Anda di halaman 1dari 5

MENGEMBANGKAN SIKAP RELIGIUS UNTUK MENGURANGI

INDIVIDUALISME PADA SISWA DI ZAMAN GLOBAL

Ashari Rillafi Fisikawati1, Yeni Anggraeni2, Ire Wardani3 , dan Dwiky Nuari4
Pascasarjana Universitas Negeri Semarang

Abstrak

Globalisasi merupakan suatu fenomena yang sudah tidak asing bagi masyarakat Indonesia. Pada dasarnya arus
globalisasi pasti akan menimbulkan sekali dampak yang terjadi mulai dari dampak yang positif maupun yang
negatif. Salah satu dampak positif yang ditimbulkan diantaranya komunikasi lebih canggih, transpotasi lebih maju,
sarana dan prasarana lebih maju. Dilain sisi ada juga dampak negatif yang di timbulkan seperti sikap masyarakat
yang mulai individual, tanpa menghiraukan orang disekitarnya. Individualisme adalah budaya yang menekankan
gagasan bahwa individu terpisah dan tidak tergantung dengan individu lain, mendefinisikan diri sebagai otonom dari
ingroup, tujuan pribadi menjadi prioritas di atas tujuan kelompok, sikap individu secara personal lebih menentukan
perilaku sosial individu daripada norma. Sikap ini sangatlah berbeda dengan apa yang kemudian diajarkan oleh
setiap agama yang ada di Indonesia. Semua itu mulai terjadi di kalangan siswa. Metode pengumpulan data yang
digunakan ialah data sekunder, diperoleh tidak secara langsung terhadap informan data, kemudian data dianalisis
dengan teknik studi literatur. Hasil dari studi literasi yang dilakukan menemukan salah satu cara untuk mengatasi
individualisme yang terjadi pada siswa yaitu dengan penerapan sikap religius. Dimana sikap religius ialah suatu
keadaan diri seseorang dimana setiap melakukan atas aktivitasnya selalu berkaitan dengan agamanya. Sikap religius
ini diharapkan mampu mengembalikan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan orang lain
pula.
Kata kunci: globalisasi, individualisme, sikap religius

Abstract

Globalization is a phenomenon that already familiar to the people of Indonesian. Basically, the flow of
globalization will certainly cause once the impact that occurs from the positive or negative impacts. One of the
positive impacts such as more sophisticated communication, more advanced transportation, more advanced
facilities and infrastructure. On the other hand, there are also negative impacts such as community attitudes that
start individually, regardless of the surrounding people. Individualism is a culture that emphasizes the idea that
individuals are separate and independent of others, defining themselves as autonomous from ingroups, personal
goals being prioritized over group goals, individual personal attitudes more determine individual social behavior
than norms. This attitude is very different from what is then taught by every religion in Indonesia. All of that starts
happening among students. Data collection method used is secondary data, obtained not directly to informant
data, then data analyzed by literature study technique. The results of literacy studies conducted found one way to
overcome the individualism that occurs in students is the application of religious attitudes. Where the religious
attitude is a state of one's self where every doing for his activities is always related to his religion. This religious
attitude is expected to restore human basic form as social beings that need each other also.
Keywords: globalization, individualism, religious attitude


Alamat korespondensi: ISBN: 978-602-1180-70-9
Kampus UMK Gondangmanis, Bae Kudus Gd. L. lt I PO. BOX 53 Kudus
Tlp (0291) 438229 Fax. (0291) 437198
E-mail: wardani.ire@gmail.com

189
Fisikawati, A.R., Anggraeni, Y., Wardani, I., Nuari, D / Prosiding Seminar Nasional
“Penguatan Pendidikan Karakter Pada Siswa Dalam Menghadapi Tantangan Global”
Kudus, 11 April 2018

PENDAHULUAN situasi yang ada di sekitarnya berdasarkan nilai-


Globalisasi merupakan suatu fenomena nilai yang dimilikinya berkaitan dengan tujuan
yang sudah tidak asing bagi masyarakat Indonesia. yang hendak dicapai berdasarkan mutu hubungan
Banyak manfaat yang dapat kita rasakan dari manusia dengan sesama dan lingkungannya.
adanya globalisasi. Globalisasi dapat diartikan Penilaian moral juga berkaitan dengan gaya hidup
sebagai proses masuknya keruang lingkup dunia. modern yang mana hendak diberi sikap.
Banyak kalangan menyadari bahwa globalisasi Individualisme menekankan peran dan kepentingan
membawa dampak positif, diantaranya komunikasi perorangan atau pribadi. Individualisme
lebih canggih, transpotasi lebih maju, sarana dan berpandangan, bahwa pribadi, perorangan memiliki
prasarana lebih maju. Tidak hanya mempengaruhi kedudukan utama dan ke-pentingan pribadi,
dalam aspek global atau keseluruhan, gelobalisasi kepentingan perorangan merupakan urusan yang
juga mem-pengaruhi pada aspek yang ada dalam paling tinggi. Individualisme menjebak orang
diri individu seperti sikap, kepribadian, perilaku, untuk memiliki cara hidup yang ”semau gue” yang
gaya adopsi, pola hidup, dan sebagainya. Selain mendewakan kepentingan pribadi dan
dampak positif yang dirasakan, globalisasi juga mengabaikan kepentingan bersama.
memberikan dampak negatif. Hal ini dapat dilihat Gaya hidup sekarang memang sudah
dari sikap masyarakat yang mulai individual, tanpa berubah dari zaman kuno menjadi zaman modern.
menghiraukan orang disekitarnya. Sikap Oleh karena itu, menuntut perubahan pada
individualis ini muncul karena kecanggihan masyarakat tak kecuali remaja. Namun, setiap
teknologi. Dimana teknologi ini memudahkan perubahan tidak selalu baik pada segala segi
segala aktivitas masyarakat, sehingga masyarakat kehidupan, perkembanagn teknologi dan
merasa tidak membutuhkan orang lain. Pada lingkungan yang berbeda daripada generasi
akhirnya mereka tidak menyadari sebagai makhluk sebelumnya berakibat pada perkembangan remaja
sosial. masa kini. Menurut Delia, Iranata Iga (dalam
Individualisme yang terjadi di zaman Kompasiana, 2016) “banyak di temui perubahan-
globalisasi sangat mempengaruhi kehidupan perubahan gaya hidup yang bertentangan dengan
remaja pada umumnya. Zaman modern sekarang ideologi negara bahkan tidak sesuai dengan nilai-
ini ditandai dengan berbagai macam perubahan nilai ajaran agama. Banyaknya pengaruh teknologi
cepat yang terjadi di beberapa bidang dalam yang membuat mereka cenderung tidak mau
kehidupan masyarakat. Pada satu sisi, perubahan- bersosialisasi yang membuat para remaja semakin
perubahan yang terjadi menimbulkan kemajuan individualisme”. Untuk mengantisipasi sifat-sifat
dan pertumbuhan hidup dan kehidupan manusia. remaja yang cenderung individualisme tersebut
Tetapi pada sisi yang lain, proses dan hasil dibutuhkan penerapan dan pengembangan sikap
perubahan tersebut menimbulkan banyak masalah religius dalam diri remaja demi mewujudkan
yang berdampak pada hidup dan kehidupan. generasi penerus bangsa yang mau peduli dengan
Zaman modern ditandai dengan munculnya lingkungannya
beberapa gaya hidup modern, yang pada sisi Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang
tertentu menimbulkan persoalan jika dipandang terkenal dengan sikap religius yang tinggi. Sebagai
dari sisi nilai-nilai yang sudah ada sebelumnya bangsa yang terkenal religius, tentunya agama
termasuk dari sisi nilai-nilai agama. Ada banyak menjadi pedoman hidup yang utama. Dalam setiap
orang merasa tidak sanggup menjawab setiap agama yang dianut tentunya mengajarkan individu
persoalan yang muncul sebagai akibat adanya gaya untuk berperilaku yang baik, dimana tertera dalam
hidup modern, karena mereka merasa tidak ajaran agama masing-masing. Contohnya jika
memiliki “pegangan nilai” lagi. Seolah-olah, nilai- individu menerapkan ajaran agama yang dianutnya
nilai yang pernah ada sebelum-nya dan yang maka ia akan menjalani kehidupannya dengan
sedang ada sekarang ini tidak sanggup menjawab baik, tidak melakukan hal-hal yang bersifat negatif
semua masalah yang muncul. Manusia merasa dari dampak globalisasi yang ada sekarang.
bingung, merasa tidak berdaya menghadapi Dalam dunia pendidikan, khusus-nya pada
perkembangan dan kemajuan jaman modern. Salah siswa yang menjalankan proses perkembangannya
satu hal yang menggelisahkan adalah persoalan juga sangat membutuh pedoman hidup yang tertera
nilai-nilai moral. Oleh karena itu, dalam dalam ajaran agamanya. Hal tersebut yang
menghadapi zaman modern sangat perlu untuk membentuk siswa mempunyai sikap religius atau
merumuskan nilai moral berkaitan dengan tidaknya. Makadari itu kami ingin
kemauan manusia untuk memberi sikap terhadap mengembangkan sikap religius untuk mengurangi
190
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Program Studi Pendidikan Matematika
Universitas Muria Kudus
Fisikawati, A.R., Anggraeni, Y., Wardani, I., Nuari, D / Prosiding Seminar Nasional
“Penguatan Pendidikan Karakter Pada Siswa Dalam Menghadapi Tantangan Global”
Kudus, 11 April 2018

individualisme pada siswa di zaman global. Selain faktor-faktor munculnya masyarakat


Dengan hal ini diharapkan setiap individu menjadi individualisme, adapula dampak negatif dari
makhluk yang lebih baik dan lebih mampu masyarakat yang bersikap individualis, seperti:
menjalankan tugasnya sebagai kholifah fil ard. a. Kehilangan rasa solidaritas terhadap sesama
b. Egoisme yang tak terbatas
METODE PENULISAN c. Kesulitan dalam bersosialisasi
Metode penulisan berjudul
“Mengembangkan Sikap Religius untuk 2. Sikap Religius
Mengurangi Individualisme Pada Siswa di Zaman Sikap religius adalah suatu keadaan diri
Globa” menggunakan metode penelitian deskriptif seseorang dimana setiap melakukan atas
yang menjabarkan dan menghubungkan esensi aktivitasnya selalu berkaitan dengan agamanya.
sikap religius dan individualisme di dalam fokus Dalam hal ini pula dirinya sebagai hamba yang
penulisan mengenai pengubahan sikap mempercayai Tuhannya berusaha agar dapat
individualisme siswa pada zaman globa. Sumber merealisasikan atau mempraktekkan setiap ajaran
data penulisan ialah media massa berupa berita agamanya atas dasar iman yang ada dalam
dalam internet mengenai fenomena globalisasi batinnya.
pada saat ini. Data yang digunakan ialah data Menurut Gay Hendrick dan Kate Ludeman
sekunder, diperoleh tidak secara langsung terhadap dalam Ari Ginanjar, terdapat beberapa sikap
informan data, kemudian data dianalisis dengan religius yang tampak dalam diri sesorang dalam
teknik studi literatur. menjalankan tugasnya, diantaranya:
a. Kejujuran, rahasia untuk meraih sukses adalah
PEMBAHASAN selalu berkata jujur. Mereka menyadari, ketidak
1. Individualisme jujuran pada akhirnya akan mengakibatkan diri
Hofstede (2005) mengartikan mereka sendiri terjebak dalam kesulitan yang
individualisme sebagai tatanan sosial yang berlarut-larut.
dikarakteristikkan oleh ikatan emosional antar b. Keadilan, salah satu skill seseorang religius
individu yang longgar. Individual-isme adalah adalah mampu bersikap adil kepada semua
budaya yang menekankan gagasan bahwa individu pihak, bahkan saat dia terdesak sekalipun.
terpisah dan tidak tergantung dengan individu lain, c. Bermanfaat bagi orang lain, hal ini merupakan
men-definisikan diri sebagai otonom dari ingroup, salah satu bentuk sikap religius yang tampak
tujuan pribadi menjadi prioritas di atas tujuan dari diri seseorang. Sebagaimana sabda Nabi
kelompok, sikap individu secara personal lebih Muhammad SAW.: “Sebaik-baik manusia
menentukan perilaku sosial individu daripada adalah manusia yang bermanfaat bagi manusia
norma (Triandis, 1995). lain”.
Indonesia dulunya juga merupakan negara d. Disiplin tinggi, mereka sangatlah disiplin.
timur yang penduduknya ramah dan sopan, akan Kedisiplinan mereka tumbuh dari semangat
tetapi saat ini jarang sekali kita temui hal yang penuh gairah dan kesadaran, bukan dari
demikian. Hanya segelintir orang saja yang keharusan atau keterpaksaan.
bersikap demikian. Mengapa hal itu terjadi? e. Keseimbangan, seseorang memiliki sikap
Karena masyarakat Indonesia saat ini mulai religius sangat menjaga keseimbangan
bersikap atau perilaku. Sikap individualisme hidupnya.
merupakan paham yang menganggap diri sendiri f. Rendah hati, sikap rendah hati merupakan sikap
(kepribadian) lebih penting dibandingkan dengan yang tidak sombong mau mendengarkan
orang lain. Mereka yang bersikap individualisme pendapat orang lain dan tidak memaksakan
selalu mementingkan dirinya sendiri, mereka tidak kehendaknya.
memperdulikan orang lain dan hanya peduli
terhadap urusannya masing-masing. Seseorang 3. Individualisme pada Siswa
yang individualis tidak dapat menilai apa yang ada Adanya globalisasi yang menyebabkan
disekitarnya, yang ada hanya bagaimana dia adanya individualisme merambah disetiap jenjang
melakukan segala aktivitasnya dengan baik tanpa usia. Saat berada di bangku Sekolah Dasar, siswa
orang lain. Menjadi orang yang bersifat cenderung untuk berkumpul dan bermain bersama-
individualis terkadang cenderung lebih tertutup sama. Mereka masih mempunyai rasa kebersamaan
dalam mengerjakan sesuatu seperti apa yang dia yang tinggi. Tetapi ketika siswa sudah memasuki
lakukan. usia remaja (12 tahun – 18 tahun), mereka akan
191
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Program Studi Pendidikan Matematika
Universitas Muria Kudus
Fisikawati, A.R., Anggraeni, Y., Wardani, I., Nuari, D / Prosiding Seminar Nasional
“Penguatan Pendidikan Karakter Pada Siswa Dalam Menghadapi Tantangan Global”
Kudus, 11 April 2018

mulai mencari identitas diri masing-masing. Siswa diri bangsa Indonesia, hal tesebut berarti bahwa
akan cenderung memisahkan diri dari kelompok setiap perilaku masyarakat harus berkaca dari
dan fokus pada pencarian identitas diri. Siswa yang Pancasila, apabila tidak sesuai dengan pancasila,
berada usia remaja cenderung untuk mementingkan sepatutnya tidak mengikuti perilaku tersebut.
urusannya sendiri, dapat dikatakan juga mereka Individualisme merupakan salah satu budaya
cenderung untuk mengembangkan egonya di barat yang tidak sesuai dengan kebiasaan
masyarakat terutama di sekolah. Mereka tidak masyarakat Indonesia yang menjunjung tinggi
memperdulikan kepentingan orang lain, terutama keramah-tamahan, keharmonisan serta
siswa yang tergolong pada usia remaja. Mereka kebersamaan. Dalam agama sendiri menekankan
bersikap berlebihan untuk mengedepankan kebiasaan – kebiasaan tersebut, karena sejatinya
kepentingan pribadi, terkadang sikap tersebut hal tersebut bersumber dari agama pemeluknya.
mengganggu kenyamanan orang lain. Agama mengajarkan adanya sikap saling
Sebagai contohnya banyak siswa melakukan menghargai, menghormati dan sangat menekankan
balapan liar di jalan raya, mereka memodifikasi adanya kebersamaan dalam setiap kehidupan.
motor sesuai keinginan, bahkan sampai Dengan adanya kebersamaan tersebut menjadikan
menyebabkan polusi suara dan mengganggu manusia bisa saling tolong menolong dan tidak
keamanan serta kenyamanan. Hal tersebut mementingkan kehidupan pribadinya sehingga
dilakukan semata-mata hanya untuk menuruti ego akan tercapainya tujuan bersama-sama.
mereka yang ingin menonjolkan diri.
Selanjutnya banyak siswa yang merokok 5. Cara Pendidik Mengembangkan Sikap
saat berada di kantin sekolah. Tata tertib di sekolah Religius untuk Mengurangi Individualisme
hanya dijadikan pajangan semata, dengan percaya pada Siswa
diri mereka merokok tanpa beban. Hal tersebut Sekolah merupakan tempat bagian dari
dilakukan hanya untuk memenuhi kesenangan masyarakat berperan membentuk dan
mereka yang sudah kecanduan pada rokok. mengembangkan budaya dalam kehidupan sebagai
Banyak siswa tanpa ragu-ragu untuk aspek penting dalam kehidupan bermasyarakat.
mewarnai rambut mereka, mulai dari pink, hijau, Jadi sekolah sangat berperan penting dalam
merah, dan lain sebagainya. Sebagai seorang siswa membentuk moral, kepribadian dan karakter
tentunya harus menaati tata tertib yang berlaku. siswanya. Individualisme menjadi salah satu faktor
Mereka mengecat rambutnya semata-mata hanya penyebab menurunnya moral pada siswa. Banyak
ingin mengikuti ego dalam diri serta mengikuti siswa yang berperilaku sesuka hati mereka tanpa
trend dunia. takut adanya aturan yang berlaku.
Sebagai pendidik tentunya mem-punyai
4. Sikap Religius untuk Mengurangi peran yang sangat penting dalam membentuk
Individualisme pada Siswa
perilaku siswanya. Pendidik mempunyai 2 (dua)
Sesuai dengan sila pertama pancasila
peran penting, yaitu mengajar dan mendidik.
“Ketuhanan Yang Maha Esa” menunjukkan bahwa
Kedua tugas tersebut selalu mengiringi langkah
Indonesia merupakan negara yang menjunjung
sang guru baik pada saat menjalankan tugas
tinggi agama. Hal tersebut mempengaruhi
maupun diluar tugas (mengajar). Mengajar adalah
kehidupan masyarakat yang mengedepankan sikap
tugas membantu dan melatih anak didik dalam
religius dalam kehidupan sehari-hari.
memahami sesuatu dan mengembangkan
Sekolah merupakan tempat bagian dari
pengetahuan. Sedangkan mendidik adalah
masyarakat berperan membentuk dan
mendorong dan membimbing anak didik agar maju
mengembangkan budaya dalam kehidupan sebagai
menuju kedewasaan secara utuh. Kedewasaan yang
aspek penting dalam kehidupan bermasyarakat.
mencakup kedewasaan intelektual, emosional,
Jadi sekolah sangat berperan penting dalam
sosial, fisik, seni spiritual, dan moral.
membentuk moral, kepribadian dan karakter
Sekolah menjadi lanjutan dari pendidikan
siswanya. Individualisme menjadi salah satu faktor
keluarga dan turut serta memberi pengaruh dalam
penyebab menurunnya moral pada siswa. Banyak
perkembangan dan pembentukan sikap
siswa yang berperilaku sesuka hati mereka tanpa
keberagamaan seseorang. Pengaruh itu terjadi
takut adanya aturan yang berlaku.
antara lain: Kurikulum dan anak, yaitu hubungan
Berkaca dari sila pertama pancasila
(interaksi) yang terjadi antara kurikulum dengan
“Ketuhanan Yang Maha Esa”, menggambarkan
materi yang dipelajari murid, hubungan guru
bahwa segala sesuatu yang dilakukan harus
dengan murid, yaitu bagaimana seorang guru
didasari dengan agama. Pancasila merupakan jati
192
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Program Studi Pendidikan Matematika
Universitas Muria Kudus
Fisikawati, A.R., Anggraeni, Y., Wardani, I., Nuari, D / Prosiding Seminar Nasional
“Penguatan Pendidikan Karakter Pada Siswa Dalam Menghadapi Tantangan Global”
Kudus, 11 April 2018

bersikap terhadap muridnya atau sebaliknya yang Jalaluddin. 2007. Psikologi Agama. Jakarta: PT.
terjadi selama di sekolah baik di dalam kelas Raja Grafindo Persada.
maupun di luar kelas dan hubungan antara anak, Jumarudin, G, Abdul, & S, Siti Partini. 2014.
yaitu hubungan antara murid dengan sesama Pengembangan Model Pembelajaran
temannya. Humanis Religius dalam Pendidikan
Melalui kurikulum yang berisi materi Karakter di Sekolah Dasar. Jurnal
pelajaran, sikap keteladanan guru sebagai pendidik Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan
serta pergulatan antar teman sekolah dinilai Aplikasi Vol. 2, No. 2.
berperan dalam menanamkan kebiasaan yang baik Kompasiana. 2016. Gaya Hidup Remaja Modern
merupakan bagian dari pembentukan moral yang yang Cenderung Individualisme. Diunduh
erat kaitannya dengan perkembangan jiwa 20 Februari 2018, dari
keagamaan dan pembentukan sikap. https://www.kompasiana.com/iranata/gaya-
hidup-remaja-modern-yang-cenderung-
SIMPULAN DAN SARAN individualisme_581ba1eb8423bda67bb0f81
Sikap individualisme merupakan salah satu 8
efek dari adanya arus globalisasi. Sikap ini muncul K, Heru & F, Feny Nilda. 2015. Pendidikan
pada siswa yang kemudian mulai asik dengan Global-Religius di Madrasah Mewujudkan
kecanggihan teknologi. Salah satu dampak dari Generasi yang Berilmu Pengetahuan Global
sikap individualisme ialah kehilangan rasa dan Berkarakter Islam. Jurnal Pendidikan
solidaritas terhadap sesame, egoisme yang tak Global-Religius, Berilmu Pengetahuan
terbatas, kesulitan dalam bersosialisasi. Hal ini Global, dan Berkarakter Islam Volume 2,
mulai muncul pada siswa yang nantinya sebagai November 2015.
generasi penerus bangsa. Untuk mengatasi hal M, Erlan. 2012. Urgensi Pembelajaran Pendidikan
tersebut maka perlu dikembangkan lebih jauh lagi Agama Islam Berbasis Multikultural di
tentang sikap religius pada siswa. Siswa yang Sekolah. Jurnal Pendidikan Islam Volume
mampu menerapkan sikap religius maka akan 1, Nomer 1, Juni 2012.
memperoleh beberapa sikap diantaranya, kejujuran, U, Annis Titi. 2014. Pelaksanaan Nilai Religius
keadilan, kebermanfaatan, disiplin tinggi, ke- dalam Pendidikan Karakter di SD Negeri 1
seimbangan, dan rendah hati. Kutowinangun Kebumen (dalam skripsi).
Sika ini dapat dikembangkan melalui Yogyakarta: Universitas Negeri
pendidikan agama di sekolah melalui pendidikan Yogyakarta.
yang komperhensif. Semua ini tak terlepas dari Tafsir, A. 2012. Filsafat Umum: Akal dan Hati
peran seorang guru yang mendidik siswanya. Pada Sejak Thales Sampai Capra. Bandung: PT
dasarnya gurulah yang akan lebih membentuk Remaja Rosdakarya.
sikap religius ini. Siswanto. 2013. Pendidikan Karakter Berbasis
Saran bagi sekolah diantaranya, lebih Nilai-Nilai Religius. Jurnal Tadris Volume
memperhatikan fenomena yang sedang di hadapi 8, Nomor 1, Juni 2013.
oleh peserta didik dan lebih menerapkan Sunarto dan Hartono, Agung. 2002. Perkembangan
religiusitas dalam proses pendidikan. Adapun saran Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta.
bagi peneliti selanjutnya, yaitu lebih meneliti pada Triandis, H. C. 1995. Individualism &
cara penerapan sikap religiusitas. Collectivism. Colorado: Westview Press,
Inc.
DAFTAR PUSTAKA Vigara, A. 2008. Hubungan Individualisme.
Amin, Samsul Munir. 2007. Menyiapkan Masa Bandung: F. PSI UI.
Depan Anak secara Islami. Jakarta:
Amzah.
Arikunto, Suharsimi. 1993. Organisasi dan
Administrasi Pendidikan Teknologi dan
Kejuruan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Hofstede, Geert & Gert Jan Hofstede. 2005.
Culture and Organizatio ns Software of the
Mind. Mc Graw-Hill.

193
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Program Studi Pendidikan Matematika
Universitas Muria Kudus

Anda mungkin juga menyukai