Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara hanya dapat dikemudikan secara terarah dan efisien apabila ada
gambaran yang jelas tentang hakikat, tujuan dan susunannya. Dalam proses
penyusunan Undang-undang Dasar negara harus senantiasa berlandaskan pada
suatu konsepsi dasar yang jelas tentang negara dan tujuannya. Dengan kata
lain realisasi pembentukan negara beserta konstitusinya harus berlandaskan
pada ideologi negara, yaitu Pancasila.
Pancasila adalah falsafah atau pandangan hidup, jiwa dan kepribadian serta
tujuan hidup bangsa Indonesia. Sebagai pandangan hidup bangsa, Pancasila
mempunyai nilai-nilai yang dijadikan dasar dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, selain itu nilai-nilai Pancasila telah memberikan ciri-ciri (identitas)
bangsa yang membedakan bangsa Indonesia dari bangsa lain dalam bersikap,
bertingkah laku secara perorangaan maupun secara kemasyarakatan.
Pancasila sebagai filsafat negara Indonesia memiliki visi dasar yang
bersumber pada hakikat manusia. Visi dasar inilah yang memberi visi dan arah
bagi seluruh kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan Indonesia. Sifat dasar
filsafat Pancasila bersumber pada hakikat kodrat manusia karena pada
hakikatnya

manusia

adalah

sebagai pendukung

pokok negara. Inti

kemanusiaan itu terkandung dalam sila kedua : Kemanusiaan Yang Adil dan
Beradab.
Dalam sila ke-dua mengandung nilai yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia sehari-hari. Hal itu karena seorang manusia dalam
melakukan aktifitas sehari-hari tidak lepas dari manusia lain. Sehingga sila kedua tersebut mampu memberikan dasar kepada kita sebagai manusia agar
senantiasa memanusiakan orang lain dalam kehidupan.

BAB II
Pancasila Sila Ke-2 dan HAM
Pancasila adalah kumpulan nilai atau norma yang meliputi sila-sila
Pancasila sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945, alinea
IV yang telah ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945. Pada hakikatnya
pengertian Pancasila dapat dikembalikan kepada dua pengertian, yakni
Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia dan Pancasila sebagai
pandangan hidup bangsa Indonesia.
1. Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia
Setiap negara di dunia ini mempunyai dasar negara yang dijadikan
landasan dalam menyelenggarakan pemerintah negara. Seperti Indonesia,
Pancasila dijadikan sebagai dasar negara atau ideologi negara untuk
mengatur penyelenggaraan negara.
2. Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia
Setiap bangsa di dunia yang ingin berdiri kokoh dan mengetahui dengan
jelas ke arah mana tujuan yang ingin dicapainya sangat memerlukan
pandangan hidup. Dengan pandangan hidup inilah suatu bangsa akan
memandang persoalan yang dihadapinya sehingga dapat memecahkannya
secara tepat.
A. Arti dan Makna Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab adalah kesadaran sikap dan
perbuatan manusia yang didasarkan kepada potensi budi nurani manusia
dalam hubungan dengan norma-norma dan kebudayaan umumnya, baik
terhadap diri pribadi, sesama manusia, maupun terhadap alam dan hewan.

Pada prinsipnya Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab adalah sikap dan
perbuatan manusia yang sesuai dengan kodrat hakikat manusia yang berbudi,
sadar nilai, dan berbudaya.
Di dalam sila ke II Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab telah tersimpul citacita kemanusiaan yang lengkap, yang memenuhi seluruh hakikat mahkluk
manusia. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab adalah suatu rumusan sifat
keluhuran budi manusia (Indonesia). Dengan Kemanusiaan Yang Adil dan
Beradab, maka setiap warga Negara mempunyai kedudukan yang sederajat
dan sama terhadap Undang-Undang Negara, mempunyai hak dan kewajiban
yang sama; setiap warga Negara dijamin haknya serta kebebasannya yang
menyangkut hubungan dengan Tuhan, dengan orang-orang seorang, dengan
Negara, dengan masyarakat, dan menyangkut pula kemerdekaan menyatakan
pendapat dan mencapai kehidupan yang layak sesuai dengan hak asasi
manusia.
Pokok pikiran dari sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab :
1. Menempatkan manusia sesuai dengan hakikatnya sebagai makhluk Tuhan.
Maksudnya, kemanusiaan itu universal.
2. Menjunjung tinggi kemerdekaan sebagai hak segala bangsa. Menghargai
hak setiap warga dan menolak rasialisme.
3. Mewujudkan keadilan dan peradaban yang tidak lemah.
B. Butir-butir Pancasila Sila Ke-dua
Sila ke-dua Pancasila ini mengandung makna warga Negara Indonesia
mengakui adanya manusia yang bermartabat (bermartabat adalah manusia
yang memiliki kedudukan, dan derajat yang lebih tinggi dan harus
dipertahankan dengan kehidupan yang layak), memperlakukan manusia secara
adil dan beradab di mana manusia memiliki daya cipta, rasa, karsa, niat dan
keinginan sehingga jelas adanya perbedaan antara manusia dan hewan.

Jadi sila ke-dua ini menghendaki warga Negara untuk menghormati


kedudukan setiap manusia dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing,
setiap manusia berhak mempunyai kehidupan yang layak dan bertindak jujur
serta menggunakan norma sopan santun dalam pergaulan sesama manusia.
Butir-butir sila ke-dua adalah sebagai berikut:
1. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban antar sesama
manusia.
2. Saling mencintai sesama manusia.
3. Mengembangkan sikap tenggang rasa.
4. Tidak bersikap semena-mena terhadap orang lain.
5. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
6. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
7. Berani membela kebenaran dan keadilan.
8. Merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu perlu
mengembangkan sikap saling menghormati dan bekerjasama dengan
bangsa lain.
Makna dari sila ini diharapkan dapat mendorong seseorang untuk senantiasa
menghormati harkat dan martabat oranglain sebagai pribadi dan anggota
masyarakat. Dengan sikap ini diharapkan dapat menyadarkan bahwa dirinya
merupakan makhluk sosial yang mempunyai hak dan kewajiban yang sama.
Atas dasar sikap perikemanusiaan ini, maka bangsa Indonesia menghormati
hak hidup bangsa lain menurut aspirasinya masing-masing. Dan menolak
segala bentuk penjajahan di muka bumi ini. Hal itu dikarenakan berlawanan
dengan nilai perikemanusiaan.
C. Hak Asasi Manusia (HAM) Menurut Pancasila

Hak asasi manusia dalam pengertian umum adalah hak-hak dasar yang
dimiliki setiap pribadi manusia sebagai anugerah tuhan yang dibawa
sejak lahir.Ini berarti bahwa sebagai anugerah dari tuhan kepada makhluknya, hak
asasi tidak dapat dipisahkan dari eksistensi pribadi manusia itu sendiri.Hak asasi
tidak dapat dicabut oleh suatu kekuasaan atau oleh sebab-sebab lainnya, karena
jika hal itu terjadi maka manusia kehilangan martabat yang sebenarnya menjadi
inti nilai kemanusiaan.
Pancasila memandang bahwa manusia dianugerahi oleh Tuhan akal, budi dan
nurani untuk dapat membedakan hal baik dan buruk yang kemudian menjadi
pembimbing dan pengarah perilaku manusia. HAM dalam nilai dasar pancasila
tidak saja berisi kebebasan dasar tetapi juga berisi kewajiban dasar yang melekat
secara kodrati. Hak dan kewajiban asasi ini tidak dapat diingkari dan menjadi
dasar berbangsa dan bernegara. Maka nampak sekali bahwa konsep hak asasi
yang berlaku di Indonesia adalah penjabaran dari sila kemanusiaan yang adil dan
beradab dan disemangati oleh sila-sila lainnya dari Pancasila.
Hubungan antara Hak asasi manusia dengan butir-butir Pancasila dapat dijabarkan
sebagai berikut :
1. Sila ketuhanan yang maha Esa menjamin hak kemerdekaan untuk memeluk
agama , melaksanakan ibadah dan menghormati perbedaan agama.
2. Sila kemanusiaan yang adil dan beradab menempatkan hak setiap warga negara
pada kedudukan yang sama dalam hukum serta serta memiliki kewajiban dan hakhak yang sama untuk mendapat jaminan dan perlindungan undang-undang.
3. Sila persatuan indonesia mengamanatkan adanya unsur pemersatu diantara
warga Negara dengan semangat rela berkorban dan menempatkan kepentingan
bangsa dan Negara diatas kepentingan pribadi atau golongan, hal ini sesuai
dengan prinsip HAM dimana hendaknya sesama manusia bergaul satu sama
lainnya dalam semangat persaudaraan.
4.

Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan / perwakilan dicerminkan dalam kehidupan pemerintahan,


bernegara, dan bermasyarakat yang demokratis. Menghargai hak setiap warga

negara untuk bermusyawarah mufakat yang dilakukan tanpa adanya tekanan,


paksaan, ataupun intervensi yang membelenggu hak-hak partisipasi masyarakat.
5. Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia mengakui hak milik
perorangan dan dilindungi pemanfaatannya oleh negara serta memberi
kesempatan sebesar-besarnya pada masyarakat.

BAB III
Gambaran Kasus
A. Definisi Bullying
Menurut Wikipedia, penindasan (bahasa Inggris: Bullying) adalah
penggunaan kekerasan, ancaman, atau paksaan untuk menyalahgunakan atau
mengintimidasi orang lain. Perilaku ini dapat menjadi suatu kebiasaan dan
melibatkan ketidakseimbangan kekuasaan sosial atau fisik. Hal ini dapat
mencakup pelecehan secara lisan atau ancaman, kekerasan fisik atau paksaan
dan dapat diarahkan berulang kali terhadap korban tertentu, mungkin atas dasar
ras, agama, gender, seksualitas, atau kemampuan. Tindakan penindasan terdiri
atas empat jenis, yaitu secara emosional, fisik, verbal, dan cyber. Budaya
penindasan dapat berkembang di mana saja selagi terjadi interaksi antar
manusia, dari mulai di sekolah, tempat kerja, rumah tangga, dan lingkungan.
B. Dampak Bullying
Masalah yang mungkin diderita oleh korban bullying adalah sebagai berikut.
1.

Berisiko mengalami berbagai masalah kesehatan, baik secara fisik maupun

2.
3.
4.

mental.
Masalah mental seperti depresi, kegelisahan, dan masalah tidur.
Masalah kesehatan seperti sakit kepala, ketegangan otot.
Rasa tidak aman saat berada di lingkungan di mana bullying terjadi
(sekolah, kampus, dll).

C. Indonesia Darurat Bullying


Jumlah anak sebagai pelaku kekerasan (bullying) di sekolah mengalami
kenaikan dari 67 kasus pada 2014 menjadi 79 kasus di 2015. (Republika, 30
Desember 2015)
Hasil kajian Konsorsium Nasional Pengembangan Sekolah Karakter
menunjukkan hampir setiap sekolah di Indonesia ada kejadian bullying.
Berdasarkan kajian ini, Ketua Konsorsium Nasional Pengembangan Sekolah
Karakter,

Susanto,

menyatakan

Indonesia

sudah

masuk

kategori

darurat bullying di sekolah. (Republika, 23 Oktober 2014)


D. Kasus Bullying di SMA 3 Jakarta

Gambar 3.1
Cuplikan gambar bullying di SMA 3 Jakarta

Kasus bullying kembali terjadi di SMAN 3 Jakarta, Setiabudi, Jakarta


Selatan. Tindakan intimidasi itu dilakukan oleh 6 siswi kelas XII dengan
korbannya 4 siswi kelas X. Beredar luas di sosial media (sosmed) video bullying
yang dilakukan oleh siswa SMA Negeri 3 Jakarta, terhadap juniornya. Dalam
video yang berdurasi 37 detik, sejumlah siswa dipaksa duduk dan dimaki-maki
oleh para seniornya. Dalam video itu juga terlihat, salah satu senior menyiramkan
air dari botol minuman ke atas kepala para junior tersebut. Lantas, perekam juga
ikut menaburi abu rokok yang diisapnya. Tak puas, para senior tersebut lantas
memerintahkan salah satu juniornya untuk mengenakan bra di luar seragamnya

dan diminta untuk mengisap rokok. Rupanya, asap rokok tersebut membuat mata
salah satu korban bullying perih.
Menurut Kepala Sekolah SMAN 3 Jakarta, aksi bullying yang terjadi
disebabkan minimnya silaturahmi antara pihak sekolah, orang tua, dan alumni.
Kasus serupa juga pernah terjadi di sekolah yang sama pada 2014. Bahkan
seorang siswa bernama Arfiand Caesary Al-Irhammi atau Aca sampai meninggal
dunia karena dibully oleh seniornya. Kasus ini bahkan hingga masuk ke meja
hijau. Pelakunya adalah alumni yang aktif di kegiatan ekstrakulikuler pecinta
alam, Finishtra Desriansyah dan Muhammad Irfan Prabudi. Keduanya terbukti
bersalah dan dijatuhi hukuman satu tahun penjara oleh hakim. Sekolah diharapkan
menjadi tempat pembentukan karakter anak agar menjadi pribadi unggul dalam
kualitas, bukan tempat terjadinya bully. Kejadian tersebut merupakan potret buruk
dunia pendidikan.

BAB IV
Analisa Kasus
Sila kedua Pancasila berbunyi, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.
Mengapa kata adil dan beradab yang dipilih? Beradab mengandung arti manusia
yang berbudaya dan bermoral, sedangkan adil mengamanatkan manusia bersikap
adil (tidak sewenang-wenang, tidak memihak) terhadap sesamanya dan makhluk
hidup lainnya.
Pancasila sangat berkaitan erat dengan Hak Asasi Manusia (HAM) karena
nilai-nilai Pancasila mengandung nilai-nilai asasi yang sesuai dengan Declaration
of Human Rights. Pengakuan terhadap HAM dalam sila-sila Pancasila ini
dikuatkan oleh UUD 1945.
Pasal 28 G
(1) Setiap oang berhak atas perlindungan diri pribadi, kelauarga, kehormatan,
martabat, dan harta benda yang berada di bawah kekuasaannya, serta berhak
atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat
sesuatu atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.
(2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang
merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik
dari negara lain.
Pasal 28 I
(1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati
nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai

10

pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum
yang berlaku...
(2) Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas
dasar apapun dan berhak mendapat perlindungan terhadap perlakuan yang
bersifat diskriminatif itu.
Oleh karena itu, pelanggaran terhadap sila-sila Pancasila secara langsung
merupakan pelanggaran terhadap HAM.
Perilaku

bullying,

bagaimanapun

bentuknya,

merupakan

perilaku

merendahkan derajat dan martabat seseorang. Yang berarti bertentangan dengan


sila kedua Pancasila. Perilaku bullying dapat terjadi di mana saja, kapan saja, dan
oleh siapa saja. Di lingkungan akademik, seperti sekolah atau kampus misalnya,
diperlukan kerja sama berbagai pihak untuk dapat mengatasi bullying. Tidak
hanya menjadi tanggung jawab pihak sekolah, tetapi orang tua di rumah, temanteman. Keterbukaan korban bullying kepada seseorang yang dipercaya juga dapat
membantu menghentikan kasus bullying.
Apa yang terjadi di SMAN 3 Jakarta tersebut menyadarkan kita bahwa
lingkugan yang dianggap aman pun dapat menjadi tempat bullying sekaligus
mengingatkan kita tentang moral generasi muda Indonesia. Pancasila sebagai
kepribadian bangsa Indonesia, pandangan hidup, cita-cita, dan dasar negara
Indonesia selayaknya diimplementasikan di dalam berbagai aspek kehidupan
berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, penanaman, pemahaman, dan
pengamalan Pancasila merupakan urgensi dalam pembinaan generasi muda
sebagai generasi penerus masa depan bangsa Indonesia.
BAB V
11

Kesimpulan Dan Saran


A. KESIMPULAN
Secara umum Pancasila merupakan hal yang fundamental dalam
menentukan kehidupan di Indonesia. Sila kedua Pancasila mengandung makna
warga Negara Indonesia mengakui adanya manusia yang bermartabat,
memperlakukan manusia secara adil dan beradab. Perilaku bullying
bertentangan dengan sila kedua Pancasila karena merendahkan derajat dan
martabat seseorang Erat kaitannya antara Pancasila sila ke-2 dengan hak asasi
manusia, dimana pengaplikasian sila kemanusiaan yang adil dan beradap
haruslah sama dengan penegakan setiap hak asasi manusia yang ada demi
terciptanya negara dengan bangsa yang damai dan sejahtera.
B. SARAN
Pengamalan pancasila haruslah dilakukan oleh setiap warga negara Indonesia,
dimana masih terjadi pelanggaran kemanusiaan di wilayah NKRI. Pada kasus
bullying yang marak terjadi , kepada orang tua hendaknya mengetahui perubahan
prilaku dan emosi anaknya terutama saat berkaitan dengan sekolah. Pelaku
bullying begitu juga korbannya harus mendapatkan bimbingan yang serius untuk
mencegah adanya tindak bullying pada korban lain, kemudian untuk korban harus
dibimbing dan diobati baik dalam bentuk psikis maupun fisik. Dengan melindungi
dan menegakkan setiap HAM yang ada di Indonesia itu berarti kita juga
menerapkan apa yang terkandung dalam butir pancasila terutama sila ke-2.

DAFTAR PUSTAKA

12

1. https://ramdhany578.wordpress.com/2014/05/07/hak-asasi-menurutpancasila/
2. http://astrinityas.blogspot.co.id/2012/08/apa-itu-bullying.html
3. https://news.detik.com/berita/3202552/penyebab-ltigtbullyingltigt-di-sma3-siswi-kelas-xii-tak-setuju-adik-kelasnya-ltigtdugemltigt
4. https://hmjisp.wordpress.com/2011/06/29/penjelasan-sila-ke-2kemanusiaan-yang-adil-dan-beradab-by-andhika-satria-nugraha-s-pd/

13

Anda mungkin juga menyukai