NIM : 043024882
Tugas :1
Jawaban Nomor 1
Ada 7 faktor penyebab perubahan sosial budaya di masyarakat yang terbagi dalam jenis internal
dan eksternal. Berikut sejumlah faktor penyebab perubahan sosial budaya dari kategori internal.
Faktor Eksternal Pemicu Perubahan Sosial Budaya Faktor Eksternal ialah faktor-faktor penyebab
perubahan sosial yang berasal dari luar masyarakat. Faktor-faktor eksternal itu terdiri dari tiga.
Faktor Pendorong dsn Penghambat Perubahan Sosial Budaya Layaknya yang terjadi dalam
sebuah proses, terdapat beberapa faktor pendorong dan penghambat terjadinya perubahan sosial
dalam masyarakat. Faktor-faktor tersebut dapat memicu suatu proses perubahan sosial menjadi
lebih cepat maupun sebaliknya.
Pluralisme adalah paham yang menghargai adanya perbedaan dalam suatu masyarakat dan
memperbolehkan kelompok yang berbeda tersebut untuk tetap menjaga keunikan budayanya
masing-masing. Pluralisme berasal dari kata dasar plural yang berarti jamak atau lebih dari satu.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, pluralisme adalah keadaan masyarakat
yang majemuk (bersangkutan dengan sistem sosial dan politiknya). Sedangkan secara luas,
pluralisme adalah sebagai pola hubungan yang mengakui adanya persamaan hak setiap
kelompok. Selain itu, pluralisme juga memiliki arti masyarakat majemuk yang membaur menjadi
satu kesatuan. Menurut Geralrd O’Collins & Edward G. Farrugia Pengertian pluralisme adalah
cara pandang fisiologis yang tidak menggambarkan semua pada prinsip atau keyakinan pribadi.
Tapi, ketersediaan untuk menerima berbagai macam keragaman yang ada. Ruang lingkup
pluralisme di antaranya politik, budaya dan agama. Menurut Anton M. Moeliono Pengertian
pluralisme adalah sesuatu yang memberi makna jamak atau ganda dari segi kebudayaan yang
berbeda dalam masyarakat. Rasa hormat terhadap nilai kebudayaan lain dan sikap saling
menghargai adalah dasar terciptanya pluralisme. Macam-macam Pluralisme adalah
Dampak positif pluralism. Pluralisme bisa memberikan dampak positif untuk kehidupan
masyarakat yang tenang dan damai, antara lain:
Pluralisme bisa memberikan dampak negatif berupa konflik di tengah kehidupan masyarakat,
antara lain:
1. Menimbulkan persaingan. Persaingan adalah suatu proses sosial ketika ada dua
pihak atau lebih saling berlomba dan berbuat sesuatu untuk mencapai tujuan atau
kemenangan. Persaingan bisa terjadi bila ada beberapa pihak yang menginginkan
sesuatu supaya menjadi pusat perhatian umum. Sebab ada keberagaman suku, ras,
agama dan budaya di Indonesia, hal ini bisa menimbulkan persaingan di tengah
masyarakat. Mereka mungkin berlomba-lomba dan mengklaim budaya maupun
keyakinannya paling benar supaya menjadi panutan maupun pusat perhatian.
Akibatnya, kondisi ini bisa menimbulkan perpecahan atau pertikaian karena
toleransi orang-orang yang kurang terhadap perbedaan ras, suku, budaya dan
agama.
2. Menimbulkan rasa egois. Egois adalah sifat selalu memprioritaskan keinginan dan
kebutuhan sendiri di atas kebutuhan dan keinginan orang lain. Sebab rasa ingin
menang atau menjadi pusat perhatian umum di tengah keberagaman, hal ini bisa
menimbulkan rasa egois untuk mementingkan diri sendiri.
3. Menimbulkan gesekan sosial. Gesekan sosial bisa dikatakan sebagai pertikaian
yang muncul akibat konflik mengenai pluralisme yang ada, baik pluralisme
agama, budaya, sosial dan lainnya. Orang dengan keyakinan atau kebudayaan
yang berbeda dengan lainnya tidak bisa saling toleransi sehingga sulit untuk
bersatu.
4. Menimbulkan sikap individualism. Individualisme adalah satu filsafat yang
memiliki pandangan moral, politik atau sosial yang menekankan kemerdekaan
manusia serta kepentingan bertanggung jawab dan kebebasan sendiri. Orang yang
individualis akan melanjutkan pencapaian dan kehendak pribadi. Mereka
cenderung menentang intervensi dari masyarakat, negara dan setiap badan atau
kelompok atas pilihan pribadinya. Sebab mereka hanya mementingkan dirinya
sendiri, maka adanya keberagaman atau pluralisme akan membentuk seseorang
yang individualis dan cenderung tidak menerima atau mengakui perbedaan
tersebut.
Jawaban Nomor 3
tersebut menuntut masyarakat Indonesia untuk saling bertoleransi dan hidup secara
kelompok etnik ini menimbulkan berbagai bentuk hubungan baik integratif maupun disintegratif.
Berbagai hubungan tersebut akan menimbulkan berbagai dampak positif maupun negatif.
Sebagai masyarakat yang plural, masyarakat Indonesia diharapkan mampu hidup berdampingan
guna mencapai integrasi nasional. Usaha ke arah perbaikan kehidupan fisik dan nonfisik seperti:
perbaikan pemukiman, kesempatan untuk mendapatkan pendidikan, lapangan kerja, akan sangat
Dengan kata lain, pemerataan pembangunan akan memberikan kesempatan yang lebih
luas untuk saling meningkatkan interaksi sosial dalam berbagai lembaga kehidupan ekonomi
yang pada gilirannya tidak hanya akan menghilangkan sikap negatif/prasangka prejudice, tetapi
juga akan memberi peluang yang lebih besar untuk saling memahami sistem makna simbolik
akan memperkecil intensitas potensi konflik dan masyarakat majemuk. Dalam keadaan itu pula
Masyarakat indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang memilki berbagai macam
etnis, agama, dan kebudayaan yang berbeda. Untuk menyatukan masyarakat yang majemuk ini
1. sikap toleransi diantara kelompok-kelompok etnis yang berada dalam suatu masyarakat.
4. sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat, yang antara lain
diwujudkan dalam pemberian kesempatan yang sama bagi golongan minoritas dalam
berbagai bidang kehidupan sosial.
Masalah-masalah yang sedang dihadapi oleh masyarakat akan segera terselesaikan jika
masyarakat bisa saling bekerja sama satu sama lain, contohnya dalam kerja sama antara
masyarakat melayu dengan masyarakat Tionghoa, Kerjasama yang terjadi antara tionghoa dan
melayu bermula dari kebutuhan warga pribumi akan ketrampilan yang di miliki warga tionghoa.
Kerjasama di bidang pertambangan, pertanian dan ekonomi, dari kerjasama terjadi asimilasi
Pembauran yang terjadi yang awalnya kerjasama melahirkan penyesuaian tradisi antara
keduanya.masih banyak contoh bentuk kerja sama antar etnik di indonesia, seperti Percampuran
budaya Cina dan Jawa di Lasem, Rembang, Jawa Tengah, dalam kehidupan sehari-hari di daerah
ini nilai-nilai toleransi antar etnis dan agama sangat kental di kota yang dijuluki “Cina kecil”
atau “Kota Beijing lama kecil”, dan sebutan sebagai “Kota Santri”. Masih banyak contoh kerja
sama antar etnis yang terjadi pada akhir-akhir ini. Menurut kelompok kami rasa saling
menghargai akan timbul jika satu sama lain saling membutuhkan, karena jika kelompok x
memilki kekurangan maka akan di bantu oleh kelompok y yang memilki kelebihan, dan begitu
pula sebaliknya sehingga kerja sama antar etnik lambat laun akan bermunculan, sehingga konflik
antar etnis, akan berkurang, dan juga melalui itegrasi sosial masalah ini juga dapat diselesaikan.
Karena dengan membaurnya suatu kelompok dengan kelompok lain maka akan menimbulkan
rasa kebersamaan yang kuat. Maka penyebab erjadinya konflik akan berkurang.