Anda di halaman 1dari 10

MODERNISASI DAN PERUBAHAN

SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT URBAN

Edika Syamsurya
Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum Universitas Negeri Makassar
E-mail: edikasyamsurya1968042006@gmail.com

Abstract
Society is always changing, and changes that occur in society are very natural and certainly
unavoidable. Likewise with the modernization process, modernization in certain communities
will certainly be different from other communities both in terms of the process and acceptance,
depending on the needs or desires of the community. Changes that occur due to the
modernization process will shackle society to a consumptive culture, hedonism, and so on.
Modernization is a form of social change from a traditional society to an advanced society
following the development of other societies that are considered more advanced and people
must be smart in choosing which of the modernization processes will change society for the
better so that the benefits of modernization can be felt.
Abstrak
Masyarakat senantiasa berubah, dan perubahan yang terjadi dalam masyarakat merupakan hal
yang sangat wajar dan pastinya tidak dapat dihindari. Demikian halnya dengan proses
modernisasi, Modernisasi pada masyarakat tertentu tentunya akan berbeda dengan masyarakat
yang lain baik dari segi proses maupun penerimaannya, tergantung dari kebutuhan ataupun
keinginan dari masyarakatnya. Perubahan yang terjadi karena proses modernisasi akan
membelenggu masyarakat pada budaya konsumtif, hedonisme, dan lain sebagainya.
Modernisasi merupakan salah satu bentuk perubahan sosial dari masyarakat tradisional menuju
masyarakat yang maju mengikuti perkembangan masyarakat lainnya yang dianggap lebih maju
dan masyarakat pun harus cerdas dalam memilih mana dari proses modernisasi tersebut yang
akan merubah masyarakat ke arah yang lebih baik sehingga manfaat dari modernisasi tersebut
dapat dirasakan

Kata Kunci: Modernisasi, Perubahan Sosial, Masyarakat Urban


Pendahuluan
Perubahan sosial merupakan suatu keniscayaan yang tidak mungkin dapat dihindari.
Setiap detik dari kehidupan di dunia ini seseorang tidak bisa dilepaskan dari perubahan.
Berbagaiaspek kehidupan mengalami peningkatan bahkan pergeseran dari yang sebelumnya
dianggap tradisonal menjadi modern. Perubahan sosial sering didahului oleh penggunaan
teknologi kekinian. Sebagai contoh pemakaian media komunikasi menjadikan seseorang
sangat mudah mendapatkan informasi dari berbagai belahan dunia lain (Muhammad, 2017).
Perubahan sosial itu adalah suatu proses yang melahirkan perubahan-perubahan di dalam
struktur dan fungsi dari suatu sistem kemasyarakatan. Ada tiga tahap utama proses perubahan
yaitu berawal dari diciptakannya atau lahirnya sesuatu, mungkin sesuatu yang diidamkan atau
sesuatu kebutuhan, yang kemudian berkembang menjadi suatu gagasan (idea, concept) yang
baru. Bila gagasan itu sudah menggelinding seperti roda yang berputar pada sumbunya, sudah
tersebar di kalangan anggota masyarakat, proses perubahan tersebut sudah memasuki tahapan
yang kedua. Tahapan berikutnya sebagai tahapan ketiga yang disebut sebagai hasil (result,
concequences) yang merupakan perubahanperubahan yang terjadi dalam sistem sosial yang
bersangkutan sebagai akibat dari diterimanya atau ditolaknya suatu inovasi. Bilamana suatu
inovasi yang telah diterima dan kemudian orang menolaknya, maka tindakan yang demikian
disebut discontinuance.Jadi dengan demikian ada inivasi yang diterima dan dipakai terus dan
ada yang tidak (Rosana, 2015).

Tinjauan Pustaka
A. Pengertian Masyarakat Urban

Merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), urban diartikan sebagai hal-hal
yang berkaitan dengan kota, bersifat kekotaan, atau orang yang pindah dari desa ke kota.
Sementara itu, dilihat dari asoek dinamikanya, maka masyarakat urban adalah masyarakat yang
lahir dan direproduksi oleh proses modernitas dalam dinamika institusi modern. Anthony
Gidden membayangkan masyarakat urban sebagai tipikal manusia yang hidup pada dekade
terakhir abd ke-20 yang memiliki kesempatan luas untuk menyebar ke berbagai belahan dunia
menikmati eksistensinya. Bahkan ia membayangkan masyarakat urban yang modern tersebut,
memiliki sisi-sisi mengerikan yang menurutnya adalah fenomena nyata dewasa ini (Ahmadin
Ahmadin, 2013).
B. Ciri-ciri Struktur Sosial Masyarakat Urban

Menurut Daldjoeni, ciri-ciri struktur sosial kota terdiri atas beberapa gejala sebagaimana
diuraikan berikut:

1. Heterogenitas Sosial, yakni kepadatan penduduk mendorong terjadinya persaingan-


persaingan dalam pemanfaatan ruang. Orang dalam bertindak memilih-milih mana yang
paling menguntungkan baginya, sehingga akhirnya tercapai spesialisasi. Kota juga
merupakan melting pot bagi aneka suku maupun ras.

2. Hubungan sekunder, yakni pengenalan dengan orang lain serba terbatas pada bidang hidup
tertentu. Hal ini disebabkan antara lain karena tempat tinggal orang juga cukup terpencar
dan saling mengenalnya hanya menurut perhatian antar pihak.

3. Kontrol (pengawasan sekunder), yakni di kota orang tidak mempedulikan perilaku peribadi
sesamanya. Meski ada kontrol sosial, tetapi ini sifatnya non pribadi; asal tidak merugikan
bagi umum, tindakan dapat ditoleransikan.

4. Toleransi sosial, yakni orang-orang kota dapat berdekatan secara fisik, tetapi secara sosial
berjauhan.

5. Mobilitas sosial, yakni perubahan status sosial seseorang. Orang menginginkan kenaikan
dalam jenjang kemasyarakatan (socialclimbing). Dalam kehidupan kota segalanya
diprofesionalkan, dan melalui profesi seseorang dapat naik posisinya.

6. Ikatan sukarela (voluntaryassociation), yakni secara sukarela orang menggabungkan diri ke


dalam perkumpulan yang disukainya.

7. Individualisasi, yakni merupakan akibat dari sejenis atomisasi dimana orang dapat
memutuskan sesuatu secara pribadi, merencanakan kariernya tanpa desakan orang lain.

8. Segragasikeruangan(spatialsegragation), yakni akibat kompetisi ruang yang terjadi pola


sosial yang berdasarkan persebaran tempat tinggal atau sekaligus kegiatan sosio-ekonomis.
Segragasi ini tampak pada munculnya wilayah-wilayah sosial tertentu seperti, kaum Cina,
Arab, kaum elit, gelandangan, pelacuran, dan sebagainya (Ahmadin Ahmadin, 2021).

Bila mengacu pada uraian mengenai struktur sosial tersebut, maka beberapa hal menarik
dikaitkan dengan kajian mengenai perubahan struktur sosial masyarakat di kota Makassar.
Beberapa realitas yang akan diamati seperti: (1) heterogenitas sosial yang menyebabkan
terjadinya perebutan pemanfaatan ruang, (2) hubungan sekunder yang mengaburkan ikatan
etnik, (3) kedekatan secara fisik dan berjauhan secara sosial membutuhkan proses untuk
menjadi sebuah komunitas, (4) ikatan suka rela yang memberi peluang atas seseorang untuk
bergabung dengan kelompok manapun, (5) Segragasikeruangan(spatialsegragation) akibat
kompetisi ruang, melahirkan persebaran tempat tinggal atau sekaligus kegiatan sosio-ekonomis
serta wilayah-wilayah sosial tertentu (A Ahmadin, 2010).

C. Ciri - Ciri Masyarakat Kota

1) pada umumnya masyarakat kota dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung
pada orang lain
2) masyarakat kota mempunyai jalan pikiran rasional yang meenyebabkan interaksi-
interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada faktor kepentingan daripada faktor pribadi
3) jalan kehidupan yang cepat di kota mengakibatkan pentingnya faktor waktu sehingga
pembagian waktu yang teliti sangat penting untuk dapat mengejar kebutuhan-
kebutuhan seorang individu
4) dan perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata di kota-kota karena kota
biasanya terbuka dalam menerima pengaruh luar (Muhammad, 2017).

D. Kota Dan Mobilitasnya

Masyarakat kota sangat bergantung kepada alat transportasi untuk mobilitasnya, sehingga
kebutuhan akan sarana akat transportasi dan prasarananya seperti jalan. Jalan (yang tidak
macet) merupakan kunci mobilitas fisik yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi kota.
Mobilitas tersebut terkait dengan bagaimana sistem transportasi manusia atau barang dari satu
titik ke titik tujuannya secara tepat, efektif dan efisien. Dalam transportasi barang,
pertimbangan utamanya adalah jarak antar tempat, waktu tempuh dan peningkatan mobilitas
menjadi dasar pertimbangan efektivitas dan efisiensi sistem transportasi modern pada setiap
kota. Sistem mobilitas manusia dapat merupakan sistem angkutan pribadi ataupun sistem
angkutan massal (Perhubungan, 2005) .

Pembahasan

Masyarakat Kota Dan Masyarakat Pedesaan

1. Masyarakat Kota/Masyarakat Urban


Masyarakat perkotaan sering juga disebut urban community, pengertian masyarakat kota lebih
ditekankan pada sifat sifat kehidupannya serta ciri-ciri kehidupannya yang berbeda dengan
masyarakat pedesaan. Adapun beberapa ciri ciri yang menonjol masyarakat kota, antara lain :

a. Kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di


desa. Kegiatan kegiatan keagamaan hanya setempat di tempat tempat beribadah seperti
masjid, gereja. Sedangkan diluar itu, kehidupan masyarakat berada dalam lingkungan
ekonomi, perdagangan. Cara kehidupan demikian memiliki kecenderungan ke arah
keduniawian, bila dibandingkan dengan kehidupan warga masyarakat desa yang
cenderung ke arah keagamaan
b. Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada
orang lain. Yang terpenting disini adalah manusia perorangan atau individu. Di kota
kota kehidupan keluarga sering sukar untuk disatukan, sebab perbedaan kepentingan,
paham politik, perbedaan agama dan sebagainya
c. Pembagian kerja di antara warga wargakota juga lebih tegas dan mempunyai batas batas
yang nyata. Misalnya seorang pegawai negeri lebih banyak bergaul dengan rekan
rekannya daripada dengan tukang tukang becak, tukang kelontong atau pedagang kaki
lima lainnya.
d. Kemungkinan kemungkinanuntuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh
warga kota daripada warga desa. Pekerjaan warga desa lebih bersifat seragam terutama
dalam bidang bertani. Oleh karena itu masyarakat desa tidak banyak dijumpai
pembagian pekerjaan berdasarkan keahlian. Lain halnya dikota, pembagian kerja sudah
meluas, sudah ada macam macam kegiatan industri, sehingga tidak hanya terbatas pada
satu sektor industri. Singkatnya, di kota banyak jenis jenis pekerjaan yang dapat
dikerjakan oleh warga warga kota, mulai dari pekerjaan yang sederhana sampai pada
pekerjaan yang bersifat teknologi.
e. Jalan pikiran rasional yang pada umumnya dianut masyarakat perkotaan, menyebabkan
bahwa interaksiinteraksi yang terjadi lebih didasarkan pada faktor kepentingan
daripada faktor pribadi.
f. Jalan kehidupan yang cepat di kota kota, mengakibatkan pentingnya faktor waktu bagi
warga kota, sehingga pembagian waktu yang teliti dan tepat sangat penting, untuk dapat
mengejar kebutuhan kebutuhan seorang individu.
Perubahan-perubahan sosial tampak dengan jelas dan nyata di kota kota, sebab kota biasanya
terbuka dalam menerima pengaruh pengaruh dari luar. Hal ini sering menimbulkan
pertentangan antara golongan tua dengan golongan muda. Oleh karena itu, golongan muda
yang belum sepenuhnya terwujud keperibadiannya, lebih sering mengikuti pola pola baru
dalam kehidupannya (Muhammad, 2017).

2. Masyarakat Pedesaan/Masyarakat Tradisional

Masyarakat pedesaan ditandai dengan kepemilikan ikatan perasaan batin yang kuat sesama
warga desa, perasaan setiap warga/anggota masyarakat yang amat kuat yang hakikatnya, bahwa
seseorang merasa bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat dimana ia hidup dan
dicintainya serta mempunyai perasaan bersedia untuk berkorban setiap waktu demi
masyarakatnya atau anggota anggota masyarakat, karena beranggapan sama samasebagai
anggota masyarakat yang saling mencintai dan saling menghormati, mempunyai hak tanggung
jawab yang sama terhadap keselamatan dan kebahagiaan bersama di dalam masyarakat.
Adapun yang menjadi ciri ciri masyarakat pedesaan antara lain sebagai berikut :

a. Di dalam masyarakat pedesaan di antara warganya mempunyai hubungan yang lebih


mendalam dan erat bila dibandingkan dengan masyarakat pedesaan lainnya diluar batas
batas wilayahnya
b. Sistem kehidupan umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan (gemeinschaft
atau paguyuban)
c. Sebagian besar warga masyarakat pedesaan hidup dari pertanian. Pekerjaan pekerjaan
yang bukan pertanian merupakan pekerjaan sambilan (parttime) yang biasanya sebagai
pengisi waktu luang
d. Masyarakat tersebut homogen, seperti dalam hal mata pencaharian, agama, adat istiadat
dan sebagainya.

Perkembangan Teknologi Komunikasi Dan Menurunnya Resistensi Masyarakat Desa

Perubahan sosial adalah suatu variasidari cara-cara hidup yang telah diterima, yang disebabkan
baik karena perubahankondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi
maupun adanya penemuan-penemuan baru pada masyarakat.Penemuan-penemuan baru
dibidang teknologi komunikasi, satelit, komputerisasi, mikro elektronika,parabola,yang
dengan mudah dapat mengangkasa, mengelola,mengirim informasi dengan cepat tanpa
halangan jarak. Perubahan-perubahan pada masyarkaat didunia dewasa ini merupakan
fenomenanormal, yang pengaruhnya cepat menjalar ke bagian-bagian dunia lainnya, antaralain
berkat adanya teknologi komunikasi disuatu tempat dengan cepat dapatdiketahui oleh
masyarakat lain yang jauh dari tempat tersebut (Tumengkol, 2011).

Kemajuan teknologi saat ini tidak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat.Berbagai
informasi yang terjadi di berbagai belahan dunia kini telah dapat langsung diketahui berkat
kemajuan teknologi.Kemajuan teknologi ini menyebabkan perubahan yang begitu besar pada
kehidupan umat manusia dengan segala peradaban dan kebudayaannya.Perubahan ini juga
memberikan dampak yang begitu besar terhadap transformasi nilai-nilai yang ada di
masyarakat.Khususnya masyarakat dengan budaya dan adat ketimuran seperti Indonesia,
khususnya di Aceh.Saat ini, di Aceh dapat disaksikan begitu besar pengaruh kemajuan
teknologi terhadap nilai-nilai kebudayaan yang dianut masyarakat, baik masyarakat perkotaan
maupun pedesaan.

Media Komunikasi dan Pengaruhnya Terhadap Masyarakat Tradisional dan


Masyarakat Urban

Kehadiran kecanggihan teknologi dalam bentuk media informasi dan komunikasi dalam
masyarakat mau tidak mau telah membawa sejumlah perubahan di dalam masyarakat itu
sendiri.Yang paling kental adalah perubahan dalam bidang sosial dan budaya. Namun,
perubahan-perubahan tersebut memiliki kadar yang berbeda di berbagai lapisan masyarakat.
Dalam penelitiannya lebih difokuskan untuk melihat bagaimana kehadiran media komunikasi
mempengaruhi dua kelompok masyarakat yang berbeda, yaitu masyarakat perkotaan (urban
community) dan masyarakat tradisional/pedesaan (ruralcommunity).Tentunya pengaruh dan
perubahan di antara kedua kelompok masyarakat tersebut berbeda sesuai dengan ketahanan,
kecerdasan, dan ketanggapan masyarakat dalam mengahadapi salah satu bentuk arus
globalisasi yang merupakan sebuah keniscayaan yang tidak dapat dihindari.

Akses Teknologi Informasi dan Komunikasi di Desa

Masyarakat kota sudah sejak lama bisa mendapatkan layanan atau fasiltas untuk mengkases
teknologi informasi dan komunikasi dengan mudah. Mereka yang berada di perkotaan
memilikikondisi infrastruktur internet dan layanan telepon yang lebih baik sedangkan
masyarakat di daerahpedesaan belum bisa mendapatkan komputer yang bagus, jaringan
internet cepat dan layanantelepon yang baik.

Pengaruh Teknologi Informasi dan Komunikasi Terhadap Masyarakat Urban dan


Tradisional
Dari kemudahan untuk mendapatkan alat telekomunikasi

Penutup
Kesimpulan
Pengaruh globalisasi yang paling cepat menyebar di tengah masyarakat adalah melaui
teknologi informasi dan komunikasi.Berbagai informasi yang terjadi di berbagai belahan dunia
kini telah dapat langsung diketahui berkat kemajuan teknologi.Secara umum perubahan-
perubahan tersebut lebih banyak tejadi ke arah yang negatif. Seperti perubahan perilaku remaja,
remaja sekarang lebih senang menghabiskan waktu di luar rumah, perubahan pola interaksi
masyarakat, bahkan ini juga terjadi pada pola interaksi di dalam keluarga, antara orang tua dan
anak, terkikisnya budaya lokal, serta meningkatnya gaya hidup konsumeristik dan
individualistik.Bentukbentuk perubahan ini tidak hanya menyerang perkotaan, akan tetapi juga
menjadi fenomena yang sedang terjadi dipedesaan. Bahkan, problematika di desa seolah ingin
menyaingi problematika di perkotaan.Nilai-nilai luhur yang sangat kental pada masyarakat
tradisional perlahan mulai pudar.
Ini dikarenakan masalah yang umumnya terjadi pada masyarakat pedesaan adalah mentalitas
dari masyarakat tersebut. Selain itu, filterisasi kebudayaan kota yang tidak maksimal membuat
masyarakat desa cenderung konsumtif. Belum lagi masalah kebudayaan yang ada pada
masyarakat pedesaan yaitu mulai lunturnya nilai-nilai kearifan lokal.Banyak budaya luar yang
masuk ke dalam desa tanpa adanya filterisasi sehingga budaya asing yang berkembang
membuat nilai-nilai yang menjadi identitas sebuah desa perlahan hilang.Salah satu solusi untuk
menghindari kebobrokan ini adalah dengan mempertahankan kearifan lokal.Proses globalisasi
memang tidak dapat dihindari oleh seluruh masyarakat dunia. Globalisasi harus diantisipasi
dengan pembangunan nilai -nilai kearifan lokal sebagai dasar pijakan masyarakat dalam
menjalankan kehidupannya.Upaya memperkuat jati diri bangsa dapat dimulai dari lingkup
kecil semisal keluarga, kampung, desa dan lain-lain.Hingga terbentuk kematangan masyarakat
dalam menyikapi adanya nilanilai global yang harus disikapi dengan bijaksana tanpa
melupakan nilai-nilai kearifan lokal masyarakat.

Referensi
Ahmadin, A. (2010). Lonceng Kematian Komunitas Urban: Telaah Sosiologi Pusat
Pemukiman Etnik di Makassar. Predestinasi: Jurnal Penelitian, Gagasan, Sosiologi,
Dan Pengajaran, 3(2), 153–162.
Ahmadin, Ahmadin. (2013). DIALEKTIKA RUANG DAN PROSES PRODUKSI SOSIAL
(Studi Sosiologi Pola Pemukiman Etnik di Makassar). Universitas Hasanuddin.
Ahmadin, Ahmadin. (2021). Konstruksi Sosial-Budaya dalam Pembangunan Ruang Publik di
Kota Makassar: Menatap Pantai Losari Dulu, Kini, dan Masa Mendatang. Jurnal Kajian
Sosial Dan Budaya: Tebar Science, 5(1), 14–20.
Muhammad, N. (2017). Resistensi Masyarakat Urban Dan Masyarakat Tradisional Dalam
Menyikapi Perubahan Sosial. Substantia: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin, 19(2), 149–168.
Perhubungan, D. (2005). Sistem Transportasi Nasional (Sistranas). Jakarta.
Rosana, E. (2015). Modernisasi Dalam Perspektif Perubahan Sosial. Al-Adyan: Jurnal Studi
Lintas Agama, 10(1), 67–82.
Tumengkol, S. M. (2011). Dampak Perubahan Sosial Masyarakat terhadap Penggunaan
Teknologi Komunikasi Internet.

Anda mungkin juga menyukai