Anda di halaman 1dari 29

TUGAS PENGENALAN EOR

Injeksi Surfaktan

DOSEN PEMBIMBING : NOVIA RITA ST,MT.


ANGGOTA KELOMPOK 4

- FAJRI FIRDAUS
- TITO PAMBUDI
- ROMEL
- M.RIZKI
- M HARIZAL

- ABDILLAH HERMEIDI
- BOMANTARI GILANG P.
- ADRIAN PUTRA
- M. TAUFIK

JURUSAN TEKNIK PERMINYAKAN


UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2013

BAB I
PENDAHULUAN
Peningkatan Perolehan Minyak Tahap Lanjut (Enhanced Oil Recovery)
ialah perolehan minyak yang berasal dari salah satu atau beberapa metoda
pengurasan yang menggunakan energi luar reservoir. Jadi perolehan minyak yang
berasal dari injeksi tak tercampur, injeksi tercampur, injeksi kimiawi dan injeksi
thermik merupakan perolehan minyak tahap lanjut, karena pada semua metoda
tersebut, reservoir minyak memperoleh bantuan energi dari luar. Jenis energi yang
dipakai ialah salah satu atau gabungan dari energi mekanik, energi kimiawi dan
energi thermik.
Disini, pemakaian istilah primer, sekunder, tersier dan seterusnya yang
sering dipakai dalam primary recovery, secondary recovery, dan seterusnya
dihindari, karena istilah istilah tersebut tidak menunjukkan metoda yang
dipakai. Selain itu, sekarang makin banyak digunakan metoda EOR pada awal
kehidupan suatu reservoir atau sebelum produksi secara alamiah yang ekonomis
berakhir. Namun tentunya harus dipastikan terlebih dahulu apakah penerapan
metoda EOR yang dipilih itu dapat dibayar oleh kelebihan perolehan minyak
dibandingkan dengan perolehan secara alamiah.
Metode-metode EOR yang ada dapat dikelompokkan ke dalam empat bagian,
yaitu :
1. Injeksi Tak Tercampur
Injeksi Air
Injeksi Gas
2. Injeksi Tercampur
Injeksi Gas CO2
Injeksi Gas Tak Reaktif (Inert)
Injeksi Gas Diperkaya
Injeksi Gas Kering Pada Tekanan Tinggi
3. Injeksi Kimiawi

Injeksi Polimer

Injeksi Surfactant

Injeksi Alkaline

4. Injeksi Thermal
Injeksi Air Panas
Injeksi Uap
Pembakaran Di Tempat
5. Injeksi Mikroba
Proses recoveri minyak bumi dapat dikelompokkan atas tiga fase, yaitu
fase primer (primary phase), fase sekunder (secondary phase) dan fase tersier
(tertiary phase). Pada fase primer diterapkan proses alami yang tergantung pada
kandungan energi alam pada reservoir dan proses stimulasi menggunakan metode
asam (acidizing), metode fracturing, dan metode sumur horizontal (horizontal
wells).
Pada fase sekunder diterapkan proses immiscible gas flood dan
waterflood. Metode pada fase tersier sering juga disebut sebagai metode enhanced
oil recovery (EOR). Metode EOR didefinisikan sebagai suatu metode yang
melibatkan proses penginjeksian material yang dapat menyebabkan perubahan
dalam reservoir seperti komposisi minyak, suhu, rasio mobilitas, dan karakteristik
interaksi batuan-fluida.
Meskipun metode EOR kadang disebut sebagai rekoveri tersier, namun
bukan berarti metode EOR ini diterapkan setelah fase sekunder. Beberapa metode
EOR dapat diterapkan setelah fase primer atau bahkan saat proses pencarian
minyak (discovery) (Gomaa, 1997).
Metode

EOR

dapat

dikelompokkan

berdasarkan

material

yang

diinjeksikan kereservoir yaitu metode panas (air panas, steam stimulation,


steamflood), metode kimia (polimer, surfaktan, alkali), metode solvent-miscible
(pelarut hidrokarbon, CO2, N2, gas hidrokarbon, campuran gas alam), dan lainnya
(busa, mikrobial).

Injeksi kimia mempunyai prospek kedepan yang sangat bagus, diharapkan


pada reservoir yang telah sukses dilakukan injeksi air, namum kandungan minyak
yang masih bernilai ekonomis untuk diproduksikan. Tetapi pengembangannya
masih memerlukan waktu yang cukup lama karena biaya dan resiko yang tinggi
serta memerlukan teknologi yang sangat kompleks. Indikator yang penting dalam
menentukan keberhasilan suatu injeksi kimia adalah :
1.

Kedalaman

2.

Tingkat heterogenitas reservoir

3.

Sifat-sifat petrofisik

4.

Kemiringan

5.

Mekanisme pendorong

6.

Cadangan minyak tersisa

7.

Saturasi minyak tersisa

8.

Viskositas minyak

Menurut Lake (1987), reservoir-reservoir minyak bumi berbeda dalam hal


kondisi geologis alamnya, kandungan air dalam reservoir, dan sebagainya.
Berdasarkan hal tersebut, metode optimum untuk merekoveri minyak bumi dalam
jumlah yang maksimum pada suatu reservoir berbeda terhadap reservoir yang
lain.
Efektifitas surfaktan dalam menurunkan tegangan antar muka minyak-air
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu jenis surfaktan yang
digunakan, konsentrasi surfaktan dan cosurfaktan yang digunakan, kadar garam
larutan, dan adsorpsi larutan cosurfaktan. Jenis surfaktan yang harus disesuaikan
dengan kondisi reservoir terutama terhadap jenis batuan, kadar garam, suhu, dan
tekanan karena akan mempengaruhi daya kerja surfaktan untuk menurunkan
tegangan antarmuka (IFT) minyak air. Efektifitas surfaktan untuk menurunkan
IFT akan berkurang dengan semakin tingginya kadar garam larutan.
Menurut Mulyadi (2000), masalah umum yang ditemui pada sumur
minyak adalah produksi minyak dan gas yang rendah, namun kandungan airnya

sangat tinggi serta masalah mekanis lainnya seperti pompa injeksi macet dan
mampat, dan sebagainya.
Hasil formulasi surfaktan yang telah dilakukan untuk keperluan oil well
stimulation agent ataupun untuk flooding oleh Hambali et al. (2008), nilai IFT
formula tersebut cukup bagus berkisar antara 3x10-3 4x10-3dyne/cm. Bahkan
pengujian dengan menggunakan core lab memperlihatkan kinerja yang cukup baik
dimana recovery minyak bumi yang dilakukan mencapai 90 persen.
Tetapi seiring dengan perkembangan penelitian, ada kombinasi antara
injeksi surfaktan dan injeksi polymer atau yang lebih dikenal dengan nama
micellar-polymer flooding.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian injeksi surfactant
Surfactant (surfactive active agent) adalah senyawa organik yang bersifat
ampihifilic. Didefinisikan sebagai molekul yang mencari tempat diantara dua
cairan (fluida) yang tidak dapat bercampur dan mempunyai kemampuan untuk
mengubah kondisi. Surfaktan merupakan senyawa kimia yang memiliki aktivitas
pada permukaan yang tinggi.
Definisi surfaktan menurut IUPAC (1997) adalah suatu zat yang
mempunyai kemampuan untuk menurunkan tegangan permukaan (surface
tension) suatu medium dan menurunkan tegangan antarmuka (interfacial tension)
antar dua fasa yang sama tetapi berbeda derajat polaritasnya dalam suatu medium
yaitu dengan cara melarutkan surfaktan ke dalam medium tersebut.
Injeksi surfactant merupakan proses penginjeksian sejumlah surfaktan ke
dalam reservoir dengan maksud agar terjadi penurunan tegangan (interfacial
tension) antarmuka minyak-fluida injeksi supaya perolehan minyak meningkat.
Efisiensi injeksi meningkat sesuai dengan penurunan tegangan antarmuka.
Menurut Perkins (1988), pengertian antarmuka (interface) adalah bidang
kontak antara dua senyawa dalam fasa yang sama, sedangkan permukaan
(surface) adalah jika antarmuka antara dua senyawa tidak dalam fasa yang sama.
Selanjutnya Perkins (1988) menambahkan tegangan permukaan dari suatu
cairan adalah tekanan internal di bawah permukaan cairan yang disebabkan oleh
gaya tarik-menarik antar molekul cairan itu sendiri. Gaya tarik menarik tersebut
menimbulkan tekanan dari dalam cairan melawan tekanan dari atas permukaan
cairan, sehingga cairan tersebut cenderung untuk membentuk lapisan antarmuka
dengan zat yang lain. Surfaktan dapat mempengaruhi kemampuan dari molekul
cairan tersebut agar dapat berinteraksi dengan zat yang lain dengan cara
menurunkan tegangan permukaannya.

Peranan surfaktan yang begitu berbeda dan beragam disebabkan oleh


struktur molekulnya yang tidak seimbang. Surfaktan merupakan molekul
amphifilik yang memiliki dua gugus yaitu polar dan nonpolar. Dan molekul
surfaktan dapat divisualisasikan seperti berudu ataupun bola raket mini yang
terdiri atas bagian kepala dan ekor.

Bagian kepala bersifat hidrofilik (suka air)


merupakan bagian yang sangat polar, dan mengandung heteroatom
sepert O, S, P, atau N yang terikat dalam gugus fungsional seperti
alcoholmeter, ester, asam, sulfat, sulfonat, fosfat, amina, amida, dan lain

sebagainya. sedangkan
bagian ekor bersifat hidrofobik (benci air/suka minyak)
merupakan bagian nonpolar. Kepala dapat berupa anion, kation atau
nonion, sedangkan ekor dapat berupa rantai linier atau cabang
hidrokarbon dengan gugus alkil atau alkilbenzena.

Konfigurasi kepala-ekor tersebut membuat surfaktan memiliki fungsi yang


beragam di industri (Hui, 1996; Hasenhuettl, 1997).

Gugus Alkali
Gambar 2.1 Gambaran stuktur surfaktan

2.2 Injeksi Surfaktan


Injeksi surfactant bertujuan untuk menurunkan tegangan antarmuka dan mendesak
minyak yang tidak terdesak hanya dengan menggunakan pendorong air. Jadi
efisiensi injeksi meningkat sesuai dengan penurunan tegangan antarmuka (LC
Uren & EH Fahmy).
Ojeda et al (1954) mengidentifikasikan parameter-parameter penting yang
menentukan kinerja injeksi surfaktan, yaitu :
1. Geometri pori.
2. Tegangan antarmuka.
3. Kebasahan atau sudut kontak.
4. P atau P/L.
5. Karakteristik perpindahan kromatografi surfactant pada sistim tertentu.
2.3 Tujuan injeksi surfactant
Injeksi surfactant ini ditujukan untuk memproduksikan residual oil yang
ditinggalkan oleh water drive, dimana minyak yang terjebak oleh tekanan kapiler,
sehingga tidak dapat bergerak dapat dikeluarkan dengan menginjeksikan larutan
surfactant. Percampuran surfactant dengan minyak membentuk emulsi yang akan
mengurangi tekanan kapiler.
Setelah minyak dapat bergerak, maka diharapkan tidak ada lagi minyak
yang tertinggal. Pada surfactant flooding kita tidak perlu menginjeksikan
surfactant seterusnya, melainkan diikuti dengan fluida pendesak lainnya, yaitu air
yang dicampur dengan polymer untuk meningkatkan efisiensi penyapuan dan
akhirnya diinjeksikan air.
Untuk m ki kondisi reservoir yang tidak diharapkan, seperti konsentrasi ion
bervalensi dua, salinitas air formasi yang sangat tinggi, serta absorbsi batuan
reservoir terhadap larutan dan kondisi-kondisi lain yang mungkin dapat
menghambat proses surfaktan flooding, maka perlu ditambahkan bahan-bahan
kimia yang lain seperti kosurfaktan (umumnya alkohol) dan larutan NaCl.

Disamping kedua additive diatas, yang perlu diperhatikan dalam operasi surfaktan
flooding adalah kualitas dan kuantitas dari zat tersebut.
Sehingga dapat dikatakan bahwa tujuan dari injeksi surfactant yaitu :
Menurunkan tegangan permukaan
Menurunkan tekanan kapiler
Menaikkan effisiensi pendesakan dalam skala pori (mikroskopis)
2.4 Pemilihan injeksi surfactant
Surfaktan adalah senyawa organik yang dalam molekulnya memiliki
sedikitnya satu gugus hidrofilik dan satu gugus hidrofobik dimana apabila
ditambahkan ke suatu cairan pada konsentrasi rendah, dapat merubah karakteristik
tegangan permukaan dan antarmuka cairan tersebut. Untuk meningkatkan
recovery minyak secara optimum, sejumlah uji terhadap surfaktan dilakukan di
laboratorium seperti uji kompatibilitas, uji pengukuran IFT, uji kestabilan
terhadap panas, uji filtrasi dan uji adsorpsi sebelum implementasi injeksi
surfaktan di suatu lapangan minyak.
Dasar pertimbangan yang digunakan untuk memilih metoda pendesakan
surfactant pada suatu reservoir, yang diperoleh dari data empiris diantaranya
meliputi
1. Sifat fisik fluida reservoir yang terdiri dari : gravity minyak, viskositas
minyak, komposisi dan kandugan kloridanya.
2. Sifat fisik batuan reservoir yang terdiri dari : saturasi minyak sisa, tipe
formasinya,

ketebalan,

kedalaman,

permeabilitas

rata-rata

dan

temperaturnya.
Kriteria seleksi untuk injeksi surfactant yang diharapkan dapat menghasilkan
perolehan optimum adalah sebagai berikut :
1.Kualitas crude oil

Gravity : > 25 API

Viskositas : < 30 cp

Permeabilitas rata-rata (mD) : < 250

Kandungan klorida : < 20000 ppm

Saturasi minyak sisa : > 20

Jenis batuan : Sandstone

Komposisi diutamakan minyak menengah ringan (Light Intermediate)

2.Surfactant dan polimer

Ukuran dari slug adalah 5 15% dari volume pori (PV) untuk sistim
surfactant yang tinggi konsentrasinya sedangkan untuk yang rendah
besarnya 15 50% dari volume pori (PV).

Konsentrasi polimer berkisar antara 500 2000 mg/i

Volume polimer yang diinjeksikan kira-kira 50% dari volume pori.

3.Kondisi reservoir

Saturasi minyak >30% PV

Tipe fomasi diutamakan sandstone

Ketebalan formasi > 10 ft

Permeabilitas > 20 md

Kedalaman < 8000 ft

Temperatur < 175F

4.Batasan lain

Penyapuan areal oleh water flooding sebelum injeksi surfactant


diusahakan lebih besar dari 50%

Diusahakan formasi yang homogen

Tidak terlalu banyak mengandung anhydrite, gypsum atau clay.

Salinitas lebih kecil dari 20000 ppm dan kandungan ion divale (Ca dan
Mg) lebih kecil dari 500 ppm.

2.5 Proses injeksi surfactant


Secara

garis

besar

proses

injeksi

surfaktan

ditujukan

untuk

memproduksikan residual oil yang ditinggalkan oleh water drive, dimana minyak
yang terjebak oleh tekanan kapiler, sehingga tidak dapat bergerak namun dapat
dikeluarkan dengan menginjeksikan surfaktan. Percampuran surfactant dengan
minyak membentuk emulsi yang akan mengurangi tekanan kapiler.
Setelah minyak dapat bergerak, maka diharapkan tidak ada lagi minyak
yang tertinggal. Injeksi surfaktan tidak mesti harus menginjeksikan surfaktan
secara menerus, malainkan dapat juga diikuti dengan fluida pendesak lainnya,
yaitu air yang dicampur dengan polymer untuk meningkatkan effisiensi
penyapuan dan akhirnya diinjeksikan air sebagai fluida pendorong dibelakangnya.
Untuk memperbaiki kondisi reservoir yang tidak diharapkan, seperti
konsentrasi ion bervalensi dua, salinitas air formasi yang sangat tinggi, serta
absorbsi (penyerapan) batuan reservoir terhadap larutan dan kondisi-kondisi lain
yang mungkin dapat menghambat proses injeksi surfaktan, maka perlu
ditambahkan bahan-bahan kimia yang lain seperti cosurfactant (umumnya
alcohol) dan larutan Nacl. Disamping kedua additive diatas, yang perlu
diperhatikan dalam operasi injeksi surfaktan adalah kualitas dan kuantitas dari zat
tersebut.

Pada dasarnya ada dua konsep yang telah dikembangkan dalam


penggunaan surfaktan untuk meningkatkan perolehan minyak :
a. Konsep pertama adalah larutan yang mengandung surfaktan dengan
konsentrasi rendah diinjeksikan. Surfaktan dilarutkan didalam air atau
minyak dan berada dalam jumlah yang setimbang dengan gumpalangumpalan surfaktan yang dikenal sebagai micelle. Sejumlah besar fluida
(sekitar 15 - 60% pv) diinjeksikan kedalam reservoir untuk mengurangi
tegangan antar muka antara minyak dan air, sehingga dapat
meningkatkan perolehan minyak.
b. Pada konsep kedua, larutan surfaktan dengan konsentrasi yang lebih
tinggi diinjeksikan kedalam reservoir dalam jumlah yang relative kecil
(3-20% pv). Dapat dilihat pada Gambar 3.3. dibawah ini.

Dalam hal ini, micelles yang terbentuk dapat berupa dispersi stabil, air didalam
hidrokarbon atau hidrokarbon didalam air.

Gambar 2.2 Proses Injeksi Surfaktan


2.6 Jenis- jenis surfactant
Surfaktan terdiri dari beberapa jenis tergantung pada jenis muatan yang
terdapat pada kepala surfaktan tersebut. Jenis-jenis surfaktan yakni:
2.6.1

Surfaktan anionik.

Surfaktan ini memiliki kepala yang bermuatan negatif. Surfaktan jenis ini
banyak digunakan pada industri laundri dan juga efektif dimanfaatkan dalam
proses perbaikan atau perawatan tanah yang tercemar minyak dan senyawa
hidrofobik lainnya. Surfaktan ini dapat bereaksi dalam air cucian dengan ion air
sadah bermuatan positif seperti kalsium dan magnesium. Reaksi ini menyebabkan
deaktifasi parsial pada surfaktan. Semakin banyak ion kalsium atau magnesium di
dalam air maka makin banyak pula surfaktan anionik yang akan dideaktifasi.
Surfaktan anionik yang banyak digunakan adalah senyawa alkil sulfat, alkil
etoksilat dan sabun. Gambar 2.3 menunjukkan beberapa contoh surfaktan anionik.

Gambar 2.3 Contoh surfaktan anionik


2.6.2

Surfaktan kationik

Surfaktan jenis ini memiliki kepala yang bermuatan positif di dalam air.
Terdapat tiga kategori surfaktan kationik jika didasarkan pada spesifikasi
aplikasinya, yakni:
a. Pada industri pelembut dan deterjen, surfaktan kationik menyebabkan
terjadinya kelembutan. Penggunaan utamanya adalah pada produk-produk laundri
sebagai pelembut. Salah satu contoh surfaktan kationik adalah esterquat.
b. Pada laundri deterjen, surfaktan kationik (muatan positif) meningkatkan
packing molekul surfaktan anionik (muatan negatif) pada antarmuka air. Contoh
surfaktan ini adalah surfaktan dari sistem mono alkil kuartener.
c. Pada pembersih rumah dan kamar mandi, surfaktan kationik sebagai agen
disinfektan.
Contoh-contoh surfaktan kationik ditampilkan pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Contoh surfaktan kationik.


2.6.3

Surfaktan nonionik
Surfaktan ini tidak memiliki muatan, sehingga menjadi penghambat bagi

dekativasi kesadahan air. Kebanyakan surfaktan nonionik berasal dari ester


alkohol lemak. Contoh surfaktan ini adalah ester gliserin asam lemak dan ester
sorbitan asam lemak. Gambar 2.5 menunjukkan representasi surfaktan nonionik.

Gambar 2.5 Representasi surfaktan nonionik.

2.6.4

Surfactant amfoter/zwiterionik
Surfaktan ini memiliki muatan positif dan negatif. Ia dapat berupa anionik,

kationik atau ninionik dalam suatu larutan tergantung pada pH air yang
digunakan. Surfaktan ini bisa terdiri dari dua gugus muatan dengan tanda yang
berbeda. Contoh dari surfaktan amfoter adalah alkil betain seperti ditunjukkan
pada Gambar 2.6.

Gambar 2.6 Contoh surfaktan amfoter


2.7 Sistem Pencampuran
Untuk mencampur komponen-komponen menjadi slug surfactant, diperlukan
sistem penanganan yang tepat, antara lain harus memakai water treatment dan
sistem pencampuran slug surfactant. Fasilitas water treatment diperlukan untuk
menghilangkan kation-kation yang merugikan seperti Ca 2+, Mg2+ dan ion besi
dengan ion-ion natrium dari pelembut air (water softener).

2.8 Variabel yang mempengaruhi injeksi surfactant


Variabel-variabel yang mempengaruhi injeksi surfactant diantaranya adalah
adsorbsi, konsentrasi slug surfactant, clay, salinitas.
Absorbsi
Persoalan yang dijumpai pada injeksi surfactant adalah absorbsi batuan
reservoir terhadap larutan surfactant. Absorbsi batuan reservoir pada slug
surfactant terjadi akibat gaya tarik-menarik antara molekul-molekul surfactant
dengan batuan reservoir dan besarnya gaya ini tergantung dari besarnya afinitas
batuan reservoir terhadap surfactant. Jika adsorbsi yang terjadi kuat sekali, maka
surfactant yang ada dalam slug surfactant menjadi menipis, akibatnya kemampuan
untuk menurunkan tegangan permukaan minyak-air semakin menurun.
Mekanisme terjadinya adsorbsi adalah sebagai berikut, surfactant yang
dilarutkan dalam air yang merupakan microemulsion diinjeksikan ke dalam
reservoir. Slug surfactant akan mempengaruhi tegangan permukaan minyak-air,
sekaligus akan bersinggungan dengan permukaan butiran batuan. Pada saat terjadi
persinggungan ini molekul-molekul surfactant akan ditarik oleh molekul-molekul
batuan reservoir dan diendapkan pada permukaan batuan secara kontinyu sampai

mencapai titik jenuh. Akibatnya kualitas surfactant menurun karena terjadi


adsorbsi sehingga mengakibatkan fraksinasi, yaitu pemisahan surfactant dengan
berat ekivalen rendah didepan dibandingkan dengan berat ekivalen tinggi.
Konsentrasi Slug Surfactant
Konsentrasi surfactant juga berpengaruh besar terhadap terjadinya adsorbsi
batuan reservoir pada surfactant. Makin pekat konsentrasi surfactant yang
digunakan, maka akan semakin besar adsorbsi yang diakibatkannya mencapai titik
jenuh.
Clay
Terdapatnya clay dalam reservoir harus diperhitungkan karena clay dapat
menurunkan recovery minyak, disebabkan oleh sifat clay yang suka air (Lyophile)
menyebabkan adsorbsi yang terjadi besar sekali. Untuk reservoir dengan salinitas
rendah, peranan clay ini sangat dominan.
Salinitas
Salinitas air formasi berpengaruh terhadap penurunan tegangan permukaan
minyak-air oleh surfactant. Untuk konsentrasi garam-garam tertentu, NaCl akan
menyebabkan penurunan tegangan permukaan minyak-air tidak efektif lagi. Hal
ini disebabkan karena ikatan kimia yang membentuk NaCl adalah ikatan ion yang
sangat mudah terurai menjadi ion Na+ dan ion Cl-, begitu juga halnya dengan
molekul-molekul surfactant.Di dalam air ia akan mudah terurai menjadi ion
RSO3- dan H+. Konsekuensinya bila pada operasi injeksi surfactant terdapat
garam NaCl, maka akan membentuk HCl dan RSO3Na, dimana HCl dan RSO3Na
buatan merupakan zat aktif permukaan dan tidak dapat menurunkan tegangan
permukaan minyak-air.
Selain mempengaruhi tegangan permukaan minyak-air, garam NaCl juga
mengakibatkan fraksinasi surfactant yang lebih besar, sampai batuan reservoir
tersebut mencapai titik jenuh.

2.9 Efisiensi pendesakan


Effisiensi pendesakan minyak diantaranya :
2.9.1

Areal Sweep Efficiency


Pada pelaksanaan waterflood, air diinjeksikan dari beberapa sumur injeksi

dan produksi akan terjadi dari sumur yang berbeda. Ini akan menyebabkan
terbentuknya distribusi tekanan dan streamlines di daerah antara sumur injeksi
dengan sumur produksi. Dua faktor ini akan menentukan seberapa besar kontak
waterflood dengan daerah antara tersebut. Besar daerah reservoir yang mengalami
kontak dengan air ini yang disebut dengan Areal sweep efficiency.

Unswept

Sweptt

(a) (b)
Gambar 2.7. (a) Areal Sweep effisiensi, (b) Vertical Sweep effisiensi
Secara rumus, Areal sweep efficiency didefinisikan sebagai :
EA

2.9.2

Luas area yang mengalami kontak dengan air


OIP di reservoir ( pattern)

Mobility Efficiency
Efisiensi mobilitas merupakan efisiensi yang dipengaruhi oleh nilai

saturasi minyak tersisa dan sifat pembasahan batuan. Didefinisikan sebagai fraksi
minyak pada awal proses yang dapat diambil pada 100 % area vertikal.
Persamaan efisiensi mobilitas adalah sebagai berikut :

EM

oi

/ Bo i S orp / Bo i
S oi
Bo i

Untuk nilai Boi konstan, maka persamaan diatas menjadi :

EM

S oi S orp
S oi

dimana

2.9.3

EM

= efisiensi mobilitas

Soi

= saturasi minyak awal

Sorp

= saturasi minyak residual/immobile oil

Vertical Sweep Efficiencies


Bervariasinya nilai permeabilitas pada arah vertikal dari reservoir

menyebabkan fluida injeksi akan bergerak dengan bentuk front yang tidak
beraturan. Semakin sedikit daerah berpermeabilitas bagus, semakin lambat
pergerakan fluida injeksi.
Ukuran ketidakseragaman invasi air adalah vertical sweep efficiency
(Gambar 3.8), yang juga sering disebut sebagai invasion efficiency. Vertical
sweep efficiency ini bisa didefinisikan sebagai bidang tegak lurus yang mengalami
kontak dengan air injeksi dibagi dengan keseluruhan bidang tegak lurus di darah
belakang front. Secara sederhana, vertical sweep efficiency ini menyatakn
seberapa banyak bagian tegak lurus (vertikal) reservoir yang dapat dijangkau oleh
air injeksi.
Persamaan untuk vertical sweep efficiency adalah :
E vert

Luas bidang tegak lurus yang mengalami kontak dengan air injeksi
bidang tegak lurus yang tertutupi oleh water front

Ada beberapa hal yang mempengaruhi vertical sweep efficiency, ini :


1. Mobility Ratio

Term injektivitas relatif ini adalah perbandingan indeks injekstivitas


pada sembarang waktu dengan injektivitas pada saat dimulainya
waterflood. Pada M = 1, injekstivitas relatif cenderung konstan. Pada
M < 1, terlihat bahwa injektivitas menurun seiring menaiknya radius
flood front. Sedangkan untuk M > 1, injektivitas relatif meningkat
seiring naiknya radius flood front.
2. Gaya Gravitasi
Karena air merupakan fluida dengan densitas yang tinggi, maka ia
cenderung untuk bergerak di bagian bawah reservoir. Efek ini disebut
dengan gravity segregation dari fluida injeksi, merupakan akibat dari
perbedaan densitas air dan minyak.
Terlihat bahwa baik untuk sistem linear maupun untuk sistem five
spot,

derajat

dari

gravity

segeragation

ini

tergantung

dari

Ph / Pv
perbandingan antara gaya viscous dengan gaya gravitasi,

Sehingga laju alir yang lebih besar akan menghasilkan vertical sweep
efficiency yang lebih baik pula.
3. Gaya kapiler
Penelitian membuktikan bahwa volume hanya menurun sedikit
walaupun laju alir injeksi dinaikkan sampai sepuluh kali lipat.
4. Crossflow antar lapisan
5. Laju alir
Perhatikan semua properties yang mempengaruhi

vertical sweep

efficiency diatas. Keseluruhannya dipengaruhi oleh laju alir.


2.9.4

Volumetric sweep efficiency


Volumetric sweep efficiency

ini merupakan ukuran pendesakan tiga

dimensi. Definisi volumetric sweep efficiency adalah perbandingan antara total


volume pori yang mengalami kontak dengan air injeksi dibagi dengan total
volume pori area injeksi. Volumetric sweep efficiency dirumuskan dalam
persamaan berikut :

Evol Earea * Evert


Faktor-faktor yang mempengaruhi volumetric sweep efficiency sama
dengan faktor-faktor yang mempengaruhi vertical sweep efficiency.
2.9.5

Displacement Efficiency
Displacement Efficiency didefinisikan sebagai jumlah total minyak yang

berhasil didesak dibagi dengan total Oil in Place yang ada di daerah sapuan
tersebut. Berdasarkan pengertian tersebut, Displacement Efficiency dapat
dirumuskan dengan persamaan :
ED

oil volume displaced by water


OIP in the region swept by water

Efisiensi pendesakan ini merupakan efisiensi pendesakan tak bercampur


dalam skala makroskopik yang digunakan untuk menggambarkan efisiensi
pendesakan volume spesifik minyak oleh injeksi air pada batuan reservoir,
sehingga dapat ditentukan seberapa efektifnya fluida pendesak menggerakkan
minyak pada saat fluida pendesak telah membentuk kontak dengan minyak.
Efisiensi pendesakan fluida reservoir dapat dilihat pada dua konsep berikut :
1. Konsep desaturasi
Terjadi perubahan saturasi fluida dibelakang front seharga satu dikurangi
saturasi residual fluida yang didesak, sehingga terdapat dua fasa yang
mengalir yaitu minyak dan air. Sedangkan di depan front hanya minyak
yang mengalir.
2. Konsep pendesakan
Saturasi fluida pendesak pada front sama dengan satu dikurangi saturasi
residual fluida itu sendiri. Dianggap minyak telah habis didesak sehingga yang
dibelakang front hanya fluida pendesak yang mengalir.
Displacement Efficiency mempunyai nilai maksimum, yang dirumuskan
sebagai berikut :

EDmax

Soi S or 1 S wc Sor

Soi
1 S wc

Sedangkan nilai displacement efficiency pada saat breakthrough adalah :

EDb t

S wb t S wc
1 S wc

Injector

Producer
ED
E

Gambar 2.8. Effisiensi Displacement


2.10

Mekanisme injeksi surfactant


Larutan surfaktan yang merupakan microemulsion yang diinjeksikan ke

dalam reservoir, mula-mula bersinggungan dengan permukaan gelembunggelembung minyak melalui film air yang tipis, yang merupakan pembatas antara
batuan reservoir dan gelembung-gelembung minyak. Surfaktan memulai perannya
sebagai zat aktif permukaan untuk menurunkan tegangan permukaan minyak-air.
Pertama sekali molekul-molekul surfaktan yang mempunyai rumus kimia RSO 3H
akan terurai dalam air menjadi ion-ion RSO 3- dan H+. Ion-ion RSO3- akan
bersinggungan dengan gelembung-gelembung minyak, ia akan mempengaruhi
ikatan antara molekul-molekul minyak dan juga mempengaruhi adhesion tension
antara gelembung-gelembung minyak dengan batuan reservoir, akibatnya ikatan
antara gelembung-gelembung minyak akan semakin besar dan adhesion tension
semakin kecil sehingga terbentuk oil bank didesak dan diproduksikan.
Pada operasi di lapangan, setelah slug surfaktan diinjeksikan kemudian
diikuti oleh larutan polimer. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya

fingering dan chanelling. Karena surfaktan dan kosurfactant harganya cukup


mahal, di satu pihak polymer melindungi bank ini sehingga tidak terjadi fingering
menerobos zone minyak dan di lain pihak melindungi surfaktan bank dari
terobosan air pendesak.
Agar slug surfaktan efektivitasnya dalam mempengaruhi sifat kimia fisika
sistem fluida di dalam batuan reservoir dapat berjalan baik, maka hal-hal diatas
harus diperhatikan. Misalnya mobilitas masing-masing larutan harus dikontrol.
bnMobilitas slug surfaktan harus lebih kecil dari mobilitas minyak dan air
didepannya. Pelaksanaan dilapangan untuk injeksi surfaktan meliputi sistem
perlakuan terhadap air injeksi, sistem pencampuran slug surfaktan dan sistem
injeksi fluida.

Gambar 2.9 mekanisme injeksi surfactant


2.10.1 Contoh kasus
Pada contoh kasus ini menguji beberapa sample yang dibuat dalam
beberapa skenario, dimana menggunakan sample surfactant yang memiliki
konsentrasi berbeda-beda dan dibandingnya dengan sample pada air formasi.
Penggunaan sample air formasi dalam melihat kinerja pendesakan merupakan
contoh aplikasi dilapangan sebagai pendesakan secara natural flow. Sedangkan
penggunaan 3 buah sample surfactant dengan konsentrasi berbeda berusaha
untuk mendapatkan hasil optimal dari setiap konsentrasi.

Untuk pengujian Surfactant dilaboratorium dilakukan dengan 4 skenario


percobaan sebagi berikut :
# Percobaan I
Perendaman menggunakan air formasi.
# Percobaan II
Surfactant SSB8020 konsentrasi 1000 ppm.
# Percobaan III
Surfactant SSB8020 konsentrasi 2000 ppm.
# Percobaan IV
Surfactant SSB8020 konsentrasi 3000 ppm
Setelah dilakukannya pengujian laboratorium maka diperoleh sebagai
berikut :

Gambar 2.10 Sample Laboratorium


Pada sample terlihat bahwa sample I hanya mendesak sedikit, dan sample
2 memperoleh hasil yang meningkat, dan sample III memberikan hasil yang lebih
optimal. Pada sample IV dengan penggunaaan 3000 ppm surfactant lebih terlihat
hasil yang sangat optimal. Adanya penurunan IFT sehingga dapat dilihat minyak
akan terpisah dan dapat dilihat pada grafik berikut besar perolehan minyak
terhadap waktu yang sama untuk setiap sampe berbeda. Bahwa surfactant dengan
konsentrasi besar akan memperoleh minyak yang lebih besar dikarenakan efisiensi
yang besar.

Grafik 2.1 Perolehan minyak vs Waktu


Dilihat dari grafik sebelumnya dapat disimpulkan bahwa semakin banyak
konsentrasi surfactant semakin baik pendesakannya. Berikut dapat dilihat
melaluigrafik jumlah minyak yang dapat didesak terhadap sample ;

Grafik 2.2 Perolehan Minyak vs Konsentrasi surfactant


Sedangkan dalam penggunaan konsentrasi yang semakin besar tentu saja
memiliki efisiensi pendesakan yang semakin besar dan dapat disimpulkan akan
meminimalisirkan jumlah minyak yang tersisa di reservoir atau yang disebut
SOR. Dapat dilihat pada grafik berikut ini :

Grafik 2.3 SOR vs Konsentrasi Surfactant


2.10.2 Kelemahan dan kelebihan injeksi surfactant
Adapaun kelemahan dari injeksi surfactant yaitu :
a. Sangat complex & mahal
Biaya dan proses yang cukup rumit dalam penginjeksian surfactant ini
juga menjadi kelemahan dari pengaplikasian injeksi surfactant di
setiap lapangan migas.
b. Daya meresap yang tinggi
Konsentrasi yang cukup besar dalam penggunaan injeksi surfactant
dikhawatirkan dapat merusak lingkungan sekitar, apalagi bila sumur
terletak dekat dilingkungan masyarakat.
c. Terjadinya interaksi surfactant & polymer ketika penginjeksian
Dikarenakan harga surfactant yang cukup mahal, biasanya injeksi
surfactant selalu bersamaan dengan injeksi polymer, sehingga polymer
memiliki peranan tersendiri dalam penginjeksian.
d. Terjadinya degradasi chemical pada temperature tinggi.
Untuk kelebihan sendiri, injeksi surfactant mampu mendesak dan
menyapu zona produksi terlebih dari SOR yang lebih baik dari pada injeksi air.
Sehingga dapat menurunakn SOR hingga minimum.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Adapun beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari ulasan bab sebelumnya
yaitu :
1. Injeksi surfactant merupakan proses penginjeksian sejumlah surfaktan ke
dalam reservoir dengan maksud agar terjadi penurunan tegangan
(interfacial tension) antarmuka minyak-fluida injeksi supaya perolehan
minyak meningkat. Effisiensi injeksi meningkat sesuai dengan penurunan
tegangan antarmuka.
2. Injeksi surfactant ini ditujukan untuk memproduksikan residual oil yang
ditinggalkan oleh water drive, dimana minyak yang terjebak oleh tekanan
kapiler, sehingga tidak dapat bergerak dapat dikeluarkan dengan
menginjeksikan larutan surfactant. Percampuran surfactant dengan
minyak membentuk emulsi yang akan mengurangi tekanan kapiler.
3. Dasar pertimbangan yang digunakan untuk memilih metoda pendesakan
surfactant pada suatu reservoir, yang diperoleh dari data empiris
diantaranya meliputi Sifat fisik fluida dan Sifat fisik batuan reservoir.
4. Injeksi surfactant hanya cocok untuk Formasi yang relative homogen,
Bukan lapisan karbonat (anhydrite, gypsum) dan clay yang besar., Areal
sweep efficiency lebih dari 50%untuk waterflooding., Untuk penggunaan
chemical, maka air klorida formation harus lebih dieprhatikan.
5. Semakin banyak konsentrasi surfactant semakin baik pendesakannya.
Sehingga dapat meminimalisirkan nilai SOR.
6. Biaya dan proses yang cukup rumit dalam pengunjeksian surfactant ini
juga menjadi kelemahan dari pengaplikasian injeksi surfactant di setiap
lapangan migas
7. Dikarenakan harga surfactant yang cukup mahal,

biasanya injeksi

surfactant selalu bersamaan dengan injeksi polymer, sehingga polymer


memiliki peranan tersendiri dalam penginjeksian.
8. Untuk kelebihan sendiri, injeksi surfactant mampu mendesak dan
menyapu zona produksi terlebih dari SOR yang lebih baik dari pada
injksi air. Sehingga dapat menurunakn SOR hingga minimum.
3.2 Saran
Dari pembahasan yang kami susun ini, kami mengharapkan agar dapat
bermanfaat bagi pembaca dan bila terdapat banyak kesalahan dapat di benarkan

dikesempatan yang akan datang.

Besar harapankami, agar materi dapat

dikembangkan lagi untuk menambah wawasan bagi generasi yang akan datang.

Pertanyaan !!
1. Jika terjadinya absorbsi antara surfactant dan batuan, apakah
surfactant tersebut akan menutupi pori batuan ?
Jawab : surfaktan tidak berpengaruh terhadap penyumbatan poripori batuan, hal ini karena surfaktan dapat mengurangi wettability
dari minyak dan batuan sehingga minyak yang tersapu oleh
surfaktan dan akan mengalir sampai ke produksi. Jadi dengan
demikian pori-pori batuan tidak akan tertutupi.
2. Kenapa surfaktan hanya digunakan untuk pendesakan terhadap
minyak ringan?
Jawab : karena surfaktan fungsinya hanya untuk mengurangi
tegangan antar muka,mengurangi tegangan permukaan dan
mengurangi tekanan kapiler jadi apabila viskositas minyak tinggi
maka recovery factor yang dihasilkan dari injeksi surfaktan akan
kecil.
3. Jelaskan jenis surfaktan berdasarkan karakteristik reservoirnya?
Jawab :
a. surfaktan anionik baik digunakan untuk reservoir dengan
jenis formasi batuan sandstone, dan air formasi tidak
mengandung ion Mg dan Ca. Surfaktan jenis ini paling
banyak digunakan karena surfaktan anionik lebih bagus
dalam proses pendesakan dan harganya lebih murah.
b. Surfaktan kationik baik digunakan untuk reservoir dengan
jenis formasi batuan sandstone, karbonat dan limestone.
Namun apabila surfaktan jenis ini berinteraksi dengan clay,
maka akan menyebabkan perubahan jenis muatan surfaktan
menjadi surfaktan anionik yang akan meyebabkan tidak
efisien dalam menurunkan tegangan antar muka karena
mengalami masalah seperti absobsi.

c. Surfaktan nonionik baik digunakan untuk reservoir dengan


kandungan salinitas yang tinggi.
d. Surfaktan amfoter digunakan berdasarkan konsentrasi pH
dari air yang digunakan dan karakteristik reservoir karena
surfaktan amfoter memiliki 2 muatan sekaligus yaitu positif
dan negatif.

Anda mungkin juga menyukai