Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS JURNAL

Nama :Siti Aisyah


Nim :2202021008
Judul Ideologi dan Politik Hukum Pancasila
Nama Penulis Agus Pramono
Nama Jurnal Gema Keadilan, Edisi Jurnal (ISSN: 0852-011)
Volume dan Volume 5, Edisi 1
Edisi
Tahun 2018

A. Umum
Salah seorang ahli filsafat Indonesia, Franz Magnis Suseno menyatakan bahwa pada
prinsipnya terdapat tiga arti utama dari kata ideologi, yaitu ideologi sebagai kesadaran palsu;
ideologi dalam arti netral; dan ideologi dalam arti keyakinan yang tidak ilmiah.
Ideologi dalam arti yang pertama, yaitu sebagai kesadaran palsu biasanya dipergunakan
oleh kalangan filosof dan ilmuwan sosial. Ideologi adalah teori-teori yang tidak berorientasi
pada kebenaran, melainkan pada kepentingan pihak yang mempropagandakannya. Ideologi
juga dilihat sebagai sarana kelas atau kelompok sosial tertentu yang berkuasa untuk
melegitimasikan kekuasaannya.
Arti kedua adalah ideologi dalam arti netral. Dalam hal ini ideologi adalah keseluruhan
sistem berpikir, nilai-nilai, dan sikap dasar suatu kelompok sosial atau kebudayaan tertentu.
Ideologi dalam arti netral tersebut ditemukan wujudnya dalam ideologi Negara atau ideologi
bangsa.
Arti ketiga, ideologi sebagai keyakinan yang tidak ilmiah, biasanya digunakan dalam
filsafat dan ilmu-ilmu sosial yang positivistik. Segala pemikiran yang tidak dapat dibuktikan
secara logis-matematis atau empiris adalah suatu ideologi. Segala masalah etis dan
moral, asumsi-asumsi normatif, dan pemikiran-pemikiran metafisis termasuk dalam wilayah
ideology.
Dari tiga arti kata ideologi tersebut, yang dimaksudkan dalam pembahasan ini adalah
ideologi dalam arti netral, yaitu sebagai sistem berpikir dan tata nilai dari suatu kelompok.
Ideologi dalam arti netral tersebut ditemukan wujudnya dalam ideologi Negara atau ideologi
bangsa.
Terminologi Pancasila sebagai ideologi terbuka sesungguhnya telah dikembangkan
pada masa orde baru. Namun dalam pelaksanaannya pada masa itu lebih menunjukkan
Pancasila sebagai ideologi tertutup. Pancasila menjadi alat hegemoni yang secara apriori
ditentukan oleh elit kekuasaan untuk mengekang kebebasan dan melegitimasi kekuasaan.
Konsekuensi Pancasila sebagai ideologi terbuka adalah membuka ruang membentuk
kesepakatan masyarakat bagaimana mencapai cita-cita dan nilai-nilai dasar tersebut.
kesepakatan-kesepakatan tersebut hanya mungkin dicapai jika sistem yang dikembangkan
adalah sistem demokrasi.
Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia memiliki perbedaan dengan sistem
kapitalisme-liberal maupun sosialisme-komunis. Pancasila mengakui dan melindungi baik
hak-hak individu maupun hak masyarakat baik di bidang ekonomi maupun politik. Dengan
demikian ideologi kita mengakui secara selaras baik kolektivisme maupun indivi-dualisme.
Demokrasi yang dikembangkan, bukan demokrasi politik semata seperti dalam ideologi
liberal-kapitalis, tetapi juga demokrasi ekonomi. Dalam sistem kapitalisme liberal dasar
perekonomian bukan usaha bersama dan kekeluargaan, namun kebebasan individual untuk
berusaha.

B. Politik Hukum
Kebijakan di sini berkaitan dengan adanya strategi yang sistematis, terinci dan
mendasar. Kesemuanya itu diarahkan dalam rangka mencapai tujuan negara yang dicita-
citakan yang artinya, hukum sedikit banyak akan selalu mengikuti tata nilai yang menjadi
kesadaran bersama masyarakat tertentu dan berlaku secara efektif dalam mengatur kehidupan
mereka. dengan kata lain, politik hukum bersifat lokal dan partikular,bukan universal.

C. Format Politik dan Politik Hukum Pancasila


Format politik sebenarnya sama dengan sistem politik yang dibangun untuk mencapai
tujuan-tujuan tertentu, jangka pendek atau jangka menengah yang sebelumnya kurang atau
tidak mendapat perhatian pemerintah yang ada. Pada negara-negara yang menganut
demokrasi konstitusional, jarang disebut format politik karena sistem politik yang berlaku
umumnya sudah mapan, diterima oleh rakyat sebagai sesuatu yang wajar sehingga
mendukung sistem politik tersebut.
Terpimpin telah mendorong para pendukung Orde Baru buat membangun sistem politik
yang lain dari keduanya itu. Salah satu ciri khas dari format baru ini ialah peranan dominan
dan menentukan dari ABRI dalam politik. Peranan itu lahir dari sejarah perkembangan politik
Indonesia sendiri, dan kini sudah merupakan suatu kenyataan obyektif yang tak mungkin
disangkal lagi.
Norrior 29 Tahun 1954 tentang Pertahanan Negara dan mengundangkan Undang
Undang
Nomor 20 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan Negara.
Dalam Pasal 26 Undang-undang baru ini ditegaskan bahwa Angkatan Bersenjata mempunyai
fungsi sebagai kekuatan pertahanan keamanan negara dan sebagai kekuatan sosial.
Pasal 28 Undang-undang baru ini dijelaskan bahwa Angkatan bersenjata sebagai
kekuatan sosial bertindak selaku dinamisator dan stabilisator yang bersama-sama kekuatan
sosial lainnya memikul tugas dan tanggung jawab mengamankan dan menyukseskan
perjuangan bangsa dalam mengisi kemerdekaan serta meningkatkan perjuangan bangsa
dalam mengisi kemerdekaan serta meningkatkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pancasila dan kehidupan konstitusional berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945
dalam segala usaha dan kegiatan pembangunan nasional Republik Indonesia, yaitu sebagai
kekuatan pertahanan keamanan negara dan kekuatan sosial politik, konfigurasi politik ini
biasanya tergambarkan dalam wujud partai-partai politik.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. Dalam Undang-
undang ini secara tegas diatur syarat-syarat penangkapan dan penahanan seseorang yang
diduga melakukan tindak pidana sudah memadai dengan penerapan hak-hak asasi
manusia. Padahal rezim yang menciptakan itu adalah dari pemerintah yang otoriter dan
konfigurasi politik adalah konfigurasi politik yang non-demokratis. Sebaliknya, dalam
konfigurasi politik yang demokratis, dapat saja tercipta hukum yang menjauhkan tata hukum
dengan kenyataan sosial, yang digunakan biasanya untuk menanggulangi keadaan darurat
negara atau negara dalam keadaan bahaya.
Misalnya diundangkannya Undang-Undang Nomor 74 Tahun 1957 tentang Keadaan
Bahaya. Kalau di rezim yang sosialistis adalah pemimpin partai ditambah sejumlah tokoh
militer, sedangkan di negara yang non-sosialistis biasanya para top birokrat, pemimpin
militer, dan pengusaha kaya. Oleh karena itu orientasi hukumnya tentu saja bersifat elitis dan
selalu saja melindungi dan membela kepentingan mereka sendiri.
Dikatakan masa liberal sejak tahun 1945 sampai dengan tahun 1959, karena Undang-
Undang Dasar 1945 hanya berlaku secara penuh dari tanggal 18 Agustus 1945 hingga
dikeluarkannya Maklumat Wakil Presiden Nomor X tanggal 15 Oktober 1945 yang disusul
dengan pembentukan Kabinet Syahrir tanggal 14 Nopember 1945. Hal itu dapat terjadi dalam
sistem pemerintahan presidensiil, atau dalam sistem parlementer bila partai berkuasa
memiliki mayoritas sederhana di parlemen. Bila kabinet terbentuk melalui koalisi, maka
program partai yang berkoalisi itulah menjadi program kabinetnya. Program yang ditetapkan
itu juga selalu dipengaruhi lingkungannya baik dari dalam maupun dari luar lingkungan
tersebut.
Berhasilnya pembentukan peraturan perundang-undangan dimaksud sangat tergantung
dari konfigurasi politik yang ada baik di parlemen maupun yang pada pemerintah sendiri.

D. Penutup
Negara Indonesia menuju cita-cita mulia masyarakat adil makmur dan masyarakat makmur yang
berkeadilan yang berpijak pada nilai-nilai dasar sila-sila Pancasila.
Penulis adalah mantan Pemimpin Redaksi / Penanggung jawab Majalah Mahasiswa Fakultas
Hukum UNDIP periode 1977 1978, sekarang Dosen Fakultas Hukum UNDIP. Oleh karena itu menjadi
kewajiban seluruh komponen bangsa untuk terus menerus secara kritis memberi kontribusi positif dengan
implementasi politik hukum di Indonesia secara konsisten mencerminkan nilai dasar Pancasila.
JURNAL ANALISIS

Judul Hubungan Ideologi Pancasila Dengan Kehidupan Masyarakat


Beragama Dalam Perspektif Konstitusi Republik Indonesia
Nama Penulis Enno Haya Gladya Naranta, Sandya Mahendra, Awhan Ibaad El
Adzkiya
Nama Jurnal Jurnal Dialektika Hukum
Volume,No,Halaman Vol. 4 No.1,Hal 19-28
Tahun 2022

1. Pendahuluan
Pada tahun 1945 secara fakta dan deklarasi negara Indonesia telah lahir sebagai
negara yang merdeka dari kedaulatan negara penjajah, sebagai suatu negara dalam
menjalankan dan menyelenggarakan pemerintahannya harus tetap diatur dan laksanakan
oleh sebuah tatanan aturan, meskipun pada dasarnya aturan tersebut masih menggunakan
aturan negara penjajah yang disadari bahwa ketentuan hukum tersebut belum tentu sesuai
dengan jiwa bangsa dan negara Indonesia. Oleh karena itu Indonesia yang telah merdeka
harus merumuskan sebuah fondasi tatanan nilai- nilai yang akan diberlakukan. «Tatanan
nilai-nilai ini harus menjadi ideologi dan pedoman dalam pembentukan hukum dan
penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara». 1 Tatanan nila-nilai yang
dirumuskan oleh pendiri bangsa dan negara Indonesia ini dikenal dengan istilah
Pancasila yang tersirat pada Pembukaan Undang-Undang Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 Alinea ke-4.
Pembukaan UUD NRI 1945 itu dengan tegas menyatakan bahwa pembentukan
Negara Kesatuan Republik Indonesia dan pencapaian tujuan bangsa Indonesia
didasarkan pada Ideologi Negara Indonesia. Namun sejak Negara Indonesia berdiri
kontestasi antara Negara dengan Agama faktanya belum dapat dikatakan selesai. Secara
teoritis terdapat beberapa persoalan mendasar dalam mencari landasan yang kuat bagi
kebebasan beragama dalam kehidupan masyarakat dan hubungan ideal yang
menjembatani kepentingan negara dan kepentingan agama.
Kebebasan beragama bukan hanya sebagai Natural right milik setiap individu tapi
suka atau tidak suka juga merupakan given right yang diberikan negara sebaga otoritas
politik. 3 Maksudnya, bahwa negara merupakan pemegang amanat rakyat dan berjuang
untuk kepentingan dan keteraturan bersama sebagai bentuk kontrak sosial dan sebagai
konsekuensi bahwa negara berhak melakukan tindakan-tindakan dalam menjaga
keteraturan tadi yang pada waktunya secara prinsipal akan membatasi hak-hak
masyarakat itu sendiri termasuk di dalamnya berkenaan dengan agama. . Dewasa ini
konflik tentang agama dan negara seolah-olah muncul Kembali dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Misalnya pada Tes Wawasan Kebangsaan bagi pegawai Komisi
Pemberantasan Korupsi yang mengakibatkan 75 orang akan dipecat karena mempunyai
nilai dibawah standar kelulusan pada test tersebut. 4 Menurut pernyataan secara langsung
oleh penyidik senior KPK Novel Baswedan bahwa terdapat pertanyaan tentang Pancasila
atau Al Quran dalam test tersebut, hal tersebut menuai pro dan kontra dalam masyarakat
dan mengecam hal tersebut. Berkenaan dengan hal tersebut, ada beberapa hal yang
penting didiskusikan. Pertama, Bagaimana kedudukan Ideologi Pancasila menurut
konstitiusi Indonesia,Kedua, bagaimana hubungan agama dan Pancasila dalam perspektif
UUD NKRI 1945.
2. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif yang dilakukan dengan meneliti
bahan pustaka atau data sekunder. Dalam kaitannya dengan penelitian
normatif, digunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan perundang - undangan dan
pendekatan konsep.
3. Pembahasan
a. Kedudukan Ideologi Pancasila Menurut Konstitusi Indonesia.
Terminologi ideologi bisa diartikan sebagai ilmu tentang gagasan atau ide-ide.
kemanusiaan yang agamis dan nasionalis, yaitu Pancasila. Secara substantif nilai- nilai
Pancasila itu sendiri tergambar di 5 sila-nya yang dilandasi dengan sila pertama yaitu
Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai representatif bahwa bangsa
Indonesia menjunjung tinggi nilai Ketuhanan.
Dengan demikian Ideologi Pancasila mengakui secara selaras baik kolektivisme
maupun individualisme.Pancasila seperi yang telah diuraikan diatas. Jika penegasan
Pancasila ini dituangkan lagi melalui sebuah hukum positif dalam bentuk Ketetapan
MPR atau Undang-Undang, dapat menimbulkan persoalan baru. Berdasarkan kajian
politik hukum disebutkan bahwa sebuah Ketetapan MPR atau Undang-Undang bisa
jadi apabila terjadi pergantian kursi pemerintahan dapat diganti bahkan dihapuskan.
Oleh karena itu secara filosofis substansi dari nilai Pancasila yang tercantum
dalam Pembukaan UUD 1945 tidak bisa karena sudah merupakan kesepakatan
nasional bahwa yang dapat dirubah adalah batang tubuh UUD NRI 1945 sedangkan
untuk isi pembukaan tidak dapat dirubah sama sekali.
b. Hubungan Agama dan Pancasila dalam Prespektif UUD NRI 1945
Pertama, ada golongan ini mereka berpendapat bahwa dalam hubungan antara
agama dengan negara berjalan secara integral dalam ketatanegaraan. Kedua, pada
Golongan ini mereka berpendapat bahwa hubungan antara agama dengan negara
berjalan secara simbiotik dan dinamis-dialektis dalam ketatanegaraan. Ketiga, Dalam
sejarah perkembangan Islam terdapat 3 tipologi hubungan antara agama dan
negara.pada Golongan ini mereka berpendapat bahwa agama dengan negara
merupakan dua domain yang berbeda dan tidak ada hubungan sama sekali dalam
ketatanegaraan.
Hal Ini dapat dilihat ketika UUD NKRI 1945 telah mengalami empat kali perubah
an, maka yang berubah adalah batang tubuh UUD NRI 1945, sedangkan untuk
pembukaan tidak mengalami perubahan. KH A Wahid Hasyim sebagai salah satu
tokoh mengakomodir dan sepakat untuk menghapus 7 kata dengan hasil sebagaimana
terdapat pada UUD NRI 1945 dengan ideologi Pancasila. Keputusan KH Wahid
Hasyim telah melebihi pemahaman tentang agama pada masanya, dimana beliau telah
berhasil mencari nilai-nilai tentang transedental yang bisa menjadi dasar bagi semua
golongan dan agama, sehingga pandangana tentang agama yang berbeda-beda yang
dikhawatirkan dapat memicu konflik dan pertikaian dapat dinetralkan dan
dikompromikan. Keputusan tersebut mempunyai kesamaan dengan hasil penelitian R
Alford yang berjudul Agama dan Politik. Berdasarkan hasil penelitian tersebut
disebutkan bahwa paham tentang agama yang plural jika masuk ke arena politik
praktis maka akan menimbulkan pertikaian dan jauh dari kompromi, sehingga jalan
pencarian nilai-nilai transendetal menjadi keniscayaan.
Sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi satu bukti bahwa NKRI
merupakan sebuah negara yang secara substansi mempunyai kesamaan dengan negara
-negara yang dibentuk oleh Nabi Muhammad SAW sebagai negara religis. Dimana
pada masa Nabi Muhammad SAW beliau memerangi orang-orang ateis dan
pemberontak, tetapi beliau juga menjaga serta melindungi kaum non muslim.
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tahun 1999-2000 dalam melakukan
Amandemen UUD NRI 1945. Semangat dan tekad yang ditunjukkan untuk
mempertahankan NKRI semakin kukuh setelah MPR RI menyepakati bahwa
amandemen ini tidak akan merubah Pembukaan UUD NRI 1945 dan tetap
mempertahankan NKRI. Sama halnya dengan tujuan norma agama islam adalah untuk
mewujudkan kemaslahatan hidup umat manusia secara keseluruhan tanpa ada
pembeda ras, agama ataupun golongan. Dengan demikian, jika NKRI berideologi
Pancasila sudah dianggap mutlak, maka hal itu merupakan kewajaran karena gagasan
tersebut lahir dari tradisi dan semangat keagamaan Warga Neraga Indonesia. Sila
Pertama , Ketuhanan Yang Maha Esa. Sila ini juga pernah dijadikan acuan pertama
dalam Pendidikan keagamaan Nabi Muhammad SAW saat berada di Makkah dengan
berusaha agar seluruh umat manusia meyakini dan menyembah Tuhan Yang Maha
Esa. Sila Kedua, Kemanusiaan yang adil dan beradab yang menggambarkan bahwa
setiap perilaku dan tindakan manusia harus berasal dari akal sehat dan nuraninya.
Nabi Muhammad S.A.W. yang dipertintah salah satunya untuk membina akhlakul
karimah dan menegakkan keadilan ecara adil dan beradap. Dalam sistem tersebut, ada
4 prinsip yang akan dikembangkan yaitu rasionalisme, kepentinagan umum,
kepentingan jangka panjang, dan memperhatikan semua golongan. Perjanjian
Hudaibiyah dimana Rasul SAW Menyusun melalui proses musyawarah dengan
melibatkan kelompok-kelompok non muslim. Seluruh Rakyat Indonesia, pada sila ini
merupakan wujud nyata dari kelima sila. Prinsip keadilan sosial dapat menjadikannya
pelindung bagi seluruh warga negara.
Semua produk hukum marus merujuk pada Ideologi Negara, UUD NRI 1945 dan
begitu secara berurutan. Dari semangat tersebut, tujuan politik dalam norma islam
bertujuan untuk melindungi hak-hak dasar manusia . Ketika fungsi norma agama
Islam untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat, maka negara menjadi alat yang baik
untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam hal ini, kaidah al-ghayah wa al-was’ail dapat
digunakan jika NKRI bisa menjadi alat bagi tujuan penegakan norma-norma agama
islam di Indonesia, maka sistem negara ini wajib dipertahankan.
Akhir-akhir ini juga sedang marak dengan adanya salah satu pertanyaan pada soal
Test Wawasan Kebangsaan pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi dimana terdapat
soal yang bertuliskan pilihan antara Pancasila atau Al-Quran.
4. Kesimpulan
Pancasila sebagai dasar serta ideologi bangsa dan negara Indonesia dapat dengan
jelas dilihat dalam pembukaan UUD NRI 1945. Menyusun kebijakan yang akan
dilakukan dan diputuskan oleh pemerintah negara Indonesia. Dari tipologi diatas
menunjukan bahwa hubungan antara agama dengan negara perlu dibangun berdasarkan
tipologi simbiotik dan dinamis-dialektis. Secara konstitusional, agama dan negara yang
berjalan secara dinamis-dialektis akan memberikan dampak baik pada
pelembagaan, sehingga substansi norma agama islam dalam tata kehidupan masyarakat
dalam berbangsa dan bernegara tidak dilakukan dengan cara inkonstitusional, tetapi
harus berdasarkan Pancasila dan UUD NRI 1945.

Anda mungkin juga menyukai