konsumsi yang melibatkan seluruh negara.

Konsumsi juga mempunyai istilah sebagai institusi kelas seperti hal nya
sekolah. Dimana, tidak hanya berpatokan pada adanya kesenjangan dalam
menghadapi objek - objek dalam makna ekonomis seperti belanja, kerja yang diatur
oleh kemampuan belanja, tingkat pendidikan dari individu, maupun kedudukan
keturunan kelas. Karena, semua itu tidak mempunyai kesempatan pendidikan yang
sama tetapi jika dilihat lebih dalam lagi terdapat adanya diskriminasi pada makna
di mana hanya beberapa orang saja yang bisa mencapai suatu logika yang otonom,
rasional, dan unsur - unsur lingkungan hidup di sekitarnya.

Orang yang memiliki konsumerisme menunjukkan tindakan konsumsi dalam


membentuk impian konsumen yang tidak ada habisnya. Oleh karena itu
mengonsumsi adanya komoditas tertentu ditafsirkan sebagai salah satu aktivitas
sosial yang menjadi ajang pertandingan bagi seseorang maupun kelompok. Demi
mencapai suatu simbol gengsi, status, dan prensentase sosial untuk menuju
masyarakat yang dituntut dalam menyesuaikan perkembangan.

Jika dilihat saat ini, pemuda tidak hanya sedang mengalami perubahan perilaku
konsumsi saja, tetapi juga dihadapkan dengan persoalan yang berhubungan dengan
waktu. Banyaknya waktu luang menimbulkan suatu kejenuhan dan kebosanan
setiap harinya. Hal ini yang mengakibatkan pemuda banyak mengisi waktu
luangnya dengan mencari hiburan dengan cara melampiaskan pada kegiatan seperti
diadakannya kumpul bersama teman, shopping, nongkrong, dan menikmati suasana
yang segar di cafe.

Nongkrong sendiri juga sudah menjadi gaya hidup atau kegiatan yang sangat
umum di Indonesia. Tidak hanya ditujukan pada kaum pria saja melainkan
nongkrong telah meracuni kaum wanita. Semakin banyak relasi dan frekuensi
dalam mengunjungi cafe maka semakin besar menunjukan aktivitas ngopi sebagai
identitas dan gaya hidup mahasiswa. Cafe juga didesain dengan detail yang khusus
guna menciptakan suasana yang nyaman dan segar. Hal ini yang membuat trend
nongkrong di cafe semakin meningkat tiap tahun ke tahun. Dengan meingkatnya
permintaan terhadap ngafe yang sudah menjadi trend dan gaya hidup kekinikan
membuat pengusaha – pngusaha di bidang industri cafe ini semakin banyak
macamnya.

Cafe bukan hanya sekedar arena yang digunakan untuk jual ataupun beli saja,
melainkan juga berfungsi untuk berinteraksi dan mempererat tali persaudaran
terhadap teman seangkatan ataupun teman dari daerah lain yang dapat saling
memperoleh informasi dan mendapatkan inspirasi didalamnya. Tidak hanya itu,
cafe juga merupakan suatu bentuk tuntutan globalisasi dan ajang untuk memenuhi
kebutuhan sosialisasi. Sebagai manusia yang diartikan juga sebagai makhluk sosial,
maka kegiatan berkumpul di cafe ini melahirkan suatu kebiasaan baru bagi pemuda.
Dengan cafe yang menyajikan banyak sekali fasilitas guna membentuk pusat
interaksi sosial dengan cara memberikan ruang mahasiswa untuk berkumpul,
berdiskusi, menulis, membaca, bercanda sampai menghabiskan waktu baik
individu maupun kelompik. Cafe juga dapat mengalami pergeseran fungsi dari
tempat untuk minum kopo menjadi ranah publik mahasiswa. Dalam artian
meminum kopi bagi setiap individu memiliki kebebasan dalam hal berekspresi dan
berpendapat dalam jangka waktu yang lama.

A. Rumusan Masalah

Sesuai dengan pemaparan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan


beberapa permasalahan di antaranya adalah bagaimana gaya hidup pemuda
konsumsi cafe di Balung kabupaten Jember?

Anda mungkin juga menyukai