Anda di halaman 1dari 3

ESAI SOSIOLOGI

KARYA ESAI

KONSUMERISME

Nama : Naila Yusri

Asal Sekolah : SMAN 01 MASBAGIK

Tahun : 2020/2021
A. Pendahuluan
Konsumerisme adalah paham terhadap gaya hidup yang senantiasa menganggap
barang – barang (mewah) sebagai ukuran kebahagiaan, kesenangan,
ketentraman, dalam mendapatkan peran sosial dan status sosial di masyarakat,
sehingga secara gamblangnya konsumerisme ini diartikan sebagai suatu sifat
boros dan memakai sesuatu secara berlebihan tanpa tau jelas apa kegunaannya.

Konsumerisme ini merupakan gaya hidup yang sejatinya dimiliki orang barat,
tetapi lambat laun hal ini mulai eksis di bagian dunia lain termasuk Indonesia.
Konsumerisme sepatutnya adalah suatu hal yang harus dihindari karena akan
menanamkan gaya hidup boros pada masyarakat terutama anak muda. Anak
muda atau remaja merupakan sasaran empuk bagi perilaku konsumerisme
karena sifat labil yang mempengaruhi mereka untuk berlomba agar terus terlihat
lebih dari kawan sebayanya. Sifat labil sebenarnya bukan pengaruh utama gaya
hidup konsumerisme ini tetapi karena pengaruh globalisasi yang semakin hari
semakin eksis membusungkan dada di hadapan masyarakat dunia.

Globalisasi menjadi satu alasan dimana gaya hidup konsumerisme ini terus
menyeruak, kehadiran gadget/smart phone menjadi faktor paling berpengaruh
karena sekarang semua hal mampu diselesaikan dari benda tersebut seperti
transaksi, membeli bahan makanan, membeli keperluan sandang dan papan pun
bisa dilakukan melalui website atau aplikasi yang sudah disedikan.

Pondok Pesantren merupakan salah satu tempat tujuan banyak orang tua untuk
melatih seorang anak agar bisa hidup mandiri dan terjaga dari gaya hidup yang
tidak sesuai dengan niali dan norma masyarakat. Lambat laun tidak dapat
dipungkiri bahwa Pondok Pesantren pun tidak dapat menjamin anak terlatih
hidup mandiri bukan berarti tidak berhasil tetapi gaya hidup konsumerisme ini
sudah menjadi buah bibir bagi banyak orang.

Konsumerisme ini tentu telah melahirkan banyak perilaku yang merujuk pada
gaya hidup yang kurang baik, dan tentunya masyarakat memilki banyak cara
untuk membenahi hal ini. Maka Pondok Pesantren yang dikatakn tidak dapat
menjamin hal ini kini mengahdirkan peraturan baru dimana para santri/wati
dibiasakan untuk berbelanja dengan jumlah terbatas dan dididik untuk memilih
mana yang termasuk prioritasnya. Dengan lahirnya peraturan baru ini maka saya
menuangkan hal ini dalam esai yang berjudul “

Anda mungkin juga menyukai