Injeksi Surfaktan
- FAJRI FIRDAUS
- TITO PAMBUDI
- ROMEL
- M.RIZKI
- M HARIZAL
- ABDILLAH HERMEIDI
- BOMANTARI GILANG P.
- ADRIAN PUTRA
- M. TAUFIK
BAB I
PENDAHULUAN
Peningkatan Perolehan Minyak Tahap Lanjut (Enhanced Oil Recovery)
ialah perolehan minyak yang berasal dari salah satu atau beberapa metoda
pengurasan yang menggunakan energi luar reservoir. Jadi perolehan minyak yang
berasal dari injeksi tak tercampur, injeksi tercampur, injeksi kimiawi dan injeksi
thermik merupakan perolehan minyak tahap lanjut, karena pada semua metoda
tersebut, reservoir minyak memperoleh bantuan energi dari luar. Jenis energi yang
dipakai ialah salah satu atau gabungan dari energi mekanik, energi kimiawi dan
energi thermik.
Disini, pemakaian istilah primer, sekunder, tersier dan seterusnya yang
sering dipakai dalam primary recovery, secondary recovery, dan seterusnya
dihindari, karena istilah istilah tersebut tidak menunjukkan metoda yang
dipakai. Selain itu, sekarang makin banyak digunakan metoda EOR pada awal
kehidupan suatu reservoir atau sebelum produksi secara alamiah yang ekonomis
berakhir. Namun tentunya harus dipastikan terlebih dahulu apakah penerapan
metoda EOR yang dipilih itu dapat dibayar oleh kelebihan perolehan minyak
dibandingkan dengan perolehan secara alamiah.
Metode-metode EOR yang ada dapat dikelompokkan ke dalam empat bagian,
yaitu :
1. Injeksi Tak Tercampur
Injeksi Air
Injeksi Gas
2. Injeksi Tercampur
Injeksi Gas CO2
Injeksi Gas Tak Reaktif (Inert)
Injeksi Gas Diperkaya
Injeksi Gas Kering Pada Tekanan Tinggi
3. Injeksi Kimiawi
Injeksi Polimer
Injeksi Surfactant
Injeksi Alkaline
4. Injeksi Thermal
Injeksi Air Panas
Injeksi Uap
Pembakaran Di Tempat
5. Injeksi Mikroba
Proses recoveri minyak bumi dapat dikelompokkan atas tiga fase, yaitu
fase primer (primary phase), fase sekunder (secondary phase) dan fase tersier
(tertiary phase). Pada fase primer diterapkan proses alami yang tergantung pada
kandungan energi alam pada reservoir dan proses stimulasi menggunakan metode
asam (acidizing), metode fracturing, dan metode sumur horizontal (horizontal
wells).
Pada fase sekunder diterapkan proses immiscible gas flood dan
waterflood. Metode pada fase tersier sering juga disebut sebagai metode enhanced
oil recovery (EOR). Metode EOR didefinisikan sebagai suatu metode yang
melibatkan proses penginjeksian material yang dapat menyebabkan perubahan
dalam reservoir seperti komposisi minyak, suhu, rasio mobilitas, dan karakteristik
interaksi batuan-fluida.
Meskipun metode EOR kadang disebut sebagai rekoveri tersier, namun
bukan berarti metode EOR ini diterapkan setelah fase sekunder. Beberapa metode
EOR dapat diterapkan setelah fase primer atau bahkan saat proses pencarian
minyak (discovery) (Gomaa, 1997).
Metode
EOR
dapat
dikelompokkan
berdasarkan
material
yang
Kedalaman
2.
3.
Sifat-sifat petrofisik
4.
Kemiringan
5.
Mekanisme pendorong
6.
7.
8.
Viskositas minyak
sangat tinggi serta masalah mekanis lainnya seperti pompa injeksi macet dan
mampat, dan sebagainya.
Hasil formulasi surfaktan yang telah dilakukan untuk keperluan oil well
stimulation agent ataupun untuk flooding oleh Hambali et al. (2008), nilai IFT
formula tersebut cukup bagus berkisar antara 3x10-3 4x10-3dyne/cm. Bahkan
pengujian dengan menggunakan core lab memperlihatkan kinerja yang cukup baik
dimana recovery minyak bumi yang dilakukan mencapai 90 persen.
Tetapi seiring dengan perkembangan penelitian, ada kombinasi antara
injeksi surfaktan dan injeksi polymer atau yang lebih dikenal dengan nama
micellar-polymer flooding.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian injeksi surfactant
Surfactant (surfactive active agent) adalah senyawa organik yang bersifat
ampihifilic. Didefinisikan sebagai molekul yang mencari tempat diantara dua
cairan (fluida) yang tidak dapat bercampur dan mempunyai kemampuan untuk
mengubah kondisi. Surfaktan merupakan senyawa kimia yang memiliki aktivitas
pada permukaan yang tinggi.
Definisi surfaktan menurut IUPAC (1997) adalah suatu zat yang
mempunyai kemampuan untuk menurunkan tegangan permukaan (surface
tension) suatu medium dan menurunkan tegangan antarmuka (interfacial tension)
antar dua fasa yang sama tetapi berbeda derajat polaritasnya dalam suatu medium
yaitu dengan cara melarutkan surfaktan ke dalam medium tersebut.
Injeksi surfactant merupakan proses penginjeksian sejumlah surfaktan ke
dalam reservoir dengan maksud agar terjadi penurunan tegangan (interfacial
tension) antarmuka minyak-fluida injeksi supaya perolehan minyak meningkat.
Efisiensi injeksi meningkat sesuai dengan penurunan tegangan antarmuka.
Menurut Perkins (1988), pengertian antarmuka (interface) adalah bidang
kontak antara dua senyawa dalam fasa yang sama, sedangkan permukaan
(surface) adalah jika antarmuka antara dua senyawa tidak dalam fasa yang sama.
Selanjutnya Perkins (1988) menambahkan tegangan permukaan dari suatu
cairan adalah tekanan internal di bawah permukaan cairan yang disebabkan oleh
gaya tarik-menarik antar molekul cairan itu sendiri. Gaya tarik menarik tersebut
menimbulkan tekanan dari dalam cairan melawan tekanan dari atas permukaan
cairan, sehingga cairan tersebut cenderung untuk membentuk lapisan antarmuka
dengan zat yang lain. Surfaktan dapat mempengaruhi kemampuan dari molekul
cairan tersebut agar dapat berinteraksi dengan zat yang lain dengan cara
menurunkan tegangan permukaannya.
sebagainya. sedangkan
bagian ekor bersifat hidrofobik (benci air/suka minyak)
merupakan bagian nonpolar. Kepala dapat berupa anion, kation atau
nonion, sedangkan ekor dapat berupa rantai linier atau cabang
hidrokarbon dengan gugus alkil atau alkilbenzena.
Gugus Alkali
Gambar 2.1 Gambaran stuktur surfaktan
Disamping kedua additive diatas, yang perlu diperhatikan dalam operasi surfaktan
flooding adalah kualitas dan kuantitas dari zat tersebut.
Sehingga dapat dikatakan bahwa tujuan dari injeksi surfactant yaitu :
Menurunkan tegangan permukaan
Menurunkan tekanan kapiler
Menaikkan effisiensi pendesakan dalam skala pori (mikroskopis)
2.4 Pemilihan injeksi surfactant
Surfaktan adalah senyawa organik yang dalam molekulnya memiliki
sedikitnya satu gugus hidrofilik dan satu gugus hidrofobik dimana apabila
ditambahkan ke suatu cairan pada konsentrasi rendah, dapat merubah karakteristik
tegangan permukaan dan antarmuka cairan tersebut. Untuk meningkatkan
recovery minyak secara optimum, sejumlah uji terhadap surfaktan dilakukan di
laboratorium seperti uji kompatibilitas, uji pengukuran IFT, uji kestabilan
terhadap panas, uji filtrasi dan uji adsorpsi sebelum implementasi injeksi
surfaktan di suatu lapangan minyak.
Dasar pertimbangan yang digunakan untuk memilih metoda pendesakan
surfactant pada suatu reservoir, yang diperoleh dari data empiris diantaranya
meliputi
1. Sifat fisik fluida reservoir yang terdiri dari : gravity minyak, viskositas
minyak, komposisi dan kandugan kloridanya.
2. Sifat fisik batuan reservoir yang terdiri dari : saturasi minyak sisa, tipe
formasinya,
ketebalan,
kedalaman,
permeabilitas
rata-rata
dan
temperaturnya.
Kriteria seleksi untuk injeksi surfactant yang diharapkan dapat menghasilkan
perolehan optimum adalah sebagai berikut :
1.Kualitas crude oil
Viskositas : < 30 cp
Ukuran dari slug adalah 5 15% dari volume pori (PV) untuk sistim
surfactant yang tinggi konsentrasinya sedangkan untuk yang rendah
besarnya 15 50% dari volume pori (PV).
3.Kondisi reservoir
Permeabilitas > 20 md
4.Batasan lain
Salinitas lebih kecil dari 20000 ppm dan kandungan ion divale (Ca dan
Mg) lebih kecil dari 500 ppm.
garis
besar
proses
injeksi
surfaktan
ditujukan
untuk
memproduksikan residual oil yang ditinggalkan oleh water drive, dimana minyak
yang terjebak oleh tekanan kapiler, sehingga tidak dapat bergerak namun dapat
dikeluarkan dengan menginjeksikan surfaktan. Percampuran surfactant dengan
minyak membentuk emulsi yang akan mengurangi tekanan kapiler.
Setelah minyak dapat bergerak, maka diharapkan tidak ada lagi minyak
yang tertinggal. Injeksi surfaktan tidak mesti harus menginjeksikan surfaktan
secara menerus, malainkan dapat juga diikuti dengan fluida pendesak lainnya,
yaitu air yang dicampur dengan polymer untuk meningkatkan effisiensi
penyapuan dan akhirnya diinjeksikan air sebagai fluida pendorong dibelakangnya.
Untuk memperbaiki kondisi reservoir yang tidak diharapkan, seperti
konsentrasi ion bervalensi dua, salinitas air formasi yang sangat tinggi, serta
absorbsi (penyerapan) batuan reservoir terhadap larutan dan kondisi-kondisi lain
yang mungkin dapat menghambat proses injeksi surfaktan, maka perlu
ditambahkan bahan-bahan kimia yang lain seperti cosurfactant (umumnya
alcohol) dan larutan Nacl. Disamping kedua additive diatas, yang perlu
diperhatikan dalam operasi injeksi surfaktan adalah kualitas dan kuantitas dari zat
tersebut.
Dalam hal ini, micelles yang terbentuk dapat berupa dispersi stabil, air didalam
hidrokarbon atau hidrokarbon didalam air.
Surfaktan anionik.
Surfaktan ini memiliki kepala yang bermuatan negatif. Surfaktan jenis ini
banyak digunakan pada industri laundri dan juga efektif dimanfaatkan dalam
proses perbaikan atau perawatan tanah yang tercemar minyak dan senyawa
hidrofobik lainnya. Surfaktan ini dapat bereaksi dalam air cucian dengan ion air
sadah bermuatan positif seperti kalsium dan magnesium. Reaksi ini menyebabkan
deaktifasi parsial pada surfaktan. Semakin banyak ion kalsium atau magnesium di
dalam air maka makin banyak pula surfaktan anionik yang akan dideaktifasi.
Surfaktan anionik yang banyak digunakan adalah senyawa alkil sulfat, alkil
etoksilat dan sabun. Gambar 2.3 menunjukkan beberapa contoh surfaktan anionik.
Surfaktan kationik
Surfaktan jenis ini memiliki kepala yang bermuatan positif di dalam air.
Terdapat tiga kategori surfaktan kationik jika didasarkan pada spesifikasi
aplikasinya, yakni:
a. Pada industri pelembut dan deterjen, surfaktan kationik menyebabkan
terjadinya kelembutan. Penggunaan utamanya adalah pada produk-produk laundri
sebagai pelembut. Salah satu contoh surfaktan kationik adalah esterquat.
b. Pada laundri deterjen, surfaktan kationik (muatan positif) meningkatkan
packing molekul surfaktan anionik (muatan negatif) pada antarmuka air. Contoh
surfaktan ini adalah surfaktan dari sistem mono alkil kuartener.
c. Pada pembersih rumah dan kamar mandi, surfaktan kationik sebagai agen
disinfektan.
Contoh-contoh surfaktan kationik ditampilkan pada Gambar 2.4.
Surfaktan nonionik
Surfaktan ini tidak memiliki muatan, sehingga menjadi penghambat bagi
2.6.4
Surfactant amfoter/zwiterionik
Surfaktan ini memiliki muatan positif dan negatif. Ia dapat berupa anionik,
kationik atau ninionik dalam suatu larutan tergantung pada pH air yang
digunakan. Surfaktan ini bisa terdiri dari dua gugus muatan dengan tanda yang
berbeda. Contoh dari surfaktan amfoter adalah alkil betain seperti ditunjukkan
pada Gambar 2.6.
dan produksi akan terjadi dari sumur yang berbeda. Ini akan menyebabkan
terbentuknya distribusi tekanan dan streamlines di daerah antara sumur injeksi
dengan sumur produksi. Dua faktor ini akan menentukan seberapa besar kontak
waterflood dengan daerah antara tersebut. Besar daerah reservoir yang mengalami
kontak dengan air ini yang disebut dengan Areal sweep efficiency.
Unswept
Sweptt
(a) (b)
Gambar 2.7. (a) Areal Sweep effisiensi, (b) Vertical Sweep effisiensi
Secara rumus, Areal sweep efficiency didefinisikan sebagai :
EA
2.9.2
Mobility Efficiency
Efisiensi mobilitas merupakan efisiensi yang dipengaruhi oleh nilai
saturasi minyak tersisa dan sifat pembasahan batuan. Didefinisikan sebagai fraksi
minyak pada awal proses yang dapat diambil pada 100 % area vertikal.
Persamaan efisiensi mobilitas adalah sebagai berikut :
EM
oi
/ Bo i S orp / Bo i
S oi
Bo i
EM
S oi S orp
S oi
dimana
2.9.3
EM
= efisiensi mobilitas
Soi
Sorp
menyebabkan fluida injeksi akan bergerak dengan bentuk front yang tidak
beraturan. Semakin sedikit daerah berpermeabilitas bagus, semakin lambat
pergerakan fluida injeksi.
Ukuran ketidakseragaman invasi air adalah vertical sweep efficiency
(Gambar 3.8), yang juga sering disebut sebagai invasion efficiency. Vertical
sweep efficiency ini bisa didefinisikan sebagai bidang tegak lurus yang mengalami
kontak dengan air injeksi dibagi dengan keseluruhan bidang tegak lurus di darah
belakang front. Secara sederhana, vertical sweep efficiency ini menyatakn
seberapa banyak bagian tegak lurus (vertikal) reservoir yang dapat dijangkau oleh
air injeksi.
Persamaan untuk vertical sweep efficiency adalah :
E vert
Luas bidang tegak lurus yang mengalami kontak dengan air injeksi
bidang tegak lurus yang tertutupi oleh water front
derajat
dari
gravity
segeragation
ini
tergantung
dari
Ph / Pv
perbandingan antara gaya viscous dengan gaya gravitasi,
Sehingga laju alir yang lebih besar akan menghasilkan vertical sweep
efficiency yang lebih baik pula.
3. Gaya kapiler
Penelitian membuktikan bahwa volume hanya menurun sedikit
walaupun laju alir injeksi dinaikkan sampai sepuluh kali lipat.
4. Crossflow antar lapisan
5. Laju alir
Perhatikan semua properties yang mempengaruhi
vertical sweep
Displacement Efficiency
Displacement Efficiency didefinisikan sebagai jumlah total minyak yang
berhasil didesak dibagi dengan total Oil in Place yang ada di daerah sapuan
tersebut. Berdasarkan pengertian tersebut, Displacement Efficiency dapat
dirumuskan dengan persamaan :
ED
EDmax
Soi S or 1 S wc Sor
Soi
1 S wc
EDb t
S wb t S wc
1 S wc
Injector
Producer
ED
E
dalam reservoir, mula-mula bersinggungan dengan permukaan gelembunggelembung minyak melalui film air yang tipis, yang merupakan pembatas antara
batuan reservoir dan gelembung-gelembung minyak. Surfaktan memulai perannya
sebagai zat aktif permukaan untuk menurunkan tegangan permukaan minyak-air.
Pertama sekali molekul-molekul surfaktan yang mempunyai rumus kimia RSO 3H
akan terurai dalam air menjadi ion-ion RSO 3- dan H+. Ion-ion RSO3- akan
bersinggungan dengan gelembung-gelembung minyak, ia akan mempengaruhi
ikatan antara molekul-molekul minyak dan juga mempengaruhi adhesion tension
antara gelembung-gelembung minyak dengan batuan reservoir, akibatnya ikatan
antara gelembung-gelembung minyak akan semakin besar dan adhesion tension
semakin kecil sehingga terbentuk oil bank didesak dan diproduksikan.
Pada operasi di lapangan, setelah slug surfaktan diinjeksikan kemudian
diikuti oleh larutan polimer. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari ulasan bab sebelumnya
yaitu :
1. Injeksi surfactant merupakan proses penginjeksian sejumlah surfaktan ke
dalam reservoir dengan maksud agar terjadi penurunan tegangan
(interfacial tension) antarmuka minyak-fluida injeksi supaya perolehan
minyak meningkat. Effisiensi injeksi meningkat sesuai dengan penurunan
tegangan antarmuka.
2. Injeksi surfactant ini ditujukan untuk memproduksikan residual oil yang
ditinggalkan oleh water drive, dimana minyak yang terjebak oleh tekanan
kapiler, sehingga tidak dapat bergerak dapat dikeluarkan dengan
menginjeksikan larutan surfactant. Percampuran surfactant dengan
minyak membentuk emulsi yang akan mengurangi tekanan kapiler.
3. Dasar pertimbangan yang digunakan untuk memilih metoda pendesakan
surfactant pada suatu reservoir, yang diperoleh dari data empiris
diantaranya meliputi Sifat fisik fluida dan Sifat fisik batuan reservoir.
4. Injeksi surfactant hanya cocok untuk Formasi yang relative homogen,
Bukan lapisan karbonat (anhydrite, gypsum) dan clay yang besar., Areal
sweep efficiency lebih dari 50%untuk waterflooding., Untuk penggunaan
chemical, maka air klorida formation harus lebih dieprhatikan.
5. Semakin banyak konsentrasi surfactant semakin baik pendesakannya.
Sehingga dapat meminimalisirkan nilai SOR.
6. Biaya dan proses yang cukup rumit dalam pengunjeksian surfactant ini
juga menjadi kelemahan dari pengaplikasian injeksi surfactant di setiap
lapangan migas
7. Dikarenakan harga surfactant yang cukup mahal,
biasanya injeksi
dikembangkan lagi untuk menambah wawasan bagi generasi yang akan datang.
Pertanyaan !!
1. Jika terjadinya absorbsi antara surfactant dan batuan, apakah
surfactant tersebut akan menutupi pori batuan ?
Jawab : surfaktan tidak berpengaruh terhadap penyumbatan poripori batuan, hal ini karena surfaktan dapat mengurangi wettability
dari minyak dan batuan sehingga minyak yang tersapu oleh
surfaktan dan akan mengalir sampai ke produksi. Jadi dengan
demikian pori-pori batuan tidak akan tertutupi.
2. Kenapa surfaktan hanya digunakan untuk pendesakan terhadap
minyak ringan?
Jawab : karena surfaktan fungsinya hanya untuk mengurangi
tegangan antar muka,mengurangi tegangan permukaan dan
mengurangi tekanan kapiler jadi apabila viskositas minyak tinggi
maka recovery factor yang dihasilkan dari injeksi surfaktan akan
kecil.
3. Jelaskan jenis surfaktan berdasarkan karakteristik reservoirnya?
Jawab :
a. surfaktan anionik baik digunakan untuk reservoir dengan
jenis formasi batuan sandstone, dan air formasi tidak
mengandung ion Mg dan Ca. Surfaktan jenis ini paling
banyak digunakan karena surfaktan anionik lebih bagus
dalam proses pendesakan dan harganya lebih murah.
b. Surfaktan kationik baik digunakan untuk reservoir dengan
jenis formasi batuan sandstone, karbonat dan limestone.
Namun apabila surfaktan jenis ini berinteraksi dengan clay,
maka akan menyebabkan perubahan jenis muatan surfaktan
menjadi surfaktan anionik yang akan meyebabkan tidak
efisien dalam menurunkan tegangan antar muka karena
mengalami masalah seperti absobsi.