Anda di halaman 1dari 4

Nama : Rizal Dwi Saputra

NIM : 200103168

Matkul : Pancasila

Pancasila Sebagai dasar ideologi

Ideologi berasal dari bahasa Yunani yang diambil dari 2 kata, idea dan logos. Idea berarti ide,
gagasan, buah pikir, atau konsep. Sedangkan logos berarti hasil pemikiran. Jadi berdasarkan bahasa,
ideologi adalah ilmu yang mencakup ilmu kajian asal mula, juga hakikat buah pikir atau gagasan.

Ideologi juga disebut a system of ideas yang akan mengatur seluruh hasil pemikiran tentang
kehidupan, lalu melengkapinya dengan berbagai sarana juga kebijakan serta strategi, dimana tujuan yang
ingin dicapai disesuaikan dengan kenyataan nilai-nilai yang ada dalam filsafat yang menjadi sumbernya.

Berarti, dapat disimpulkan bahwa ideologi merupakan hasil pemikiran yang isinya mencakup nilai-
nilai tertentu demi mencapai sebuah tujuan tertentu yang ingin dicapai. Ideologi disebut juga sebagai
identitas dari sebuah negara. Karena ideologi sebenarnya memiliki fungsi yang sangat penting untuk
sebuah negara, dimana ideologi digunakan sebagai sebuah hal yang memperkuat identitas sebuah
masyarakat negara.

Pancasila Sebagai dasar etika politik


Pengertian secara sederhana tentang Politik adalah, Suatu kegiatan untuk mencapai cita-cita yang
berhubungan dengan kekuasaan, Pancasila yang diakui sebagai dasar negara, sebagai pedoman dan toluk
ukur kehidupan berbangsa dan bernegara di Republik Indonesia, harus dipahami, dihayati dan diamalkan
dalam tata kehidupan berpolitik. Etika politik Pancasila adalah suatu proses pengambilan keputusan dan
kebijakan lainnya yang harus dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila, karena Pancasila mempunyai nilai yang
sangat fundamental sebagai dasar falsafah Bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam UUD
1945. Oleh karena itu, setiap warga Negara dan penyelenggara Negara harus mempelajari, memahami,
menghayati dan mengamalkan Pancasila dalam segala bidang kehidupan berbangsa bernegara dan
bermasyarakat, karena Pancasila merupakan suatu landasan moral etik dalam kehidupan berbangsa,
bernegara dan bermasyarakat. Etika berkaitan dengan berbagai masalah nilai, karena etika pada
pokoknya membicarakan masalah-masalah yang berkaitan dengan predikat nilai “susila” dan “tidak
susila”, “baik” dan “buruk”, sifat seseorang dikatakan susila atau bijak apabila ia melakukan kebajikan,
sebaliknya seseorang dikatakan tidak susila apabila ia melakukan kejahatan.

Pancasila sebagai dasar filsafat hidup bangsa

Pancasila disebut sebagai sistem filsafat karena merupakan hasil perenungan yang mendalam dari
para tokoh kenegaraan Indonesia (Seperti dalam sidang BPUPKI hingga pengesahan PPKI). Dari hasil
perenungan tersebut memenuhi ciri-ciri berpikir kefilsafatan, diantaranya bersifat koheren,, menyeluruh,
mendasar, spekulatif.
Pancasila sebagai dasar filsafat negara merupakan nilai-nilai filosofis yang terkandung dalam sila-
sila Pancasila mendasari seluruh peraturan hukum yang berlaku di Indonesia. Artinya, nilai ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan,dan keadilan harus mendasari seluruh peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Selain itu, fungsi utama Pancasila menjadi dasar negara dan dapat disebut dasar
filsafat adalah dasar filsafat hidup kenegaraan atau ideologi negara. Yang dimana Pancasila harus menjadi
operasional dalam penentuan kebijakan-kebijakan dalam bidang apapun dan dalam memecahkan
persoalan-persoalan yang dihadapi bangsa dan negara.

Contoh dari Pancasila disebut sistem filsafat adalah Undang-Undang No. 44 tahun 2008 tentang
Pornografi. Pasal 3 ayat (a) berbunyi, ”Mewujudkan dan memelihara tatanan kehidupan masyarakat yang
beretika, berkepribadian

luhur, menjunjung tinggi nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, serta menghormati harkat dan
martabat kemanusiaan”. Undang-undang tersebut memuat sila pertama dan sila kedua yang mendasari
semangat pelaksanaan untuk menolak segala bentuk pornografi yang tidak sesuai dengan nlai-nilai agama
dan martabat kemanusiaan.

Sedangkan contoh penerapan filsafat dalam kehidupan sehari hari yaitu seperti menjaga
toleransi, menjaga kerukunan umat bergama, penyelenggara Negara sesuai dengan Nilai Ketuhanan,
menaati dan mematuhi peraturan yang berlaku, memihak dan membela negara, tidak membuat
perpecahan antar kelompok, mengakui persamaan derajat, menegakkan keadilan, menegakkan
demokrasi.

Peran Pancasila dalam pelaksanaan HAM di Indonesia

Pancasila secara umum dipahami mengandung arti lima dasar. Kelima dasar ini adalah jiwa
seluruh rakyat Indonesia, yang memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta membimbingnya
dalam mengejar kehidupan lahir batin yang makin baik, di dalam masyarakat Indonesia yang adil dan
makmur. Pengakuan atas eksistensi Pancasila ini bersifat imperatif atau memaksa. Artinya, siapa saja yang
berada di wilayah NKRI, harus menghormati Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia.
Pancasila juga merupakan sumber kejiwaan masyarakat dan negara Republik Indonesia.

Di sisi lain ada HAM, yaitu hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak awal dilahirkan yang
berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapa pun. Menurut Oemar Seno Aji (1966), HAM
adalah hak yang melekat pada diri manusia sebagai insan ciptaan Allah SWT, sepeti hak hidup,
keselamatan, kebebasan dan kesamaaan sifatnya tidak boleh dilangar oleh siapapun dan seolah-olah
merupakan holy area. Sementara itu, menurut Kuncoro (1976), HAM adalah hak yang dimiliki manusia
menurut kodratnya dan tidak dapat dipisahkan dari hakikatnya. G.J.Wollhof menambahkan, “HAM adalah
sejumlah hak yang berakat pada tabi’at setiap pribadi manusia, dan tidak dapat dicabut oleh siapapun.”
HAM dalam Pancasila sesunguhnya telah dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945 yang
kemudian diperinci di dalam batang tubuhnya yang merupakan hukum dasar, hukum yang konstitusional
dan fundamental bagi negara Republik Indonesia. Perumusan alinea pertama Pembukaan UUD
membuktikan adanya pengakuan HAM ini secara universal. Ditegaskan di awal Pembukaan UUD itu
tentang hak kemerdekaan yang dimiliki oleh segala bangsa di dunia. Oleh sebab itu penjajahan di atas
dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.

Dasar-dasar HAM tertuang dalam UUD 1945 Republik Indonesia selanjutnya dapat ditemukan
dalam sejumlah pasal Batang Tubuh UUD:

Pasal 27 ayat (1): “Segala warga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”

Pasal 28: “Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan
tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang”

Pasal 29 ayat (2): “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu”

Pasal 30 ayat (1): “Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan
negara”

Pasal 31 ayat (1): “Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran”.

Hubungan antara Pancasila dan HAM di Indonesia dapat dijabarkan sebagai berikut:

Sila Ketuhanan yang maha Esa menjamin hak kemerdekaan untuk memeluk agama ,
melaksanakan ibadah dan menghormati perbedaan agama. Sila tersebut mengamanatkan bahwa setiap
warga negara bebas untuk memeluk agama dan kepercayaannya masing-masing. Hal ini selaras dengan
Deklarasi Universal tentang HAM (Pasal 2) yang mencantumkan perlindungan terhadap HAM

Sila kemanusiaan yang adil dan beradab menempatkan hak setiap warga negara pada kedudukan
yang sama dalam hukum serta memiliki kewajiban dan hak-hak yang sama untuk mendapat jaminan dan
perlindungan undang-undang. Sila Kedua, mengamanatkan adanya persamaan derajat, persamaan hak
dan persamaan kewajiban antara sesama manusia sebagaimana tercantum dalam Pasal 7 Deklarasi HAM
PBB yang melarang adanya diskriminasi.

Sila Persatuan Indonesia mengamanatkan adanya unsur pemersatu diantara warga Negara
dengan semangat rela berkorban dan menempatkan kepentingan bangsa dan Negara diatas kepentingan
pribadi atau golongan, hal ini sesuai dengan prinsip HAM Pasal 1 bahwa Semua orang dilahirkan merdeka
dan mempunyai martabat dan hak-hak yang sama. Mereka dikaruniai akal dan hati nurani dan hendaknya
bergaul satu sama lain dalam persaudaraan.

Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan
dicerminkan dalam kehidupan pemerintahan, bernegara, dan bermasyarakat yang demokratis.
Menghargai hak setiap warga negara untuk bermusyawarah mufakat yang dilakukan tanpa adanya
tekanan, paksaan, ataupun intervensi yang membelenggu hak-hak partisipasi masyarakat. Inti dari sila ini
adalah musyawarah dan mufakat dalam setiap penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan
sehingga setiap orang tidak dibenarkan untuk mengambil tindakan sendiri, atas inisiatif sendiri yang dapat
mengganggu kebebasan orang lain. Hal ini sesuai pula dengan Deklarasi HAM.

Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia mengakui hak milik perorangan dan dilindungi
pemanfaatannya oleh negara serta memberi kesempatan sebesar-besarnya pada masyarakat. Asas
keadilan dalam HAM tercermin dalam sila ini, dimana keadilan disini ditujukan bagi kepentingan umum
tidak ada pembedaan atau diskriminasi antar individu.

Anda mungkin juga menyukai