Anda di halaman 1dari 8

PETROLEUM SYSTEM ( SOURCE ROCK )

Geologi Migas adalah ilmu yang mempelajari tentang kejadian,


pergerakan, akumulasi, asal muasal, dan eksplorasi dari bahan bakar hidro karbon.
Hal ini mengarah kepada ilmu-ilmu geologi yang spesifik dan diterapkan pada
eksplorasi migas. Awalnya eksplorasi migas dimulai pada tahun 1871 dan
lapangan migas pertama yang ditemukan adanya hydrocarbon di dalamnya
ditemukan pada tahun 1885.Lalu usaha pengeksploitasian migas terus berlanjut
hingga terbentuknya Pertamina yang kita kenal sekarang. Walaupun begitu,
Pertamina kini hanya sebuah BUMN tanpa kekuatan apapun, hal ini jelas berbeda
dengan Pertamina yang ada saat pemerintah Bapak Soeharto, dimana Pertamina
mengatur semua kegiatan hulu dan hilir migas di Indonesia.Situasi industri migas
dalam negeri saat ini juga lumayan tidak menguntungkan karena penurunan harga
minyak dunia, belum lagi eksplorasi yang mahal, serta belum ditemukannya field
minyak yang besar.
Banyak hal yang harus dilakukan, dan kita juga sudah melewati masa puncak
produksi migas yang di prediksi terjadi pada kisaran tahun 2000 silam. Hal-hal
yang perlu di lakukan adalah mengusahakan penemuan ladang baru, efisiensi dari
sistem recovery, menurunkan rate of consumption, bagaimana kompetisi dengan
energi alternative, dan yang paling penting adalah kestabilan harga migas di
pasaran.
Karakteristik dari produk yang dihasilkan dan cara mendapatkan di
industri migas adalah energi yang non renewable, menggunakan teknologi tinggi,
biaya yang dikeluarkan mulai dari eksplorasi hingga produksi tidak sedikit,
ditambah lagi dengan besarnya resiko yang dihadapi selama proses ekplorasi,
pemboran, dan produksi. Hal-hal yang harus dipahami adalah, bagaimana
mengubah resources menjadi reserves yang bisa di produksikan, dan bagaimana
merubah reserves yang sudah diproduksi tadi menjadi migas yang bisa dijual di

pasar. Banyak hal yang harus dipikirkan, hal itu tercantum dalam Exploration and
Development Cycles, siklus ini mengatus bagaimana pengeksploitasian migas
dimulai dan pertimbangan apa yang dipakai agar sumur yang di kerjakan dapat
menghasilkan secara maksimal. Resiko di bisnis migas yang akan sering kita
hadapi kedepannya adalah keadaan geologi lapangan, harga minyak di pasar
dunia, kepentingan politik, pergerakan ekonomi makro, keadaan bisnis di pasar,
dan bagaimana jalannya project serta asset yang kita miliki. Dalam bisnis ini
berlaku hukum resiko tinggi = hasil yang tinggi.

1. Pengertian Source Rock


Ada beberapa pengertian dari sorce rock yaitu sebagai berikut :
1.

Batuan induk (Source rocks) adalah batuan sedimen berbutir halus yang
memiliki kapabilitas sebagai sumber hidrokarbon (Waples, 1985)

2.

Pengertian batuan induk adalah batuan sedimen yang sedang, akan, atau
telah menghasilkan hidrokarbon (Tissot and Welte, 1984 vide Peter and
Cassa, 1994).

3.

Source rock adalah batuan karbonat yang berasal dari zat-zat organic yang
terendapkan oleh batuan sedimen. Sehingga tidak terjadi siklus carbon
seperti selayaknya. Justru karbonat terendapkan dan menjadi batu.
Jadi, dapat kita simpulkan bahwa batuan induk itu adalah batuan sedimen

yang bisa menghasilkan hidrokarbon. Pada bukti yang terdapat pada data-data
geokimia, hidrokarbon berasal dari material organik yang terkubur dalam batuan
sedimen yang disebut batuan induk. Untuk mengetahui dan memperkirakan
distribusi dan jenis dari batuan induk dalam ruang dan waktu, sangat penting
untuk mengetahui sumber biologis dari petroleum. Lapisan batuan induk (source
beds) terbentuk ketika sebagian kecil dari karbon organik yang bersikulasi dalam
siklus karbon di bumi tekubur dalam lingkungan sedimentasi dimana oksidasi
terhalang untuk dapat berlangsung.

Ada beberapa istilah mengenai batuan induk yang harus kita pahami, antara lain :
1.

Batuan Induk efektif (effective source rocks) adalah batuan sedimen yang
sudah menghasilkan dan mengeluarkan (expelled) hidrokarbon.

2.

Batuan induk yang mungkin (possible source rocks) adalah batuan


sedimen yang potensi sumbernya belum dievaluasi, tetapi mungkin telah
menghasilkan dan mengeluarkan hidrokarbon.

3.

Batuan Induk potensial (potential source rocks) adalah batuan sedimen


yang belum matang (immature) yang kapabilitasnya dalam menghasilkan
dan mengeluarkan hidrokarbon diketahui jika tingkat kematangan termal
menjadi lebih tinggi.

2. Proses Pemasakan Source Rock


Source rock kaya akan kandungan unsur atom karbon (C) yang didapat
dari cangkang cangkang fosil yang terendapkan di batuan itu. Karbon inilah
yang akan menjadi unsur utama dalam rantai penyusun ikatan kimia hidrokarbon.
Hidrokarbon adalah batuan sedimen yang kaya akan kandungan material organik
yang mungkin telah tersimpan dalam berbagai lingkungan termasuk laut air
dalam, lakustrin, dan delta bahan organik tersebut misalnya ganggang. Jadi
ganggang ini bisa saja ganggang air tawar, maupun ganggang air laut. Batuan
yang mengandung karbon ini bisa batuan hasil pengendapan di danau, di delta,
maupun di dasar laut. Batuan yang mengandung banyak karbonnya ini yang
disebut Source Rock (batuan induk) yang kaya mengandung unsur karbon (high
TOC-Total Organic Karbon). Setelah ganggang mati dan berkumpul menjadi
batuan induk dan terkubur di bawah batuan-batuan lainnya yang berlangsung
dalam kurun waktu yang lama dan juga tertutup oleh batuan reservoir. Kemudian
source rock itu akan dimasak oleh panas bumi yang disebut dengan istilah
geothermal. Proses pemasakan ini tergantung suhunya dan karena suhu ini
tergantung dari besarnya gradien geothermalnya maka setiap daerah tidak sama
tingkat kematangannya. Daerah yang dingin adalah daerah yang gradien

geothermalnya rendah, sedangkan daerah yang panas memiliki gradien


geothermal tinggi.

3. Jenis-Jenis dan Syarat-Syarat Source Rock


Batuan induk (source rock) diklasifikasikan dari jenis kerogen bahwa
mereka mengandung, yang pada gilirannya mengatur jenis hidrokarbon yang akan
dihasilkan :
a. Tipe 1
Batuan sumber terbentuk dari alga masih diendapkan di bawah anoksik
kondisi di dalam danau : mereka cenderung menghasilkan minyak mentah
lilin ketika diberikan stres termal selama penguburan yang mendalam.
b. Tipe 2
Sumber batuan terbentuk dari plankton laut dan bakteri tetap
dipertahankan dalam kondisi anoxic di lingkungan laut: mereka
menghasilkan baik minyak dan gas ketika termal retak selama penguburan
dalam.
c. Tipe 3
Batuan sumber terbentuk dari bahan tanaman darat yang telah diurai oleh
bakteri dan jamur dalam kondisi oxic atau sub-oxic: mereka cenderung
menghasilkan sebagian besar gas dengan minyak ringan terkait ketika
termal retak selama penguburan dalam. Kebanyakan serpih bara dan hitam
legam umumnya Tipe 3 batuan sumber.
Semua batuan induk tersebut berpotensial memproduksi minyak dan gas
kecuali tipe 3 yang khusus memproduksi gas. Jenis-jenis dan kejadian dari ketiga
tope batuan induk tersebut.
Selain itu, Peter dan Cassa (1994) membagi atas 5 jenis batuan induk,
yaitu :
1.

Poor source rock 0 0.5 % TOC

2.

Fair source rock 0.5 1 % TOC

3.

Good source rock 1-2 % TOC

4.

Very good source rock 2-4% TOC

5.

Excellent >4 % TOC

Adapun syarat-syarat sebagai batuan induk yaitu


1.

Mengandung kadar organik yang tinggi

2.

Mempunyai jenis kerogen yang berpotensi menghasilkan hidrokarbon dan


telah mencapai kematangan tertentu sehingga dapat menghasilkan
hidrokarbon.

4. Faktor Terbentuknya Source Rock


Untuk menjadi source rock ada 3 faktor yang mempengaruhi, yaitu :
1. TOC ( total organic karbon )
Merupakan kuantitas dari karbon organic yang terendapkan dalam batuan
tersebut. Semakin tinggi nilai OC maka akan semakin baik source rock
tersebut dan kemungkinan terbentuknya hidrokarbon akan semakin tinggi.
TOC yang dapat menghasilkan adalah di atas 1 % .
2. Kerogen
Merupakan kualitas dari carbon organic yang terendapkan dala batuan
tersebut. Komposisi kerogen juga dipengaruhi proses pematangan termal
(katagenesis dan metagenesis) yang mengubah kerogen tersebut.
3. Maturity atau Pematangan
Adalah proses perubahan zat-zat organic menjadi hidrokarbon. Proses
pematangan di akibatkan kenaikan suhu di dalam permukaan bumi.
Dimana maturity di bagi 3 yaitu antara lain :
a. Immature adalah sourcerock yang belum mengalami perubahan
menjadi hidrokarbon
b. Mature adalah source rock yang sedang mengalami perubahan
menjadi hidrokarbon

c. Overmature adalah source rock yang telah mengalami pematangan


menjadi hidrokarbon.
4. EOM atau zat organik yang dapat diekstraksikan (extractable organic
matter)
Merupakan hidrokaron dan nonhidrokarbon yang dapat dilarutkan dalam
CS2 atau bitumina. Volume dan sifat dari EOM menunjukkan sifat batuan
induk. Pada umumnya ekstrak dari batuan induk susunan kimianya harus
mengandung susunan utama dari minyak mentah.

5. Analisis dan Evaluasi Batuan Induk


Ada 5 hal yang akan di perhatikan dalam analisis dan evaluasi batuan
induk, yaitu:
1. Transformasi material organik
Menurut Waples (1985), hidrokarbon berasal dari material organik
tumbuhan yang telah mati pada masa lampau dengan proses pembentukan
yang sangat rumit. Namun secara garis besar diketahui bahwa material
organik ini berasal dari tumbuhan dan alga yang terlindungi dengan baik
pada sedimen berbutir halus yang terendapkan pada daerah tanpa oksigen
(anoksik). Kandungan organik ini akan berubah oleh adanya reaksi kimia
dan biologi pada suhu yang rendah (diagenesis) yang terjadi selama proses
transportasi dan pengendapan.
2. Preservasi material organik
Batuan induk, yang dicirikan oleh jumlah kandungan organik tipe tertentu
akan terendapkan pada konisi tertentu. Kondisi yang tepat untuk
pembentukan sedimen yang kaya kandungan organik adalah sebagai
berikut:
Suplai detritus yang kaya material organik dalam jumlah yang

banyak.
Terlindungi dari proses oksidasi biogenik/ abiogenik.
Sedimentasi pada daerah dengan energi rendah.
Transportasi yang cepat menuju permukaan pengendapan

Kondisi anoksik (depleted oxygen) diperlukan dalam preservasi material


organik pada suatu lingkungan pengendapan, dikarenakan kondisi
lingkungan ini akan membatasi aktivitas bakteri aerobik dan organisme
biturbasi yang sangat berperan dalam pengrusakan material organik.
Kondisi anoksik berkembang dimana kebutuhan oksigen lebih besar
daripada suplai oksigen. Oksigen biasanya dikonsumsi oleh proses
pembusukan (degradasi) zat organik yang telah mati, dimana kebutuhan
oksigen amat besar pada area dimana produktivitas organik yang tinggi.
3. Analisis kerogen
Material organik akan terpendam dalam sedimen (batuan induk) dalam
bentuk yang disebut kerogen. Pengukuran geokimia dapat digunakan
untuk menentukan kadar dan tingkat kematangan termal batuan ini.
Pengukuran potensi untuk menghasilkan hidrokarbon ditentukan oleh
pengukuran Total Organic Carbon (TOC) dan pyrolysis yield. Deskripsi
kerogen secara visual (optical) juga dapat menjadi petunjuk yang berguna
untuk mengetahui potensi dan tipe hidrokarbon. Dari pengamatan secara
mikroskopik pada cahaya refeksi (reflected light), kerogen dapat
diklasifikasikan kepada grup exinite, vitrinite, and inertinite. Grup exinite
terdiri dari maseral dengan potensi minyak yang signifikan, sementara
grup vitrinit adalah penghasil gas (gasprone). Grup intertinit tidak
mempunyai potensi untuk menghasilkan hidrokarbon. Pengukuran dari
vitrinite reflectance sering digunakan untuk pengukuran index kematangan
thermal.
4. Indikator kematangan termal
Vitrinite reflectance adalah indicator kematangan batuan induk yang
paling sering digunakan, dilambangkan dengan Ro (Reflectance in oil).
Nilai Ro untuk mengukur partikel-partikel vitrinite yang ada dalam sampel
amat bervariasi. Untuk menjamin kebenaran pengukuran, maka penentuan
nilai Ro diperlukan secara berulang pada sampel yang sama. Bila
distribusi dari vitrinite reflectance adalah bimodal, maka ada kemungkinan

telah terjadi reworking. Skala vitrnite relectance yang telah dikalibrasikan


oleh berbagai parameter kematangan yang lain oleh studi minyak dan gas
adalah sebagai berikut:
Ro < 0.55 belum matang (immature)
0.55 < Ro < 0.8 telah menghasilkan minyak dan gas bumi
0.8 < Ro < 1.0 minyak berubah menjadi gas bumi (zona kondensat

gas)
1.0< Ro < 2.5 dry gas.

Vitrinite reflectance adalah indikator kematangan termal yang sangat baik


pada Ro antara 0.7 dan 0.8. Salah satu penggunaan vitrinite reflectance
yang juga penting dalam analisis cekungan (basin analysis) adalah
kalibrasi sejarah termal (thermal history) dan sejarah pengendapan (burial
history) dengan tingkat kematangan pada masa sekarang.
5. Akumulasi dan Pembentukan Minyak Bumi
Hidrokarbon terbentuk ketika batuan induk telah menghasilkan dan
mengeluarkan hidrokarbon. Hidrokarbon ini seterusnya akan mengalir
melalui lapisan pembawa (carrier bed) menuju perangkap (trap).
Hidrokarbon dihasilkan sebagai reaksi dari perpecahan kimiawi kerogen
(chemical breakdown) bersamaan dengan bertambahnya suhu. Dengan
keluarnya hidrokarbon dari batuan induk, maka sisa kerogen akan berubah
menjadi residu karbon. Suhu dan waktu adalah faktor terpenting dari
pecahnya kerogen. Keluarnya hidrokarbon dari batuan induk kemungkinan
terjadi akibat adanya perpecahan mikro (micro-fracturing) pada batuan
induk setelah terjadi overpressure akibat terbentuknya hidrokarbon.
Hilangnya hidrokarbon pada saat migrasi sekunder (secondary migration)
sangat sulit untuk dihitung. Akhirnya, hidrokarbon akan terperangkap
dalam reservoar yang yang disemuti oleh lapisan penghambat (seal).

Anda mungkin juga menyukai