Anda di halaman 1dari 5

4.

Semen
Semen terdiri dari material halus yang menjadi pengikat antar butiran dan mengisi rongga pori yang diendapkan
setelah fragmen dan matriks. Semen dapat berupa kalsit, silika, oksida besi ataupun sulfat.

Tekstur dan Struktur Batuan Karbonat


Tekstur pada batuan karbonat bervariasi, mulai dari tekstur yang terdapat pada batuan detritus seperti besar butir,
pemilahan, dan rounding, hingga yang menunjukkan hasil pengendapan kimiawi. Matrixnya juga bervariasi dari
lumpur karbonat berbutir padat hingga kristal-kristal kalsit atau dolomit. Tekstur juga ada yang terbentuk dari
pertumbuhan organisme.
Tekstur pada batu gamping kebanyakan hampir sama dengan jenis tekstur pada batuan detritus seperti batu pasir.
Hal ini menunjukkan bahwa proses pembentukan batuan karbonat dan batu pasir hampir sama.
Apabila batu gamping tersusun atas klastik, kebanyakan struktur yang terdapat pada batuan detritus juga muncul
pada batuan ini. Struktur-struktur seperti cross-bedding, ripple marks, dunes, graded bedding, dan imbricate bedding
banyak dijumpai pada batuan karbonat walaupun tidak mudah terlalu mudah diamati karena sedikitnya perbedaan
warna pada tiap lapisan di batuan karbonat.
Tipe laminasi yang paling banyak ditemukan dibentuk oleh organisme seperti alga hijau/biru yang tumbuh di daerah
berombak. Organisme ini tumbuh sebagai serat-serat dan membentuk serabut dengan memerangkap dan
menyatukan mikrokristal karbonat. Adanya ombak yang datang dan menyapu butiran pasir di pantai membuat
formasi laminasi yang terdiri atas material organik.
Stylolit merupakan permukaan tak beraturan dari endapan karbonat yang tertekan. Stylolit ini merepresentasikan
25% hingga 90% batuan karbonat yang terlarut.

KLASIFIKASI BATUAN KARBONAT


Beberapa klasifikasi batuan karbonat telah diterbitkan oleh APPG pada Memoir 1 tahun 1962. Namun yang paling
banyak digunakan oleh para ahli batuan karbonat adalah yang dikemukakan oleh Folk (1959, 1962), Dunham (1962).
Klasifikasi batuan karbonat oleh Dunham (1962) kemudian disempurnakan oleh Embry and Klovan, (1971). Dalam
pembahasan ini klasifikasi akan difokuskan pada klasifikasi batuan karbonat yang dikeluarkan oleh Dunham, 1962.
Leighton & Pendexter (1962) telah membedakan batuan karbonat berdasarkan kandungan kalsit, dolomit dan
mineral pengotornya (non-karbonat). Klasifikasi tersebut menyebutkan bahwa batuan karbonat (dolostone dan
limestone) jika batuan tersebut berkomposisi mineral karbonat di atas 50%. Sedangkan Tucker dan Wright (1990)
mendefenisikan bahwa batuan karbonat harus mempunyai mineral karbonat di atas 50%. Sementara batuan yang
memiliki kandungan karbonat kecil dari 50% dan signifikan dipertimbangkan dapat menjadi awalan yang
menunjukkan sifat karbonatan.
Berdasarkan pengertian batuan karbonat tersebut di atas kemudian mengelompokkannya berdasarkan klasifikasi
batuan pada buku AAPG Memoir 1 (1962). Secara umum dalam buku ini akan dijelaskan klasifikasi batuan karbonat
berdasarkan Dunham (1962) dan penyempurnaannya dan klasifikasi oleh Folk (1962).
Perbedaan kedua klasifikasi tersebut terletak dari cara pandangnya. Folk membuat klasifikasi berdasarkan apa yang
dilihatnya melalui mikroskop atau lebih bersifat deskriptif, sedangkan Dunham lebih melihat batuan karbonat dari
aspek deskriptif dan genesis, sehingga dalam klasifikasinya tidak hanya mempertimbangkan kenampakan dibawah

mikroskop tetapi juga kenampakan lapangan (field observation).


Klasifikasi Folk menuntun kita untuk mendeskripsi batuan karbonat tentang apa yang dilihat dan hanya sedikit untuk
dapat menginterpretasikan apa yang dideskripsi tersebut. Sebenarnya batuan karbonat merupakan batuan yang
mudah mengalami perubahan (diagenesis) oleh karena itu studi tentang batuan karbonat tidak akan memberikan
hasil yang maksimal jika tidak mengetahui proses-proses yang terjadi pada saat dan setelah batuan tersebut
terbentuk.
Kelemahan klasifikasi Folk tersebut diperbaiki oleh Dunham dan membuat klasifikasi baru dengan
mempertimbangkan berbagai aspek. Kelebihan klasifikasi Dunham (1962) adalah adanya perpaduan antara
deskriptif dan genetik dalam pengklasifikasian batuan karbonat. Selanjutnya klasifikasi ini disempurnakan oleh
Embry dan Klovan (1971) yang lebih mempertimbangkan kepada genetik batuannya. Dengan menggunkan klasifikasi
tersebut maka secara implisit akan menggambarkan proses yang terjadi selama terbentuknya batuan tersebut
demikian pula dengan lingkungan pengendapannya. Oleh karena itu klasifikasi tersebut menjadi lebih populer
dibanding dengan klasifikasi Folk.
Menurut Dunham 1962 bahwa tekstur batugamping atau batuan karbonat dapat menggambarkan genesa
pembentukannya, sehingga klasifikasi ini dianggap mempunyai tipe genetik dan bukan deskriptif seperti yang
dikemukakan oleh Folk (1962). Terdapat empat dasar klasifikasi batuan
karbonat menurut Dunham 1962 yaitu kandungan lumpur karbonat (mud), kandungan butiran, keterikatan komponen,
dan kenampakan tekstur hasil diagenesis (Tabel 3.1). Tekstur batuan karbonat yang didominasi oleh kehadiran mud
(mikrit) atau mud supported terbagi dua yaitu batuan yang mengandung butiran lebih dari 10% dan dimasukkan
kedalam mudstone, sedangkan batuan yang kandungan butirannya lebih besar dari 10% dimasukkan kedalam
wackestone.
Grain supported atau batuan yang didominasi oleh butiran adalah tekstur batuan karbonat yang terendapkan pada
lingkungan berenergi sedang tinggi. Tekstur ini terbagi dua yaitu yang masih mengandung matriks digolongkan
menjadi packstone dan yang tidak mengandung matriks sama sekali atau grainstone.
Tabel Klasifikasi batuan karbonat berdasarkan Dunham 1962 yang didasarkan pada kehadiran mud (mikrit) dan
butiran (grain).

Kelompok ketiga dalam klasifikasi Dunham adalah batuan dimana komponennya saling terikat satu sama lainnya
atau tersusun oleh organisme. Dalam klasifikasi tersebut tekstur seperti ini dimasukkan kedalam boundstone. Selain
ketiga kelompok tekstur di atas, maka batuan karbonat juga dikelompokkan berdasarkan diagenetiknya, yaitu jika
komponen penyusunnya tidak lagi memperlihatkan tekstur asalnya. Kelompok batuan ini dikenal sebagai kristallin
karbonat (calcite crystalline rocks dan dolomite crystalline rocks).
Tekstur ini oleh Embry & Klovan 1971 menyempurnakannya klasifikasi Dunham (1962) dengan mempertimbangkan

pengaruh energi dan sedimen-sedimen yang terbawa dan terakumulasi pada batuan tersebut. Embry & Klovan
melihat pentingnya ukuran fragmen (butiran) yang terakumulasi pada batuan yang didominasi oleh matriks. Batuan
dengan tekstur wackestone dengan kandungan butiran lebih besar dari 2 mm, maka menurut Embry & Klovan bahwa
batuan ini erat hubungannya dengan sumber butiran (fragmen) sehingga perlu memberikan nama khusus yaitu
floatstone untuk menggambarkan lingkungan pengendapannya. Sedangkan pada tekstur grainstone Embry & Klovan
menamakannya sebagai rudstone untuk batuan dengan butiran lebih besar dari 2 mm.
Tekstur ini oleh Embry & Klovan 1971 menyempurnakannya klasifikasi Dunham (1962) dengan mempertimbangkan
pengaruh energi dan sedimen-sedimen yang terbawa dan terakumulasi pada batuan tersebut. Embry & Klovan
melihat pentingnya ukuran fragmen (butiran) yang terakumulasi pada batuan yang didominasi oleh matriks. Batuan
dengan tekstur wackestone dengan kandungan butiran lebih besar dari 2 mm, maka menurut Embry & Klovan bahwa
batuan ini erat hubungannya dengan sumber butiran (fragmen) sehingga perlu memberikan nama khusus yaitu
floatstone untuk menggambarkan lingkungan pengendapannya. Sedangkan pada tekstur grainstone Embry & Klovan
menamakannya sebagai rudstone untuk batuan dengan butiran lebih besar dari 2 mm.
Tekstur ini oleh Embry & Klovan 1971 menyempurnakannya klasifikasi Dunham (1962) dengan mempertimbangkan
pengaruh energi dan sedimen-sedimen yang terbawa dan terakumulasi pada batuan tersebut. Embry & Klovan
melihat pentingnya ukuran fragmen (butiran) yang terakumulasi pada batuan yang didominasi oleh matriks. Batuan
dengan tekstur wackestone dengan kandungan butiran lebih besar dari 2 mm, maka menurut Embry & Klovan bahwa
batuan ini erat hubungannya dengan sumber butiran (fragmen) sehingga perlu memberikan nama khusus yaitu
floatstone untuk menggambarkan lingkungan pengendapannya. Sedangkan pada tekstur grainstone Embry & Klovan
menamakannya sebagai rudstone untuk batuan dengan butiran lebih besar dari 2 mm.

Tekstur ini oleh Embry & Klovan 1971 menyempurnakannya klasifikasi Dunham (1962) dengan mempertimbangkan
pengaruh energi dan sedimen-sedimen yang terbawa dan terakumulasi pada batuan tersebut. Embry & Klovan
melihat pentingnya ukuran fragmen (butiran) yang terakumulasi pada batuan yang didominasi oleh matriks. Batuan
dengan tekstur wackestone dengan kandungan butiran lebih besar dari 2 mm, maka menurut Embry & Klovan bahwa
batuan ini erat hubungannya dengan sumber butiran (fragmen) sehingga perlu memberikan nama khusus yaitu
floatstone untuk menggambarkan lingkungan pengendapannya. Sedangkan pada tekstur grainstone Embry & Klovan
menamakannya sebagai rudstone untuk batuan dengan butiran lebih besar dari 2 mm

.
Klasifikasi batuan karbonat yang dibedakan berdasarkan tekstur pengendapannya, tipe butiran, dan faktor lainnya
seperti yang diperkenalkan oleh Dunham 1962. Klasifikasi ini dimodifikasi oleh Embry dan Klovan (1971) yang
mempertimbangkan ukuran butir dan bentuk perkembangan organisme pembentuk batuan

Selain berdasarkan pada ukuran fragmen dalam batuan, Embry & Klovan juga memberikan perhatian pada
organisme yang menyusun batuan karbonat yang dalam klasifikasi Dunham (1962) menamakan boundstone.
Menurutnya bahwa cara sedimen terperangkap pada organisme penyusun boundstone perlu dibedakan menjadi tiga
yaitu bindstone, bafflestone dan framestone.
Seperti yang terlihat pada illustrasi di atas bahwa masing-masing tekstur mempunyai kekhasan tersendiri.
Bindstone adalah orgnisme yang menyusun batuan karbonat dimana cara hidupnya dengan mengikat sedimen yang
terakumulasi pada organisme tersebut. Organisme yang seperti ini biasanya hidup dan berkembang didaerah
berenrgi sedang tinggi. Batuan ini umumnya terdiri dari kerangka ataupun pecahan-pecahan kerangka organik,
seperti koral, bryozoa dll, tetapi telah diikat kembali oleh kerak lapisan-lapisan (encrustation) gamping yang
dikeluarkan oleh ganggang merah.

Penyempurnaan klasifikasi Dunham oleh Embry dan Klovan yang membagi boundstone menjadi tiga yaitu
bafflestone, bindstone dan framestone. Selain itu wackestone menjadi floatstone dan grainstone manjadi rudstone
jika butiran lebih besar dari 2 mm.
Bafflestone adalah tekstur batuan karbonat yang terdiri dari organisme penyusun yang cara hidupnya menadah
sedimen yang jatuh pada organisme tersebut. Tekstur ini umumnya dijumpai pada daerah berenergi sedang.
Bafflestone terdiri dari kerangka organik seperti koral (branching coral) dalam posisi tumbuh (growth position) dan
diselimuti oleh lumpur gamping. Kerangka organik bertindak sebagai baffle yang menjebak lumpur gamping.
Tekstur yang ketiga adalah framestone. Batuan ini tersusun oleh organisme yang hidupnya pada daerah yang
berenergi tinggi sehingga tahan terhadap gelombang dan arus. Penyusun batuan ini seluruhnya dari kerangka
organik seperti koral, bryozoa, ganggang, sedangkan matriksnya < 10% dan semen mungkin kosong. Secara umum
pembagian zona energi dan batuan penyusun meurut Embry & Klovan (1971) diperlihatkan pada gambar berikut.

Penampang melintang kompleks terumbu yang menggambarkan perbedaan zona dan batuan penyusun setiap zona
menurut James N.P,1983
Selain klasifikasi Dunham, maka klasifikasi batuan karbonat yang sering digunakan adalah klasifikasi Folk
(1959/1962). Klasifikasi ini lebih menekankan kepada pendekatan deskriptif dan tidak mempertimbangkan masalah
genetiknya. Dasar pembagiannya adalah kehadiran sparit (semen) dan mikrit (matriks). Selain itu klasifikasi ini juga
melihat volume butiran (allochem) dalam batuan yang diurut seperti intraklas, ooid, fosil/pellet.
Kehadiran sparit dan mikrit menjadi komposisi utama dimana jika sparitnya lebih besar daripada mikrit maka nama
batuannya akan berakhiran ......sparit, demikian pula jika mikrit yang lebih dominan maka nama batuannya akan
berakhiran ......mikrit. Awalan dalam penamaan batuan karbonat menurut Folk tergantung pada komposisi intraklas,
jika intraklas di atas 25% maka nama batuannya menjadi intasparit atau intramikrit. Namun jika butiran ini tidak
mencapai 25% maka butiran kedua menjadi pertimbangan yaitu ooid, sehingga batuan dapat berupa oosparit atau
oomikrit.
Pertimbangan lainnya adalah jika kandungan ooid kurang dari 25%, maka perbandingan pellet dan fosil menjadi
penentu nama batuan. Terdapat tiga model perbandingan (fosil : pellet) yaitu 3:1, 1:3, dan antara 3:1 1:3. Jika fosil
lebih besar atau 3 : 1 maka nama batuannya biosparit atau biomikrit demikian pula sebaliknya akan menjadi
pelsparit atau pelmikrit. Jika oerbandingan ini ada pada komposisi 3:1 1:3 maka menjadi biopelsparit atau
biopelmikrit.
Klasifikasi ini juga masih menganut paham Grabau dengan menambahkan akhiran rudit jika allochemnya
mempunyai ukuran yang lebih besar dari 2 mm dengan prosentase lebih dari 10%. Dengan demikian penamaan
batuan karbonat menurut klasifikasi ini akan menjadi .rudit (misalnya biosparudit, oomikrudit dst).

Klasifikasi batuan karbonat menurut Folk (1959) yang membagi batuan karbonat secara deskriptif. Kehadiran sparit
dan mikrit menjadi pertimbangan utama dalam klasifikasi ini.

anak desa suka online di 06.04


Berbagi

Tidak ada komentar:


Poskan Komentar

Anda mungkin juga menyukai