Anda di halaman 1dari 2

Nama : Parida

NIM : 043024882

Mata Kuliah : Teori Politik

Diskusi :3

Yang terhormat tutor mata kuliah Teori Politik dan rekan-rekan sekalian.

Berikut tanggapan saya terhadap topik diskusi 3

Indonesia adalah Negara pluralistik dengan beraneka ragam agama, budaya, adat,
etnis, suku, bahasa dan banyak lainnya. Pluralisme tersebut terbingkai dalam bentuk
negara yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berlandaskan nilai-nilai
falsafah pancasila yang tertuang dalam Pembukaan UUD NRI 1945 Alinea IV.
Sebagai Ideologi Negara Indonesia, Pancasila menjadi pedoman dasar negara
Indonesia dalam mengatur tatanan kehidupan masyarakatnya. Secara filosofis,
Pancasila dengan semboyan ”Bhineka Tunggal Ika” menjadi kekuatan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai jati diri yang asli dan yang lahir dari
pemikiran-pemikiran masyarakat Indonesia. Secara yuridis, pancasila sebagai norma
dasar “staat fundamental norms” atau norma dasar negara dalam menciptakan norma-
norma atau aturan baru untuk mengatur dan mengayomi kehidupan berbangsa dan
bernegara. Secara sosiologis, dengan melihat sosio-politik bangsa Indonesia yang
sejatinya beragam tetapi tetap pada sifat yang toleran, gotong royong, santun dan
musyawarah mufakat.
Namun saat ini nilai-nilai dan falsafah pancasila itu seolah-olah telah pudar bahkan
mulai hilang dari dalam jati diri masyarakat Indonesia. Hal itu bisa tercermin dari
munculnya kasus intoleran terhadap kebebasan beragama dan berkeyakinan di
Indonesia. Sebagai negara Indonesia dengan semboyan Kebhinekaannya dan
Pancasila sebagai pedomannya, adanya keberagaman agama dan kepercayaan yang
dianut rakyatnya diharapkan tidak sampai merusak persaudaraan sesama bangsa dan
tetap mampu hidup saling toleransi dan berdampingan serta mendapat pengakuan dan
jaminan adanya hidup yang menimbulkan rasa aman dan tentram dalam kehidupan
sehari-hari.
Hak Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan merupakan hak yang tidak dapat
dikurangi atau dibatasi dalam keadaan apapun (non derogable rights) dan dijamin
dalam instrumen HAM Internasional dan peraturan perundang-undangan nasional dan
merupakan salah satu komponen HAM yang mendasar dan menjadi isu yang terus
diperjuangkan penghormatan dan pemenuhannya
Peraturan Perundang-undangan dibentuk dan ditujukan kepada masyarakat. Dengan kekuatan
mengikatnya, Peraturan Perundang-undangan dapat memberikan suatu kewajiban kepada
masyarakat untuk melakukan sesuatu. Peraturan Perundang-undangan dalam sistem
demokrasi tidak hanya sebagai produk yang dibentuk oleh lembaga perwakilan yang dipilih
langsung oleh rakyat. Namun juga dibentuk pula bersama dengan masyarakat, karena lembaga
perwakilan di dalam sistem demokrasi dapat menjadi kekuatan oligarki yang membawa akibat
pada kondisi masyarakat yang tidak memlegitimasi atau tidak mengakui produk hukum yang
telah dihasilkan oleh lembaga perwakilan yang dipilih sendiri oleh rakyat. Oleh karena itu untuk
membentuk Peraturan Perundang-undangan yang memiliki legitimasi atau akar sosial yang kuat
guna meminimalisir adanya penolakan terhadap peraturan perundang-undangan yang telah
diundangkan maka dalam proses pembentukan peraturan perundang-undangan memberikan
hak kepada masyarakat untuk memberikan masukan serta memberikan akses kepada
masyarakat untuk melakukan aktivitas tersebut. Hak masyarakat ini telah diatur dalam Pasal 28
D  Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menjelaskan bahwa
setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan perlindungan, dan kepastian hukum yang adi

Demikianlah tanggapan saya, mohon arahan lebih lanjut

Anda mungkin juga menyukai