REMAJA
BUDAYA HEDONISME TERHADAP MORAL REMAJA
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TELAAH LITERATUR
2.4 Etika
Dari segi etimologi (ilmu asal usul kata), etika berasal dari bahasa yunani, ethos yang berarti watak
kesusilaan atau adat. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia etika berarti ilmu pengetahuan tentang asas-asas
akhlak (moral). Sedangkan etika menurut filsafat dapat disebut sebagai ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan
mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran.
Pada dasarnya,etika membahasa tentang tingkah laku manusia.
Tujuan etika dalam pandangan filsafat ialah mendapatkan ide yang sama bagi seluruh manusia disetiap
waktu dan tempat tentang ukuran tingkah laku yang baik dan buruk sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran
manusia. Akan tetapi dalam usaha mencapai tujuan itu, etika mengalami kesulitan, karena pandangan masing-
masing golongan dunia ini tentang baik dan buruk mempunyai ukuran (kriteria) yang berlainan.
Secara metodologi, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika. Etika memerlukan
sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi. Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai
suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti
juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut pandang normatif, yaitu melihat perbuatan manusia dari sudut baik
dan buruk .
Etika terbagi menjadi tiga bagian utama: meta-etika (studi konsep etika), etika normatif (studi penentuan
nilai etika), danetika terapan (studi penggunaan nilai-nilai etika). Adapun Jenis-jenis Etika adalah sebagai berikut:
1. Etika Filosofis
Etika filosofis secara harfiah dapat dikatakan sebagai etika yang berasal dari kegiatan berfilsafat atau berpikir,
yang dilakukan oleh manusia. Karena itu, etika sebenarnya adalah bagian dari filsafat; etika lahir dari filsafat.
Ada dua sifat etika, yaitu:
Non-empiris Filsafat digolongkan sebagai ilmu non-empiris. Ilmu empiris adalah ilmu yang didasarkan pada fakta
atau yang kongkret. Namun filsafat tidaklah demikian, filsafat berusaha melampaui yang kongkret dengan seolah-
olah menanyakan apa di balik gejala-gejala kongkret. Demikian pula dengan etika. Etika tidak hanya berhenti pada
apa yang kongkret yang secara faktual dilakukan, tetapi bertanya tentang apa yang seharusnya dilakukan atau tidak
boleh dilakukan. Praktis Cabang-cabang filsafat berbicara mengenai sesuatu yang ada. Misalnya filsafat hukum
mempelajari apa itu hukum. Akan tetapi etika tidak terbatas pada itu, melainkan bertanya tentang apa yang harus
dilakukan. Dengan demikian etika sebagai cabang filsafat bersifat praktis karena langsung berhubungan dengan apa
yang boleh dan tidak boleh dilakukan manusia. Etika tidak bersifat teknis melainkan reflektif, dimana etika hanya
menganalisis tema-tema pokok seperti hati nurani, kebebasan, hak dan kewajiban, dsb, sambil melihat teori-teori
etika masa lalu untuk menyelidiki kekuatan dan kelemahannya.
2. Etika Teologis
Terdapat dua hal-hal yang berkait dengan etika teologis. Pertama, etika teologis bukan hanya milik agama
tertentu, melainkan setiap agama dapat memiliki etika teologisnya masing-masing. Kedua, etika teologis merupakan
bagian dari etika secara umum, karena itu banyak unsur-unsur di dalamnya yang terdapat dalam etika secara umum,
dan dapat dimengerti setelah memahami etika secara umum. Secara umum, etika teologis dapat didefinisikan
sebagai etika yang bertitik tolak dari presuposisi-presuposisi teologis. Definisi tersebut menjadi kriteria pembeda
antara etika filosofis dan etika teologis. Setiap agama dapat memiliki etika teologisnya yang unik berdasarkan apa
yang diyakini dan menjadi sistem nilai-nilai yang dianutnya. Dalam hal ini, antara agama yang satu dengan yang
lain dapat memiliki perbedaan di dalam merumuskan etika teologisnya.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Hedonisme di kalangan remaja
Virus hedon tidak hanya menyerang orang dewasa yang sudah bekerja. Dari anak hingga orang tua tak
luput dari ancaman virus ini.Anak punya kecenderungan hedonistis.Akibat kodrat biologis dan belum jalanya daya
penalaran, anak harus bergantung pada ibu atau orang lain. Minum dibuatkan, makan disuapin, jalan jauh merengek
minta gendong.Ia menggantungkan hidupnya pada orang lain karena memang ia belum sanggup
mengerjakan sendiri.Ia hanya ingin nyaman dan nikmat Hedonis?Ya,tapi lebih tepat disebut hedonis secara
biologis.Bersama dengan berjalannya waktu dan proses sosialisasi,ia akan mulai punya kesadaran dan kemampuan
menentukan pilihan.Nah,kalau ia sudah sampai pada taraf kesadaran seperti itu namun tetap bersikapkebayi-
bayianseperti tadi,barulah ia disebut hedonis.
Generasi yang paling tidak aman terhadap sebutan hedonis adalah remaja.Paham ini mulai merasuki
kehidupan remaja. Remaja sangat antusias terhadap adanya hal yang baru. Gaya hidup hedonis sangat menarik bagi
mereka. Daya pikatnya sangat luar biasa, sehingga dalam waktu singkat munculah fenomena baru akibat paham
ini.Fenomena yang muncul, ada kecenderungan untuk lebih memilih hidup enak, mewah, dan serbakecukupan tanpa
harus bekerja keras. Titel remaja yang gaul dan funky baru melekat bila mampu memenuhi standar tren
saat ini.Yaitu minimal harus mempunyaihandphone, lalu baju serta dandanan yang selalu mengikuti mode.
Beruntung bagi mereka yang termasuk dalam golongan berduit, sehingga dapat memenuhi semua tuntutan
kriteria tersebut.Akan tetapi bagi yang tidak mampu dan ingin cepat seperti itu, pasti jalan pintaslah yang akan
diambil. Tidaklah mengherankan, jika saat ini muncul fenomena baru yang muncul di sekitar kehidupan
kampus..Misalnya adanya ayam kampus ( suatu pelacuran terselubung yang dilakukan oknum mahasiswi ), karena
profesi ini dianggap paling enak dan gampang menghasilkan uang untuk memenuhi syarat remaja gaul dan funky.
Hidup adalah kesempatan untuk bersenang-senang bagi mereka. Masa bodoh dengan kuliah, yang
penting have fun tiap hari. Hal ini bisa dianggap sebagai efek fenomena free sex yang melanda kehidupan kaum
muda sekarang.Sudah tentu, jika anggapan tentang seks bebas diterapkan ke tengah-tengah pergaulan remaja,
pastilah tidak etis. Sebab, bangsa kita menganut adat-istiadat timur yang menganggap seks sebagai hal yang
sakral.Kemudian contoh kasus lain lagi, yaitu praktik jual beli nilai di kampus yang sekarang sedang merebak. Jika
dilihat lebih jauh, ternyata itu juga dampak dari gaya hidup hedonis yang melahirkan adanya mentalitas instan.
Segalanya bisa diperoleh dengan uang dan kekuasaan. Bila demikian, otomatis semua urusan beres. Akhirnya,
semboyan non scholae sed vitae discimus (belajar untuk bekal dalam menjalani kehidupan) pudar dan menghilang.
Karena yang diutamakan bukan proses melainkan hasil. Jika bisa memperoleh hasil dengan cara simpel walaupun
salah, mengapa tidak dilakukan? Untuk apa kita harus melalui proses panjang dengan pengorbanan, kalau hasilnya
sama.
Tak terasa, tapi efeknya tak terduga, paham hedonisme terus berlangsung dan merasuk ke dalam benak
masyarakat kita tanpa ada tindakan pencegahan. Salah satu contoh kasusnya adalah acara-acara hedonisme yang
berkedok mencari bibit-bibit penyanyi berbakat.Acara ini sangant diminati terutama para remaja.Bila dilihat secara
jeli ternyata acara tersebut menawarkan gaya hidup yang tidak jauh dari konsep Hedonisme. Acara ini tentunya
membutuhkan biaya yang banyak untuk memfasilitasi para kontestannya, tapi bila melihat keadaan bangsa kita yang
sedang morat-marit ekonominya, dapat disimpulkan ada dua kondisi yang kontradiksi, disatu sisi lain keadaan
perekonomian bangsa sedang krisis tapi acara menghambur-hamburkan uang semakin marak. Aneh memang,
banyak warga Indonesia yang miskin, tidak punya rumah, gedung sekolah yang hampir roboh, tunjangan pegawai
yang kecil, dan jumlah pegangguran yang membludak, tapi hal ini tidak membuat para peserta acara yang sebagian
besar adalah remaja tersebut prihatin atau menangis tersedu-sedu, mereka malah sedih dan mengeluarkan air mata
bila rekan seperjuangannya tereleminasi. Nampak jelas sikap egoisme dan sikap mengejar kesenangan pribadi
mereka. Ini adalah bukti hedonisme yang banyak menjadi impian anak-anak muda di negeri Seribu satu masalah ini.
3.2 Dampak Yang Ditmbulkan Dari Hedonisme
Pada dasarnya, setiap kesenangan bisa dinilai baik, tapi setiap kesenangan itu tidak harus dimanfaatkan
secara berlebihan. Dalam hal ini, Epicuros mengajukan perbedaan dari tiga macam keinginan yaitu: keinginan
alamiah yang perlu seperti makanan, keinginan alamiah yang tidak perlu seperti makanan yang istimewa, dan
keinginan yang sia-sia seperti kekayaan. Hidup yang baik adalah memenuhi keinginan alamiah yang perlu semacam
pola hidup sederhana sebagaimana anjuran dari Epikuros. Orang yang bijaksana akan berusaha untuk sebisa
mungkin terlepas dari keinginan. Dengan demikian manusia akan mencapai ketenangan jiwa atau keadaan jiwa yang
seimbang yang tidak membiarkan diri terganggu oleh hal-hal lain.
Kesenangan yang berlebihan tanpa melihat orang-orang disekitar sepertinya sudah mulai nampak di Indonesia.
Sudah banyak masyarakat di Indonesia tidak lagi mempedulikan budaya silaturahim antara individu satu dengan
individu yang lainnya, padahal budaya Indonesia sudah sangat terkenal dengan keramahannya dengan masyarakat
lain. Dan salah satu penyebab dari masalah ini adalah pengaruh hedonisme. Hedonisme adalah pandangan hidup
bahwa kesenangan dan kenikmatan sebagai tujuan utama. Jadi bisa dikatakan bahwa para penganut hedonisme ini
lebih mementingkan kesenangannya, tidak lagi peduli oleh orang yang berada disekitar mereka, karena yang
terpenting buat mereka adalah kesenangan. Salah satu contoh hedonisme seperti berfoya-foya dan hura-hura. Dalam
prospektif hedonisme para penganut hedonisme kebanyakan dari kalangan menengah ke atas, karena dalam
melampiaskan kesenangannya pasti uang yang mereka keluarkan sangat banyak, tapi mereka tidak begitu
mempedulikannya karena yang terpenting bagi penganut hedonisme adalah kesenangan dan kepuasan.
Saat ini, budaya hedonisme sudah menjadi propaganda yang sukses dan mengakar dalam jiwa-jiwa remaja.
Namun ironismya lagi, para remaja tak menyadari hal yang mereka lakukan adalah prilaku hedon. Oleh karena itu,
paham ini memberikan kontribusi negatif terhadap ideologi para remaja/generasi muda yang berani membuat
mereka berani menghalalkan segala cara demi tercapainya kesenangan dan menjadikan remaja saat ini memiliki
mental lemah disertai dengan pemikiran yang sempit.
Ada beberapa dampak buruk paham hedonisme diantaranya;
1. Pergaulan bebas
Pengikut paham hedonisme dapat terjebak dalam pergaulan dan mereka selalu berada dalam dunia malam. Seperti
clubbing, pesta narkoba, dan seks bebas.
a. Sex bebas
Free sex atau seks bebas merupakan dampak dari hasil budaya hedonisme. Bagi penganut hedonisme, menganggap
seks bebas hanya perbuatan biasa, karena mereka sudah tidak lagi memikirkan salah atau benar, tapi yang mereka
pikirkan hanyalah kepuasan dirinya sendiri. Ironisnya, pada diri mereka sudah tidak ada lagi rasa malu, bahkan
mereka merasa bangga apabila sudah melakukan perbuatan yang diharamkan oleh agama (perbuatan zina),
kemudian divideokan dan menyebarkannya melalui internet. Perbuatan tersebut sungguh tidak sesuai dengan budaya
bangsa Indonesia, karena bangsa Indonesia menganut adat istiadat timur yang menganggap seks sebagai hal yang
sakral.
b. Narkoba
Narkotika dan obat-obatan berbahaya, tidak lain adalah bom waktu yang siap menghancurkan generasi-generasi
penerus. Hal ini terbukti dari beberapa informasi yang menyatakan bahwa para siswa SD pun sudah mulai
mengkonsumsi zat haram tersebut. Lalu bagaimana nasib masyarakat kita nantinya jika para generasi muda telah
mengalami ketergantungan pada narkoba? Namun, tidak hanya kalangan para pelajar saja yang mengalami hal
demikian. Narkoba memang sudah menjadi gaya hidup bagi kebanyakan orang. Mulai dari kalangan penjabat,
pengusaha, artis, seniman dan pengangguran. Alasan mereka mengkonsumsi barang haram tersebut adalah untuk
mencari kenikmatan dan kesenangan. Narkoba menjadi barang pelarian dari setiap masalah yang mereka hadapi.
Tujuannya agar mereka tidak dirundung kesedihan dan akhirnya diliputi dengan suasana senang dan nikmat.
2. Tawuran
Saat ini tawuran sudah menjadi tren di kalangan sebagian remaja. Mereka merasa senang sekali jika melakukan
perbuatan anarkis, memperdaya dan menganiaya orang lain. Dalam dirinya sifat empati dan simpati sudah hilang.
Apalagi sikap saling menghargai dan solidaritas. Hal ini disebabkan karena mereka selalu mempertimbangkan
untung dan rugi dalam bersosialisasi dan bermasyarakat.
3. Musik dan Seni
Dunia sepertinya sepi tanpa musik dan kehidupan seakan hampa tanpa seni, itulah beberapa ungkapan para musisi
dan seniman serta para penikmatnya. Konser-konser musik digelar di setiap kota, namun tak jarang konser musik
berlangsung banyak korban yang berjatuhan karena berdesak-desakkan saat mereka asyik menikmati alunan musik
sang idola. Banyak di antara korban meninggal dunia. Namun, peristiwa demi digelar walaupun bahaya maut
menjadi taruhan. Musik dan seni sudah menjadi hal yang penting dalam kehidupan para hedonis. Jiwa dan perasaan
mereka semakin nikmat dan melayang jika mendengarkan musik. Pahat-pahatan patung menjadi alat untuk
dinikmati. Padahal boleh jadi patung-patung tersebut adalah tokoh kaum kafir atau setidaknya menonjolkan unsur
pornografi. Manusia telanjang dan aktivitas-aktivitas seksual ditampilkan dalam sejumlah karya seni paleolitik,
seperti patung venus. Tidak jarang kita melihat lukisan-lukisan telanjang terpampang namun mereka menganggap
sebagai karya seni yang patut dihargai.
4. Pariwisata
Salah satu upaya untuk menyalurkan kesenangan ialah dengan berwisata. Pada dasarnya seseorang boleh-boleh saja
berwisata selama kreativitas tersebut tidak melanggar nila-nilai syari. adapun yang sering jadi pembahasan saat ini
adalah tempat-tempat wisata serta kreativitasnya yang senantiasa menjurus kepada kemaksiatan. Banyak tempat
wisata terkadang menjadi area yang tepat untuk pesta narkoba dan miras. Biasanya mereka melakukan hal tersebut
di tempat-tempat penginapan. Mulai dari hotel yang bertarif murah sampai hotel-hotel mewah, ditawarkan berbagai
layanan kepada para pengunjung bebas melakukan apapun. Mereka yang sering melakukan hubungan seks adalah
para pekerja industri pariwisata, supir, wisatawan lokal, wisatawan asing yang berbisnis serta tinggal di Bali.
Biasanya para pekerja seks tersebut menyamar sebagai pemandu wisata illegal, pedagang asongan pegawai salon
kecantikan, penyewa papan selancar dan penjual makanan serta minuman.
5. Perfilman
Acara-acara yang disuguhkan kepada masyarakat kerap tidak pernah terlepas dari prilaku hedonis. Tidak hanya di
layar kaca, kehidupan selebriti pun sangat kental dengan budaya hedonisme. Kehidupan glamour senantiasa melekat
dalam keseharian para bintang film. Penayangan tindakan kekerasan dan seksual di media-media masa, televisi,
telah menyebabkan masyarakat negeri ini dilanda gelombang kejahatan. Kondisi ini memprihatinkan dan
membahayakan bagi generasi muda, karena adegan-adegan kekerasan seringkali ditiru. Dengan kata lain, film dan
acara-acara televisi yang ditayangkan adalah jalan yang sangat mulus dalam upaya penyebaran budaya hedonisme
dan kebebasan.
6. Matrealistis
Merupakan bagian dari budaya hedonisme yang merasa tidak puas dengan sesuatu yang sudah dimilikinya. Dan
selalu iri jika melihat orang lain.
7. Pemalas
Malas merupakan akibat yang ditimbulkan dari budaya hedonisme, karena mereka selalu menyia-nyiakan waktu.
Manusia menjadi tidak menghargai waktu. Kurangnya kesadaran dalam mempergunakan waktu, komunitas, dan
pergaulan.
8. Tidak Bertanggung Jawab
Menjadi individu yang tidak bertanggung jawab terutama kepada dirinya sendiri, seperti menyia-nyiakan waktu, dan
mementingkan kesenangannya saja.
9. Konsumtif & Boros
Hedonisme cendurung konsumtif, karena menghabiskan uang untuk membeli barang-barang yang hanya untuk
kesenangan semata tanpa didasari kebutuhan. Menghambur-hamburkan uang untuk membeli berbagai barang yang
tidak penting, hanya untuk sekedar pamer merk/ barang mahal.
4.1 Kesimpulan
Hedonisme dikalangan pesat mengikuti perkembagan jaman pola piker yang hanya mementingkan
kesenangan saja membuat para remaja terbuai dalam sebuah kehidupan yang kadang tidak realistis. Setiap manusia
pasti ingin merasakan dan kesenangan, apalagi para remaja. Tapi sayag nya untuk memperoleh kenikmatan dan
kesenangan tersebut banyak remaja yang menghalalkan segala cara. Apapun mereka lakukan, agar apa yang mereka
iginkan dapat mereka peroleh tanpa peduli dengan resiko nya.
Sementara itu berkenaan dengan hedonisme etis ada dua gagasan yang patut diperhatikan. Pertama,
kebahagiaan tidak sama dengan jumlah perasaan nikmat. Nikmat selalu berkaitan langsung dengan sebuah
pengalaman ketika sebuah kecondongan terpenuhi, begitu pengalaman itu selesai, nikmatpun habis. Sementara itu,
kebahagiaan menyangkut sebuah kesadaran rasa puas dan gembira yang berdasarkan pada keadaan kita sendiri,dan
tidak terikat pada pengalaman-pengalaman tertentu. Dengan kata lain, kebahagiaan dapat dicapai tanpa suatu
pengalaman nikmat tertentu. Sebaliknya, pengalaman menikmati belum tentu membuat bahagia. Kedua, jika kita
hanya mengejar nikmat saja, kita tidak akan memperoleh nilai dan pengalaman yang paling mendalam dan dapat
membahagiakan. Sebab, pengalaman ini hanya akan menunjukan nilainya jika diperjuangkan dengan pengorbanan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Zulkifli, Al Ridho. 2014. GAYA HIDUP HEDONISME DI KALANGAN MAHASISWA PENERIMA
BEASISWA KALTIM CEMERLANG. FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS
MULAWARMAN
2. Sari Pramita, Ni Made Isti. 2013. Peran Gaya Hidup Hedonisme dan Locus of Control Dalam Menjelaskan
Kecenderungan Shopping Addiction Pada Remaja Putri
3. Asmanita, Afni. 2003. Gaya Hidup Klik pada Mahasiswa Universitas Negeri Padang (UNP). Padang.
4. Kusumanugraha, C. 2003. Fenomena Gaya Hidup Hedonis pada Remaja. (UNIKA). Semarang.
5. Mappiare, Andi. 1984. Psikologi Remaja, Usaha Nasional, Surabaya
6. Susianto, H. 1993. Studi Gaya Hidup Sebagai Upaya Mengenali Kepentingan Anak Muda. Jurnal Psikologi dan
Masyarakat, Vol. 1, No. 1. Grasindo, Jakarta.
7. Suseno, Franz Von Magnis. Etika Umum: Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral. Jogjakarta: Kanisius, 1979.
8. Masmuadi, A. (2007). Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Kecenderungan Gaya Hidup Hedonis Pada Remaja.
Skripsi. Universitas Islam Indonesia.
9. Salam, B. (2002). Etika Individual: Pola Dasar Filsafat Moral. C.I. Jakarta: Rineka Cipta.
10. Sholihah, N. A. dan Kuswardani, I. (2011). Hubungan Antara Gaya Hidup Hedonis dan Konformitas Teman Sebaya
Dengan Perilaku Konsumtif Terhadap Ponsel Pada Remaja.
11. Martha, S. H. dan Setyawan, I. (2010). Correlation Among Self-Esteem with A Tendency Hedonist Lifestyle of
Students At Diponegoro University. Jurnal. Diakses melalui http://www.eprints.undip.ac.id tanggal 27 Januari 2013.
12. Edwards, E. A. (1993). Development of a New Scale Measuring Compulsive Buying Behavior. Michigan: Michigan
University Dept.
13. Juhana, S Praja. 2003. Alran-Aliran Filsafat Dan Etika. Jakarta. Prenada Media.
14. Duncan, A.R.C., Moral Philosophy, Canada: CBC Publications, 1970
15. Audi, Robert, The Cambridge Dictionary of Philosophy, New York: Cambridge University Press, 199