Anda di halaman 1dari 17

Sosiologi Komunikasi

Perubahan Sosial dan Budaya Massa

DISUSUN OLEH

Afni Pamangku F1C013048

Tri Rahmawati F1C013053

Intan Alivva F1C013055

Diana Nasution F1C013056

Dea Muhitha Kh F1C013063

Mutqinul Fahmi F1C013074

ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PURWOKERTO

2015
Perubahan Sosial Dan Budaya Massa

A. Perubahan Sosial
Perubahan sosial adalah proses sosial yang dialami oleh anggota masyarakat serta
semua unsur-unsur budaya dan sistem-sistem sosial, dimana semua tingkat
kehidupan masyarakat secara sukarela atau dipengaruhi oleh unsur-unsur
eksternal meninggalkan pola-pola kehidupan, budaya dan sistem sosial lama
kemudian menyesuaikan diri atau menggunakan pola-pola kehidupan, budaya dan
sistem sosial yang baru.

Perubahan sosial terjadi ketika ada kesediaan anggota masyakarat untuk


meninggalkan unsur-unsur budaya dan sistem sosial lama dan mulai beralih
menggunakan unsur0unsur budaya dan sistem sosial yang baru. Perubahan sosial
dipandang sebagai konsep yang serba mencakup seluruh kehidupan masyarakat
baik pada tingkat individual, kelompok, masyarakat, Negara dan dunia yang
mengalami perubahan.

Hal-hal penting dalam perubahan sosial menyangkin aspek-aspek sebagai berikut,


yaitu; perubahan pola pikir masyarakat, perubahan perilaku masyarakat,
perubahan budaya materi. Pertama, perubahan pola pikir dan sikap masyarakat
menyangkut persoalan sikap masyarakat terhadap berbagai persoalan sosial dan
budaya di sekitarnya yang berakibat terhadap berbagai persoalan sosial dan
budaya di sekitarnya yang berakibat terhadap pemetaraan pola-pola pikir baru
yang dianut oleh masyarakat sebagai sebuah sikap yang modern. Contohnya,
sikap terhadap pekerjaan bahwa konsep dan pola pikir lama tentang pekerjaan
adalah sektor formal (menjadi pegawai negeri), sehingga konsep pekerjaan dibagi
menjadi dua, yaitu sektor formal dan informal. Saat ini terjadi perubahan terhadap
konsep kerja lama di mana pekerjaan konsep tidak sebagai sektor formal (menjadi
pegawai negeri), akan tetapi dikonsepkan sebagai sektor yang menghasilkan
pendapatan maksimal. Dengan demikian, maka bekerja tidak saja di sektor formal,
akan tetapi di mana saja yang penting menghasilkan uang yang maksimal, dengan
demikian konsep kerja menjadi sektor formal, yaitu bekerja di pemerintahan,
sektor swasta yaitu bekerja di perusahaan swasta besar, sektor informal yaitu
bekerja di sektor informal, seperti wiraswasta kecil, kaki lima, LSM, dan
sebagainya, serta sektor lepas yaitu bekerja sebagai secara kontrakkan di berbagai
kegiatan, proyek, dan sebagainya. Kedua, perubahan perilaku masyarakat
menyangkit persoalan perubahan sistem-sistem sosial, di mana masyarakat
meninggalkan sistem sosial lama dan menjalankan sistem sosial baru, seperti
perubahan perilaku pengukuran kinerja suatu lembaga atau instansi. Apabila pada
sistem lama, ukuran-ukuran kinerja hanya dilihat dari aspek output dan proses
tanpa harus mengukur sampai di mana output dan proses itu dicapai, maka pada
sistem sosial yang baru sebuah lembaga atau instansi diukur sampai pada tingkat
kinerja output dan proses tanpa harus mengukur sampai di mana output dan
proses itu, yaitu dengan menggunakan standar sertifikasi seperti BAN-PT pada
perguruan tinggi dan sertifikasi ISO pada lembaga-lembaga umum termasuk
perguruan tinggi. Ketiga, perubahan budaya materi menyangkut perubahan
artefak budaya yang digunakan oleh masyarakat, seperti model pakaian, karya
fotografi karya film, teknologi, dan sebagainya yang terus berubah dari waktu ke
waktu menyesuaikan kebutuhan masyarakat.

Masyarakat memulai kehidupan mereka pada suatu fase yang disebut primitif di
mana manusia hidup secara terisolir dan berpindah-pindah disesuaikan dengan
lingkungan alam dan sumber makanan yang tersedia. Manusia saat ini hidup
dalam kelompok-kelompok kecil (band) dan terpisah dengan kelompok manusia
lainnya.

Fase berikutnya adalah fase agrokultural, ketika lingkungan alam mulai tidak lagi
mampu memberi dukungan terhadap manusia, termasuk juga karena populasi
manusia mulai banyak, maka pilihan budayanya adalah bercocok tanam di suatu
tempat dan memanen hasil pertanian itu serta berburu untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat. Pada fase ini budaya berpindah-pindah masih tetap
digunakan walaupun pada skala waktu yang relatif lebih lama.

Fase tradisional dijalani oleh masyarakat dengan hidup secara menetap di suatu
tempat yang dianggap stratedis untuk penyediaan berbagai kebutuhan hidup
masyarakat, seperti di pinggir sungai, di pantai, di lereng bukit, di dataran tinggi,
di dataran rendah yang datar, dan sebagainya. Pada fase ini kita mulai mengenal
kata desa di mana beberapa band (kelompok kecil masyarakat) memilih menetap
dan saling berinteraksi satu dan lainnya sehingga menjadi kelompok besar dan
menjadi komunitas desa, mengembangkan budaya dan tradisi internal serta
membina hubungan dengan masyarakat di sekitarnya.

Pada fase transisi, kehidupan desa sudah sangat maju, isolasi kehidupan hampir
tidak ditemukan lagi dalam skala luas, transportasi sudah lancar walaupun untuk
masyarakat desa tertentu masih menjadi masalah. Penggunaan media informasi
sudah hampir merata. Namun secara geografis, masyarakat transisi berada di
pinggiran kota serta hidup mereka masih secara tradisional, termasuk pola pikir
dan sistem sosial lama masih silih berganti digunakan dan mengalami penyesuaian
dengna hal-hal yang baru dan inovatif. Dengan demikian, maka umumnya
masyarakat transisi bersifat mendua atau ambigu terhadap sikap, pandangan, dan
perilaku mereka sehari-hari. Pola pikir masyarakat masih tradisional dan masih
memelihara kekerabatan namun perilaku masyarakat sudah terlihat individualis.
Sesuatu yang masih dominan dalam kehidupan masyarakat ini adalah proses
asimilasi budaya dan sosial yang belum tuntas dan terlihat masih canggung di
semua level masyarakat.

Fase modern ditandai dengan peningkatan kualitas perubahan sosial yang lebih
jelas meninggalkan fase transisi. Kehidupan masyarakat sudah kosmopolitan
dengan kehidupan individual yang sangat menonjol, profesionalisme di segala
bidang dan penghargaan terhadap profesi menjadi kunci hubungan-hubungan
sosial di antara elemen masyarakat. Di sisi lain, sekularisme menjadi sangat
dominan dalam sistem religi dan kontrol sosial masyarakat serta sistem
kekerabatan mulai diabaikan. Anggota masyarakat hidup dalam sistem yang sudah
mekanik, kaku, dan hubungan-hubungan sosial ditentukan berdasarkan pada
kepentingan masing-masing elemen masyarakat. Masyarakat modern umumnya
berpendidikan relatif lebih tinggi dari masyarakat transisi sehingga memiliki
tingkat pengetahuan yang lebih luas dan pola pikir yang lebih rasional dari semua
tahapan kehidupan masyarakat sebelumnya, walaupun kadang pendidikan formal
saja tidak cukup untuk mengantarkan masyarakat pada tingkat pengetahuan dan
pola pikir semacam itu. Secara demografis, masyarakat modern menempati
lingkungan perkotaan yang cenderung gersang dan jauh dari situasi yang sejuk
dan rindang, ditambah lagi karena kehidupan mereka yang serba mekanik
sepanjang minggu sehingga masyarakat kota memiliki kepedulian yang tinggi
terhadap kebutuhan rekreasi di akhir minggu untuk rileks dan melepaskan
kepenatan.

Fase postmodern adlaah sebuah fase perkembangan masyarakat yang pertama-


tama dikenal di Amerika Serikat pada akhir tahun 1980-an. Di Indonesia ciri
masyarakat postmodern dideteksi ada sejak tahun 1990-an. Masyarakat
postmodern sesungguhnya adalah masyarakat modern yang secara finansial,
pengetahuan, relasi, dan semua prasyarat sebagai masyarakat modern sudah
dilampauinya. Walaupun terkadang ada satu dua masyarakat modern yang terlihat
memiliki ciri postmodern walaupun belum memiliki kemampuan tersebut, namun
hal itu bersifat temporer dan meniru-niru kelompok lain yang lebih mapan. Jadi,
masyarakat postmodern adalah masyarakat modern dengan kelebihan-kelebihan
tertentu di mana kelebihan-kelebihan itu menciptakan pola sikap dan perilaku
serta pandangan-pandangan mereke terhadap diri dan lingkungan sosial yang
berbeda dengan masyarakat modern atau masyarakat sebelum itu. Sifat-sifat yang
menonjol dari masyarakat postmodern adalah:

a. Memiliki pola hidup nomaden, artinya kehidupan mereka yang terus bergerak
dari satu tempat ke tempat lain menyebabkan orang sulit menemukan mereka
secara ajeg termasuk dapat mendeteksi di mana tempat tinggal menetapnya.
Hal ini disebabkan karena kesibukan mereka dengan berbagai usaha dan bisnis,
akhirnya mereka bisa saja memiliki rumah di mana-mana di dunia ini.
b. Secara sosiologis mereka berada pada titik nadir, antara struktur dan agen,
yaitu pada kondisi tertentu orang postmodern patuh pada strukturnya, namun
pada sisi lain ia mengekspresikan dirinya sebagai agen yang mereproduksi
struktur atau paling tidak agen yang terlepas dari strukturnya. Berdasarkan hal
tersebut, maka berdasarkan pengamatan orang luar sesungguhnya pribadi
postmodern adalah pribadi yang secara permanen ambivalensia atau mereka
yang ambigu dalam pilihan-pilihan hidup mereka. Namun sesungguhnya pada
pribadi-pribadi postmodern hal tersebut adalah pilihan-pilihan hidup yang
demokratis dan ekspresi dari kebebasan pribadi orang-orang kosmopolitan.
c. Manusia postmodern lebih suka menghargai privasi, dan kegemaran mereka
melebihi apa yang mereka anggap berharga dalam hidup mereka, dengan
demikian kegemaran spesifik mereka menjadi aneh-aneh dan unik.
d. Kehidupan pribadi yang bebas menyebabkan orang-orang postmodern menjadi
sangat sekuler, memiliki pemahaman nilai-nilai sosial yang subjektif dan liberal
sehingga cenderung terlihat sangat mobile pada seluruh komunitas masyarakat
dan agama serta berbaai pandangan politik sekalipun.
e. Pemahaman orang postmodern yang bebas pula menyebabkan mereka
cenderung melakukan gerakan back to nature, back to village, back to
tradirional, atau bahkan back to religi, namun karena pemahaman mereka yang
luas tentang persoalan kehidupan maka gerakan kembali itu memiliki
perspektif yang berbeda dengan orang lain yang selama ini sudah dan sedang
ada di wilayah tersebut.

B. Budaya Massa dan Budaya Popoler


Menurut Dennis McQuail, kata massa berdasarkan sejarah mempunyai dua makna,
yaitu positif dan negatif. Makna negatifnya adalah berkaitan dengan kerumunan
(mob), atau orang banyak yang tidak teratur, bebal, tidak memiliki budaya,
kecakapan dan rasionalitas. Makna positif, yaitu massa memiliki arti kekuatan dan
solidaritas di kalangan kelas pekerja biasa saat mencapai tujuan kolektif.

Sehubungan dengan makna komunikasi terutama komunikasi massa, makna kata


massa mengacu pada kolektivitas tanpa bentuk, yang komponen-komponannya
sulit dibedakan satu dengan yang lainnya. Dengan demikian, maka massa sama
dengan suatu kumpulan orang banyak yang tidak mengenal keberadaan
individualitas.

Blumer dalam McQuail, mengemukakan ada empat komponen sosiologis yang


mengandung arti massa, yaitu:
1. Anggota massa adalah orang-orang dari posisi kelas sosial yang berbeda, jenis
pekerjaan yang berlainan, dengan latar belakang budaya yang bermacam-
macam, serta tingkat kekayaan yang beraneka atau berasal dari segala lapisan
kehidupan dan dari seluruh tingkatan sosial.
2. Massa terdiri dari individu-individu yang anonim.
3. Biasanya secara fisik anggota massa terpisah satu sama lainnya dan hanya
terdapat sedikit interaksi atau penukaran pengalaman antar anggota-anggota
massa dimaksud.
4. Keorganisasian dari suatu massa bersifat sangat longgar, dan tidak mampu
untuk bertindak bersama atau secara kesatuan, seperti hanya suatu kerumunan
(crowd).

Secara umum pengertian massa ditandai dengan:


a. Kurang memiliki kesadaran diri.
b. Kurang memiliki identitas diri.
c. Tidak mampu bergerak secara serentak dan terorganisir untuk mencapai suatu
tujuan tertentu.
d. Massa ditandai oleh komposisi yang selalu berubah dan berada dalam batas
wilayah yang selalu berubah pula.
e. Massa tidak bertindak dengan dirinya sendiri, tetapi dikooptasi untuk
melakukan suatu tindakan.
f. Meski anggotanya heterogen, dan dari semua lapisan sosial, massa selalu
bersikap sama dan berbuat sesuai dengan persepsi orang yang akan
mengkooptasi mereka.

Kata massa juga sering kali digunakan untuk menyebutkan kata konsumen di
pasar massal, sejumlah besar pemilih dalam pemilu. Konsep massa kemudian
mengandung pengertian masyarakat secara keseluruhan masyarakat massa (the
mass society). Menurut McQuail, massa ditandai oleh (1) memiliki agregat yang
besar; (2) tidak dapat dibedakan; (3) cenderung berpikir negatif; (4) sulit
diperintah atau diorganisasi; dan (5) refleksi dari khalayak massa.

Media massa adalah institusi yang menghubungkan seluruh unsur masyarakat satu
dengan lainnya dengan melalui produk media massa yang dihasilkan. Secara
spesifik institusi media massa adalah (1) sebagai saluran produksi dan distribusi
konten simbolis; (2) sebagai institusi publik yang bekerja sesuai aturan yang ada;
(3) keikutsertaan baik sebagai pengirim atau penerima adalah sukarela; (4)
menggunakan standar profesional dan birokrasi; dan (5) media sebagai perpaduan
antara kebebasan dan kekuasaan.

Kehidupan masyarakat kota, pada umumnya, satu sama lain, tidak saling
mengenal dan kebutuhan yang dilandasi pada hubungan sekunder, sehingga
secara real media massa telah menjadi salah satu kebutuhan dalam berinteraksi di
dalam masyarakat perkotaan satu dengan lainnya.

Namun penggunaan media massa berbeda dengan komunikasi antarpribadi. Media


massa membutuhkan persyaratan tertentu dari pemakainya. Pertama adalah
orang harus bisa membaca, sebalum mengonsumsi surat kabar atau majalah.
Kedua, orang harus memiliki pesawat radio atau televisi, bila akan mengikuti
siarannya, atau punya uang untuk beli karcis bila akan menonton film. Ketiga,
kebiasaan memanfaatkan media (media habit). Untuk menjadi khalayak media
massa, maka ketiganya perlu dimiliki atau dilakukan. Apabila tidak, maka mereka
tidak bisa menjadi khalayak media massa atau masyarakat media.

Dalam penyampaian berbagai produk tayangan, media massa berupaya


menyesuaikan dengan khalayaknya yang heterogen dan berbagai sosio-ekonomi,
kultural, dan lainnya. Produk media pun pada akhirnya dibentuk sedemikian rupa,
sehingga mampu diterima oleh banyak orang. Di sisi lain, media juga sering kali
menyajikan berita, film, dan informasi lain dari berbagai negara sebagai upaya
media memberikan pilihan yang memuaskan bagi khalayaknya. Produk media baik
yang berupa berita, program keluarga, kuis, film, dan sebagainya, disebut sebagai
upaya massa yaitu karya budaya.

Berdasarkan ciri yang demikian, maka seni hiburan ini banyak diproduksi media
untuk menarik sebanyak mungkin khalayaknya. Hal ini tidak hanya dipengaruhi
kebutuhan khalayak massa yang heterogen, juga adanya kepentingan komersial
media yang kini masuk sebagai industri yang membutuhkan dana besar melalui
iklannya. Budaya massa dibentuk disebabkan:

Tuntutan industri kepada pencipta untuk menghasilkan karya yang banyak dalam
tempo singkat. Maka si pencipta untuk menghasilkan karya yang banyak dalam
tempo singkat, tak sempat lagi berpikir, dan dengan secepatnya menyelesaikan
karyanya. Mereka memiliki target produksi yang harus dicapai dalam waktu
tertentu.

Karena massa budaya cenderung latah menyulap atau meniru segala sesuatu
yang sedang naik daun atau laris, sehingga media berlomba untuk mencari
keuntungan sebesar-besarnya.

Pada umumnya budaya massa dipengaruhi oleh budaya populer. Pemikiran


tentang budaya populer menurut Ben Agger dapat dikelompokkan pada empat
aliran (a) budaya dibangun berdasarkan kesenangan namun tidak substansial dan
mengentaskan orang dari kejenuhan kerja sepanjang hari; (b) kebudayaan populer
menghancurkan nilai budaya tradisional; (c) kebudayaan menjadi masalah besar
dalam pandangan ekonomi Marx kapitalis; dan (d) kebudayaan populer merupakan
budaya yang menetes dari atas.

Kebudayaan populer banyak berkaitan dengan masalah keseharian yang dapat


dinikmati oleh semua orang atau kalangan orang tertentu, seperti pementasan
mega bintang, kendaraan pribadi, fashion, model rumah, perawatan tubuh, dan
semacamnya.

Sebuah budaya yang akan memasuki dunia hiburan, maka budaya itu umumnya
menempatkan unsur populer sebagai unsur utamanya. Dan budaya itu akan
memperoleh kekuatannya manakala media massa digunakan sebagai by pass
penyebaran pengaruh di masyarakat. Seperti Kapten Medison Avenue yang
menggunakan media untuk menjual produk melalui studio dan televisi.

Budaya juga memiliki nilai yang membedakan satu budaya dengan budaya
lainnya. Budaya yang memiliki nilai tinggi dibedakan dengan budaya yang memiliki
nilai di bawahnya. Namun dalam budaya populer, perangkat media massa seperti
pasar rakyat, film, buku, televisi, dan jurnalistik akan menuntun perkembangan
budaya pada erosi nilai budaya. Sedangkan kelompok konservatif seperti Edmund
Burke mengatakannya dengan erodi peradaban berharga. Sedangkan Allan Bloom
dalam bukunya The Clossing of The American Mind mengartikulasikan pemahaman
kaum neokonservatif, di mana paham ini menyalahkan kebudayaan baru sebagai
yang merusak kebudayaan tradisional. Kebudayaan populer tidak hanya secara
langsung disalahkan bagi penantang inteligensia publik dan melemahkan keadaan
normal, namun justru kritik neokonservatif semakin mempekeruh suasana dengan
tidak menunjukkan sikap penyelamatan terhadap budaya tradisional.

Sampai saat ini kaum konservatif dan neokonservatif terus menyerang


kebudayaan populer, namun anehnya kekuatan budaya populer semakin kuat
dengan begitu besar pengarunya kepada miliaran manusia. Dan anehnya pula
kebudayaan populer lebih banyak berpengaruh pada kelompok orang muda dan
menjadi pusat ideologi masyarakat dan kebudayaan, padahal budaya populer terus
menjadi kontradiksi dan perdebatan.

Budaya populer juga menjadi bagian dari budaya elite dalam masyarakat tertentu.
Sejauh itu pula budaya populer dipertanyakan konsepnya yang konkret, serta
pengaruhnya yang lebih dirasakan seperti umpamanya apa perbedaan antara
modernisasi dan posmodernisasi. Begitu pula pertarungan konseptual antara
kebudayaan tinggi dan kebudayaan pop. Pertanyaan itu juga ditujukan kepada
bagaimana pendekatan metodik hegemonisasi dan dorongan pembebasan dari
kebudayaan populer. Dalam kata lain kekuatan hegemonisasi budaya menguasai
unsur-unsur penting dalam kehidupan masyarakat.

Sebagaimana yang dijelaskan bahwa budaya populer lebih banyak


mempertontonkan sisi hiburan, yang kemudian mengesankan lebih konsumtif.
Richard Dyer, mengatakan hiburan merupakan kebutuhan pribadi masyarakat
yang telah dipengaruhi oleh struktur kapitalis. Hiburan menyatu dengan makna-
makna hiburan dan saat ini didominasi oleh musik. Saat ini musik merupakan
perangkat hiburan yang lengkap yang dipadukan dengan berbagai seni lainnya.
Hampir tidak dapat ditemui sebuah hiburan tanpa mengabaikan peran musik,
sebaliknya musik menjadi sebuah bangunan hiburan yang besar dan paling
lengkap. Sehingga komposit dunia musik menjadi sebuah seni pertunjukan
profesional yang menghasilkan uang dan menciptakan lapangan kerja yang luas.

Menurut Richard Dyers, hiburan merupakan respons emosi jiwa dan perkembangan
implikasi emosi diri, merupakan suatu tanda keinginan manusia yang meronta-
ronta ingin ditanggapi dengan memenuhinya.

Prinsip-prinsip yang menonjol dalam hiburan adalah kesenangan yang tertanam


dan menjelma dalam kehidupan manusia, sehingga pada saat lain akan menjelma
membentuk budaya manusia. Dan akhirnya kesenangan itu menjadi larut dalam
kebutuhan manusia yang lebih besar, bahkan kadang menjadi eksistensi
kehidupan manusia. Kesenangan juga membuat manusia manja dan terbiasa
dengan kehidupan yang aduhai dan serba mengagumkan.

Konteks sosial semacam ini lebih cenderung membawa manusia dalam dunia yang
serba tipuan. Maksudnya, kadang kefanaan menjadi sesuatu tujuan yang lebih
konkret dari apa yang diperjuangkan oleh manusia itu sendiri. Dan di saat dunia
tipuan ini dapat dimanipulasi oleh industri, maka tipuan itu menjadi abadi dalam
dunia fana. Contohnya, teknologi film telah sampai pada tingkat di mana kefanaan
menjadi sesuatu yang dapat ditangkap oleh indera manusia sebagai kenyataan
konkret. Kemajuan teknologi telekomunikasi telah membentuk dunia ini sekecil
telur burung merpati. Batas-batas budaya dan negara menjadi musnah. Kekuasaan
tertinggi di dunia tidak lagi terletak pada kepemilikan, akan tetapi pada
penguasaan.

Dalam dunia kapitalisme, hiburan dan bahkan budaya telah menjelma menjadi
industri. Pada konteks ini, Theodore Adorno dan Max Horkheimer mengatakan
budaya industri adalah media tipuan. Mereka percaya, bahwa hilangnya
kepribadian yang tulus seperti kemampuan menggambarkan keadaan yang nyata
karena budaya telah berubah menjadi alat industri serta menjadi produk standar
ekonomi kapitalis. Dunia hiburan telah menjadi sebuah proses reproduksi kepuasan
manusia dalam media tipuan. Hampir tidak ada lagi perbedaan antara kehidupan
nyata dan dunia yang digambarkan dalam film yang dirancang menggunakan efek
suara dengan tingkat ilusi yang sempurna sehingga tak terkesan imaginatif.

Proses reproduksi juga terjadi pada saat budaya hiburan mampu mereproduksi
tatanan baru dalam interaksi individu dan keluarga di masyarakat. Umpamanya
bagaimana sebuah Telenovela mampu mereproduksi hubungan perselingkuhan
sebagai bagian yang dulu ditolak masyarakat, saat ini menjadi samar-samar.
Keadaan serupa juga tergambarkan secara gamblang dalam film-film Hollywood
tahun 2005 yang mengunggulkan kehidupan homoseksual itu justru menjadi film
terbaik dan menperoleh Piala Oscar 2006. Kehidupan seksual sejenis yang ditakuti
oleh umumnya keluarga, menjadi sesuatu yang tidak termasuk sebagai bahan
pertimbangan dalam penilaian baik-buruk sebuah karya seni. Artinya, dalam
budaya hiburan, makna bisa saja terlepas dari nilai sebuah benda, dan nilai begitu
tidak penting di saat berhadapan dengan makna benda tersebut.

Para sejarawan begitu sulit menentukan kaidah-kaidah dasar tentang kesalahan,


sama susahnya dengan menentukan kaidah-kaidah dasar mengenai kebenaran.
Kemerdekaan pribadi menjadi ukuran utama dan dalam dunia postmodern, ukuran
ini menjadi semakin tidak jelas.

C. Jenis Perubahan Sosial


Perubahan sosial terbagi bagi menjadi beberapa jenis, tergantung darimana kita
melihat atau menilai perubahan sosial yang terjadi pada saat itu, seperti dari
proses perubahan itu sendiri, dari waktu perubahan sosial itu sendiri, dan dari
dampak yang ditimbulkan akibat adanya perubahan sosial tersebut.
a. Berdasarkan Prosesnya
1. Perubahan yang direncanakan
Perubahan yang direncanakan merupakan perubahan yang terorganisasi,
pihak pihak yang menginginkan adanya perubahan didalam masyarakat,
sebelumnya telah melakukan perencanaan perencanaan untuk mewujudkan
perubahan sosial didalam masyarakat
2. Perubahan yang tidak direncakan
Perubahan yang tidak direncanakan merupakan perubahan yang terjadi
diluar rencana dari pihak pihak yang menginginkan adanya perubahan atau
diluar dari perkiraan masyarakat, dimana pada perubahan ini seringkali
memberikan dampak yang merugikan bagi masyarakat.
b. Berdasarkan Waktunya
1. Perubahan secara cepat atau revolusi
Perubahan secara cepat, atau perubahan revolusi, adalah perubahan sosial
yang terjadi dalam waktu singkat, cepat dan mendasar. Perubahan ini
diiringi dengan suatu konflik karena tidak semua masyarakat siap menerima
perubahan tersebut.
2. Perubahan secara lambat
Perubahan secara lambat atau perubahan evolusi adalah perubahan sosial
yang terjadi secara lambat, terjadi dalam waktu yang cukup lama, dan
berlangsung secara alamiah. Teori Evolusi sendiri mengatakan bahwa
manusia dan masyarakat akan mengalami perkembangan yang sinkron
dengan tahapan eksklusif hingga mencapai titik paripurna (asumsi
manusia), namun tahapan tahapan tersebut tidak berlaku secara mutlak .

Ada 3 teori yang berkaitan dengan perubahan secara lambat / evolusi :


a. Unilinier Theories of Evolution, manusia dan masyarakat mengalami
perkembangan sesuai tahap-tahap tertentu.
b. Universal Theory of Evolution, perkembangan masyarakat tidak melalui tahap-
tahap tertentu dan pasti
c. Multilinied Theories of Evolution, terdapat tahap-tahap perkembangan
tertentu yang didapat melalui penelitian.

c. Berdasarkan Dampaknya
1. Perubahan kecil
Perubahan kecil adalah perubahan yang terjadi dalam lingkup yang sempit,
dan hanya berdampak pada sebagian kecil masyarakat.
2. Perubahan besar
Perubahan besar, adalah perubahan yang memiliki pengaruh pengaruh
yang besar terhadap struktur sosial yang ada dalam masyarakat.
d. Berdasarkan Caranya
1. Perubahan dengan kekerasan
Perubahan dengan kekerasan merupakan, Perubahan sosial yang dilakukan
dengan cara cara kekeraan baik dengan cara-cara kekerasan baik fisik
maupun psikis demi tercapainya perubahan yang diinginkan
2. Perubahan tanpa kekerasan
Perubahan tanpa kekerasaan merupakan perubahan yang dilakukan dengan
jalan damai dan simpatik untuk mencapai perubahan yang diinginkan.

D. Dampak Perubahan Sosial


Perubahan perubahan sosial yang terjadi di masyarakat menimbulka dampak
dampak baik dampak negatif maupun positif
1. Dampak Positif
a. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Perkembangan iptek dapat mengubah nilai-nilai lama menjadi nilai-nilai baru
yang mendorong berbagai inovasi yang dapat memudahkan kehidupan
masyarakat menuju perubahan sosial kearah yang lebih baik lagi
b. Tercipta lapangan kerja baru
Perubahan sosial dapat mendorong industrialisasi dan perkembangan
perusahaan multinasional, sehingga banyak terciptanya lapangan perkerjaan
dan meminimalisir pengangguran.
c. Tercipta tenaga kerja profesional
Untuk mendukung persaingan industri yang semakin ketat diperlukan tenaga
kerja yang memiliki kecakapan, keterampilan, keahlian, dan profesionalisme
yang tinggi.
d. Nilai dan norma baru terbentuk
Perubahan sosial menciptakan, nilai nilai yang dianggap sebagai sesuatu
yang baik, penting, dihargai dan norma merupakan aturan yang mengikat
nilai.
e. Efektivitas dan efisiensi kerja meningkat
f. Dengan adanya perubahan sosial, maka Efektivitas dan efisiensi kerja selalu
berkaitan dengan penggunaan alat produksi yang dapat menghasilkan
produk lebih cepat, lebih banyak, dan tepat sasaran.

2. Dampak Negatif
Dampak negatif adalah kerugian kerugian yang di alami oleh masyarakat akibat
adanya perubahan tersebut, dimana kerugian tersebut berupa materiel maupun
non material, seperti :
a. Terjadi Disintegrasi Sosial
Disintegrasi terjadi karena adanya revolusi, kesenjangan sosial, perbedaan
kepentingan yang dapat mendorong perpecahan dalam masyarakat.
b. Terjadi Pergolakan Daerah
Pergolakan daerah dapat muncul akibat kesenjangan ekonomi tidak
memperhatikan tatanan hidup mengabaikan nilai dan norma perbedaan
agama, ras, suku bangsa dan politik.
c. Kenakalan Remaja
Muncul akibat pengaruh perubahan sosial, nilai-nilai kebebasan budaya barat
diadopsi tanpa menyesuaikan kondisi kebudayaan sendiri.
d. Terjadi Kerusakan Lingkungan
Lembaga sosial tidak berfungsi secara optimal dengan cara menyalah
gunakan kedudukan dan wewenang\
e. Muncul Paham Duniawi
- Konsumerisme, paham atau ideologi yang menjadikan manusia menjadi
lebih konsumtif
-Sekularisasi, paham yang memisahkan urusan dunia dengan urusan agama.
-Hedonisme, paham yang menganggap hidup bertujuan untuk mencari
kebahagiaan sebanyak mungkin

E. Peran dan Kontribusi Luaran (Eksternal) dalam Perubahan Sosial Budaya


Perubahan masyarakat pada umumnya dapat terjadi dengan sendirinya secara
wajar dan teratur, terutama apabila perubahan itu sesuai dengan pertumbuhan
kepentingan masyarakat. Jika tidak, biasanya masyarakat tertutup dengan
perubahan lantaran khawatir atau takut kalau stabilitas kehidupan masyarakatnya
akan terganggu akibat dari perubahan itu, akan tetapi kondisi tertentu perubahan
masyarakat tidak bisa di hindari, terutama jika keadaan sekarang di anggap tidak
berkemajuan atau tidak memuaskan lagi. Terjadinya ketidakpuasan terhadap
keadaan sekarang di sebabkan nilai-nilai, norma-norma sosial, pengetahuan dan
teknologi yang ada sekarang dianggap tidak sesuai lagi dengan tuntutan
kehidupan masyarakat, atau karena di anggap tidak mampu memenuhi berbagai
macam kepentingan yang semakin kompleks dan serba tak terbatas.
Dalam kondisi demikian, cepat atau lambat masyarakat akan berubah, mereka
akan mencari jalan keluar dari berbagai kesulitannya dengan cara mengganti nilai-
nilai,norma-norma, pengetahuan dan teknologi baru yang di anggap dapat
memenuhi tuntutan hidup sekarang, masa depan dan keturunanya.
Peluang menuju kearah perubahan akan semakin besar di kala masyarakat
lingkungan sekitar menawarkan berbagai metode dan teknologi dan sarana baru
(faktor eksteren) yang dianggap sesuai dengan kebutuhan masa sekarang dan
masa mendatang. Faktor-faktor ekstern di terima sebagai pengganti tradisi yang di
rasakan tidak cukup memuaskan itu.
Selo Soemarjan dan Soelaeman Soemardi menagatakan bahwa secara umum
penyebab dari perubahan sosial budaya dibedakan atas dua golongan besar, yaitu
perubahan dari dalam masyarakat itu sendiri dan perubahan dari luar masyarakat.
Terdapat beberapa komponen luar perubahan masyarakat yang mendukung
terjadinya perubahan sosial masyarakat yang berasal dari luar, antara lain:

a. Lingkungan alam fisik


Manusia merupakan makhluk yang pandai beradaptasi. Perubahan yang
disebabkan oleh lingkungan alam fisik dapat berupa bencana alam maupun
berupa tindakan manusia yang tidak terkontrol sehingga merusak lingkungan hal
ini juga menyebabkan terjadinya perubahan sosial ada di masyarakat.
Contohnya seperti penebangan hutan secara liar menyebabkan bencana tanah
longsor. Kondisi ini mengakibatkan penduduk harus pindah ke daerah yang
lebih aman dan mungkin berbeda dengan kondisi lingkungan alam maupun
lingkungan sosial-budaya sebelumnya. Untuk menyesuaikan diri dengan
kondisi lingkungan yang baru, maka berkembanglah pola kehidupan yang baru
serta lembaga -lembaga kemasyarakatan baru untuk mengatur dan menjaga
agar kehidupan masyarakat terus dapat berjalan.

b. Peperangan
Terjadinya peperangan antar negara dapat mengakibatkan perubahan bagi
negara yang mengalami kekalahan, karena sebagai negara terjajah harus
mengikuti pola kehidupan yang dikehendaki pihak penjajah.
Negara yang menang biasanya memaksakan kehendaknya pada negara
yang kalah/terjajah, sehingga terjadi perubahan yang mendasar dalam segala
aspek kehidupan baik politik, sosial -budaya, ekonomi dan sebagainya. Seperti
halnya saat Indonesia dijajah oleh bangsa Belanda, Indoensia harus menerima
kebijakan dan peraturan yang diterapkan oleh pemerintah Belanda.

c. Pengaruh budaya masyarakat lain


Perubahan masyarakat tidak semata di sebabkan oleh faktor kebudayaan
yang ada dalam tubuh masyarakat itu sendiri, melainkan dapat pula di sebabkan
oleh pengaruh kebudayaan yang datang dari masyarakat sekitar.
Ketika masyarakat melakukan kontak dengan budaya lain akan ada proses difusi
kebudayaan yang terjadi. Melalui proses ini manusia mampu untuk menghimpun
penemuan baru dan kemudian menyebarkannya. Selain itu hal ini juga mendorong
pertumbuhan suatu kebudayaan dan memperkaya kebudayaan.
Kontak dengan budaya lain bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu melalui kontak
langsung dan tidak langsung. Kontak langung biasanya berupa bertemu secara
tatap muka langsung dan pengaruh timbal baliknya lebih terasa seperti contohnya
adalah saling bertemu dalam hubungan perdagangan
Berikut beberapa penyebab terjadinya suatu budaya mempengaruhi budaya
masyarakat lain melalui kontak langsung:
1) Kebudayaan saling berdampingan dan bercampur menjadi satu kebulatan
2) Salah satu kebudayaan menjadi pudar karena pengaru kebudayaan orang
lain
3) Masing-masing kebudayaan menjadi lebur, timbul kebudayaan baru
sebagai
akibat saling mempengaruhi, (dalam Abdul Syani 1995:99-100)
Sedangkan melakukan kontak dengan cara tidak langsung ini contohnya kontak
melalui sarana yang menghubungkan kedua budaya, misal media massa: Melalui
media TV contohnya, yang berisi tayangan bermacam-macam budaya baru dari
masyarakat luar, maupun berbagai macam pesan lewat iklan, masyarakat
dapat terpengaruh oleh isi siaran yang ditayangkan, sehingga terjadi
perubahan pada kehidupan masyarakat tersebut.

d. Sistem pendidikan yang maju


Melalui pendidikan manusia memopertahankan hidup dan memperluas
wawasannya. Pendidikan akan memberikan nilai-nilai tertentu kepada manusia,
terutama dalam membuka pikirannya, menerima hal -hal baru, maupun cara
berfikir secara ilmiah. Pendidikan mengajarkan manusia untuk dapat berfikir
secara obyektif (membantu manusia menilai apakah kebudayaan masyarakatnya
dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan zamannya), rasional dan melihat ke
masa depan, berusaha menciptakan kehidupan yang lebih maju.

e. Penduduk yang heterogen


Masyarakat heterogen merupakan masyarakat yang terdiri dari berbagai strata
sosial dan juga termasuk kedalam diferensiasi sosial. Pencampuran dari perbedaan
horizontal dan vertikal ini membuat adanya kesempatan untuk terjadi perubahan
sosial.
Di dalam masyarakat yang terdiri dari kelompok-kelompok sosial yang mempunyai
perbedaan latar belakang kebudayaan, ras, ideologi dan sebagainya,
mempermudah terjadinya konflik-konflik dalam masyarakat, sehingga sering
muncul goncangan-goncangan yang mendorong terjadinya perubahan kehidupan
masyarakat.
Contohnya di dalam komunitas masyarakat Transmigran yang berasal dari
berbagai macam daerah / wilayah Indonesia yang padat penduduknya. Para
Transmigran ini harus berkumpul dalam satu wilayah yang sama dan
menjalankan kehidupan bersama. Karena berasal dari daerah yang berbeda,
mereka cenderung berperilaku sesuai dengan budaya asalnya masing-masing,
sehingga sering terjadi ketidak cocokan di antara mereka karena menganut
nilai dan norma yang berbeda, maka muncullah gesekan / konflik. Untuk
mengakhiri konflik dilakukan upaya kompromi dengan membuat kesepakatan
bersama untuk mempertemukan perbedaan-perbedaan tersebut. Kesepatkatan
bersama ini akan menghasilkan pengembangan nilai - nilai dan norma baru/
lembaga-lembaga kemasyarakatan baru yang bisa diterima oleh semua pihak.
Selanjutnya akan diikuti terjadinya perubahan pola perilaku baru di antara
mereka, sesuai dengan hasil kesepakatan bersama.

F. Data Secara Sosiologis Proses Perubahan Sosial Budaya


Sosiologi komunikasi membahas mengenai masyarakat dimana didalamnya
terdapat hubungan sosial yang berisi interaksi antar masyarakat dan dapat
menimbulkan persoalan komunikasi atau terjadinya konflik. Latar belakang
sosiologi komunikasi muncul karena adanya perkembangan sosial dan teknologi.
Adanya perkembangan sosial dan teknologi juga membawa dampak di masyarakat
atau disebut dengan perubahan sosial dan budaya. Perubahan sosial adalah suatu
proses perubahan, modifikasi, atau penyesuaian yang terjadi di dalam pola hidup
masyarakat, yang mencakup nilai-nilai budaya, pola perilaku kelompok
masyarakat, hubungan-hubungan sosial ekonomi, serta kelembagaan-
kelembagaan masyarakat, baik dalam aspek kehidupan material maupun non
material. Perubahan sosial yang sangat terasa ialah disebabkan karena adanya
teknologi. Teknologi membawa banyak perubahan di dalam struktur lapisan
masyarakat. teknologi berpengaruh terhadap budaya yang ada di masyarakat dan
condong mengubah budaya yang sudah menjamur di masyarakat.
Dalam studi ilmu komunikasi, istilah teknologi pasti berhubungan dengan new
media (internet). Internet membawa pengaruh yang cukup besar di masyarakat,
baik membawa dampak positif atau negatif. Adanya internet berpengaruh
terhadap pola hidup masyarakat saat ini. Menurut Survey APJII (Asosiasi
Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) mengenai profil pengguna internet di
Indonesia terhitung pada tahun 2012 yaitu sebesar 24,23% dari jumlah seluruh
penduduk di indonesia yang saat itu mencapai 260 juta jiwa (BPS, 2012). Jika
dilihat dari besarnya prosentasi pengguna internet di indonesia saat itu, maka
sekiranya ada 63 juta msyarakat indonesia yang telah menggunakan internet dan
dari jumlah tersebut terdiri dari pengguna sekitar umur 12-35 tahun. Jumlah
tersebut kini pasti lebih bertambah karena masyarakat dengan cepat dapat
menyerap internet dan selalu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut survey APJII, masyarakat banyak mengakses internet melalu ponsel
mereka. Melihat banyaknya masyarakat indonesia yang menggunakan ponsel
untuk mengakses internet, maka hal ini juga mendorong banyak perusahaan yang
menciptakan banyak model smartphone dengan model terbaru. Hal ini memiliki
dampak positif ataupun negative. Dampak positifnya yang bisa kita rasakan ialah,
semakin canggihnya teknologi yang kita miliki maka semakin mudah pula kita
mencari informasi ke seluruh penjuru dunia. namun dampak negatifnya, hal ini
memicu tingginya tinkat impor barang dari luar negeri karena kebanyakan
smartphone diciptakan dari luar negeri.
Dampak perubahan sosial dan budaya yang ada di masyarakat yang diakibatkan
oleh internet banyak jenisnya. Mulai dari aktivitas sehari-hari, bidang
perekonomian hingga politik. internet dan teknologi telah mengubah mindset
masyarakat. dahulu masyarakat yang belum mengenal teknologi melakukan
segala sesuatunya dengan cara gotong royong dan bahkan sifat kekeluargaan
mereka masih sangat harmonis. Berbeda dengan kondisi saat ini, yang mana orang
menjadi lebih individualistis ketika telah mengenal teknologi. Mindset masyarakat
yang kini lebih senang dengan segala sesuatu yang instan dan cepat mengubah
pola kebudayaan yang ada di masyarakat yang telah tertanam sejak nenek
moyang kita. Teknologi mengubah bagaimana cara berkomuniksi manusia saat ini,
yang dulunya mereka berkomunkasi secara face-to-face dan hal tersebut tentunya
meningkatkan hubungan persaudaraan. Namun sekarang hal tersebut menjadi
jarang terjadi, karena sudah banyaknya sosial media yang dapat menghubungkan
mereka satu sama lain tanpa harus bertemu secara tatap muka.
Contoh lain dari perubahan sosial masyarakat akibat dari teknologi modern yaitu
pada masyarakat Samin di bidang pertanian. Transformasi pertanian yang terjadi
pada masyarakat Samin tidak lepas dari hubungan yang terjadi dengan dunia luar.
Berbagai program pembangunan pertanian yang dilaksanakan oleh pemerintah
telah merubah kondisi pertanian di masyarakat Samin. Proses persentuhan
dengan dunia luar membuat masyarakat Samin dapat mengenal berbagai
teknologi baru yang telah lebih dulu berkembang. Masuknya teknologi baru
merupakan akibat dari keterbukaan pada masyarakat Samin pada masa
kepemimpinan Mbah Hardjo Kardi. Keterbukaan ini yang kemudian mampu
merubah berbagai pandangan negative terhadap masyarakat Samin. Berbagai
proyek pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah ternyata dapat berjalan
dengan baik di Dusun Jepang ini. Masyarakat Samin yang masih tetap memegang
teguh budaya non materialnya, seperti nilai dan kepercayaan menyebabkan
keberhasilan proyek pembangunan tersebut.
Modernisasi pertanian membawa dampak pada berkurangnya kebutuhan tenaga
kerja. Tenaga kerja manusia dan hewan dapat digantikan oleh mesin-mesin modern
seperti traktor, pompa air dan mesin perontok padi. Ramalan Marx tentang
pembentukan moda produksi kapitalis pada masyarakat Samin ternyata tidak
terbukti. Konsep kepemilikan alat produksi masih tetap mempertahankan tradisi
yang telah ada. Kepemilikan alat produksi didasarkan oleh kepemilikan komunitas,
sehingga tidak ada satu pihak pun yang akan menjadi penguasa alat produksi.
Teori kelas Marx yang menyatakan adanya pembentukan kelas baru sebagai akibat
adanya teknologi tidak terjadi pada masyarakat Samin.
Masyarakat Samin tidak mengenal konsep majikan dan buruh. Tenaga kerja yang
dibutuhkan dalam proses produksi pertanian dilaksanakan dengan cara-cara
tradisional. Kelembagaan gotong royong berupa sambatan masih senantiasa
terpelihara hingga saat ini. Kebutuhan tenaga kerja dalam bidang pertanian
diperoleh dengan cara saling membantu antar rumah tangga petani secara
bergiliran. Pola pengupahan dalam pertanian tidak dikenal dalam masyarakat
Samin. Sebagai gantinya adalah pola saling meminjam tenaga kerja,sehingga
pengeluaran berupa upah tenaga kerja digantikan juga dengan tenaga kerja.
Suatu yang menarik ketika masyarakat Samin di satu sisi menerima kehadiran
teknologi di bidang pertanian, namun di sisi lainnya mereka masih tetap
memegang teguh nilai-nilai tradisional yang mereka anut. Transformasi pertanian
yang terjadi hanya sebatas pada cara produksi tanpa merubah struktur sosial
masyarakat. Kelas-kelas sosial yang terbentuk dengan adanya tranformasi
pertanian, yaitu kelas pemilik tanah dan buruh tani tidak terbentuk pada
masyarakat Samin.
Modernisasi pertanian membawa dampak pada menurunnya kebutuhan tenaga
kerja pada sector pertanian. Siring dengan modernisasi pertanian tersebut
semakin banyak warga masyarakat Samin yang melakukan migrasi ke sector non
pertanian terutama industry dan jasa di kota-kota besar di sekitar Dusun Jepang.
Suatu temuan yang menarik adalah tidak berubahnya system kelembagaan
sambatan. Sampai saat ini masyarakat Samin tidak menerapkan system kerja
upahan pada sector pertaniannya. Masuknya informasi dari luar terutama melalui
televisi juga menyebabkan perubahan pada masyarakat Samin. Tingkat
pendidikan masyarakat Samin mengalami peningkatan dengan diaspalnya jalan
yang menghubungkan Dusun Jepang dan daerah lain. Hubungan dengan
masyarakat lain lebih intensif, mobilitas penduduk di Dusun Jepang juga semakin
meningkat.
DAFTAR PUSTAKA

Asosiasi Penyelenggara Internet Indonesia, Survey Pengguna Internet tahun 2012


Bungin, Burhan. 2006. Sosiologi Komunikasi. Kencana Prenada Media Grup: Jakarta.
Djazifah, Nur.2012. Modul Pembelajaran Sosiologi. Universitas Negeri Yogyakarta: Yogyakarta.
Paneo. 2014. Teori Perubahan Sosial Budaya. Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo.
Slamet widodo (dosen jurusan agribisnis fak. Pertanian unijoyo) "Proses transformasi pertanian dan perubahan
sosial pada masyarakat samin di bojonegoro" Embryo vol. 6 no. 1 Juni 2009, Issn 0216-0188
Sukmayani, Ratna dkk. 2008. Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Kelas IX SMP/MTs. Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional: Jakarta.
Sutaryo. Sosiologi Komunikasi. Universitas Terbuka: Jakarta
www.pustaka.ut.ac.id, diakses pada tanggal 10 September 2015

Anda mungkin juga menyukai