Oleh :
Email: anneliesgufron@gmail.com
1.Pendahuluan
Pancasila adalah dasar filosofis resmi Republik Indonesia. Ia berfungsi sebagai prinsip-
prinsip panduan bagi negara tersebut dan dijelaskan dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar Indonesia. Kata "Pancasila" berasal dari bahasa Sanskerta yang terdiri dari kata
"panca", yang berarti lima, dan "sila", yang berarti prinsip atau kebajikan.
Pancasila terdiri dari lima sila atau prinsip yang mengatur kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Sila-sila Pancasila meliputi:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa: Mengakui dan percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Sila ini menggarisbawahi keberagaman agama yang ada di Indonesia dan mengajak
warga negara untuk menjalankan keyakinan agamanya masing-masing dengan damai.
2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab: Menghormati martabat serta memperlakukan
setiap manusia secara adil dan beradab, tanpa memandang suku, agama, ras, atau
golongan.
3. Persatuan Indonesia: Memperjuangkan kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia,
menjunjung tinggi semangat kebangsaan, dan menolak segala bentuk pemisahan atau
perpecahan.
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan: Menegakkan demokrasi yang berlandaskan pada
musyawarah mufakat dan perwakilan rakyat.
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia: Mengupayakan terciptanya keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, melalui pembagian sumber daya secara adil,
kesempatan yang sama, dan perlindungan terhadap masyarakat yang lemah.
Definisi dan Universalitas HAM Hak asasi manusia adalah hak-hak yang melekat
pada setiap individu sebagai manusia, tanpa diskriminasi apapun. HAM mencakup
hak-hak sipil, politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang diakui secara universal oleh
komunitas internasional. Prinsip-prinsip HAM tercantum dalam berbagai instrumen
internasional, seperti Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) dan
berbagai konvensi dan deklarasi lainnya.
Hak asasi manusia (HAM) merujuk pada hak-hak yang melekat pada setiap individu
sebagai manusia, tanpa memandang ras, agama, gender, atau latar belakang sosial.
HAM meliputi hak-hak dasar yang dijamin dan dilindungi oleh hukum, serta meliputi
hak sipil, politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Beberapa contoh hak asasi manusia
termasuk hak untuk hidup, kebebasan berpendapat, kebebasan berekspresi, kebebasan
beragama, hak atas keadilan, hak atas pendidikan, dan hak atas perlindungan dari
penyiksaan atau perlakuan yang tidak manusiawi. Pancasila dan hak asasi manusia
memiliki keterkaitan yang erat dalam konteks Indonesia. Pancasila sebagai dasar
ideologi negara Indonesia menegaskan penghormatan terhadap kemanusiaan,
persatuan, dan keadilan sosial. Pemerintah Indonesia secara resmi mengakui dan
menjunjung tinggi hak asasi manusia, sebagaimana diamanatkan dalam UUD 1945.
HAM di Indonesia diatur dalam berbagai undang-undang dan peraturan lainnya yang
bertujuan untuk melindungi dan memastikan penghormatan terhadap hak-hak
individu. Meskipun demikian, tantangan dalam implementasi dan perlindungan HAM
masih ada dan terus menjadi fokus perbaikan di Indonesia.
2. Pembahasan
Pancasila serta hak asasi manusia (HAM) ialah 2 konsep yang berarti dalam konteks
Indonesia ataupun dalam skala global. Pancasila, selaku bawah pandangan hidup
negeri Indonesia, mengendalikan prinsip-prinsip yang jadi pijakan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, serta bernegara. Sedangkan itu, HAM merujuk pada hak-
hak bawah yang menempel pada tiap orang selaku manusia. Dalam tulisan ini, hendak
dibahas berartinya Pancasila selaku landasan filosofis negeri Indonesia yang
mengakui serta melindungi HAM.
Pancasila dan hak asasi manusia merupakan konsep fundamental dalam kehidupan
bangsa Indonesia. Pancasila sebagai ideologi negara Indonesia memuat lima prinsip
dasar yang menjunjung tinggi nilai keadilan, persatuan, kemanusiaan yang adil,
kerakyatan, dan keadilan sosial. Sedangkan hak asasi manusia memiliki peran penting
sebagai hak dasar individu yang wajib dijamin oleh negara dan masyarakat tanpa
diskriminasi dan penganiayaan.
Dalam pembentukan karakteristik bangsa Indonesia, Pancasila dan hak asasi manusia
memiliki peran penting sebagai pengikat semua elemen bangsa Indonesia dalam
mencapai tujuan bersama yang adil dan makmur. Pemerintah Indonesia harus
memperjuangkan hak dasar manusia sekaligus menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila
dalam kebijakan publik dan implementasinya. Masyarakat juga berperan penting
dalam menjaga nilai-nilai Pancasila dan hak asasi manusia dalam kehidupan sehari-
hari.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa Pancasila dan hak asasi manusia adalah
nilai-nilai fundamental yang harus diperjuangkan dan dijaga dalam kehidupan bangsa
Indonesia. Implementasi nilai-nilai ini akan membentuk karakteristik bangsa
Indonesia yang adil, makmur, dan sejahtera.
Dalam pembentukan karakteristik bangsa Indonesia, Pancasila dan hak asasi manusia
memiliki peran penting sebagai pengikat semua elemen bangsa Indonesia dalam
mencapai tujuan bersama yang adil dan makmur. Pemerintah Indonesia harus
memperjuangkan hak dasar manusia sekaligus menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila
dalam kebijakan publik dan dan sistem politik Indonesia. Terakhir, penulis akan
mengevaluasi implementasi Pancasila dan hak asasi manusia di Indonesia serta
memberikan rekomendasi untuk lebih meningkatkan perlindungan hak asasi manusia
di Indonesia.
2.1.3 Pancasila dan Hak Asasi Manusia Salin Mempengaruhi dalam Membentuk
Karakteristik Bangsa dan Sistem Politik Indonesia
Pancasila dan hak asasi manusia bersifat saling mempengaruhi satu sama lain dalam
membentuk karateristik bangsa dan sistem politik Indonesia. Pancasila menjadi dasar
dari konstitusi Indonesia, dan memberikan arahan mengenai bagaimana kehidupan
masyarakat di Indonesia harus berjalan. Pancasila juga menempatkan manusia sebagai
prioritas dan menjamin hak asasi manusia.
Sejarah dan nilai-nilai Pancasila yang erat kaitannya dengan kejujuran, keadilan,
keseimbangan, kerja sama dan keterbukaan, sedangkan hak asasi manusia menuntut
kebebasan, keadilan, kebersamaan, keamanan, kesejahteraan, serta perlindungan
terhadap berbagai diskriminasi, kekerasan, dan penindasan.
Namun, masih ada banyak kekurangan dalam melakukan implementasi Pancasila dan
hak asasi manusia di Indonesia, seperti masalah korupsi dalam sistem kekuasaan,
penggunaan kekerasan oleh kepolisian, diskriminasi terhadap minoritas, dan
kurangnya akses masyarakat terhadap hak asasi manusia.
Rekomendasi
Pemerintah Indonesia harus meningkatkan pendidikan tentang Pancasila dan Hak
Asasi Manusia, mendorong partisipasi masyarakat dalam pemantauan pelanggaran
Hak Asasi Manusia, dan memperkuat sistem pemerintahan yang berkeadilan dan
transparan untuk melaksanakan Pancasila dengan lebih baik.
Untuk memastikan masyarakat aman dan terlindungi dari segala bentuk kekerasan dan
diskriminasi, pemerintah juga harus mengambil tindakan tegas terhadap pelanggaran
HAM. Untuk melacak penerapan HAM di Indonesia, pemerintah harus meningkatkan
kemitraannya dengan LSM dan masyarakat sipil. Dengan demikian, pemerintah akan
dapat menghentikan pelanggaran HAM di Indonesia dan menciptakan lingkungan
yang akan membantu bangsa ini mencapai tujuannya menjadi bangsa yang adil dan
makmur.
Setiap orang yang lahir ke dunia ini memiliki seperangkat hak yang merupakan
anugerah dari Tuhan dan langsung menjadi miliknya saat dilahirkan. Ini adalah hak
kodrati yang tidak dapat dipisahkan dan menjadi bagian dari keberadaan manusia dan
sangat mendasar dan esensial bagi kehidupan manusia dan kehidupan pada umumnya.
Oleh karena itu, hak-hak ini tidak baru; sebaliknya, mereka telah ada sejak manusia
diciptakan dan ditugaskan untuk hidup di bumi ini. Lagi. 1 Di bidang penelitian hak
asasi manusia, perlindungan aristokrasi dan gereja di bawah Magna Carta (1215)
menandai awal sejarah hak asasi manusia di Inggris. Di Amerika Serikat, pada tahun
1776, ada
penting diakuinya hak-hak asasi manusia secara umum (universal), yaitu lahirnya
“Universal Declaration of Human Rights” sebagai pernyataan umum tentang Hak-
Hak Asasi Manusia, pada tangggal 10 Desember 1948 dalam Sidang Majelis tiga
puluh item tentang hak asasi manusia termasuk dalam Majelis Umum Paris
Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Para pendiri bangsa mengakui bahwa dengan memiliki hak-hak dasar yang dimiliki
oleh setiap orang, membuat manusia memiliki martabat dan harga diri yang lebih
tinggi daripada hewan lainnya. Sama halnya dengan negara-negara merdeka lainnya
di seluruh dunia, Indonesia dapat eksis sebagai negara berdaulat yang bermartabat.
Karena itulah Pancasila dan UUD 1945 sama-sama mencantumkan informasi terkait
hak asasi manusia dari para founding fathers negara.
Jelaslah bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah suatu negara yang
menjalankan segala sistem dan sendi- sendi kehidupan berdasarkan aturan-aturan
yang bermula dari kedaulatan rakyat yang didelegasikan kepada negara yang
bermuara bagi kedaulatan rakyat itu sendiri.
Pancasila sendiri memiliki dimensi yang luas dalam hal perlindungan hak
asasi manusia, mulai dari perlindungan terhadap individu hingga kelompok, termasuk
dalam hal penegakan hukum di Indonesia (Satoh, 2017; Pradity, 2017; Nisa, 2016;
Yudhanti, 2016; Michael, 2016).
“Human rights are the basic rights that every human person possesses by nature as
a gift from God, enabling the right to life, the right to freedom / freedom and the right
to own something.”1
Kesadaran akan hak asasi manusia didasarkan pada pengakuan bahwa
semua manusia sebagai makhluk tuhan memiliki derajat dan martabat yang
sama.dengan pengakuan akan prinsip dasar tersebut,setiap manusia memiliki hak
dasar yang disebut hak asasi manusia. Jadi,kesadaran akan adanya hak asasi manusia
tumbuh dari pengakuan manusia sendiri bahwa mereka adalah sama dan
sederajat.Pada setiap hak melekat kewajiban. Karena itu,selain ada hak asasi manusia,
ada juga kewajiban asasi manusia, yaitu kewajiban yang harus dilaksanakan demi
terlaksana atau tegaknya hak asasi manusia (HAM).
Dalam menggunakan Hak Asasi Manusia, kita wajib untuk
memperhatikan, menghormati, dan menghargai hak asasi yang juga dimiliki oleh
orang lain.Kesadaran akan hak asasi manusia , harga diri , harkat dan martabat
kemanusiaannya, diawali sejak manusia ada di muka bumi. Hal itu disebabkan oleh
1
Goodwin, J, “A Theory of Categorical Terrorism”, Social Forces, Vol. 84, No. 4 (Juni, 2006), hlm. 2027-2046.
hak-hak kemanusiaan yang sudah ada sejak manusia itu dilahirkan dan merupakan
hak kodrati yang melekat pada diri manusia. Sejarah mencatat berbagai peristiwa
besar di dunia ini sebagai suatu usaha untuk menegakkan hak asasi manusia.
Hak Asasi Manusia di Indonesia bersumber dan bermuara pada pancasila.
Yang artinya Hak Asasi Manusia mendapat jaminan kuat dari falsafah bangsa, yakni
Pancasila. Bermuara pada Pancasila dimaksudkan bahwa pelaksanaan hak asasi
manusia tersebut harus memperhatikan garis-garis yang telah ditentukan dalam
ketentuan falsafah Pancasila. Bagi bangsa Indonesia, melaksanakan hak asasi manusia
bukan berarti melaksanakan dengan sebebas-bebasnya, melainkan harus
memperhatikan ketentuan-ketentuan yang terkandung dalam pandangan hidup bangsa
Indonesia, yaitu Pancasila.2 Hal ini disebabkan pada dasarnya memang tidak ada hak
yang dapat dilaksanakan secara multak tanpa memperhatikan hak orang lain.
Berbagai instrumen hak asasi manusia yang dimiliki Negara Republik
Indonesia, yakni: 1) Undang – Undang Dasar 1945 2) Ketetapan MPR Nomor
XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia 3) Undang – Undang Nomor 39 Tahun
1999 tentang Hak Asasi Manusia
Di Indonesia secara garis besar disimpulkan, hak-hak asasi manusia itu
dapat dibeda-bedakan menjadi sebagai berikut: 1) Hak-hak asasi pribadi (personal
rights) yang meliputi kebebasan menyatakan pendapat, kebebasan memeluk agama,
dan kebebasan bergerak.
2) Hak-hak asasi ekonomi (property rights) yang meliputi hak untuk memiliki sesuatu,
hak untuk membeli dan menjual serta memanfaatkannya.
3) Hak-hak asasi politik (political rights) yaitu hak untuk ikut serta dalam
pemerintahan, hak pilih (dipilih dan memilih dalam pemilu) dan hak untuk
mendirikan partai politik.
4) Hak asasi untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan
pemerintahan (rights of legal equality).
5) Hak-hak asasi sosial dan kebudayaan (social and culture rights). Misalnya hak
untuk memilih pendidikan dan hak untukmengembangkan kebudayaan.
6) Hak asasi untuk mendapatkan perlakuan tata cara peradilan dan perlindungan
(procedural rights). Misalnya peraturan dalam hal penahanan, penangkapan,
penggeledahan, dan peradilan.
2
Karlina Leksono dan Supelli, “Tak ada Jalan Pendek Menuju Rekonsiliasi”, Jurnal Demokrasi dan HAM, Vol 1
No. 3, 2001, hlm. 9.
2.2 Implementasi Nilai- Nilai Hak Asasi Manusia Dalam Sila Pancasila
Fakta bahwa hak asasi manusia bersifat universal adalah salah satu kualitasnya.
Hak asasi manusia, kemudian, adalah mereka yang berlaku untuk semua orang di
dunia tanpa memandang kebangsaan, agama, ras, atau status sosial. Oleh karena itu,
penegakan hak asasi manusia merupakan keharusan bagi semua bangsa. Namun,
negara yang berbeda memiliki standar yang berbeda untuk melindungi hak asasi
manusia. Cara suatu negara menjunjung tinggi hak asasi manusia akan bergantung
pada ideologi, budaya, dan nilai-nilai yang berlaku. Sebagai gambaran, di Indonesia,
ideologi negara digunakan untuk memandu proses pembelaan hak asasi manusia.
Ideologi, kebudayaan dan nilai-nilai khas yang dimiliki suatu negara akan
mempengaruhi pola penegakan hak asasi manusia disuatu negara Contohnya, di
Indonesia, dalam proses penegakan hak asasi manusia dilakukan dengan berlandaskan
kepada ideologi negara yaitu Pancasila. Pancasila merupakan ideologi yang
mengedepankan nilai-nilai kemanusian. Pancasila sangat menghormati hak asasi
setiap warga negara maupun bukan warga negara Indonesia. Nilai-nilai Pancasila
dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu: Nilai Ideal, Nilai Instrumental dan Nilai
Praksis.3
2.3Hak Asasi Manusia dalam Nilai Ideal Pancasila
Nilai dasar atau nilai ideal pancasila adalah nilai dasar yang relatif tetap (tidak berubah) yang
berada dalam pembukaan UUD 1945. Nilai ideal berkaitan dengan hakikat kelima sila
Pancasila. Nilai-nilai dasar tersebut bersifat universal sehingga di dalamnya terkandung cita-
cita, tujuan, serta nilai-nilai yang baik dan benar. Hubungan antara hak asasi manusia dengan
1) Ketuhanan Yang Maha Esa Menjamin hak kemerdekaan untuk memeluk agama,
3
Syahrial Syarbaini, Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi, Ghalia Indonesia, Jakarta: 2003, hlm. 27.
4
Ibid, hlm. 32
2) Kemanusiaan yang Adil dan Beradab Menempatkan setiap warga negara pada kedudukan
yang sama dalam hukum serta memiliki kewajiban dan hak-hak yang sama untuk
dengan semangat rela bekorban dan menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas
5) Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia Mengakui hak milik dan jaminan sosial
secara perorangan yang dilindungi oleh negara serta berhak mendapatkan pekerjaan dan
perlindungan.
Beberapa jenis hak asasi sesuai dengan Pancasila antara lain sebagai
Berikut
2.4 Hak Asasi Manusia dalam Nilai Instrumental Pancasila
Nilai Instrumental Merupakan penjabaran dari nilai-nilai dasar yang
sifatnya lebih khusus. Nilai Instrumental merupakan pedoman pelaksanaan kelima sila
pancasila. Pada umumnya berbentuk ketentuan- ketentuan konstitusional mulai dari UUD
sampai dengan peraturan daerah. Peraturan perundang-undangan yang menjamin HAM, ialah
diantaranya:
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 terutama Pasal 28 A – 28 J
b. Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia. Di dalam Tap MPR
tersebut terdapat Piagam HAM Indonesia.
c. Ketentuan dalam undang-undang organik berikut : 1) Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 5 Tahun 1998 tentang Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau
Penghukuman yang Kejam, Tidak Manusiawi, atau Merendahkan Martabat Manusia. 2)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. 3)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi
Manusia. 4) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2005 tentang Kovenan
Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik 5) UndangUndang Republik Indonesia
Nomor 12 Tahun 2005 tentang Kovenan Internasional Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya.
d. Ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perppu) Nomor 1
Tahun 1999 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia
e. Ketentuan dalam Peraturan Pemerintah berikut : 1) Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun
2002 tentang Tata cara Perlindungan terhadap Korban dan Saksi dalam Pelanggaran Hak
Asasi Manusia yang Berat. 2) Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2002 tentang
Kompensasi, Restitusi, Rehabilitasi terhadap Korban Pelanggaran Hak Asasi Manusia Berat
Ketentuan dalam Keputusan Presiden (Keppes) : 1) Keputusan Presiden Nomor 50 Tahun
1993 tentang Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. 2) Keputusan Presiden Nomor 83 Tahun
1998 tentang Pengesahan Konvensi Nomor 87 tentang Kebebasan Berserikat dan
Perlindungan untuk Berorganisasi. 3) Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 2001 tentang
Pembentukan Pengadilan HAM pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Pengadilan Negeri
Surabaya, Pengadilan Negeri Medan dan Pengadilan Negeri Makasar.
Selain dijamin dalam konstitusi, hak asasi manusia juga dijamin di dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
Jaminan HAM dalam UU No. 39 Tahun 1999, secara garis besar meliputi: 1) Pasal 9: Hak
untuk hidup, seperti hak mempertahankan hidup, memperoleh kesejahteraan lahir dan batin,
memperoleh lingkungan hidup yang baik dan sehat.
2) Pasal 10: Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan, seperti hak memiliki keturunan
melalui perkawinan yang sah.
3) Pasal 11-16: Hak mengembangkan diri, seperti hak pemenuhan kebutuhan dasar,
meningkatkan kualitas hidup, memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi,
memperoleh informasi dan melakukan pekerjaan sosial.
4) Pasal 17-19: Hak memperoleh keadilan, seperti hak memperoleh kepastian hukum dan hak
persamaan di depan hukum.
5) Pasal 20-27: Hak atas kebebasan pribadi, seperti hak memeluk agama, keyakinan politik,
memilih status kewarganegaraan, berpendapat, mendirikan parpol, dan bebas bergerak dan
bertempat tinggal.
6) Pasal 28-35: Hak atas rasa aman, seperti hak memperoleh suaka politik, perlindungan
terhadap ancaman ketakutan, perlindungan terhadap penyiksaan, penghilangan dengan
paksaan dan penghilangan nyawa.
7) Pasal 36-42: Hak atas kesejahteraan, seperti hak milik pribadi, memperoleh pekerjaan yang
layak, kehidupan yang layak, dan jaminan sosial.
8) Pasal 43-44: Hak turut serta dalam pemerintahan, seperti hak memilih dan dipilih dalam
pemilu, partisipasi langsung dan tidak langsung, diangkat dalam jabatan pemerintah dan
mengajukan usul kepada pemerintah.
9) Pasal 45-51: Hak wanita, yaitu tidak ada diskriminasi/hak yang sama antara pria dan
wanita dalam bidang politik, pekerjaan, status kewarganegaraan, keluarga/ perkawinan.
10) Pasal 52-60: Hak anak, yaitu seperti hak anak untuk mendapatkan perlindungan orang
tua, keluarga, masyarakat dan negara. Hak beribadah menurut agamanya, berekspresi,
perlakuan khusus bagi anak cacat, perlindungan dari eksploitasi ekonomi, pekerjaan,
pelecehan seksual, perdagangan anak dan penyalahgunaan narkotika.
Untuk menegakkan HAM, Pasal 69 ayat (2) UU No. 39 Tahun 1999
menyatakan “Setiap hak asasi manusia seseorang menimbulkan kewajiban asasi dan
tanggung jawab untuk menghormati hak asasi orang lain secara timbalbalik serta menjadi
tugas pemerintah untuk menghormati, melindungi, menegakkan dan memajukkannya”. Oleh
karenanya seluruh warga negara tidak terkecuali pemerintah wajib menghormati hak asasi
orang lain, dengan menjungjung hukum, moral, etika dan tata tertib kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
2.6 Hak Asasi Manusia Dalam Nilai Praksis Pancasila
Tujuan praksis adalah mewujudkan manfaat praktis dari pengalaman dalam kehidupan
sehari-hari. Prinsip-prinsip praktis Pancasila terus berubah, dan penyesuaian selalu dapat
dilakukan agar lebih sesuai dengan kebutuhan dan ambisi rakyat. Pancasila adalah ideologi
terbuka, yang menjelaskan alasannya. Jika semua warga negara dapat mengimplementasikan
cita-cita fundamental dan instrumental Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, maka hak
asasi manusia dapat dicapai dalam nilai-nilai praktisnya. Jika setiap warga negara memiliki
pandangan hidup yang positif, hal ini dapat dicapai.
3. KESIMPULAN
Hak asasi manusia sangat dijunjung tinggi oleh Indonesia sebagai negara hukum, dan
Pancasila yang menjadi dasar negara dan nilai-nilai inti negara, memuat prinsip-prinsip yang
mengatur bagaimana negara memperlakukan orang dengan hormat sebagai makhluk yang
beradab dalam konteks masyarakat, negara, dan negara bagian. Undang-undang hukum yang
dikenal sebagai Pancasila, yang menjadi dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia, bersifat
moral dan menjunjung tinggi nilai yang melekat pada seluruh rakyat Indonesia, tanpa
memandang ras, suku, atau agama. Hak asasi manusia dianggap sama dan diutamakan dalam
konteks Ketuhanan Yang Maha Esa, umat manusia yang adil dan beradab, persatuan
Indonesia, pemerintahan yang demokratis yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan melalui
proses perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sistem nilai global
Pancasila, yang terdiri dari: (a) toleransi beragama; (b) nilai kemanusiaan, (c) nilai persatuan,
(d) nilai kerakyatan, dan (e) nilaikeadilan yang dijabarkan melalui beberapa nilai yang
terkandung dalam Pancasila itu sendiri, adapun nilai- nilai tersebut diantaranya nilai ideal,
nilai instrumental dan nilai praksis
Biodata penulis
Annelies larasati gufron di Tangerang pada 14 september 2003.biasa di panggil
Ara .ia adalah anak pertama dari tiga bersaudara.saat ini sedang menempuh
semester 2 fakultas hukum di universitas Muhammadiyah Tangerang .dan aktif
dalam organisasi ikatan mahasiswa Muhammadiyah.pesan Ali bin Abi Thalib
yang membuatnya semangat menulis yaitu “semua penulis akan mati .Hanya
karyanya yang akan abadi .Maka tulislah sesuatu yang membahagiakan dirimu
di akhirat nanti” follow me @annelieslrt
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Galuh Faradhilah Yuni. 2015. “Relevansi Hukum Adat Dalam Pembaharuan Hukum
Pidana Di Indonesia”, Pandecta Volume 10 Nomor 2, hlm 185-198.
Chazawi, Adami. 2002. Pelajaran Hukum Pidana Bagian 1 Stelsel Pidana Teori- teori
Pemidanaan dan Batas- Batas Berlakunya Hukum Pidana. Jakarta: PT Raja Grafindo.
J Goodwin. 2006. A Theory of Categorical Terrorism: Social Forces Volume 84 Nomor 4.
Kaelan. 2002. Filsafat Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.
Michael, Tomy. "Perlindungan Hukum Kelompok Teisme dalam Sistem Negara Hukum
Pancasila." Pandecta Research Law Journal 11, no. 2 (2016): 136-146.
Naning, Ramdlon. 1983. Cita dan Citra Hak- Hak Asasi Manusia Di Indonesia. Jakarta:
Lembaga Kriminologi Universitas Indonesia.
Nisa, Rahmania Fakhrun. "Corruption Relationship with the Values in Sila Pancasila: A
Reflection of Law Enforcement." Jurnal Scientia Indonesia 2, no. 2 (2016).
Praditya, Farda Putri. "The Role of Pancasila as the Legal Basis in Indonesia." Jurnal Scientia
Indonesia 3, no. 2 (2017).
Saroh, Siti. "Challenges of the Young Generation in the Current of Hedonism and Its
Relationship with Pancasila." Jurnal Scientia Indonesia 3, no. 1 (2017).
Supeli, Karlina Leksono. 2001. “Tak ada Jalan Pendek Menuju Rekonsiliasi”, Jurnal
Demokrasi dan HAM Volume 1 Nomor 3, hlm. 1-24.
Supriyanto, Bambang Heri. 2014. “Penegakan Hukum Mengenai Hak Asasi Manusia (HAM)
Menurut Hukum Positif Di Indonesia”, Jurnal Al- Azhar Indonesia Seri Pranata Sosial
Volume 2 Nomor 3, hlm. 138-159.
Syarbaini, Syahrial. 2003. Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Yudhanti, Ristina. "Pancasila dan Berbagai Permasalahan Aktual." Law Research Review
Quarterly 2, no. 4 (2016): 599-610.